Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Identitas Klien Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2014). Pengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut : a. Data subyektif Biodata/Identitas menurut Sodikin (2012), pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara pengajian dalam data subyektif diantaranya adalah : 1) Nama anak Mengkaji biodata anak yang mencakup identitas anak tersebut. 2) Umur anak Mengkaji umur anak untuk memastikan data pemeriksaan medis anak serta menentukan jumlah dosis yang diberikan. 3) Jenis kelamin Mengkaji jenis kelamin untuk identitas pasien dan penilaian data pemeriksaan. 4) Nama orang tua Mengkaji identitas orang tua pasien baik wali pasien maupun anggota keluarga lainnya 5) Umur 5 GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

Oct 28, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian Identitas Klien

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2014).

Pengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

a. Data subyektif

Biodata/Identitas menurut Sodikin (2012), pemeriksaan yang dilakukan

dengan wawancara pengajian dalam data subyektif diantaranya adalah :

1) Nama anak

Mengkaji biodata anak yang mencakup identitas anak tersebut.

2) Umur anak

Mengkaji umur anak untuk memastikan data pemeriksaan medis anak

serta menentukan jumlah dosis yang diberikan.

3) Jenis kelamin

Mengkaji jenis kelamin untuk identitas pasien dan penilaian data

pemeriksaan.

4) Nama orang tua

Mengkaji identitas orang tua pasien baik wali pasien maupun anggota

keluarga lainnya

5) Umur

5

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

6

Mengkaji umur orangtua pasien untuk melengkapi identitas sebagai wali

pasien tersebut.

6) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

7) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

8) Pendidikan

Mengkaji pendidikan trakhir yang dapat mempengaruhi pola hidup sehat

pasien dan keluarga.

9) Pekerjaan

Mengkaji pekerjaan orangtua / wali sebagai pemenuhan ekonomi dalam

keluarga yang mempengaruhi kualitas kehidupan.

10) Alamat

Mengkaji alamat lengkap untuk mengindentifakasi asal keluarga tersebut.

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan pasien pada situasi keperawatan sebelumnya lamanya dan

urutan riwayat standar memerlukan proses untuk diselesaikan untuk memenuhi

kebutuhan pasien yang sakit dan dalam masa penyembuhan tergantung dengan

beratnya kondisi pasien tersebut . Berikut ini menurut Sodikin (2012) adalah :

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

7

1) Keluhan utama

Keluhan utama ditulis singkat dan jelas, yang merupakan keluhan yang membuat

klien meminta bantuan pelayanan kesehatan. Keluhan utama adalah alasan klien

masuk rumah sakit meliputi catatan mengenai kemungkinan seseorang yang dapat

dipercaya dan keluhan yang paling dikeluhkan pasien.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan

keluhan sampai dengan dibawa kerumah sakit. meliputi penyakit sekarang yang

sedang dirasakan seperti tanggal timbulnya keluhan dan faktor penceus terjadinya

demam thypoid serta gambaran keadaan penyakit trsebut yang berisi tentang

lokasi, kualitas, kuantitas, faktor penghilang dan waktu / frekuensi.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang

berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat

dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. seperti

perawatan dirumah sakit terakhir, alergi, imunisasi, riwayat pengobatan

sebelumnya.

4) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga seperti kecenderungan keluarga pada sebuah penyakit yang

pernah dialami atau terdapat penyakit keturunan pada keluarga sebelumnya,

contohnya hipertensi, kanker, alergi.

c. Review of system

Review of system adalah pengkajian berdasarkan persistem di tubuh, dengan

mengkaji lebih detail berdasarkan system untuk mendapatkan data yang mendukung

masalah yang sedang dialami pasien tidak hanya saat ini, tetap masalah yang sudah

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

8

lama pasien alami untuk menentukan diagnose dan intervensi serta implementasi yang

akan diberikan kepada pasien.

Pengkajian dapat berupa vital sign berupa denyut nadi normal 80-115x/menit,

denyut nadi anak dengan demam >115x/menit.Pernafasan normal 25-30x/menit, anak

dengan demam >30x/menit. Temperature normal 36°C-37°C, temperature pada anak

demam adalah ≥38°C.

a. Sistem pernafasan dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki gangguan

pernafasan berupa dyspnea berupa sesak napas sehingga perlu mendapatkan

bantuan oksigen. Pengkajian juga dilakukan untuk mengetahui apakah pasien

memiliki riwayat penyakit dengan gangguan pernafasan berupa bronkritis,

pneumonia, atau sebagainya yang menyebabkan gejala kenaikan suhu tubuh

pada anak.

b. Pengkajian kardiovaskuler untuk mengetahui apakah anak memiliki

gangguan pernapasan yang disebabkan oleh gangguan jantung dan untuk

mengetahui apakah terjadi peningkatan denyut nadi.

c. System gastrointestinal mengkaji apakah terdapat gangguan buang air besar

(BAB) yang apabila terjadi diare, mual dan muntah dapat mengakibatkan

dehidrasi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

d. System perkemihan mengkaji apakah pasien terdapat riwayat ginjal, melihat

frekuensi buang air kecil (BAK), apakah anak terdapat kesulitan BAK dan

melihat warna urine.

e. System persyarafan mengkaji apakah pasien mengalami gangguan pada

persyarafan yang memiliki gejala pusing dan rasa ingin pingsan, kejang dan

kelemahan.

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

9

f. System imun mengkaji riwayat imunisasi anak berupa imunisasi BCG,

hepatitis A dan B, DPT, polio, campak, dan sebagainya.

g. System reproduksi dikaji untuk melihat apakah terdapat gangguan pada

reproduksi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

h. System muskoloskeletal mengkaji untuk melihat tumbuh kembang anak, serta

aktivitas anak.

i. System endokrin mengkaji apakah pasien mengalami gangguan tidur, lemah

dan mudah lelah.

j. System integument mengkaji apakah pasien memiliki masalah kulit yang

mengakibatkan infeksi dan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

k. System hematologi mengkaji apakah anak mengalami anemia, perdarahan,

terdapat penyakit gangguan pada darah berupa leukemia yang memunculkan

gejala kenaikan suhu tubuh.

2. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan daraf perifer lengkap

b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT

c) Pemeriksaan uji widal

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang menentukan

masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus menunjukkan tindakan

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

10

prioritas sebagai perawat (Dinarti, 2009). Diagnosa yang mungkin muncul pada klien

typhoid adalah :

a) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

4. Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan adalah metode pemberian langsung kepada

klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat

intervensi keperawatan. Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka

rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan (Nanda, 2006) :

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria

Hasil

Intervensi

1. Kurang pengetahuan

tentang penyakit

berhubungan dengan

kurang informasi

Tujuan:

Pengetahuan keluarga

meningkat

Kriteria hasil :

1.Menunjukkan

pemahaman tentang

penyakitnya, melalui

perubahan gaya hidup

dan ikut serta dalam

pengobatan.

1.Kaji sejauh mana tingkat

pengetahuan keluarga klien

tentang penyakit anaknya

2.Beri pendidikan kesehatan

tentang penyakit dan perawatan

klien.

3.Beri kesempatan keluaga

untuk bertanya bila ada yang

belum dimengerti.

4.Beri reinforcement positif jika

klien menjawab dengan tepat,

klien

5.Libatkan keluarga dalam setiap

tindakan yang dilakukan pada

klien

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

11

5. Penatalaksanaan

Pelaksanaan merupakan kategori dan perilaku keperawatan, dimana perawat

melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan,

pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-

hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau mengarahkan

kinerja aktivitas sehari-hari (Muscari, 2009).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang

diharapkan telah tercapai. Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam

asuhan keperawatan kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu

mengumpulkan data yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data

normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis keperawatan

dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan keperawatan dan

hasil yang di dapat (Nursing diagnosis, 2006).

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk

klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil,

kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga

klien mengerti tentang penyakitnya.

B. Pengertian Pengetahuan

1. Definisi

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (2010) pengetahuan adalah sesuatu yang

diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang melalui pendidikan atau pengalaman.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2012).

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

12

Menurut Bloom (2009) pengetahuan adalah kemampuan mengenal atau mengingat

materi yang telah dipelajari mulai dari yang sederhana sampai pada yang sukar dan lebih di

tekankan pada kemampuan mengingat yang lebih besar.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut taksonomi Bloom (2009), pengetahuan mencangkup enam tingkat domain

kognitif, yaitu :

a) Mengetahui (knowledge)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu mengingat kembali materi yang

dipelajari sebelumnya termasuk hal-hal spesifik dari seluruh yang dipelajari.

b) Memahami (Comparehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar. Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu menjelaskan tentang objek

yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan.

c) Mengaplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Tahap ini menjadikan seseorang

mampu menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang

nyata.

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

13

d) Menganalisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Tahap ini menjadikan seseorang

mampu menjabarkan materi suati objek ke dalam komponen-komponen yang

saling berkaitan dalam situasi yang terorganisasi.

e) Mensintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Tahap ini menjadikan seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada.

f) Mengevaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Tahap ini menjadikan seseorang

mampu, melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.

3. Manfaat pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang akan lebih

langgeng apabila di dasari dengan perilaku dan pengalaman terdapat 5 manfaat

pengetahuan yaitu:

a) Kesadaran (Awarenes), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Merasa tertarik (Insert), dimana orang mulai tertarik stimulus, sikap seseorang sudah

mulai timbul.

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

14

c) Menimbang-nimbang (Evalution), dimana seseorang mulai menimbang-nimbang

terhadap baik buruknya stimulus bagi dirinya.

d) Mencoba (Trial), dimana orang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikhendaki stimulus.

e) Adaptasi, dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

C. Gambaran penyakit Thypoid Fever

1. Definisi

Demam thypoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut

yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau

lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran (Astuti, 2013).

Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan

dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Faktor- faktor

yang mempengaruhi adalah daya tahan tubuh, higienitas, umur, dan jenis kelamin.

Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia, perubahan pada system

retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan ulserasi plaque

peyeri di distal ileum (Putra, 2012).

Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan

demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama

dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh

spesies Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai pada demam tifoid

maupun demam paratifoid (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

2. Epidemiologi

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia,

secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber

air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana

di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemik (Sodikin, 2012).

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

15

Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, terdapat

17 juta kasus demam thypoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai

600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Angka kejadian

penyakit demam thypoid di daerah endemis berkisar antara 45 per 100.000

penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Demam thypoid

terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk

tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat (Suriadi, 2011).

Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai

natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat

mengeksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu

yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat

hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran

yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi S. typhi hanya dapat hidup kurang

dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan

pasteurisasi (temperatur 63°C) (Rampengan, 2010).

Demam thypoid erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan

yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk (Huda, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut antara lain sanitasi

umum, temperatur, polusi udara, dan kualitas air. Faktor sosial ekonomi seperti

kepadatan penduduk, kepadatan hunian, dan kemiskinan juga mempengaruhi

penyebarannya.

3. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,

lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi

organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan

kandung empedu (Muscari, 2009).

1) Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Mulut

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

16

terdiri dari gigi yang fungsinya mengunyah makanan, lidah yang berfungsi

untuk menggerakkan makanan dan kelenjar saliva yang berfungsi mengubah

makanan menjadi bolus.

2) Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus). Terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar

limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

infeksi.

3) Esofagus

Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm dimulai

dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung. Fungsinya hanya untuk

melewatkan makanan.

4) Lambung

Lambung terdiri dari kardiak, fundus, body, antrum, dan spingter pilori.

Fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan, mengaduk, memecah, dan

mendorong makanan ke usus halus.

5) Usus Halus

Usus halus terdiri dari Duodenum, Jejenum, dan Ileum. Fungsi usus halus

adalah sebagai tempat absorbsi elektrolit, mineral, kalium, kalsium,

magnesium, besi, dan HCO3. Usus halus juga sebagai tempat mengabsorbsi

nutrisi berupa karbohidrat, protein ,lemak, dan vitamin.

6) Usus Besar (Kolon)

Usus besar terdiri dari caecum, asendends, transversum, desendends, dan

sigmoid. Fungsinya adalah menyerap air dan elektrolit 80-90% dari makanan

dan mengubah dari cairan menjadi massa.

7) Rektum dan Anus

Anus adalah saluran cerna yang menghubungkan rektum dengan dunia

luar.Anus terdiri dari 3 spingter :

-Spingter Ani Internus

-Spingter Levator Ani

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

17

-Spingter Ani Eksternus

Organ-organ yang terletak diluar saluran cerna :

a) Hati, Fungsinya : Sekresi empedu, mempertahankan hemostatik gula

darah; menyimpan glikogen, lemak Vit. ADEK dan zat besi yang

disimpan sebagai feritin; mengubah zat buangan dan bahan racun

untuk disekresi dalam empedu dan urin.

b) Empedu, Fungsinya sebagai persediaan getah empedu dan membuat

getah empedu menjadi kental.

c) Pankreas, Fungsi eksokrin ; membentuk getah pankreas. Fungsi

endokrin ; mensekresi insulin dan glukagon.

Fisiologi sistem pencernaan

Menurut Sodikin (2011), makanan masuk ke dalam mulut, diproses oleh gigi,

lidah, dan kelenjar saliva. Setelah itu makanan masuk ke faring lalu lewat

melalui esofagus menuju lambung. Di lambung makanan disimpan dan

diproses sementara dan didorong ke usus halus menuju ke hati melalui

pembuluh kapiler darah di vili, dan vena portal. Sisa-sisa makanan yang tidak

dapat diserap oleh hati akan didorong ke usus besar. Sisa makanan akan

diserap kembali berupa air dan elektrolit dan akan diubah menjadi massa.

Kemudian sisa makanan akan dikeluarkan melalui rektum dan anus melalui

proses defekasi.

4. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella

typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan

rambut getar dan tidak menghasilkan spora (Lestari, 2011). Kuman ini dapat

tumbuh pada semua media dan pada media yang selektif, bakteri ini

memfermentasi glukosa dan manosa, tetapi tidak dapat memfermentasi laktosa.

Waktu inkubasi berkisar tiga hari sampai satu bulan (Sodikin, 2012).

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

18

Sumber penularan utama demam thypoid adalah penderita itu sendiri dan

karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman S. typhi dalam tinja, dan tinja

inilah yang menjadi sumber penularan .Bakteri ini dapat hidup baik sekali pada

suhu tubuh manusia maupun yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70°C

ataupun oleh antiseptik (Rampengan, 2010). Bakteri ini dapat hidup sampai

beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri

ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60°C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi,

pendidihan, dan khlorinisasi .S. typhi mempunyai beberapa komponen antigen,

yaitu:

a. Antigen O (Antigen Somatik)

Terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur

kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap

panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.

b) Antigen H (Antigen Flagella)

Terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai

struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan

terhadap panas alkohol.

c) Antigen Vi

Terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman

terhadap fagositosis (Dermawan, 2014). Selain itu, S. typhi juga dapat

menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi

berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin. Ketiga macam

antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan

3 macam antibodi yang lazim disebut agglutinin.

d) Outer Membrane Protein (OMP)

Merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membran

sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan

sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya

cairan ke dalam membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi sebagai reseptor

untuk bakteriofag dan bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein urin,

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

19

berperan pada patogenesis demam tifoid dan merupakan antigen yang penting

dalam mekanisme responimun penjamu.

5. Tanda dan Gejala

Masa tunas typhoid 10-14 hari Minggu I. Pada umumnya demam berangsur

naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri

otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak

enak di perut. Minggu II, Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam,

bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,

meteorismus, penurunan kesadaran (Widagso, 2012).

6. Manifestasi Klinis

Masa tunas demam thypoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala

klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dari asimtomatik

hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian (Widodo,

2010). Pada minggu pertama, gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala

serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,

pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak

di perut, batuk, dan epistaksis (Widodo, 2010). Umumnya konstipasi dijumpai pada

awal penyakit. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.

Sifat demam thyfoid adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore

hingga malam hari. Dalam minggu kedua, gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa

demam, bradikardi relatif (bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1°C tidak

diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di

tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,

meteorismus, dan gangguan kesadaran (somnolen, stupor, koma, delirium, atau

psikosis) (Widodo, 2010). Demam pada demam tifoid umumnya berangsur-angsur

naik selama minggu pertama (suhu berkisar 39-40°C), terutama pada sore dan malam

hari (febris remiten). Pada minggu kedua dan ketiga, demam terus-menerus tinggi

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

20

dan (febris kontinyu) kemudian turun secara lisis. Demam tidak hilang dengan

antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat, dan kadang disertai epistaksis.

7. Patofisiologi Kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi

Masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman.

Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus,

dan selanjuntnya berkembang biak (Susilaningrum, 2013). Di usus terjadi produksi

IgA sekretorik sebagai imunitas humoral lokal yang berfungsi untuk mencegah

melekatnya kuman pada mukosa usus. Sedangkan untuk imunitas humoral sistemik,

diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis kuman oleh makrofag.

Imunitas seluler sendiri berfungsi untuk membunuh kuman intraseluler .

Bila respons imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik, maka kuman

akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propria. Di

lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama

oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan

selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah

bening mesentrika.

Melalui duktus torasikus, kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk

ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan

menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di

organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak

di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi

mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dan disertai dengan tanda-tanda dan

gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung

empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara

intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan

sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama

terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat

fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

21

sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas

vaskular, gangguan mental, dan koagulasi (Sodikin, 2011).

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang menurut (Nursalam, 2008) :

a. Darah rutin, urin rutin

b.Tes widal

c. Kutur darah

d.Terapi

e. Tirah baring sampai 7 hari bebas demam

f. Diet lunak

g.Antibiotik

9. Penatalaksanaan

Pengkajian penatalaksanaan menurut (Suriadi, 2010) adalah :

a) Istirahat dan perawatan.

Tirah baring dengan perawatan sepenunhnya di tempat seperti makan,

minum, mandi, buang air kecil,dan buang air besar akan membantu dan

mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan, perlu dijaga

kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi

pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan penumonia.

b) Diet dan terapi penunjang

Makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita

akan semakin turun dan proses peyembuhan akan menjadi lama. Makanan

harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein . Bahan makanan

tidak boleh mengandung banyak serat dan tidak boleh menimbulkan banyak

gas.

c) Obat pilihan utama

Obat yang dipilih dalah Kloramfenikol atau Tiamferikot, Kotrimoksazol,

Ampisilin dan Amoksisilin, Sefalosporin generasi ketiga, golongan

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

22

Fluorokuinolon, dan Kortikosteroid. Antibiotik golongan Fluoroquinolone

(ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif

untuk demam thypoid yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap

fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu

penurunan demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal karier kurang

dari 2%. Fluoroquinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik,

dapat membunuh S. typhiintraseluler di dalam monosit/makrofag, serta

mencapai kadar yang tinggi dalam kandung empedu dibandingkan antibiotik

lain.

10. Cara penularan

Infeksi dapat ditularkan dengan cara menelan makanan atau minuman yang

terkontaminasi dengan tinja (Nursalam, 2008). Selain itu, penularan dapat terjadi

juga dengan kontak langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja, urin, sekret

saluran nafas, atau dengan pus penderita yang terinfeksi Penularan S. typhi juga

dapat terjadi melalui transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada

dalam bakterimia kepada bayinya. Sebagian besar penularan terjadi melalui

makanan/minuman yang tercemar oleh kuman di tinja atau urin penderita atau karier

.

Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan dalam penularan adalah:

a) Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak

terbiasa.

b) Higiene makanan dan minuman yang rendah, seperti mencuci makanan

dengan air yang terkontaminasi, makanan yang dihinggapi lalat.

c) Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran,

dan sampah tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

d) Penyediaan air bersih kepada warga yang tidak memadai.

e) Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

f) Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid.

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

23

Penderita demam thypoid merupakan sumber utama infeksi yang selalu

mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit baik ketika ia sedang sakit,

maupun yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita

umumnya masih mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan

ginjal.Karier demam tifoid adalah seseorang yang kotorannya (tinja atau urin)

mengandung S. typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala

klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 – 3 bulan masih

dapat ditemukan kuman S. typhi di tinja atau urin. Penderita ini disebut karier pasca

penyembuhan (Husein, 2013).

11. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain adalah (Dermawan, 2014):

1). Intestinal

Perdarahan intestinal Pada plague peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk

tukak/ luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka

menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah, maka terjadi perdarahan.

Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain

karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan koagulasi darah

atau gabungan kedua faktor.

a. Perforasi usus

Hal ini biasanya timbul pada minggu ketiga, namun dapat pula terjadi pada

minggu pertama dengan keluhan nyeri perut yang hebat terutama di daerah

kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai

dengan tanda-tanda ileus.Bising usus melemah dan terkadang pekak hati

tidak ditemukan karena ada udara bebas di abdomen. Tanda perforasi

lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat terjadinya

syok. Peritonitis dapat menyertai perforasi atau tanpa perforasi dengan gejala

abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dindingabdomen tegang dan

nyeri pada tekanan.

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

24

2) Ekstra

a. Intestinal

Hal ini dapat terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia)

yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Dehidrasi dan

asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang. Komplikasi

hematologi berupa trombositopenia, peningkatan prothrombin time,

peningkatan partial thromboplastine time, peningkatan fibrin degradation

products sampai koagulasi intravaskular diseminata (KID) dapat ditemukan

pada kebanyakan pasien demam thypoid.

12. Pencegahan

Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S. typhi,maka setiap

individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka

konsumsi. S. typhi akan mati dalam air yang di panaskan setinggi 57°C dalam

beberapa menit atau dengan prose iodinasi/klorinasi. Vaksinasi atau imunisasi

memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala

terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran dapat

berpengaruh terhadap penurunan angka kejadian demam tifoid (Widoyono, 2012).

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang

dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat,

memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

dengan budaya cuci tangan yang benar dan memakai sabun, meningkatkan higiene

makanan dan minuman, dan perbaikan sanitasi lingkungan. Di Indonesia terdapat tiga

jenis vaksin tifoid, yaitu:

1. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna.

2.Vaksin parenteral sel utuh.

3.Vaksin polisakarida Typhin Vi Aventis Pasteur Merrieux.

Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendiagnosa penyakit secara dini dan

mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Pencegahan tersier adalah upaya yang

dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah sembuh

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

25

sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat dan pada penderita carier perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium pasca penyembuhan.

Pencegahan demam thypoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena

akan berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat

demam tifoid. Tindakan preventif dan kontrol penularan kasus luar biasa (KLB)

demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman S. typhi sebagai agen

penyakit dan faktor pejamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar terdapat

tiga strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu (Dermawan, 2014) :

a) Identifikasi dan eradikasi S. typhi baik pada kasus demam tifoid maupun

kasus karier tifoid. Pelaksanaanya dapat dilakukan secara aktif dengan

mendatangi sasaran dan pasif dengan menunggu bila ada penerimaan

pegawai di suatu instansi. Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi

tertentu seperti pengelola sarana makanan/ minuman. Sasaran lainnya adalah

yang terkait dengan pelayanan masyarakat, yaitu petugas kesehatan, petugas

kebersihan, dan lainnya.

b) Pencegahan transmisi langsung dari pasien yang terinfeksiS. typhi akut

maupun karier. Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik, maupun di

rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman S.

typhi.

c) Proteksi pada orang yang berisiko terinfeksi dapat dilakukan dengan cara

vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/Ria Nurjanah BAB II.pdfPengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

26

D. Kerangka Konsep Teori

Salmonella Typhi

Tingkat pengetahuan orangtua

tentang penyakit demam thypoid

Tanda dan gejala Cara penularan

Komplikasi Pencegahan

Penurunan tingkat demam thypoid

Penurunan tingkat demam thypoid

Kerangka Konsep Teori (Dermawan, 2014)

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018