11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Konsentrasi Belajar Konsentrasi atau perhatian, merupakan hal yang sangat penting dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita mendengarkan teman berbicara, maka kita hanya harus memusatkan perhatian pada pembicaraan tersebut dan menghalau berbagai distraksi yang muncul. Perhatian adalah sebuah proses dimana seseorang meningkatkan penerimaan informasi tertentu (yang kemudian akan diproses lebih lanjut) dan menghambat informasi lainnya (Goldstein, 2010). Konsentrasi dapat diterapkan pada berbagai aktivitas, salah satunya adalah saat belajar. Menurut Surya (2009), konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Menurut Olivia (2010), konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya kepada bahan pelajaran yang sedang dipelajari, mengenyampingkan semua hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan tersebut. Pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan dan pengolahan informasi, sebagai berikut: Memasukkan, menyimpan, dan memanggil kembali informasi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan kemampuan pemusatan pikiran pada bahan pelajaran dengan mengenyampingkan hal-hal lain yang tidak berkaitan.
23
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Konsentrasi Belajar II.pdf · Kata Yoga berasal dari bahasa Sansekerta kuno dituturkan oleh agamis tradisional India, ... pemula tidak disarankan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Konsentrasi Belajar
Konsentrasi atau perhatian, merupakan hal yang sangat penting dan sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita mendengarkan teman berbicara, maka kita hanya harus
memusatkan perhatian pada pembicaraan tersebut dan menghalau berbagai distraksi yang
muncul. Perhatian adalah sebuah proses dimana seseorang meningkatkan penerimaan
informasi tertentu (yang kemudian akan diproses lebih lanjut) dan menghambat informasi
lainnya (Goldstein, 2010). Konsentrasi dapat diterapkan pada berbagai aktivitas, salah satunya
adalah saat belajar.
Menurut Surya (2009), konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan
pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak
ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Menurut Olivia (2010), konsentrasi belajar
adalah pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya kepada bahan pelajaran yang sedang
dipelajari, mengenyampingkan semua hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan
kegiatan tersebut. Pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan dan pengolahan informasi,
sebagai berikut: Memasukkan, menyimpan, dan memanggil kembali informasi. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006), konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun
proses memperolehnya.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan
kemampuan pemusatan pikiran pada bahan pelajaran dengan mengenyampingkan hal-hal lain
yang tidak berkaitan.
12
1. Penyebab Sulitnya Konsentrasi dalam Belajar
Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar menurut Surya (2009), antara
lain:
1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran
Kurangnya minat dan motivasi belajar, yang akan menyebabkan anak mudah
terpengaruh pada hal-hal lain yang lebih menarik perhatian ketika proses belajar
berlangsung.
2. Timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut,
benci dan dendam.
Perasaan tidak enak yang ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak lain atau
rasa khawatir karena suatu hal sehingga menyita sebagian besar perhatian.
Perhatian yang terpecah ini, tentu menyulitkan anak mengikuti pelajaran dengan
baik. Dengan kata lain, anak mudah sekali kehilangan konsentrasi belajar.
3. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan
Suara hiruk-pikuk kendaraan, suara musik yang keras, suara TV, suara orang yang
sedang bertengkar dan lain-lain dapat memecahkan perhatian kita saat ingin
berkonsentrasi belajar. Selain itu keadaan ruang kelas atau ruang belajar yang
berantakan juga membuat tidak nyaman belajar sehingga menjadi tidak
berkonsentrasi.
4. Gangguan kesehatan jasmani
Ketika anak sedang belajar dalam keadaan tidak sehat jasmani, hal ini akan
mengganggu konsentrasinya. Keadaan yang tidak nyaman karena merasa pusing,
mual, atau demam akan mengganggu pemusatan perhatian anak pada pelajaran
yang sedang berlangsung.
13
5. Bersifat pasif dalam belajar
Anak yang tidak dilibatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar disebut
sebagai bersifat pasif dalam belajar. Bersifat pasif akan membawa anak pada
perilaku-perilaku impulsif serta menurunnya konsentrasi karena mereka merasa
tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar tersebut.
6. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
Konsentrasi belajar dibutuhkan pada anak ketika ingin mendapatkan prestasi yang
baik, hal ini banyak ditemukan pada anak-anak yang mampu menciptakan cara-
cara belajar yang baik dan efektif. Namun, apabila anak tidak mampu menciptakan
cara belajar yang efektif, konsentrasi belajar sulit untuk dimunculkan.
Penyebab-penyebab tersebut sangat mudah ditemui pada saat anak sedang berusaha
belajar (Surya, 2009). Berbagai penyebab tersebut dapat diminimalisir namun tidak dapat
dihilangkan karena anak tidak dapat mengontrol seluruh hal tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan berbagai metode baru untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak.
2. Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Cara meningkatkan konsentrasi belajar menurut Surya (2009), adalah sebagai berikut.
1. Kesiapan belajar
Masalah konflik kejiwaan atau perasaan negatif harus diselesaikan terlebih dahulu.
Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar. Pikiran
yang jernih dapat dicapai dengan cara relaksasi atau memusatkan pikiran untuk
sementara.
14
2. Lingkungan belajar harus kondusif
Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar
secara optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang nyaman untuk belajar.
3. Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi
Berpikir” dan “Aktif Bertanya”
Untuk meningkatkan motivasi, harus diketahui terlebih dahulu apa yang dipelajari,
untuk apa mempelajarinya, apa hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, serta
bagaimana cara mempelajarinya.
4. Cara belajar yang baik
Cara belajar yang baik tentu harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-
cara menghidupkan dan mengembangkan rasa ingin tahu.
5. Belajar aktif
Anak dituntut untuk aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada
guru atau teman. Anak yang belajar proaktif akan menghalau timbulnya roses
pengembaraan pikiran.
6. Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing) saat menghadapi
kejemuan belajar
Jika terjadi kebosanan, jangan paksakan diri untuk terus belajar. Berhenti dan
sisihkan waktu untuk melakukan istirahat saat belajar. Istirahat dapat berupa diam,
tidur, makan, dan lain sebagainya.
3. Ciri-ciri Inatentif
Fanu (2010) mengemukakan beberapa ciri-ciri siswa yang mengalami masalah konsentrasi
belajar (tanda-tanda inatentif), antara lain:
15
1. Tidak bisa memberikan perhatian yang penuh atau melakukan kesalahan-
kesalahan karena ceroboh dalam melakukan pekerjaan atau pelajaran sekolahnya;
2. Mengalami kesulitan untuk terus-menerus terfokus pada pekerjaan sekolah ketika
sedang belajar atau tidak kerasan dengan kegiatan bermainnya ketika ia sedang
bermain;
3. Tampak tidak memberikan perhatian dan tidak menghormati orang lain ketika
sedang berbicara;
4. Tidak bisa megikuti petunjuk atau arahan yang diberikan kepadanya untuk
melakukan sebuah pekerjaan dan tugas-tugas sekolahnya (tetapi hal ini bukan
dikarenakan ketidakmampuannya untuk memahami atau karena kenakalannya,
melainkan karena ia tidak bisa memperhatikan petunjuk tersebut, melainkan pada
hal-hal lainnya);
5. Mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan/mengatur tugas-tugas dan
kegiatan-kegiatannya;
6. Menghindari, tidak menyenangi, dan enggan mengerjakan tugas-tugas yang
memerlukan usaha mental berlarut-larut seperti PR;
7. Menghilangkan berbagai macam barang-barang yang dimilikinya, seperti mainan,
tugas-tugas sekolah, pensil, buku, peralatan, baju, dan seterusnya;
8. Mudah terusik oleh kegaduhan, objek yang bergerak atau rangsangan rangsangan
lainnya;
9. Pelupa.
16
B. Yoga
Kata Yoga berasal dari bahasa Sansekerta kuno dituturkan oleh agamis tradisional India,
Brahmana. Yoga berarti "persatuan" atau "Integrasi" dan juga "disiplin," sehingga sistem
Yoga disebut bersatu atau mengintegrasikan disiplin. Yoga mencari kesatuan di berbagai
tingkatan. Pertama, ia berusaha untuk menyatukan tubuh dan pikiran, yang selalu diketahui
orang sebagai hal yang terpisah. Yoga kemudian mencari kesatuan dari pikiran rasional dan
emosi. Terakhir, Yoga merupakan hal yang dianggap mampu untuk meningkatkan integrasi
psikologis (Feuerstein & Payne, 2010).
Menurut Syaukani (2015), yoga adalah seni olah tubuh dan pernapasan yang berasal dari
India.Yoga tidak hanya bermanfaat untuk kesegaran jasmani dan rohani, tapi juga bermanfaat
untuk tumbuh kembang anak. Selain itu, yoga juga dapat mempengaruhi keseimbangan
mental, emosional, intelektual, dan fisik.
Menurut Betts dan Betts (2006), yoga adalah praktek yang terdiri dari postur fisik dan
latihan pernapasan yang membantu untuk menyatukan tubuh dan pikiran. Manfaat yoga
termasuk pengurangan stres, meningkatkan ketenenangan, membangun otot, fleksibilitas, dan
koordinasi.
Yoga pada umumnya dimiliki bersama dalam filsafat India dan agama-reinkarnasi, dan
pencarian emansipasi dari siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali. Setelah setiap
latihan yoga, orang hanya merasa lebih baik. Yoga tampaknya memberikan apa yang
dibutuhkan tubuh (Jung, 1996). Patanjali (dalam Chapple, 2008) mendefinisikan yoga sebagai
keadaan kesadaran kehilangan rasa sakit atau ketidaknyamanan di mana aktivitas pikiran
berhenti. Dia menyatakan bahwa Yoga dapat diterapkan untuk mengurangi penderitaan
manusia (duḥkhaṃ), yang mengarah ke kesaksian kesadaran dari dimurnikan.
17
Menurut Purperhart (2007), yoga adalah kesatuan dari pengetahuan dan teknik. Yoga
membantu orang mengikat unsur-unsur fisik, mental, dan spiritual dari kehidupan mereka.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai melihat tubuh dan jiwa sebagai lebih dari satu
unit. Saat ini, Yoga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi banyak orang. Menurut
Purperhart (2007), Yoga yang dilaksanakan pada pagi hari dapat meningkatkan energi untuk
memulai aktivitas. Yoga yang dilaksanakan di sekolah pada pagi hari dapat membantu anak
lebih berkonsentrasi saat menerima pelajaran selanjutnya. Selain itu, Yoga di sekolah cukup
dilaksanakan selama satu jam dalam satu minggu. Sedangkan menurut Feuerstein dan Payne
(2010), pengantar yoga untuk anak dapat dilaksanakan selama satu atau dua kali dalam
seminggu selama 4-6 minggu.
Berdasarkan seluruh teori diatas, dapat disimpulkan bahwa Yoga merupakan penyatuan
pikiran melalui pola gerak dan pernafasan sehingga timbul kesadaran yang sesungguhnya.
1. Manfaat Yoga
Manfaat Yoga untuk anak menurut Syaukani (2015) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan interaksi dan sosialisasi antara ibu dan anak
Gerakan yoga yang dilakukan bersama antara ibu dan anak, akan membantu keduanya
untuk saling mengenal satu sama lain, meningkatkan komunikasi dan kedekatan di
antara mereka. Pada akhirnya akan tercipta hubungan yang positif antara ibu dan anak
2. Meningkatkan stamina tubuh
Melakukan gerakan yoga bermanfaat untuk menstimulasi agar meningkatkan fungsi
kelenjar endokrin pada tubuh. Kelenjar endokrin adalah kelenjar pengatur hormon
sehingga dapat memperbaiki segala gangguan yang terjadi pada tubuh bayi maupun
anak
18
3. Memperbaiki sistem pencernaan
Melalui gerakan yoga, diyakini mampu mengoptimalkan proses kerja kelenjar
serotonin. Kelenjar serotonin adalah hormone yang dihasilkan oleh usus yang
berfungsi untuk mendorong kegiatan otot dan saraf di usus.
4. Menciptakan sistem pernapasan yang baik
Gerakan yoga banyak melibatkan sistem pernapasan sehingga menciptakan sistem
pernapasan yang baik pada anak. Ketika melakukan kegiatan yoga, anak dengan
sendirinya terbawa dalam keteraturan pernapasan berirama yang akan meningkatkan
kapasitas paru-paru.
5. Menstimulasi perkembangan neuromuscular
Gerakan yoga yang dilakukan secara perlahan dan dilakukan berulang-ulang mampu
menstimulasi dan membangun jaringan saraf dan otot di tubuh menjadi lebih kuat.
Maka dari itu akan membantu anak untuk mengkoordinasikan anggota tubuh.
6. Membantu memperbaiki pola tidur
Yoga membantu untuk memperbaiki pola tidur baik dalam durasi maupun frekuensi.
Tidur merupakan aktivitas yang memperlancar metabolisme tubuh, karena disaat kita
beristirahat tubuh kita bekerja.
7. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Yoga dipercaya mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang dapat membantu
melawan infeksi. Hal ini dikarenakan saat melakukan gerakan-gerakan yoga dapat
membuat tubuh lebih rileks dan mengurangi stress.
19
8. Meningkatkan rasa percaya diri dan bahasa tubuh yang positif
Ketika orangtua melakukan gerakan yoga dengan anak, anak akan merasakan betapa
orangtuanya sangat memperhatikan dirinya. Ini mampu menumbuhkan rasa percaya
diri dalam dirinya.
9. Mengusir stress dan mengembangkan kemampuan untuk relaksasi
Gerakan yoga memacu tubuh untuk meningkatkan hormon endorphin, yakni hormon
yang secara alami menimbulkan rasa nyaman pada tubuh. Sehingga mampu
mengurangi stress dan menciptakan relaksasi bagi tubuh.
10. Menstimulasi kemampuan motorik
Tanpa disadari, gerakan yoga yang dilakukan oleh anak membantunya untuk
menstimulasi kemampuan motorik anak, baik motorik halus maupun kasar.
2. Teknik Bernafas Yoga untuk Anak
Bernafas merupakan komponen terpenting saat melakukan yoga. Menurut Betts dan Betts
(2006), teknik bernafas saat yoga beragam, antara lain sebagai berikut
1. Teknik bernafas Ujjayi
Teknik bernafas Ujjayi adalah nafas biasa yang seringkali diajarkan dan dilakukan saat
yoga. Teknik bernafas Ujjayi meliputi membuat suara kecil saat menghela nafas,
dengan mendengarkan nafas diri sendiri, suara ini akan menjadi bentuk meditasi saat
melakukan pose yoga. Selain itu, teknik ini juga dapat membantu bernafas lebih pelan
dan tenang sehingga asupan oksigen ke otot menjadi lebih stabil. Teknik bernafas
Ujjayi juga membantu anak untuk mencegah kondisi terengah-engah atau ketegangan
otot saat melakukan pose yang lebih sulit.
20
2. Skull Shining Breath
Teknik ini melibatkan kerja otot abdominal, yaitu memperkuat tubuh saat
menggunakan otot bawah perut. Melalui teknik ini, anak menjadi semakin sadar bahwa
lebih baik bernafas menggunakan otot perut daripada otot dada. Saat digunakan untuk
bernafas, perut mengembang, dan menerima lebih banyak udara untuk masuk ke dalam
perut dan dada. Teknik pernafasan ini dapat melelahkan otot abdominal, maka dari itu
pemula tidak disarankan untuk melakukan lebih dari 20 repetisi.
3. Teknik pernafasan Curled Tongue
Teknik pernafasan ini membantu anak untuk melepaskan amarah dan rasa frustrasi.
Anak mungkin hanya dapat melakukan teknik ini apabila dapat melipat lidahnya. Jika
mereka tidak dapat melipat lidah, mereka harus mengabaikan teknik ini dan berlatih
teknif pernafasan Singa untuk melepaskan amarah. Hal ini membantu anak untuk
membayangkan bahwa mereka bernafas pada udara yang bersih dan segar melalui
lidahnya yang dilipat. Lidah berfungsi sebagai corong untuk mengeluarkan amarah.
4. Teknik Pernafasan Singa (Lion Breath)
Pernafasan singa dapat membantu untuk menghasilkan energi melalui gerakan tubuh
dan mengeluarkan amarah. Teknik ini baik digunakan jika anak memiliki kesulitan
dalam menyampaikan perasaan. Anak berpikir mengenai permasalahan yang
dialaminya dan melakukan teknik pernafasan singa untuk mengeluarkan masalah dan
emosi negatif dari dalam tubuh. Teknik pernapasan ini sebaiknya dilakukan sebelum
melakukan gerakan lainnya.
5. Alternate Nostril Breathing
Anternate Nostril Breathing adalah teknik pernapasan yang digunakan untuk
menyeimbangkan sistem saraf. Tidak sulit untuk dilakukan, tetapi sangat berbeda dari
21
hal yang biasa dilakukan oleh anak. Teknik ini telah termasuk dalam proses yoga
karena keefektifannya. Anak harus lebih didorong untuk mengenal teknik ini meskipun
terlihat aneh.
3. Jenis Yoga
Yoga memiliki berbagai cabang utama dalam penerapannya. Menurut Feuerstein dan
Payne (2010), cabang utama yoga adalah sebagai berikut.
1. Bhakti (bhuk-tee) Yoga: Yoga pengabdian
Praktisi Yoga bhakti percaya bahwa yang tertinggi (Tuhan) melampaui hidup mereka,
dan mereka merasa tergerak untuk menghubungkan atau bahkan benar-benar
bergabung dengan Tuhan melalui tindakan pengabdian.
2. Hatha (hatha) Yoga: Yoga disiplin fisik
Hatha Yoga bertujuan lebih dari hanya melalui pikiran atau emosi. Praktisi Hatha Yoga
percaya bahwa kecuali mereka benar-benar telah mempersiapkan tubuh mereka, tahap
yang lebih tinggi meditasi dan seterusnya hampir tidak mungkin untuk tercapai.
3. Jnana (gah-nah) Yoga: Yoga kebijaksanaan
Jnana Yoga mengajarkan konsep nondualisme, yaitu realitas yang tunggal, dan
persepsi salah manusia tentang banyaknya fenomena yang berbeda. Jnana Yoga
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa segala hal tampak
nyata saat ini, tetapi sesungguhnya mereka tidak nyata atau terpisah.
4. Karma (Kahr-mah) Yoga: Yoga transenden tindakan
Prinsip penting dari Karma Yoga adalah untuk bertindak tanpa pamrih, tanpa kasih,
dan dengan integritas. Praktisi Karma Yoga percaya bahwa semua tindakan, apakah
22
tubuh, vokal, atau mental, memiliki konsekuensi yang luas dimana mereka harus
bertanggung jawab penuh.
5. Mantra (mahn-trah) Yoga: Yoga mantra
Yoga Mantra memanfaatkan suara untuk menyelaraskan tubuh dan memfokuskan
pikiran. Ia bekerja dengan mantra, yang bisa menjadi suku kata, atau frase. Secara
tradisional, praktisi menerima mantra dari guru mereka dalam konteks inisiasi formal.
6. Raja (hura-jah) Yoga: The Royal Yoga
Raja Yoga secara harfiah berarti "Kerajaan Yoga" dan juga dikenal sebagai Classical
Yoga. Jenis Yoga ini merupakan yoga yang paling sering dilakukan dan paling popular.