Page 1
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dbd)
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue, anggota dari genus flavivirus dalam famili
flaviviridae. Terdapat tiga faktor yang memegang pernanan pada
penularan infeksi virus ini, yaitu manusia, virus dan faktor perantara.
Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (jenis nyamuk aedes lainnya juga dapat menularkan virus ini,
namun merupakan vektor yang kurang berperan). Nyamuk aedes tersebut
dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia. Selanjutnya, virus berkembang biak dalam 8-
10 hari masa inkubasi sebelum dapat ditularkan kembali kepada pada
manusia pada saat gigitan berikutnya (mumpuni 2015:7).
2. Cara Penularan Penyakit DBD
a. Demam berdarah dengue (DBD) ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus betina.
b. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggit atau
menghisap darah orang yang sakit dbd atau di dalam darahnya
terdapat virus dengue, tetapi tidak menunjukan gejala sakit.
c. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar
keseluruh tubuh nyamuk, termasuk liurnya.
Page 2
10
d. Virus dengue akan menyerang sel pembeku darah dan merusak
dinding pembuluh darah kecil (kapiler) akibatnya terjadi pendarahan
dan kekurangan cairan bahkan bisa sampai mengakibatkan renjatan
(syok). (Kemenkes RI 2016).
3. Gejala dan tanda
Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda
berikut:
a. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
b. Manifestasi pendarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari
petekis (+) sampai pendarahan spontan seperti mimisan, muntah
darah, atau berak darah-hitam.
c. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 td),
hematokrit meningkat (normal: pria <45, wanita<40)
d. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).
Kriteria diagnosis (WHO, 1997)
1) Kriteria klinis
a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan
berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.
b) Terdapat manifestasi pendarahan.
c) Pembesaran hati
d) Syok.
2) Kriteria laboratorium
a) Trombositopenia (<100.000/mm3).
b) Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20%).
Page 3
11
Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2
gejala klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positip. Bila gejala dan
tanda tersebut kurang dari ketentuan di atas maka pasien dinyatakan menderita
demam dengue. ( Dr.Widoyono, MPH tahun 2011 edisi ketiga)
4. Pencegahan penyakit DBD
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk DBD, pencegahan
utama demam berdarah terletak pada menghapus atau mengurangi vektor
nyamuk DBD.
Pemberantas sarang nyamuk DBD adalah kegiatan memberantas telur,
jentui dan kepompong nyamuk DBD di tempat-tempat pembiakannya.
Cara pemberantas sarang nyamuk DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu:
a. menguras dan menyikat tempat-tempat penampung air, seperti: Bak
mandi/WC, drum, dll (M1)
b. menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti : Gentong air,
Tempayan, dll. (M2)
c. mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3)
selain itu ditambah dengan cara lain yang disebut “3M PLUS” yaitu:
a) mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/ rusak.
c) Menutup lubang pada potongan bambu/ pohon dengan tanah
d) Menabur larvasida
Page 4
12
e) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air
f) Memasang kawat kasa.
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
h) Menggunakan kelambu
i) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, (Kementrian
Kesehatan RI, 2016)
Selain dari pada tersebut diatas Ayu Putri Ariani, 2016 dalam bukunya
yang berjudul Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebutkan bahwa beberapa
langkah pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang bisa diterapkan
yang disebut Pemberantas Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
di antaranya:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu upaya untuk
mempertahankan orang yang tetap sehat atau mencegah orang yang
sehat menjadi sakit. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap virus
Demam Berdarah Dengue (DBD), pengendalian vektor adalah satu-
satunya upaya yang diandalkan dalam mencegah Demam Berdarah
Dengue (DBD). Secara garis besar ada cara pengendalian vektor yaitu:
a. Fisik, seperti : Memakai kelambu, menguras bak mandi, menutup
rapat-rapat penampungan air, mengubur sampah, memasang
kawat anti nyamuk, menimbun genangan air, dan menjaga
kebersihan rumah.
b. Kimia, seperti : Menyemprot cairan pembasmi nyamuk,
mengoleskan lotion anti nyamuk, dan menabur serbuk abate.
Page 5
13
c. Biologi, seperti : Memelihara ikan cupang (Predator), dan
menanam bunga lavender.
2. Pencegahan Sekunder
Dalam pencegahan sekunder dilakukan upaya diagnosis dan dapat
diartikan sebagai tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses
penyakit pada tingkat permulaan, sehingga tidak akan menjadi lebih
parah, seperti : Melakukan diagnosis sedini mungkin dan memberikan
pengobatan yang tepat bagi penderita Demam Berdarah
Dengue(DBD)
Upaya pencegahan ini dapat dilakukan sebagai berikut : Membuat
ruang gawat darurat khusus untuk Penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD), transfusi darah secepatnya bagi penderita dan mencegah
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), (Arini, 2016:59)
Pencegahan Penyakit DBD kegiatan yang meliputi :
a. pembersihan jentik
1) program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
2) Larvasidasi
3) Menggunakan ikan
b. Pencegahan gigitan nyamuk
1) Menggunakan kelambu
2) Menggunakan obat nyamuk (bakar dan oles)
3) Tidak melakukan kebiasaan beresiko (tidur siang)
4) Penyemprotan.
(Dr Widoyono,MPH tahun 2011:77-78)
Page 6
14
B. Nyamuk Aedes Aegypti
1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Siklus hidup nyamuk penularan DBD (Aedes aegypti dan Aedes
albopictus) adalah telur kemudian menetas menjadi jentik (larva)
kemudian berkembang menjadi pupa dan selanjutnya menjadi nyamuk
dewasa. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk tersebut
membutuhkan waktu kurang lebih 9-10.
Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk aedes aegypti.
Page 7
15
2. Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti
a. Telur
1) Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur
kurang lebih sebanyak 100-200 butir.
2) Telur nyamuk Aedes aegypti bewarna hitam dengan ukuran
sangat kecil kira-kira 0,8 mm.
3) Telur ini menempel di tempat yang kering (tanpa air) dan dapat
bertahan sampai 6 bulan
4) Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2
hari setelah terendam air.
Gambar 2.2 Telur nyamuk Aedes Aegypti
b. Jentik
1) Jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar
yang panjang 0,5-1 cm.
2) Jentik selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-
ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas
(mengambil udara kemudian turun kembali ke bawah dan
seterusnya.
Page 8
16
3) Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan
permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat
penampungan air.
4) Setelah 6-8 hari jentik tersebut akan berkembang menjadi pupa
Gambar 2.3 jentik nyamuk aedes aegypti
c. Kepompong
1) Bentuk seperti koma.
2) Gerakannya lamban
3) Sering berada di permukaan air.
4) Setelah 1-2 hari berkembang menjadu nyamuk dewasa
Gambar 2.4 Pupa Nyamuk Aedes aegypti
Page 9
17
d. Nyamuk dewasa
Ciri-ciri nyamuk Aedes aeypti adalah sebagai berikut:
1) Berwarna hitam dengan belang-belang putih pada kaki dan
tubuhnya
2) Hidup di dalam dan luar rumah, serta di tempat-tempat umum
(TTU) seperti sekolah, perkantoran, tempat ibadah, pasar dll
3) Mampu terbang mandiri sampai kurang lebih 100 meter
4) Hanya nyamuk betina yang aktif menggigit (menghisap) darah
manusia.
Waktu menghisap darah pada pagi hari dan sore hari setiap 2
hari. Protein darah yang dihisap tersebut diperlukan untuk
pematangan telur yang dikandungnya. Setelah menghisap darah
nyamuk ini akan mencari tempat untuk hinggap (istirahat)
5) Nyamuk jantan hanya mengisao sari bunga/ tumbuhan yang
mengandung gula
6) Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi ada
yang dapat bertahan hingga 2-3 bulan.
Gambar 2.5 nyamuk Aedes aegypti
Page 10
18
Nyamuk Aedes aegypti menyenangi hinggap pada benda-benda yang tergantung
seperti pakaian, kelambu atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat
berkembangbiaknya, dan dalam ruangan yang agak gelap serta lembab Setelah
masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak
mandi/ WC, tempayan, drum, kaleng bekas, dan lain-lain. Telur biasanya
diletakkan sedikit diatas permukaan air, dan selanjutnya nyamuk akan mencari
mangsanya (menghisap darah) lagi dan seterusnya. (Kementrian Kesehatan RI,
2016)
C. Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti
Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes aegypti secara efektif diperlukan
pengetahuan pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah, istirahat
dan berkembangbiak, sehingga diharapkan akan dicapai PSN DBD dan jentik
nyamuk Aedes aegypti yang tepat.
1. Perilaku mencari darah
Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur.
Nyamuk betina menghisap darah manusia 2-3 hari sekali. Menghisap
darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00-
12.00 dan jam 15.00-17.00. untuk mendapatkan darah yang cukup,
nyamuk betina sering mengigit lebih dari satu orang. Jarak terbang
nyamuk sekitar 100 meter. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar
1 bulan.
2. Perilaku istirahat
Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar
2-3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai yaitu
Page 11
19
tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi,
dapur, WC di dalam rumah seperti baju yang digantung kelambu, tirai, di
luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.
3. Perilaku berkembangbiak
Nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembangbiak di TPA. Telur
diletakkan menempel pada dinding penampung air, sedikit di atas
permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan
sekitar 100 butir telur dengan ukuran 0,7 mm per butir. Telur ini di
tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan
menetas menjadi jentik setelah 2 hari terendam air. Jentik nyamuk setelah
6-8 hari tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa masih dapat aktif bergerak
di dalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1-2 hari akan memunculkan
Aedes aegyptiyang baru. (Ayu Putri Ariani 2016:26-27)
D. Cara Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit Demam
Berdarah. Cara penyebarannya melalui nyamuk yang mengigit seseorang yang
sudah terinfeksi virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar
ludah si nyamuk. Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2
hari sebelum demam. Bila penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam
lambung nyamuk.
Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan
tubuh nyamuk, termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah
menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang
Page 12
20
lain (masa inkubasi eksktinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus Dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini
terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (mengigit), sebelumnya menghisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya agar darah yang dihisap
tidak membeku. Bersama air liur virus Denguedipindahkan dari nyamuk ke orang
lain.
Kemudian nyamuk ini mengigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya
darah orang yang sehat, virus demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut
dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah.
Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda dari yamuk
biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore untuk menghisap
darah yang juga berarti dapat menyebabkan virus demam berdarah. Sedangkan
pada malam hari, nyamuk ini tidur. Maka, berhati-hatilah terhadap gigitan
nyamuk pada siang hari dancegah nyamuk ini mengigit anak dengang tidur siang.
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di gengan air bersih dan di
daerah yang banyak pohon sperti tanaman atau kebon. Genangan air pada pot
bunga mungkin menjadi salah satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan
oleh anda. (Putri Ariani, 2016:27-28)
E. Perindukan Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari atau barang-barang lain yang memungkinkan air tergenang
dan tidak beralaskan tanah, misalnya bak mandi/WC, dispenser, tempayan, drum,
tempat minum burung, vas bunga, kaleng bekas, dan botol bekas, tempurung
Page 13
21
kelapa, sampah plastik dan lain-lain yang dibuang sembarang tempat Berikut ini
tempat perkembangan nyamuk:
1. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti drum,
tangki, tempayan, bak mandi dan ember
2. Tempat air bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas yang
dapat menampung air.
3. Tempat penampung air alamiah seperti lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan potongan
bambu.
Penelitian juga menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa pipa atau
tanpa PAM. Perkembangan nyamuk Aedes aegyptilebih tinggi karena
penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang sudah tersedia air
dengan saluran pipa. Di daerah ini, air tidak perlu ditampung lebih dulu sehingga
nyamuk tidak sempat berkembang biak.
F. Bionomik Aedes Aegypti
1. Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang
terampung di suatu tempat
a. Tempat penampung air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti
drum, bak mandi, tempat ember dan lain-lain
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti
tempat minum burung, vas bunga, bak bekas, kaleng bekass, botol-
botol bekas dan lain-lain.
Page 14
22
c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu dan lain-lain.
Habitat dan Kebiasaan HidupAedes aegypti dan Aedes albocpictus. Secara
bioekologis kedua Spesie nyamuk tersebut mempunyai dua habitat, yaitu aquatic
(perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva dan pupa), dan daratan atau udara
untuk serangga dewasa. Walaupun habitat imago di daratan atau udara, namun
juga mencari tempat di dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur
yang diletakkan itu tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu
bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun.
Masa hibernasi telur-telur itu akan berakhir atau menetas bila sudah
mendapatkan lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk menetas. Telur itu
akan menetas antara 3–4 jam setelah mendapat genangan air menjadi larva.
Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di bawah
permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya
menjulurkan alat pernapasan yang disebut sifon menjangkau permukaan air guna
mendapatkan oksigen untuk bernapas. Habitat seluruh masa pradewasanya dari
telur, larva dan pupa hidup didalam air walaupun kondisi airnya sangat terbatas
Berbeda dengan habitat imagonya, yaitu hidup bebas didaratan (terrestrial)
atau udara (aborial). Walaupun demikian, masing-masing dari spesies itu
mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda, yaitu imago Aedes aegypti lebih
menyukai tempat di dalam rumah penduduk. Sementara Aedes albopictus lebih
menyukai tempat di luar rumah yaitu hidup di pohon atau kebun atau kawasan
pinggir hutan. Oleh karena itu, Aedes albopictus sering disebut nyamuk kebun.
Sementara Aedes aegypti yang lebih memilih habitat di dalam rumah sering
Page 15
23
hinggap pada pakaian yang digantung untuk beristirahat dan bersembunyi
menantikan saat tepat inang datang untuk mengisap darah. Informasi tentang
habitat dan kebiasaan hidup nyamuk tersebut sangat penting untuk mempelajari
dan memetakan keberadaan populasinya untuk tujuan pengendaliannya baik
secara fisik-mekanik, biologis maupun kimiawi.
Dengan pola pemilihan habitat dan kebiasaan hidup imago tersebut Aedes
aegypti dapat berkembang biak ditempat penampungan air bersih seperti bak
mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas yang dibuang
sembarangan yang pada waktu hujan terisi air. Sementara itu, Aedes albopictus
dapat berkembang biak di habitat perkebunan terutama pada lubang pohon atau
pangkal babu yang sudah dipotong yang biasanya jarang terpantau di lapangan.
Kondisi itu dimungkinkan karena larva nyamuk tersebut dapat berkembang biak
dengan volume air minimum kira-kira 0.5 cm setara atau dengan dengan satu
sendok teh. (Arsin,2013)
2. Kesenangan nyamuk mengigit
Nyamuk betina bias mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas
mengigit biasanya mulai pagi sampai petang hari. Dengan puncak
aktifitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 berbeda dengan
nyamuk yang lainnya,aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap
darah berulang kali
3. Kesenangan nyamuk istirahat
Nyamuk aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar rumah
berdekatan dengan tempat perkembanganbiaknya. Biasanya di tempat
yang gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu
Page 16
24
pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematngan telur selesai,
nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat-tempat
perkembangbiaknya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur
akan terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir telur tersebut dapat bertahan
berbulan-bulan bila berada di tempat kering dengan suhu 2˚C dan bisa
menetas lebih cepat (Ariani, 2016:31-32)
G. Diagnosis Banding Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi
bakteri, virus, atau infeksi parasit seperti : demam tifoid, campak,
infuenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis dan malaria.
Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat
membedakan antara Demam Berdarah Dengue(DBD) dengan penyakit
lain.
2. Demam Berdarah Dengue(DBD) harus dibedakan dengan Demam
Chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota dapat terserang
dan penularannya mirip dengan influenza. Bila dibandingkan dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD), DC memperlihatkan serangan demam
mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu
disertai ruam makulopapular, injeksi konjungtiva dan lebih sering
dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji Tourniquet positip, petekie dan
epistaksis hampir sama dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada
DC tidak ditemukan pendarahan gastrointestinal dan syok.
Page 17
25
3. Pendarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa
penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis meningkokus. Pada sepsis,
sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun dan ditemukan
tanda-tanda infeksi. Di sampung itu jelas terdapat leukositosis disertai
dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiei pada hitung jenis).
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) dapat dipergunakan untuk
membedakan infeksi bakteri dengan virus.
4. Pada demam berdarah denue (DBD) ditemuksn efusi pleura dan
hiporprotenemia sebagai tanda pembesaran plsama (Ayu putri ariani,
201643-45)
H. Tempat Potensial Bagi Penularan Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Penularan Demam Berdarah Denguedapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penularanya. Oleh karena itu, tempat potensial untuk terjadi
penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
1. Wilayah yang banyak kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang
yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa tipe virus Dengue yang cukup besar seperti : sekolah,
Rumah sakit atau puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya,
tempat umum lainnya (Hotel, Pertokoan, Pasar, Restoran, tempat ibdah
lain-lain)
3. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya
berasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan di antaranya
Page 18
26
terdapat penderita yang membawa tipe virus Dengue yang berada dari
masing-masing lokasi. (Ariani 2016;28)
I. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkam melalui konsep segitiga
epidemiolog, yaitu adanya agent, host dan lingkungan
1. Agent (virus Dengue)
Agent penyebab penyakit Demam Brdarah Dengue (DBD) berupa virus
suatu subsansi elemen tertentu yang kurang kehadirannya atau tidak
hadirnya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit atau dikenal ada empat virus Dengue
2. Host (penjamu)
Faktor utama adalah semua faktor yang terdapat pada dari manusia yang
dapat mempengaruhi timbulnya serta pelayanan penyakit. Faktor0faktor
yang mempengaruhi timbulnya serta pelayanan suatu penyakit faktor-
faktor yang mempengaruhi manusia dalam penyakit Demam Berdarah
Dengue(DBD) yaitu
a. Umur
Adalah salah satu faktor yang mempengaruhi lepekan terhadap infeksi
virus Dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus Dengue,
meskipun baru berumur berapa hari setelah lahir.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan Dengue (DBD) dikaitkan dengan
perbedaan jenis kelamin (gender)
Page 19
27
c. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruh derajat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imubologi, bahwa gizi yang baik yang
mempengaruhi peribgkatan antibodi dan karena ada reaksi antegen dan
antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus Dengue yang tidak
berat.
d. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi
virus Dengue, karena darah yang berpenduduk padat akan meningkat
jumlah insiden kasus Demam Berdatah Dengue
e. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan inveksi virus Dengue (DVD)
Mordibitas dan Mortabilitas penyakit dbd:
1) Imunitas penjamu
2) Kepdatan populasi nyamuk
3) Transmisi virus Dengue
4) Virulensi virus
5) Keadaan geografis setempat
3. Lingkungan (enviroment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit Dengue atau dikenal
dengan kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisasi
Page 20
28
a. Letak geografis
Penyakit infeksi virus Dengue ditemukan tersebarluas di berbagai
negara tropik dan subtropik yang terletak diantara 30º Lintang Utara
40˚ Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta setiap
tahunnya.
b. Musim
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan
erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan.tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena di
dukung oleh lingkungan baik untuk inkubasi (Ariani, 2016:33-35)
J. Faktor Yang Berhubungan Dengan Demam Berdarah Dengue
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari host, baik benda
tidak hidup, benda hidup, nyata atau abstrak seperti suasana yang
berbentuk akibat interaksi semua elemen-elmen tersebut, termasuk host
yang lain (Soemirat, 2015:82)
1. Faktor Intrinsik
a. Ketahanan tubuh
Jika kondisi badan tetap buger kemungkinannya kecil untuk
terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal tersebut
dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dari infeksi
baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit atau virus seperti
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh karena itu, sangat
Page 21
29
penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan
dan pancaroba.
b. Stamina
Pada musim terjadinya perubahan cuaca yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan virus Dengue penyebab Demam
Berdarah Dengue (DBD). Hal ini menjadi kesempatan jentik
nyamuk berkembangbiaknya menjadi lebih banyak. Sehingga
dibutuhkan stamina yang bagus untuk bisa tetap fit dan terjaga dari
penularan penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD).
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang datang dari luar tubuh
manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan
pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,
lingkungan sekolah atau tempat bekerja.
Faktor yang memudahkan sesorang menderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk seperti di Tempat Penampungan Air
(TPA), karena kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk
untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan TPA masyrakat
Indonesia umumnya lembab, kurang sinar matahari dan sanitasi atau
kebersihannya.
a. Lingkungan
1) Lingkungan fisik
Page 22
30
a) Frekuensi pengurasan kontainer
Pengurusan tempat-tempat penampungan air perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiaknya di
tempat itu. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes Aegypti
dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan
Demam Berdarah Dengue(DBD) tidak terjadi lagi.
Kemauan dan tikat kedisiplinan untuk menguras
kontainer pada masyarakat memang perlu ditingkatkan,
mengingat bahwa kebersihan air selain untuk kesehatan
manusia juga untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang bersih.
Dengan lingkungan yang bersih diharapkan dapat
menekan terjadinya berbagai penyakit yang timbul dari
lingkungan yang tidak bersih. Kurangnya frekuensi
pengurasan dapat mengakibatkan tumbuhnya jentik
nyamuk untuk hidup dan dapat memicu terjadinya
kasus demam berdarah Dengue. Oleh karena itu
frekuensi pengurasan yang sebaiknya dilakukan < 1 kali
dalam 1 minggu.
b) Ketersedian tutup pada kontainer
Ketersedian tutup pada kontainer sangat mutlak
diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang
Page 23
31
hinggap pada kontainer, di mana kontainer tersebut
menjadi media berkembangbiak nyamuk Aedes
Aegypti. Apabila semua masyarakat telah menyadari
pentingnya penutup kontainer diharapkan keberadaan
nyamuk dapat diberantas, namun kondisi ini
tampaknnya belum dilaksanakan secara maksimal.
c) Kepadatan rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak
terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu
nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila rumah
penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat
dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah
lainnya. Apabila penghuni salah satu rumah ada yang
terkena Demam Berdarah Dengue (DBD), maka virus
tersebut dapat ditularkan kepada tetangganya.
2) Lingkungan biologi
a) Kepadatan vektor
Kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti yang diukur
dengan menggunakan parameter ABJ yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kota. Hal ini nampak peran
kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap darah yan
terjadi kasus KLB. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti yang dilakukan oleh para
peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin
Page 24
32
tinggi angka kepadatan vektor akan menigkatkan resiko
penularan.
Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya
penularan Demam Berdarah Dengue (DBD). Semakin
tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi
pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Hal ini berarti apabila di
suatu daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi
terdapat seorang penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD), maka masyarakat sekitar penderita tersebut
berisiko untuk tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi
oleh adanya kontainer baik itu berupa bak mandi,
tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan
sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar kontainer
tidak menjadi tempat perindukan maka harus dikuras
satu minggu satu kali secara teratur dan mengubur
barang bekas.
b) Keberadaan jentik pada kontainer
Keberadaan jentik pada kontainer dapat dilihat dari
letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan
penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam
kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti
betina untuk menentukan pilihan tempat bertelur.
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan
Page 25
33
vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak
tempat kontainer akan semakin banyak tempat
perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk
Aedes aegypti. Semakin padat populasi nyamuk Aedes
aegypti, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan waktu
penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat meningkat yang
pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB.
Dengan demikian program pemerintah berupa
penuluhan program pemerintah berupa penyuluhan
kesehatan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dan
perlu dukungan luas dari masyarakat dalam
pelaksanakannya.
Selain itu lingkungan biologis sangat berpengaruh dan
memegang peranan penting dalam interaksi antara
manusia sebagai penjamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan
manusia (sebagai sumber kehidupan maupun yang
mengancam kehidupan/kesehatan manusia (Noor,
2014:34)
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan
DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan
Page 26
34
tanaman perkarangam yang mempengaruhi
kelembaban, pencahayaan di dalam rumah. Adanya
tanaman hias juga berfungsi sebagai tempat yang
disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat.
Menurut Dirjen PP-PL (2011). Keberadaan agent
biologi seperti predator/pemangsa, parasit, bakteri,
sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD
dapat mempengaruhi kepadatan vektor nyamuk.
Nyamuk edes setelah menghisap darah akan beristirahat
untuk proses pematangan telur, setelah bertelur nyamuk
beristirahat untuk kemudian menghisap darah kembali.
3) Lingkungan sosial
a) Kepadatan hunian rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat
aktif mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit
banyak orang dalam waktu yang pendek. Oleh karena
itu bila dalam satu rumah ada penghuni yang menderita
Demam Berdarah Dengue (DBD) maka penghuni lain
mempunyai risiko untuk tertular penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD).
b) Dukungan petugas kesehatan
Adanya rangsangan dari luar (dukungan petugas
kesehatan) mempengaruhi perubahan perilaku
seseorang. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas
Page 27
35
kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk
Demam Berdarah Dengue (DBD) dibantu oleh kader
kesehatan dan toko masyarakat yang akan
mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku
masyarakat PSN DBD. Dukungan petugas kesehatan
merupakan faktor penguat atau melemahkan terjadinya
perubahan perilaku. Penyuluh yang diberikan oleh
petugas kesehatan kepada masyarakat akan
mempengaruhi pengetahuan baik dan sikap positip yang
akhirnya akan terjadi suatu perilaku pemberantasan
sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD).
c) Pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan
penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan
yang dilakukan dengan cara memberikan pesan,
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
hanya sadar, tahu dan mengerti tapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan yang dalam hal ini berkaitan dengan
praktik PSN DBD.
d) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja cenderung melakukan PSN
DBD dengan baik, sebaliknya seseorang yang tidak
bekerja tidak melakukan PSN DBD dengan baik, hal ini
dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya PSN
Page 28
36
dan bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD).
Seharusnya seorang yang tidak bekerja akan memiliki
waktu luang yang lebih banyak untuk melakukan
praktik PSN DBD sehingga lingkungan tempat tinggal
tidak menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk.
e) Pendidikan
Lamanya seseorang dalam menempuh pendidikan
bukanlah jaminan untuk berperilaku sebagaimana yang
diharapkan. Walaupun sebagian respon memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, tetapi mampu
melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Hal ini
mungkin karena sebagian besar responden adalah ibu
rumah tangga yang mempunyai kebiasaan yang baik
dalam menjaga kebersihan lingkungan rumahnya serta
tanggap dalam masalah kesehatan keluarganya.
Begitupun dengan responden yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi tetapi praktik PSN DBD yang
dilakukan kurang baik, hal ini mungkin karena
kurangnya kesadaran masyarakat tersebut untuk
menerapkan pesan-pesan kesehatan dalam upaya
mencegah dan memberantas sarang nyamuk, meskipun
mereka yang berpendidikan tinggi tersebut mampu
menyerap dan memahami informasi-informasi
kesehatan yang diterimanya.
Page 29
37
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal
yang tinggi memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan
yang lebih baik dan luas, serta memiliki kepribadian
sikap yang lebih dewasa. Wawasan dan pemikiran yang
lebih luas di bidang kesehatan akan mempengaruhi
perilaku individu dalam menyikapi suatu masalah.
Pendidikan yang baik dapat memotivasi, memberi
contoh, dan mendorong anggota keluarga untuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk Demam
Berdarah Dengue (DBD).
f) Pengalaman sakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterprestasikan stimulus yang diperoleh.
Pengalaman atau terdapat anggota keluarga yang pernah
terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
menjadi pelajaran dan akan menyebabkan terjadinya
sikap antisipasi. Perubahan sikap yang lebih baik akan
memberikan dampak yang lebih baik dan pengalaman
tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi seseorang
yang akhirnya dapat mengubah perilaku untuk
mencegah kembali anggota keluarga dari serangan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Page 30
38
g) Kebiasaan menggantung pakaian
Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah
merupakan indikasi menjadi kesenangan beristirahat
nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN DBD
ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan
menggantungan pakaian di dalam kamar merupakan
kegiatan yang mesti dilakukan untuk mengendalikan
populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat
dicegah dan dikurangi.
Sebaiknya pakaian-pakaian yang tergantung di balik
lemari atau dibalik pintu dilipat dan disimpan dalam
lemari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap
dan beristrirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang
tergantung. Tempat yang disukai nyamuk adalah benda-
benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden,
kelambu dan pakaian.
b. Umur
Semakin dewasa seseorang akan memiliki vitalitas optimum,
perkembangan intelektual yang matang pada taraf operasional
intelektual yang matang pada taraf operasional dan penalaran
yang tinggi, sehingga akan memberikan corak perilaku
individu. Dapat diasumsikan bahwa semakin tua seseorang,
Page 31
39
maka akan memiliki kematangan intelektual sehingga mereka
dapat berperilaku seperti yang diharapkan.
c. Pengetahuan
Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga
pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya
pendidikan seorang ibu akan mempersempit wawasannya
sehingga akan menurunkian tingkat pengetahuan terhadap
masalah kesehatan. Responden yang berpendidikan tinggi akan
cenderung memiliki wawasan yang luas serta mudah dalam
menerima informasi dari luar, seperti dari televisi, koran, dan
majalah.
Pengetahuan baik dan kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti sumber informasi baik dari lingkungan keluarga,
lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan, maupun media
cetak dan elektronik. Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik ternyata memang banyak yang melakukan
praktik PSN DBD dengan baik bila dibandingkan dengan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Pada
umumnya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
merasa takut akan penularan penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD), sehingga responden yang mempunyai tingkat
pengetahuan baik lebih tanggap dan rajin dalam melaksanakan
Page 32
40
kegiatan PSN DBD. Dapat dilihat bahwa semakin banyak
orang yang berpengetahuan tinggi tentang Demam Berdarah
Dengue (DBD) dan PSN DBD, maka semakin banyak orang
yang akan melaksanakan praktik PSN DBD dengan baik dan
berkesinambungan.
d. Sikap
Sikap merupakan faktor yang berperan dalam perilaku
kesehatan. Semakin positip sikap atau pandangan seseorang
terhadap sesuatu hal, maka semakin baik pula tindakan yang
dilakukan dalam hal tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman
pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan pengaruh
kebudayaan.
Bila individu benar-benar bebas dari segala tekanan atau
hambatan yang bisa mengganggu ekspresi sikapnya, maka
dapat diharapkan bentuk perilaku yang tampak sebagai bentuk
ekspresi yang sebenarnya. Timbulnya kemauan atau
kehendakan adalah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap objek dalam hal ini adalah PSN DBD.
Kemauan atau kehendakan merupakan kecenderuangan untuk
melakukan suatu tindakan.
K. Teori Kesehatan
Konsep hidup sehat dari teori H.L.Blum unutk menciptakan kondisi sehat
seperti yang dinginkan dalam teorinya, diperlukan suatu keharmonisan
Page 33
41
dalam menjaga kesehatan tubuh, sampai saat ini masih sangatlah relevan
untuk diterapkan. Kondisi sehat secara hilistik bukan saja kondisi sehat
secara fisik melainkan juga spriritual dan sosial dalam bermasyarakat dan
H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor
determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),
faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut
faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar
dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal
inidisebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan
dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga
sangatdipengaruhi oleh perilaku masyarakat. Kaitan teori H.L Blum
dengan status kesehatan seseorang dapat dilihat dari keempat faktor
tersebut
1. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakatdalam menjaga kesehatan sangat memegang
perananpenting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini
dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan
daridalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan
suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu
Page 34
42
misiIndonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah
orangyang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan
paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku
hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan
yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi
dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat.
Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat
jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga,sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai
role model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-
program kesehatan.
2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari
kondisifisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat
menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas
membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan
sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan
menjadi tanggungjawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan
lingkungan masyarakat. Namun dilematisnya di puskesmas jumlah
Page 35
43
tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit
yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah,
malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.
Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga
interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik.
Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah
kejiwaan.
3. Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah
dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk
pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah
akanditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan
primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang
memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuh
kandalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-
Page 36
44
program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah sepertidiare,
demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang
saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya.
penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat paham
dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya.
4. Genetik
merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa
sejak lahir, hal ini juga dapat dikaitkan dengan status kesehatan
seseorang , misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes
melitus dan asma bronehial.
L. Perilaku Kesehatan
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons
Page 37
45
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebut elicting stimulation karena menimnulkan respon-respon yang
relatif tetap.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleg stimulus atau perangsang
tertentu. Perangsang ini disebut reinforcingstimulation atau reinforcer,
karena memperkuat respons.
Page 38
46
M. Kerangka Teori
Kerangka teori ini dari buku Ariani Tahun 2016 dengan judul Demam
Berdarah Dengue
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Enviroment
a. Fisik:
- Memakai kelambu
- Menguras bak mandi/WC
- Menutup rapat-rapat penampun air
- Mengubur sampah
- Memasang kawat anti nyamuk
- Menimbun genangan air
- Menjaga kebersihan rumah
b. Kimia :
-Menyemprot cairan pembasmi nyamuk
-Mengoleskan lotion anti nyamuk
-Menabur serbuk abate
c. Biologi:
- Memelihara ikan cupang (Predator)
- Menanam bunga lavender
Agent :
1. Aedes Aegypti
2. Aedes Albocpictus
Host :
a. Manusia :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
b. Nyamuk
1. Perilaku nyamuk
2. Tempat
menggigit
3. Objek yang
digigit
Kejadian DBD
Page 39
47
N. Kerangka Konsep
Gambar 2.7 Kerangka Konsep
Upaya pengendalian nyamuk Aedes
Aegyepti
1. fisik
Upaya pengendalian
nyamuk Aedes aegypti
dalam kelompok fisik yaitu:
a. Menguras, menyikat dan
membersihkan tempat-
tempat penampungan
air.
b. Menutup tempat-tempat
penampungan air
c. Mengubur barang-
barang bekas
2. kimia
Upaya pengendalian
nyamuk Aedes aegypti
dalam kelompok kimia
yaitu:
a. Pemberian bubuk abate.
Upaya pengendalian
kejadian penyakit DBD
di Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis Kecamatan
Tanjung Seneng Kota
Bandar Lampung Tahun
2018