BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Pengertian Menurut Skiner dalam Notoatmojo (2000) Perilaku merupakan repon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus ( rangsangan yang berasal dari luar ). Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal ( meliputi karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, emosional dan jenis kelamin ) dan faktor eksternal meliputi lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku adalah faktor eksternal. Menurut Kurt Lewin dalam Azwar (2000) bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor lingkungan. Menurut Azwar (2000) psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah merupakan hasil penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil atau perpaduan berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. 6
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilakudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ekoedisusa... · Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang ... produk kuman,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
1. Pengertian
Menurut Skiner dalam Notoatmojo (2000) Perilaku merupakan
repon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus ( rangsangan yang
berasal dari luar ). Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni
faktor internal ( meliputi karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, emosional dan
jenis kelamin ) dan faktor eksternal meliputi lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Faktor yang paling
dominan mempengaruhi perilaku adalah faktor eksternal. Menurut Kurt
Lewin dalam Azwar (2000) bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel
seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor
lingkungan. Menurut Azwar (2000) psikologi memandang perilaku
manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana
maupun bersifat kompleks.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa perilaku adalah merupakan hasil penghayatan dan aktivitas
seseorang, yang merupakan hasil atau perpaduan berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal.
6
7
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan.
a. Pengetahuan (knowledge)
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Menurut Azwar (2003) bahwa pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
8
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan meteri yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e) Sintesis (syntesis)
Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penulaian itu didasarkan pada kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Sikap (attitude)
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
9
stimulus atau objek. Di bagian lain Alport dalam Notoatmodjo (2003)
juga menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok,
yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek,
kehidupan emosional atau evaluasi tarhadap suatu objek,dan
kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terbagi dalam empat
tingkatan, yaitu :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsibel)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
10
c. Tindakan (practice)
Notoatmodjo (2003) membagi tindakan menjadi empat, yaitu :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik
tingkat pertama.
2) Respon Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuat sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktik tingkat dua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik yang ke tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Menurut Rogers dalam Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
11
b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c) Evaluation ( menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya ). Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d) Trial, orang telah mulai mencoba berperilaku baru.
e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmojo (2003) perilaku
terbentuk karena 3 faktor, yaitu faktor predisposisi ( predisposing factors ),
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-
nilai; faktor pendukung ( enabling factors ), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas sarana kesehatan; dan faktor pendorong (
renforcing factors ), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petuygas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
B. Konsep teori ASI Eksklusif
1. Pengertian
Menurut Soetjiningsih (1997) ASI merupakan emulsi lemak dan
larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh
kelenjar payudara sebagai makanan utama bayi. Menurut Sugeng Riyadi
dan Tjokronegoro (1992) ASI merupakan makanan alamiah yang ideal
karena mengandung semua gizi (nutrien) dan mengandung beberapa zat
12
anti terhadap penyakit. Sedangkan menurut Krisnatuti (2000) ASI
merupakan makanan yang paling ideal karena jumlah yang diproduksi ibu
melahirkan sesuai dengan usia dan pertumbuhan bayi.
Menurut Depkes ( 2003 ) ASI Eksklusif adalah memberikan
hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada
bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan kecuali obat dan vitamin.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa ASI merupakan makanan alamiah ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena kandungan gizi yang ada sesuai dengan
kebutuhan bayi serta diberikan pada bayi selama 6 bulan.
2. Komposisi ASI
Menurut Pujiadi ( 1990 ) zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah
sebagai berikut :
a. Immunoglobulin
Semua macam immunoglobulin terdapat pada ASI, seperti Ig A, Ig G,
Ig M, Ig D, dan Ig E.
b. Lisozim
Lisozim merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam
ASI sebanyak 3-300 mg/100 ml, dan kadarnya bisa naik higga 3000-
5000 kali lebih banyak dibandingkan dengan kadar lisozim dalam susu
sapi. Enzim demikian memiliki fungsi bakteriostatis terhadap
enterobakteria dan kuman gram negatif, mungkin juga berperan
sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus.
13
c. Laktoperoksidase
Laktoperoksidase merupakan enzim juga dan bersama-
sama dengan peroksidase hydrogen dan ion tiosianat membantu
membunuh streptokokus.
d. Faktor Bifidus
Faktor bifidus merupakan karbohidrat yang mengandung
nitrogen. Konsentrasi zat tersebut ialah 40 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan susu sapi. Faktor bifidus juga dapat mencegah
pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti Escherichia
Coli Patogen.
e. Faktor Anti Stafilokokus
Faktor tersebut merupakan asam lemak dan melindungi
bayi terhadap penyerbuan stafilokokus.
f. Laktoferin dan Transferin
Kedua zat terdapat dalam ASI walaupun jumlahnya tidak
banyak. Protein tersebut memiliki kapasitas mengikat zat besi dengan
baik hingga mengurangi tersedianya zat besi bagi pertumbuhan kuman
yang memerlukannya.
14
g. Komponen Komplemen
Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang
dapat dibedakan satu sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat
seperti antibody, produk kuman, dan enzim. Komplemen C3 dan C4
terdapat dalam ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 yang
tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang
berarti.
h. Lipase
ASI mengandung lipase yang merupakan juga sebagai zat anti
virus.
Komposisi dan volume ASI dapat berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan bayi. Komposisi dan volume ASI yang diproduksi pada hari
pertama setelah bayi dilahirkan, berbeda dengan ASI yang diproduksi 6
bulan kemudian.
Menurut Krisnatuti (2000) berdasarkan waktu produksinya, ASI
digolongkan ke dalam tiga kelompok berikut:
a. Colostrum
Colostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi
dilahirkan sampai hari ke-3 atau ke-4. Warnanya lebih kuning dan
lebih kental dari pada ASI yang diproduksi setelah hari ke-4.
colostrum memiliki khasiat untuk membersihkan saluran pencernaan
bayi dari kotoran sehingga saluran tersebut siap menerima makanan.
Colostrum mengandung protein, zat penangkal infeksi, mineral
15
terutama K, Na dan Cl, dan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E
dan K). Dengan keunggulan yang dimiliki colostrum, cukup jelas
bahwa bayi yang memperoleh ASI sedini mungkin (2-8 jam sesudah
lahir) akan terhindar dari kemungkinan terjadinya gangguan
pencernaan, infeksi usus, dan penyakit lainnya. Berdasarkan hasil
penetitian, seorang ibu dapat memproduksi 150-300 ml colostrum
dalam satu hari.
b. ASI Transisi/Peralihan
ASI transisi/peralihan diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10
setelah kelahiran. Bahkan, pada kondisi-kondisi tertentu ASI transisi
dapat diproduksi sampai minggu ke-5. ASI peralihan mengandung
protein yang lebih rendah dibandingkan colostrum. Dilain pihak,
kandungan lemak dan karbohidrat ASI peralihan lebih tinggi
dibandingkan colostrum.
c. Air Susu dengan Komposisi Zat Gizi Lengkap (Mature Milk)
Setelah bayi berumur satu bulan, komposisi zat gizi ASI tidak akan
mengalami perubahan (komposisinya tetap). Kondisi ini akan
berlangsung sampai bayi berumur 2-3 tahun.
Volume ASI yang diproduksi akan mengalami perubahan seiring
dengan bertambahnya umur bayi. Ketika bayi berumur tiga bulan, seorang
ibu dapat memproduksi ASI sekitar 800 ml sehari. Terjadinya perubahan
volume ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Menginjak umur 6 bulan, bayi
membutuhkan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI
16
karena ASI yang diproduksi ibu mulai menurun dan tidak mencukupi
kebutuhan bayi. Namun demikian ASI tetap boleh diberikan sampai bayi
berumur 2 tahun (Krisnatuti,2000).
3. Pola Pemberian ASI
Pola pemberian ASI (kebiasaan menyusui) diartikan sebagai
jumlah konsumsi ASI bayi pada satu waktu tertentu. Perilaku menyusui
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu menyusui secara eksklusif dimana
bayi hanya diberi ASI sampai pada usia mencapai 6 bulan, dan menyusui
secara tidak eksklusif dimana bayi sebelum berusia 6 bulan telah diberi
makanan pendamping ASI (MPASI) yang bersifat menetap dan bayi telah
diberi susu formula pada usia kurang dari 6 bulan.
4. Fisiologi Menyusui
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam
hormon. Menurut Wiknjosastro ( 1999 ) pengaturan hormon terhadap
pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu berdasarkan
pembentukan kelenjar payudara, pembentukan air susu dan pemeliharaan
air susu
5. Reflek pada Laktasi
Ada beberapa reflek yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi. Reflek yang terjadi pada ibu adalah reflek prolaktin dan oksitosin
(let down reflect). Dan pada bayi adalah rooting reflect, reflek menghisap
dan reflek menelan.
17
a. Reflek Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf sensoris yang terdapat
pada papilla mammae terangsang. Impuls oleh serabut aferen dibawa
ke hypothalamus di dasar otak, yang akan memacu pars anterior
hipofise mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui
sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar mensekresi air susu. Jadi
makin sering bayi menyusu, makin banyak prolaktin yang dilepas oleh
hipofise serta makin banyak air susu diproduksi oleh sel kelenjar.
Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks, belum dapat
dibuat secara sintetis. Oleh karena itu, menyusukan dengan sering
adalah cara terbaik untuk mendapatkan banyak air susu ibu.
b. Reflek aliran (Let down reflect)
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu, diantar ke
pars posterior hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin ke
dalam darah. Oksitosin ini akan mamacu sel-sel mioepitel yang
mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi, sehingga memeras air
susu dari alveoli, duktuli dari sinus menuju papilla mammae. Dengan
demikian sering menyusui (pengosongan payudara) sangat penting
agar tidak terjadi stagnasi pada payudara.
c. Rooting reflect
Bila neonatus disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka
18
mulut dan berusaha memcari papilla untuk menyusu, keadaan tersebut
dikenal dengan istilah rooting reflect.
d. Reflek menghisap ( Sucking reflect )
Reflek menghisap mulai bila ada sesuatu yang merangsang
palatum (durum) bayi, biasanya papilla mammae. Untuk dapat
merangsang langit-langit bagian belakang maka areola herus
tertangkap oleh mulut bayi.
6. Manfaat ASI
a. Manfaat untuk bayi
1) ASI mengandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi
dengan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
2) ASI mengandung kadar laktosa yang sangat tinggi, dimana laktosa
ini dalam usus akan mengalami peragian hingga membentuk asam
laktat.
3) ASI mengandung berbagai zat penolak yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi.
4) ASI lebih aman dari kontaminasi
5) Resiko alergi pada bayi kecil sekali
6) ASI dapat sebagai perantara untuk menjalin hubungan kasih saying
antar ibu dan anak
7) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur tubuh bayi.
8) ASI membantu pertumbuhan gigi lebih baik
19
9) Kemungkinan bayi tersedak ASI lebih kecil sekali karena payudara
ibu telah diciptakan sedemikian rupa.
10) ASI mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.
b. Manfaat untuk ibu
1) Menyusui merangsang involusi uterus
2) Menjarangkan kehamilan
3) Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah semasa kehamilan.
4) Mempunyai keuntungan psikologis yaitu timbul rasa dibutuhkan
dan rasa bangga.
5) Mengurangi insiden karsinoma mammae
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif antara lain :
1. Usia
Menurut Hardyowinoto dan Setiabudhi (1999), seseorang yang
menjalani hidup dapat diasumsikan bahwa semakin tua usianya, maka
pengalaman juga semakin banyak, pengetahuannya semakin luas,
keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin mantap dalam
pengambilan keputusan dan tindakan.
Dari hasil penelitian Aipassa (1998) dapat dilihat bahwa salah
satu faktor karakteristik ibu termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif
adalah usia. Pada primipara yang usianya diatas 29 tahun (87%) lebih
20
tinggi motivasinya untuk memberikan ASI Eksklusif dari pada usia kurang
dari 20 tahun (48%). Sedangkan pada kelompok multipara sebagian besar
mempunyai motivasi untuk memberikan ASI Eksklusif (85%).
Namun demikian penelitian lain justru mendapatkan hasil yang
berbeda dimana semakin muda usia ibu maka semakin mempunyai
kemampuan lebih baik dalam pemberian ASI (Ebraim, 1986).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua
aspek kepribadian manusia yang meliputi pengetahuan, nilai sikap dan
ketrampilan (Nugraheni, 1997). Azwar (2000) menyatakan bahwa
pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk
mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga
informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang
dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku
tertentu.
3. Pekerjaan
Menurut Suharyono (1993) untuk memperoleh penghasilan
tambahan, makin banyak kaum ibu yang terpaksa bekerja sehari penuh,
dan hal ini menyebabkan kecenderungan penurunan pemberian ASI.
Hal ini juga berkaitan dengan produksi ASI yang berkurang
karena kurangnya proses menyusui. Bila ibu sejak awal melatih bayinya
untuk minum dari botol mengakibatkan payudara tidak sering dirangsang
sehingga produksi ASI akan terhenti.
21
4. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo ( 2002) pengetahuan merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah orang melakuka penginderaan terhadap subjek
tertentu.
Pengetahuan ibu tentang ASI biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti media
massa, elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan maupun teman dan
saudara dekat. Pengetahuan ini dapat memperjuangkan, membentuk
keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan
keyakinan tertentu.
5. Sikap
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, respon akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Menurut Azwar (2002) respon
evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-
negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian akan
mengkristal.
6. Dorongan Keluarga
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri
maupun luar individu tersebut, sedangkan dorongan merupakan usaha
untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia atau dengan kata
22
lain bahwa perilaku dipengaruhi oleh dorongan baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam individu ( Purwanto,1999).
Karena itu salah satu kunci kesuksesan laktasi ini adalah
dukungan atau dorongan, baik itu yang diberikan keluarga, petugas
kesehatan, institusi pemerintahan maupun lingkungan sendiri. Hal ini
sangat berkaitan karena orang lain disekitar kita merupakan salah satu
diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi perlaku kita. Dengan
kata lain adanya dukungan atau dorongan dari keluarga, petugas
kesehatan, institusi pemerintahan dan lingkungan dapat memepengaruhi