Top Banner
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Analisis “Analisis atau analisa berasal dari kata Yunani kuno analusis artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana artinya kembali, dan luein artinya melepas. Jika digabungkan artinya melepas kembali atau menguraikan. Kata anlusis ini diserap dalam bahasa Inggris menjadi analysis dan dalam bahasa Indonesia menjadi analisis” (Zakky:2018). Zakky (2018) menambahkan “Arti analisis secara umum adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menur ut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya”. Menurut Satori dan Komariyah (2014:200) “Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian- bagian sehingga tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih dimengerti duduk perkaranya.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut. - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -
35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

Nov 27, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Analisis

“Analisis atau analisa berasal dari kata Yunani kuno analusis

artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana

artinya kembali, dan luein artinya melepas. Jika digabungkan artinya

melepas kembali atau menguraikan. Kata anlusis ini diserap dalam bahasa

Inggris menjadi analysis dan dalam bahasa Indonesia menjadi analisis”

(Zakky:2018).

Zakky (2018) menambahkan “Arti analisis secara umum adalah

aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan,

memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut

kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya”.

Menurut Satori dan Komariyah (2014:200) “Analisis adalah suatu

usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-

bagian sehingga tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih

terang ditangkap maknanya atau lebih dimengerti duduk perkaranya.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau

benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya

atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

7

2. Konsep Seni Kriya

a. Pengertian Seni Kriya

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna dengan akal

dan pikiran. Seiring dengan kemajuan zaman, manusia memikiran

banyak hal dalam kehidupannya. Pemikiran tersebut mendorong

manusia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan fisik

seperti pakaian, perabot dan lainnya maupun kebutuhan batin, seperti

rasa puas.

Salah satu hasil pemikiran tersebut terwujud ke dalam suatu karya

kerajinan atau karya kriya. Awalnya produk kriya diciptakan untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga, pertanian dan lain sebagainya

yang masih dibuat secara sederhana. Adanya dorongan keinginan

manusia akan barang-barang yang indah membuat mereka tidak puas

dengan barang yang wujudnya biasa saja. Hal ini mendorong pengrajin

untuk menghasilkan karya yang tidak sekedar fungsional tetapi juga

menghasilkan karya yang dapat dinikmati keindahannya.

“Kata Kriya sendiri berasal dari bahasa sansakerta yakni "Kr"

yang artinya "mengerjakan" yang mana dari kata tersebut

kemudian menjadi kata karya, Kriya, kerja. Dalam arti khusus

pengertian seni Kriya adalah mengerjakan sesuatu untuk

menghasilkan benda atau objek Dalam kamus bahasa Indonesia

kata "kriya" berarti pekerjaan "kerajinan tangan". Sementara

dalam bahasa Inggris Kriya berarti "Craft" yang artinya kekuatan

atau energi, yang mengandung arrti lain yakni membuat sesuatu

atau mengerjakan yang dikaitkan dengan keterampilah atau

profesi tertentu.” (Haryono, 2012)

Seni kriya berarti sesuatu yang erat hubungannya dengan

keterampilan tangan, atau kerajinan yang membutuhkan ketelitian

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

8

untuk setiap detail karya seni yang akan dihasilkan. Pada umumnya

sebuah karya yang dihasilkan oleh seni kriya adalah seni pakai. Seni

kriya sendiri di Indonesia sudah sangat tua sekali ada dari zaman dulu,

yang mana seni kriya ini adalah yang akan menjadi cikal bakal lairnya

seni rupa di Indonesia. Contoh sederhana dari seni kriya adalah, batik,

relief atau ukir, keramik grafis, sulam, anyaman, cinderamata, hiasan

dinding, patung, furnitur, tenun, dan lain -lain.

b. Jenis-Jenis Seni Kriya

1) Kriya tekstil merupakan kerajinan yang dibuat dari berbagai jenis

kain yang dibuat dengan cara ditenun, diikat, dipres dan berbagai

cara lain yang dikenal dalam pembuatan kain. Contohnya: batik,

pakaian dal lain-lain,

2) Kriya kulit adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari

kulit yang sudah melalui proses tertentu. Contohnya: tas, sepatu, dan

wayang.

3) Kriya kayu merupakan kerajinan yang menggunakan bahan dari

kayu yang diproses dengan bantuan peralatan khusus seperti tatah

ukir. Contohnya: mebel dan ukiran.

4) Kriya logam ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti

emas, perak, dan besi.

5) Kriya keramik adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari

tanah liat melalui proses pembuatan dengan teknik tertentu untuk

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

9

menghasilkan benda pakai dan benda hias yang dapat dinikmati

keindahannya. Contohnya: guci, vas bunga, piring dan lain-lain,

6) Kriya anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan,

atau bambu. Contohnya: dompet, keranjang, caping dan lain-lain.

c. Kriya Kayu

Kriya kayu adalah salah satu jenis kriya yang dalam pembuatannya

selalu menghubungkan nilai fungsional sekaligus hiasan. Kayu sangat

banyak digunakan untuk membuat berbagai kerajinan seperti patung,

furniture, payung geulis, topeng, wayang golek dan lain sebagainya.

Seni kriya kayu ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Perkembangan ini tidak hanya terdapat pada aspek fungsi semata tetapi

berimbas pada kualitas bentuk dan bahan serta corak pada hiasannya.

Pada awalnya benda yang dihasikan memiliki bentuk sederhana

kemudian berkembang menjadi bentuk-bentuk yang beraneka ragam

dan rumit. Demikian juga dengan hiasan yang semakin detail dan

bervariasi.

Dalam pembutan kriya kayu terdapat dua bahan yaitu bahan pokok,

dan bahan penunjang. Kayu sebagai bahan pokok seni kriya ini

bermacam-macam jenisnya diantaranya kayu jati. Kayu jati termauk

dalam kayu alami yang memiliki corak coklat kemudaan sampai tua

kehijauan banyak pengrajin memilih kayu ini karena memiliki nilai

dekoratif yang sangat indah dan menarik. Kayu mahoni juga termasuk

kayu alami mempunyai sifat yang lunak dan ringan yang menjadikan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

10

pengolahannya lebih mudah. Playwood atau kayu lapis adalah bahan

kayu buatan dari beberapa lapisan finir yang ganjil, dipasang dengan

arah serat bersilangan saling tegak lurus, kemudian direkatkan menjadi

satu pada tekanan yang tinggi dengan perekat khusu.

Sedangkan bahan penunjang bisa menyesuaikan dengan apa yang

akan dibuat seperti cat, plitur, amplas, lem, dan lain sebagainya. Payung

geulis termasuk salah satu seni kriya kayu karena menggunakan kayu

sebagai bahan pokoknya. Tetapi dalam kerajinan ini membutuhkan

lebih dari satu bahan pokok. Bahan pokok yang digunakan dalam

pembuatan payung geulis adalah kayu mahoni atau kayu lainnya

sebagai gagang atau pegangan, bambu sebagai jari-jarinya atau sebagai

rangka payung, dan kain atau kertas sebagai tudung atau pelindung.

3. Motif Payung Geulis Karya Utama

a. Pengertian Motif

Soedarsono dalam Salamun (2013: 7), menyatakan bahwa

“Motif atau pola secara umum adalah penyebaran garis atau

warna dalam bentuk ulangan tertentu, lebih lanjut pengertian pola

menjadi sedikit komplek antara lain dalam hubungannya dengan

pengertian simetrik. Dalam hal ini desain tidak hanya diulang

menurut garis paralel, melainkan dibalik sehingga berhadap-

hadapan.”

Pendapat di atas menjelaskan bahwa motif hias diperoleh dengan

cara mengulang-ulang suatu motif hias yang ditempatkan secara teratur

pada jarak–jarak tertentu. Penempatan motif dapat menghadap ke satu

arah, dua arah atau ke semua saling berhadapan pada sebuah bidang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

11

sehingga terlihat indah. Corak ini kemudian akan membentuk suatu

motif hias yang bisa menimbulkan unsur keindahan.

Lain halnya menurut Wulandari (2011: 113) “Motif merupakan

suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang merupakan pangkal

atau pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna dari tanda, simbol,

atau lambang dibalik motif tersebut dapat diungkap. “

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

motif merupakan susunan hiasan yang warnanya mampu memberikan

gambaran yang utuh serta dapat memberikan kesan indah untuk

memberi hiasan yang indah, serta pemakaian motif-motif juga sering

dihubungkan dengan simbol atau lambang tertentu.

b. Simbol

Kata simbol atau simbolis berasal dari bahasa Yunani Symbolos

yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada

seseorang (Herususanto dalam Krisna Kurniawan, 2017:27). Dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, simbol atau lambang, simbolisme

adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan

ide-ide (misal sastra, seni)

Simbol bisa berarti tanda atau lambang, tanda menyatakan

sesuatu hal kepada orang yang melihat atau mendengar. Tegasnya tanda

yang jika dilihatkan kepada seseorang menyebabkan terbayangnya

sesuatu hal tertentu dalam kesadaran orang tersebut. Sebenarnya dua

definisi di atas masih dikacaukan oleh adanya dua pengertian kata, yaitu

tanda (sign) dan lambang (simbol) yang secara prinsipil memang perlu

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

12

dibedakan. Karena tanda hakekatnya merangsang subyek, si penangkap

tanda untuk bertindak sesuatu, sebab simbol hanyalah menunjukkan

kepada konsep.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulka bahwa Simbol

dapat diartikan sama dengan lambing/tanda pengenal yang tetap

(menyatakan sifat, keadaan dan sebagainya). Misalnya warna putih

adalah kesucian; gambar padi sebagi kemakmuran. Ada lagi yang

mengartikan lambang sebagai isyarat, tanda, alamat, bendera lambang

kemerdekaan, bunga lambang percintaan, cincin lambang pertunangan

atau perkawinan.

Pengertian dari makna simbolis adalah arti yang terkandung

dalam lambang atau sesuatu yang dijadikan sebagai lambang, secara

khusus adalah motif Payung Geulis Kain Karya Utama.

c. Keterkaitan Motif dengan Unsur Seni Rupa dan Prinsip Seni Rupa

Dalam membuat pola ragam hias apapun bentuk dasarnya, harus

tetap memperhatikan unsur dan prinsip seni rupa sehingga akan

menghasilkan karya yang indah dan enak dilihat. Ragam hias tidak lepas

dari unsur seni rupa

1) Unsur-Unsur Seni Rupa

Unsur-unsur fisik dalam sebuah karya seni rupa pada dasarnya

meliputi semua unsur fisik yang terdapat pada sebuah benda. Dengan

demikian pengamatan terhadap unsur-unsur visual pada karya seni

rupa ini tidak berbeda dengan pengamatan terhadap benda-benda

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

13

yang ada di sekeliling kita. Semakin baik pengenalan terhadap unsur-

unsur visual ini akan semakin baik pula pengamartan seseorang

terhadap segala sesuatu yang dilihatnya. Unsur-unsur seni rupa

dikelompokan sebagai berikut:

a) Titik

Menurut Sanyoto (2010: 94) secara umum bahwa “Suatu

bentuk disebut sebagai titik karena ukurannya yang kecil,

dikatakan kecil karena objek tersebut berada pada area yang luas

dan besar apabila diletakan pada area yang sempit.”

Apabila suatu titik ditarik akan menjadi suatu garis, dan

titik apabila diolah secara luas akan menjadi suatu bidang. Titik

mempunyai peran yang sama dengan elemen seni yang lain seperti

garis dan warna. penggunaan titik biasanya pada bagian-bagian

yang terkecil dalam suatu karya seni. Penggunaan titik biasanya

dipakai pada bagian pohon, buah, daun, tanah dan batu-batuan.

Gambar 2.1 Unsur Seni Titik

(Sumber: Saddoen, 2019)

Menurut Sanyoto (2010: 70) bahwa “Dalam seni lukis ada

suatu aliran yang disebut dengan pointilis, melukis atau

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

14

menggambar dengan teknik titik-titik ini disebut dengan

pointilisme.”

Suatu karya hasil susunan pecahan-pecahan kaca atau

keramik yang terlihat sebagai susunan titik-titik disebut muzaik.

Bisa juga membuat muzaik tiruan dengan sobekansobekan kertas

pada permukaan yang mengandung lem. Kalau kita mengatur

pasir, kerikil, atau batu-batu, sesungguhnya perbuatan menyusun

titik-titik.

Berdasarkan urian di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa titik adalah salah satu elemen dalam seni rupa yang paling

kecil, dan merupakan elemen paling dasar dalam seni rupa.

b) Garis (Line)

Pengertian garis menurut Iqamuddin (dalam Vindyona,

Sarah Putri 2018:3) adalah

“Titik yang bergerak akan membentuk garis. Garis

mempunyai panjang tanpa lebar yang mempunyai

kedudukan dan arah. Garis merupakan sisi atau batas dari

suatu benda, masa, warna, bidang, maupun ruang. Garis juga

merupakan unsur penting dalam desain yang mempunyai

arti dan melambangkan sesuatu. “

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

garis merupakan suatu bentuik memanjang yang mempunyai arah

dan kedudukan serta merupakan unsur seni rupa yang memiliki

makna.

Garis dapat terjadi karena titik yang bergerak dan

membekaskan jejaknya pada sebuah permukaan benda. Sejak

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

15

kecil kita telah mengenal dan menggunakan garis, baik dalam

bermain, menggambar maupun ketika belajar menulis dan

membuat angka. Garis menjadi batas dari berbagai bentuk dan

bidang. Dalam seni gambar (drawing), bentuk garis dapat segera

dikenali dengan mudah karena garis dalam karya drawing bersifat

aktual. Sedangkan pada karya seni lainnya seperti seni patung

misalnya, garis mungkin bersifat maya yang terbentuk dari

perbedaan letak dan bentuk permukaan patung tersebut. Dalam

sebuah karya seni rupa garis dapat juga digunakan sebagai simbol

ekspresi.

Garis tebal tegak lurus misalnya, memberi kesan kuat dan

tegas, sedangkan garis tipis melengkung, memberi kesan lemah

dan ringkih. Karakter garis yang dihasilkan oleh alat yang berbeda

akan menghasilkan karakter yang berbeda pula. Coba bendingkan

karakter garis yang dihasilkan oleh jejak spidol pada white board

dan jejak kapur pada papan tulis. Karakteristik garis terdiri dari:

(1) Garis Horisontal

Garis horisontal memberi karakter terkenal, damai, pasif

dan kaku. Melambangkan ketenangan, kedamaian dan

kemantapan.

(2) Garis Vertikal

Garis vertikal memberikan karakter keseimbangan, megah,

kuat, tetapi statis, kaku. Melambangkan kestabilan/

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

16

keseimbangan, kemegahan, kekuatan, kekokohan, kejujuran

dan kemashuran

(3) Garis Diagonal

Garis diagonal memberikan karakter gerakan (movement),

gerak lari/meluncur, dinamik, tak seimbang, gerak gesit,

lincah, kenes, menggetarkan. Melambangkan kedinamisan,

kegesitan, kelincahan dan kekenesan.

(4) Garis Zig-Zag

Garis zig-zag memberi karakter gairah, semangat, bahaya,

mengerikan.

(5) Garis Lengkung

Garis ini memberi karakter ringan, dinamis, kuat serta

melambangkan kemegahan, kekuatan dan kedinamikaan

(6) Garis Lengkung S

Garis lengkung S memberi karakter indah, dinamis, luwes.

Melambangkan keindahan, kedinamisan dan keluwesan.

Gambar 2.2 Macam-macam Bentuk Garis (Sumber: Saddoen, 2019)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

17

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

garis adalah titik yang bergerak mememanjang. tanpa lebar yang

mempunyai kedudukan dan arah.

c) Warna

Warna pada dasarnya merupakan kesan yang ditimbulkan

akibat pantulan cahaya yang mengenai permukaan suatu benda.

Pada karya seni rupa, warna dapat berwujud garis, bidang, ruang

dan nada gelap terang.

Wulandari (2011:76) menyatakan bahwa “Warna adalah

spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna

(berwarna putih). Dalam seni rupa, warna bisa berati pantulan

tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di

permukaan benda.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

warna merupakan pantulan cahaya yang berada di permukaan yang

dipengaruhi oleh pigmen dan merupakan unsur yang penting

sebagai salah satu elemen seni rupa.

Menurut Sanyoto (2010:108) bahwa Dalam karya seni rupa

terdapat beberapa macam penggunaan warna, yaitu harmonis,

heraldis dan murni.

“(1) Penggunaan warna disebut harmonis jika penerapannya

sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

(2) Penggunaan warna heraldis atau simbolis adalah

pengunaan warna untuk menunjukkan tanda atau simbol

tertentu, seperti hitam untuk melambangkan duka cita,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

18

merah untuk melambangkan amarah, hijau untuk

melambangkan kesuburan.

(3) Penggunaan warna secara murni adalah penerapan warna

yang tidak terikat pada kenyataan objek atau simbol

tertentu.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan warna bisa dikatakan harmoni misalkan mewarnai

awan dengan warna biru menggambarkan awan di pagi atau siang

hari, warna merah/oranye/oren menggambarkan awan pada waktu

sore/senja.

Gambar 2.3 Skema Warna

(Sumber: http://i-contcreation.blogspot.com/2012/12/teori-

warna-untuk_interior, September 2019)

Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori

Brewster (dalam Sanyoto, 2010:109) dipaparkan sebagai berikut:

(1) Warna Primer

Warna primer adalah warna dasar yang tidak berasal dari

campuran dari warna- warna lain yang tersusun atas warna

merah, kuning, dan hijau

(2) Warna Sekunder

Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna

primer dengan proporsi 1:1. Warna jingga merupakan hasil

campuran merah dengan kuning.

(3) Warna Tersier

Warna tersier merupakan satu warna sekunder. Contoh,

warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna

primer kuning dan warna sekunder jingga.

(4) Warna Netral

Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar

dalam proporsi 1: 1: 1. Warna netral sering muncul sebagai

penyeimbang warna- warna kontras di alam.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

19

Karakter dan simbulisasi warna (bahasa rupa warna) adalah

sebagai berikut

(1) Kuning : Energi dan kecerian, kejayaan, dan keindahan.

(2) Jingga : Kemerdekaan, penganugrahan, kehangatan, bahaya

(3) Merah : sifat nafsu primitif, marah, berani, perselisihan,

bahaya, perang, seks, kekejaman, bahaya, kesadisan.

(4) Ungu : Keangkuhan, kebesaran, kekayaan.

(5) Biru : Keagunan, keyakinan, keteguhan iman, kesetiaan,

kebenaran, kemurahan hati, kecerdasan dan perdamaian.

(6) Hijau : Kesuburan, kesetiaan, keabadian, kebangkitan,

kesegaran, kemudahan, keremajaan, keyakinan, kepercayaan,

keimanan, pengharapan, dan kesanggupan.

(7) Putih : Kesucian, kemurnian, kejujuran, ketulusan,

kedamaian, ketentraman, kebenaran, kesopanan, keadaan tak

bersalah kelembutan dan kewanitaan

(8) Hitam : Kesedihan, malapetaka, kesuraman, kemurungan,

bahkan kematian, teror, kejahatan, keburukan ilmu sihir,

kedurjanaan, kesalahan, kekejaman, kebusukan, dan rahasia

(9) Abu-abu : Ketenangan, kebijaksanaan, mengalah, kerendahan

hati, tetapi simbul turun tahta, dan ragu-ragu.

2) Prinsip-prinsip Seni Rupa

Menurut Dosen ISI Denpasar Suparta, (2010) bahwa

“Prinsip-prinsip seni rupa adalah cara penyusuan, pengaturan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

20

unsur-unsur rupa sehingga membentuk suatu karya seni. Prinsip

Seni Rupa dapat juga disebut asas seni rupa, yang menekankan

prinsip desain seperti: kesatuan, keseimbangan, irama, penekanan,

proporsi dan keselarasan. “

Dapat disimpulkan bahwa unsur seni rupa adalah aturan

yang dipakai untuk menyusun unsur-unsur seni rupa untuk

menciptakan suatu karya seni.

3) Prinsip-prinsip Seni Rupa

Menurut Dosen ISI Denpasar Suparta, (2010) bahwa

“Prinsip-prinsip seni rupa adalah cara penyusuan, pengaturan

unsur-unsur rupa sehingga membentuk suatu karya seni. Prinsip

Seni Rupa dapat juga disebut asas seni rupa, yang menekankan

prinsip desain seperti: kesatuan, keseimbangan, irama, penekanan,

proporsi dan keselarasan. “

a) Prinsip Kesatuan

Untuk mendapatkan suatu kesan kesatuan yang lazim

disebut unity memerlukan prinsip keseimbangan, irama,

proporsi, penekanan dan keselarasan. Antara bagian yang satu

dengan yang lain merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling

mendukung dan sistematik membentuk suatu karya seni.

Dalam penerapannya pada bidang karya seni rupa/kriya

prinsip kesatuan menekankan pada pengaturan obyek atau

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

21

komponen obyek secara berdekatan atau penggerombolan

unsur atau bagian-bagian.

b) Prinsip Keseimbangan

Prinsip keseimbangan berkaitan dengan bobot. Pada

karya dua dimensi prinsip keseimbangan ditekankan pada

bobot kualitatif atau bobot visual, artinya berat - ringannya

obyek hanya dapat dirasakan. Pada karya tiga dimensi prinsip

keseimbangan berkaitan dengan bobot aktual (sesungguhnya).

Keseimbangan ada dua yaitu: Simetris dan asimetris.

Pencapaian keseimbangan tidak harus menempatkan obyek

secara simetris atau di tengah-tengah. Keseimbangan juga

dapat diperoleh antara penggerombolan dengan obyek-obyek

yang berukuran kecil dengan penempatan sebuah bidang yang

berukuran besar. Atau mengelompokkan beberapa obyek yang

berwarna ringan (terang) dengan berwarna berat (gelap).

c) Prinsip Irama

Irama dalam karya seni dapat timbul jika ada

pengulangan yang teratur dari unsur yang digunakan. Irama

dapat terjadi pada karya seni rupa dari adanya pengaturan

unsur garis, warna, gelap-terang secara berulang-ulang.

d) Prinsip Penekanan

Pada seni rupa bagian yang menarik perhatian menjadi

persoalan/masalah prinsip penekanan yang lebih sering

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

22

disebut prinsip dominasi. Seperti misalnya gambar orang

dewasa pada sekelompok anak kecil, warna merah di antara

warna kuning. Penempatan dominasi tidak mesti di tengah-

tengah, walaupun posisi tengah menunjukkan kesan stabil.

Penekan atau pusat perhatian atau juga disebut obyek

suatu karya/garapan adalah karya yang dibuat berdasarkan

prioritas utama. Karya yang diciptakan paling awal tersebut

lebih menonjol dari berbagai segi obyek pendukungnya seperti

ukuran, teknik, dan pewarnaannya. Dalam seni kriya,

penciptaan suatu karya dinominasi menjadi tiga bagian, yaitu

obyek ciptaan, obyek pendukung dan isian-isian.

e) Prinsip Proporsi

Proporsi adalah perbandingan antara bagian-bagian

yang satu yang lainnya dengan pertimbangan seperti: besar-

kecil, luas-sempit, panjang-pendek, jauh – dekat dan yang

lainnya. Dalam seni rupa kriya, perbandingan ini

mempertimbangkan seperti bidang gambar dengan obyeknya.

Yang juga memjadi perbandingan dalam seni rupa kriya adalah

skala maupun riil/aktual. Berdasarkan kondisi riil, botol lebih

tinggi dari pada gelas atau piring lebih lebar dari pada

mangkok. Proporsi juga digunakan untuk membedakan obyek

utama (tokoh), pendukung (figuran), dan isian-isian

(pendukung/latar).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

23

f) Prinsip Keselarasan

Prinsip ini juga disebut prinsip harmoni atau keserasian.

Prinsip ini timbul karena ada kesamaan, kesesuaian, dan tidak

adanya pertentangan. Selain penataan bentuk, teksture, atau

warna-warna yang berdekatan (analog). Kalau dalam karya

ada warna-warna yang berlawanan (komplementer) harus

dicarikan warna pengikat/sunggingan seperti warna putih.

d. Motif Ragam Rias

“Ragam hias merupakan bentuk dasar dari hiasan, yang mana

biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang terhadap suatu

kerajinan ataupun dalam suatu karya seni. Ragam hias juga biasa

disebut ornament, berasal dari bahasa Yunani "ornare" yang

artinya hiasan atau menghias. Menghias berarti mengisi

kekosongan suatu permukaan bahan dengan hiasan, sehingga

permukaan yang semula kosong menjadi tidak kosong lagi karena

terisi oleh hiasan. “(Giri, 2014:4).

Jadi, dapat dismpulkan bahwa ragam rias adalah hiasan yang

dipakai untuk nenghiasi kekosongan pada suatu permukaan yang

menjadikan suatu karya seni yang indah untuk dipandang.

Macam-macam ragam rias adalah sebagai berikut:

1) Geometris

Motif geometris sering juga disebut motif ilmu ukur. Pada

dasarnya motif ini dikatakan geometris lebih disebabkan oleh cara

atau teknik yang digunakan dalam pembuatan ragam hias. Pada

teknik-teknik tertentu motif geometris merupakan motif yang

paling mudah dibuat, misalnya teknik anyam, tenun, sulam, atau

teknik lain yang selalu menggunakan pakan dan fungsi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

24

2) Non Geometris

a) Motif Realistis atau Natural (Alami)

Merupakan motif yang menggambarkan benda yang alami,

natural dan nyata, yaitu flora/tumbuhan. Ragam hias tumbuhan,

yaitu motif yang mengambarkan tumbuh-tummbuhan seperti

bunga, daun, pohon, dan lain-lain yang bias juga

disederhanakan bentuknya tanpa meninggalkan karaktek bentuk

aslinya. Jenis motif natural jenis bunga yang dilukis di antaranya

bunga kamboja dan bunga sakura.

Bunga Kamboja adalah bunga yang cantik. Kelopaknya

besar memiliki aroma yang wangi. Warna bunga macam-

macam, tergantung jenisnya. Tetapi umunya berwarna putih

dengan bagian dalam berwarna kuning. Pohon kamboja

merupakan tanaman yang tahan terhadap penyakit dan tahan

terhadap perubahan cuaca. Bunga kamboja merupakan tanaman

yang bisa hidup hingga ratusan tahun. Pohon kamboja bukanlah

tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika

bagian tengah. Diduga tanaman dibawa ke Indonesia oleh orang

Belanda dan Portugis. Sekarang pohon kamboja ditemukan di

mana-mana, yaitu di halaman rumah sebagai tanaman hias, di

makam sebagai penanda, juga di pura-pura di Bali. Bunga

kamboja digunakan untuk hiasan di rambut, untuk obat, juga

hiasan ruangan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

25

Bunga sakura adalah salah satu bunga nasional negara

Jepang. Berdasarkan nama, “sakura” berasal dari kata “saku”,

yang memiliki arti “mekar,” sementara “ra” adalah akhiran

jamak. Dari segi warna, bunga ini sangat berpengaruh dalam

jenisnya. Beberapa warna bunga sakura berwarna kuning pucat,

merah muda, merah terang dan hijau muda. Berdasarkan

susunan kelopak Sakura dibagi menjadi beberapa kategori:

1) Bunga tunggal yang hanya memiliki satu daun

2) Bunga ganda mekar dengan beberapa lapisan mahkota

3) Bunga semi ganda

Berikut ini contoh motif realistis pada bunga kamboja dan

bunga sakura.

Stalasi Bunga Kamboja

Gambar 2.4 Contoh Motif Realistis pada Bunga Kamboja dan

Bunga Sakura

b) Motif Fauna/Binatang

Ragam hias fauna merupakan bentuk gambar motif yang

diambil dari hewan tertentu. Penggambaran fauna dalam

Bunga Kamboja Asli

Bunga Kamboja Asli

Bunga Sakura Asli

Stalasi Sakura Asli

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

26

ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi,

jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan

tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang

digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya

diambil pada bagian tertentu dan dikombinasikan dengan motif

lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain,

burung, singa, ular, kera, gajah dan merak.

Gambar 2.5 Motif Fauna Kupu-kupu dan Garuda

(Sumber: Giri, 2014:10)

c) Motif Ragam Hias Figuratif

Ragam hias dari bentuk dasar manusia dengan

penggayaan sehingga menghasilkan motif ragam hias yang

indah. Ragam hias figuratif mengacu pada inspirasi bentuk figur

manusia, baik secara keselurahan atau sebagian. Seperti ragam

hias topeng merupakan ragam hias figuratif yang mengacu

bentuk manusia bagian wajah.

Gambar 2.6 Motif Figuratif

(Sumber: Iskandar, 2017:4)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

27

e. Pola Motif Ragam Rias

Pola-pola ragam hias menurut penempatannya sebagai berikut:

1) Pola simetris terbentuk dari susunan motif-motif ragam hias dengan

keseimbangan dan bentuk yang sama dalam susunannya.

2) Pola a-simetris terbentuk dari komposisi yang tidak berimbang,

namun memiliki proporsi, komposisi dan kesatuan yang harmoni.

3) Pola ragam hias tepi. Terbentuk dari pengulangan bentuk

sebelumnya dan digunakan untuk menghias bagian tepi.

4) Pola ragam hias menyudut. membentuk pola segi tiga dan umumnya

memiliki bentuk ragam hias yang berbeda dan disesuaikan dengan

bentuk ragam hias yang sudah ada

5) Pola ragam hias gabungan merupakan pola ragam hias memusat

bentuk coraknya berdiri sendiri dan biasanya gabungan dari

beberapa ragam hias dan membentuk ragam hias baru.

6) Pola ragam hias beraturan terbentuk dari bidang dan corak yang

sama yang susunan polanya merupakan pengulangan dari bentuk

sebelumnya dengan ukuran yang sama.

7) Pola ragam hias tidak beraturan, pola ini lebih bervariasi karena

terdiri dari beberpa motif yang berbeda dan tidak mengikuti pola

proporsi dan komposisi yang seimbang

4. Payung Geulis Tasikmalaya

a. Jejak Sejarah Payung

Payung terlihat barang yang sederhana dimasa sekarang. Tetapi

penciptaan payung dimasa lampau memerlukan waktu berabad-abad

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

28

sampai akhirnya digunakan secara umum diseluruh dunia. Menurut

Huang Dada (2011) bahwa:

“Jika menggunakan payung (umbrella) itu berarti sedang

menggunakan ciptaan bangsa Tiongkok.Wang Mang, penguasa

Dinasti Xin menggunakan payung dalam kendaraan roda empat

di abad 2 M payung yang digunakan oleh Wang Mang memiliki

sambungan yang dapat dibengkokkan yang memungkinkan

payung itu untuk dipanjangkan dan ditarikde dari penciptaan

payung ini diturunkan dari pembuatan tenda.. Payung digunakan

untuk orang yang berpangkat tinggi yang digunakan saat pergi

berburu. Fungsi lain adalah melindungi dari sinar matahari.”

Gambar 2.7 Penguasa Dinasti Xin Menggunakan Payung

(Sumber: Dada, Huang::2012)

Tipe awal pembuatan payung terbuat dari sutera, digunakan untuk

penutup dan pelindung dari cuaca seperti hujan dan terik matahari

selama berabad-abad. Selain menggunakan sutera, juga menggunakan

sejenis kertas minyak yang terbuat dari kulit kayu mulberry.

Sebagaimana produk budaya Tiongkok yang lain, ide tentang payung

dari Tiongkok itu kemudian masuk ke Korea dan Jepang. Dan masuk

ke Eropa. melalui Jalur Sutera. Kemudian keberadaan payung

menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

Keberadaan payung di Indonesia diawali pada Masa Hindu-

Buddha pada abad VIII Masehi terbukti bukan hanya tergambarkan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

29

pada relief candi, namun juga disebutkan dalam sumber data tekstual,

baik prasasti ataupun susustra lama.

“Pada masa lampau, payung bukan marupakan benda yang boleh

dipunyai dan dipergunakan oleh bukan sembarang orang,

melainkan untuk lapisan sosial tertentu. Dalam sumberdata

prasasti, khususnya prasasti yang berisi ‘penetapam status sima

(perdikan)’, diperoleh siratan informasi bahwa jenis payung

tertentu yang dinamai ‘pajeng wlu (payung bulat)’, hanya boleh

dikenakan oleh kalangan bangsawan atau orang tertentu diluar

bangswan yang memperoleh hak-hak istimewa.” (Citralekha,

2017)

Jadi, payung jenis tertentu tidak dipakai oleh sembarang orang,

hanya dipakai oleh kalangan bangsawan dan orang yang memeperoleh

hak istimewa.

Gambar 2.8 Payung pada Zaman Sejarah

(Sumber: Citralekha, 2017)

Jenis payung khusus lainnya adalah payung berwarna keemasan,

yang dalam Kakawin Bharattayuddha dinamai ‘pajeng mas’. Dalam

sumber data prasasti maupun susastra Masa Hindu-Buddha, istilah

dalam Bahasa Jawa Kuno dan Jawa Tengahan untuk penyebut payung

adalah ‘pajeng’, yang kemudian vokal ‘e’ diganti dengan ‘u’ dan

konsonan ‘j’ dengan ‘y’ di dalam bahasa Jawa Baru dan bahasa

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

30

Indonesia. Kata jadian ‘apajeng’ berarti: berpayung, dan ‘pinajengan’

berarti: melindungi dengan payung (memayungi).

Gambar 2.9 Bagian Utama Payung

(Sumber: pusatpayunghias.com, 2019)

Payung yang terdiri atas dua bagian utama, yaitu: (a) bagian

tangkai, dan (b) bagian atap yang mengembang, diilhami oleh bentuk

tanaman, yaitu jamur, sebagaimana tergambar pada jenis dan bentuk

jamur ‘jamur payung’. Bentuk dasar rumah pun ada yang diilhami

bentuk jamur, utamanya rumah sederhana bertiang tunggal (bangunan

soko tunggal), yang di dalam istilah Jawa Kuna disebut ‘patani jamur’.

Bentuk bangunan demikian acap tampil di relief candi Masa Hindu-

Buddha dan ukir kayu cungkup makam Islam Periode Kewalian.

Bentuk payung nampaknya juga menginspirasi sebutan jenis paku yang

bagian atasnya mengembang, yang dinamai ‘paku payung’, yang

menyerupai paku pines namun berukuran jauh lebih besar.

Menurut Citralekha, (2017) bila dilihat dari bentuk dan bahannya,

terdapat kategori:

”(1)payung kertas, dan (2) payung mutho’. Payung kertas

menggunakan tangkai, poros tancap bagi jeruji-jeruji maupun

kemuncak (pengunci atas) dari bahan kayu, jeruji-ketuji dari

bambu, dan pelapis atap dari kertas. Bahan yang berupa kertas

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

31

inilah yang nampaknya menjadi dasar penyebutannya sebagai

‘payung kertas’. Sedangkan ‘payung mutho’ jerujinya dari logam

dan pelapis atap dari kain, sehingga bila dimekarkan mampu

menghasilan bentuk atap kubah (mutho).”

Payung mutho hadir lebih awal, sebagai pengaruh Payung Eropa

pada Masa Kolonial. Oleh karena itu, ada cukup alasan untuk

mempredkati payung kertas yang telah meniti perjalanan sejarah

panjang tersebut sebagai ‘payung tradisional’. Meski hadir lebih

belakangan, namun payung mutho, yang telah berabad-abad hadir di

Nusantara dan telah diadaptasi dengan budaya lokal, dapat pula

dipredikati ‘payung tradisional’.

Apabila payung diposisikan sebagai ‘benda praktis’, maka

payung hanya dilihat sebagai barang yang hanya ‘penting sesaat’.

Artinya, dipandang penting jika tengah dibutuhkan dan dipergunakan.

Orang menghadapi kesulitan untuk dapat melalukan mobilitas ketika

hujan sementara dirinya tidak membawa payung. Fungsi non-praksis

payung tak mengenal pengaruh waktu dan musim. Misalnya, payung

sebagai simbol kebesaran dimekarkan untuk menangungi singgasana,

meskipun lokasinya di dalam ruang.

b. Sejarah Payung Geulis Tasikmalaya

Payung geulis masuk ke Kota Tasikmalaya dibawa oleh etnis

China. Orang China membawa payung dari daerahnya dan dikenalkan

kepada masyarakat Tasikmalaya. Masyarakat Tasikmalaya sangat

menyukai payung yang dibawa oleh orang China tersebut. Kemudian

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

32

masyarakat Tasik-pun mengembangkannya menjadi kerajinan

Tasikmalaya.

Menurut Sofyan dkk (2018:395) bahwa:

“Dalam konteks historis, payung geulis pertama kali ditemukan

oleh salah seorang tokoh masyarakat wilayah Panyingkiran yang

bernama H. Muhyi. H. Muhyi merupakan salah seorang yang

memiliki kondisi ekonomi yang cukup memadai. Sekitar tahun

1962, H. Muhyi berpikir untuk membuat payung yang bisa

digunakan ketika pergi ke ladang pada saat hujan atau panas. Pada

akhirnya, H. Muhyi membuat sendiri payung yang terbuat dari

bahan kertas untuk digunakan pada saat pergi ke ladang. Apa

yang dilakukan oleh H. Muhyi ternyata menginspirasi warga

lainnya untuk membuat payung yang sama. Hingga akhirnya,

beliau memutuskan untuk menjadi perajin payung.”

Keberadaan industri kerajinan payung geulis berada di

Kecamatan Indihiang khususnya di Kelurahan Panyingkiran, hampir

seluruhnya merupakan pengrajin payung geulis. Payung geulis

mengalami masa kejayaan pada 1975 sampai 1985. Namun masa

kejayaan itu berangsur-angsur surut setelah pemerintah pada tahun

1990 menganut politik ekonomi terbuka. akibat kebijakan tersebut

payung produksi luar negeri masuk ke Indonesia. Hal ini berdampak

buruk pada usaha kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. Usaha

kerajinan ini mulai bersinar kembali sejak tahun 2003. Pengrajin

payung geulis mulai membuka kembali usaha pembuatan payung geulis

meskipun dalam jumlah kecil.

Pada awalnya pengrajin payung geulis yang terdapat di

Tasikmalaya berjumlah tiga puluh dua pengrajin namun saat ini

pengrajin yang masih memproduksi payung geulis hanya tujuh

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

33

pengrajin. Pengrajin terdiri dari penyulam rangka, pelukis, sampai

pencetak gagang.

c. Pengertian Payung Geulis Tasikmalaya

Payung geulis terdiri dari dua kata, yaitu payung dan geulis.

Payung atau umbrella dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin

"umbra", yang berarti bayang-bayang. Sedangkan geulis memiliki arti

elok atau molek, sehingga Payung Geulis memiliki arti payung cantik

yang bernilai estetis. Payung geulis termasuk dalam kategori ‘seni

kriya’. Dilihat dari bahannya payung geulis termasuk pada seni kriya

kayu. Payung geulis Tasikmalaya terbuat dari kayu dan kertas bukan

payung biasa yang terbuat dari besi dan plastik yang mempunyai makna

estetika. Sejalan dengan pendapat Haryono (2012) bahwa

“Kriya kayu merupakan salah satu jenis seni kriya/ kerajinan

yang dalam pengerjaannya selalu menggabungkan antara nilai

kegunaan atau fungsi sekaligus nilai keindahan/ hias

menggunakan bahan dari kayu. Tidak semua orang dapat

membuat payung. Oleh karena itu, payung adalah hasil karya dari

para perajin khusus dan ahli.”

Payung geulis Tasikmalaya merupakan sebuah ornamen hiasan

yang menonjolkan keindahan. Salah satu sentra kerajinan payung geulis

terletak di Desa Panyingkiran, Indihiang. Pada masa keemasan payung

geulis hampir semua warga di daerah Panyingkiran memproduksi

kerajinan yang telah ada sejak zaman Belanda.

Sofyan, et al (2018:391) menambahkan bahwa:

“Payung geulis Tasikmalaya merupakan payung yang memiliki

ciri khas tersendiri di antara payung-payung yang dipasarkan di

Jawa Barat, yakni payung geulis ini hanya diproduksi di

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

34

Tasikmalaya. Kerajinan tangan tradisional ini telah menyimpan

nilai historis yang cukup tinggi. Secara historis, jenis payung ini

pada zaman dahulu merupakan payung yang sangat diminati oleh

penduduk Tasikmalaya dan sekitarnya. Kerajinan tangan

tradisional ini juga merupakan satu di antara jenis kerajinan

tangan yang memiliki fungsi dan nilai estetis sekaligus.”

Cara pembuatan payung geulis sendiri cukup sederhana mulai

dari pembuatan rangka kayu menggunakan benang yang kemudian di

pasang kertas, kain atau plastik menggunakan lem. Proses yang paling

rumit adalah saat membuat rangka diperlukan keahlian khusus dalam

pembuatannya dan belum cukup banyak tenaga kerja yang ahli dalam

melakukannya.

Setelah selesai pembuatan rangka dan pemasangan kertas,

payung geulis diberi motif untuk mempercantik terdapat dua motif yang

dipakai geometris dan non geometris. Ciri dari lukisan payung geulis

yang bermotif geometris adalah menonjolkan ornamen lukisan

berbentuk bangun seperti garis lurus, lengkung dan patah sedangkan

motif non geometris diinspirasi dari alam seperti lukisan manusia,

hewan dan tanaman. Sering perkembangan dan permintaan pasar saat

ini motif lukisa mulai dipadukan dan dikembangkan dengan lukisan cat

minyak, batik atau bordir.

d. Fungsi Payung Geulis

Zaman Belanda payung geulis digunakan kaum bangsawan untuk

melindungi diri dari panas dan hujan. Kini payung geulis bagi

masyarakat Tasikmalaya, merupakan salah satu warisan kultural dan

sekaligus menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari. Itu artinya,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

35

payung geulis bagi masyarakat Tasikmalaya memiliki nilai kultural,

ekonomis, dan estetis.

Seiring dengan perkembangan zaman, payung geulis telah beralih

fungsi dari yang semula sebagai benda yang dipakai dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu sebagai pelindung pada saat panas dan hujan,

sekarang berubah menjadi sebuah kerajinan tangan yang dikhususkan

untuk upacara adat, pernikahan, acara-acara seserehan, dan elemen

hiasan di hotel, perkantoran serta rumah makan yang ada di wilayah

Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya. Berikut beberapa gambar fungsi

dari payung geulis.

Gambar 2.10 Fungsi Payung Geulis

(Sumber: google.com, 2019)

Gambar di atas menunjukkan bahwa payung geulis dapat

digunakan untuk berbagai kegiatan misalnya upacara adat pernikahan,

seni tari, kegiatan Tasik Oktober Festival (TOF), dan media edukasi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

36

para pelajar dalam melukis payung, tujuannya untuk melestarikan

keberadaan payung geulis sebagai ikon KotaTasikmalaya.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis

motif antara lain:

1. Hasil Penelitian Nova Juwita (2014)

Judul penelitian “Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya.”

Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

dalam proses pembuatan payung geulis Tasikmalaya ini terbagi menjadi

empat tahap yaitu: 1) pembuatan bola-bola atas dan bawah, 2) pembuatan

jari-jari (Rurusuk) dan Penyangga (Sangga), 3) pembuatan pegangan dan

kuncung, dan 4) pembuatan payung geulis. Pada proses pembuatan paying

geulis ada teknik anyam. Teknik ayam yang digunakan tidak sama dengan

Teknik anyam pada umumnya. Pola anyam yang digunakan adalah pola

anyam buatan pekriya payung sejak zaman dahulu yang dibuat secara

turun temurun. Sedangkan untuk hiasan pada tudung payung kebanyakan

berupa motif motif hias bunga. Persamaan dengan penelitian ini adalah

objek penelitian yaitu payung geulis, sedangkan perbedaannya adalah

tempat penelitian dan bukan analisis motif tetapi analisis estetikanya.

2. Hasil Penelitian Toifful Aman (2014)

Judul penelitian “Analisis Motif Batik Gebleg Renteng sebagai

Motif Batik Khas Kabupaten Kulon Progo” Fakultas Bahasa dan Seni

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

37

Universitas Negeri Yogyakarta. Rumusan masalah adalah mengkaji latar

belakang, bentuk motif, makna simbolis, arah motif, dan fungsi Batik

Gebleg Renteng Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Keabsahan data diperoleh melalui teknik triangulasi. Analisis data

menggunakan teknik model Miles dan Huberman yang melalui tiga proses

yaitu proses reduksi data, proses penyajian data dan proses menarik

kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk motif Gebleg

Renteng dibagi atas motif utama terdiri dari gebleg, motif logo Binangun

bersayap, motif bunga kuncup dan bunga mekar. Makna simbolis Batik

Gebleg Renteng adalah gambaran potensi kekayaan alam Kulon progo,

nilai luhur budaya, dan doa/harapan bagi Kulon Progo agar menjadi

daerah yang lebih maju. Persamaan dengan penelitian ini adalah subjek

penelitian yaitu analisis motif sedangkan perbedaannya adalah tempat

penelitian dan objek penelitian bukan payung geulis tetapi motif batik.

3. Hasil Penelitian Pratiwi Kusumowardhani (2017)

Judul penelitaian “Identifikasi Unsur Visual Bentuk dan Warna yang

Menjadi Ciri Khas Motif Ragam Hias Batik Betawi Tarogong Jakarta”.

Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana unsur visual yang terdapat pada ragam

hias motif batik Betawi khususnya Batik Betawi Wilayah Tarogong.

Metodelogi Desain Nate Burgon & Adam Kallis diadaptasi dalam

penelitian ini, yaitu konsep divergen dan konvergen, sampai menemukan

detail masalah. Detail masalah yang dikembangkan dengan mengadaptasi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

38

teori unsur visual oleh Marvin Bartel yaitu analisis unsur visual bentuk

dan warna motif yang sering muncul sehingga menjadi identitas awal

motif ragam hias Batik Betawi Tarogong Jakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bentuk dasar yang sering muncul pada Batik betawi

Tarogong yang telah dianalisis dan diturunkan pada bab sebelumnya.

Terdapat dua tema bentuk, yaitu tema motif ragam hias flora dan motif

kreasi yang sering dimunculkan, walaupun masing-masing memiliki

gambar bentuk yang berbeda satu sama lain. Persamaan dengan penelitian

ini adalah subjek penelitian yaitu analisis motif sedangkan perbedaannya

adalah tempat penelitian dan objek penelitian bukan payung geulis tetapi

motif batik.

4. Hasil Penelitian Pratiwi Kusumowardhani (2018)

Judul penelitaian “Analisis Motif Ragam Hias Batik Jawa Tengah

Berbasis Unsur Visual Bentuk dan Warna (Studi Kasus Batik Semarang

dan Pekalongan). Penelitian ini memfokuskan pada menganalisis unsur

visual yaitu bentuk dan warna pada batik Jawa Tengah. Metodelogi

analisis menggunakan desain Nate Burgon & Adam Kallis, yaitu divergen

dan konvergen, sampai menemukan detail desain. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa warna-warna alam yang sering muncul dalam batik

Jawa Tengah merupakan salah satu ciri atau identitas warna batik daerah

tersebut. Warna yang sering muncul, yaitu merah kecoklatan, ungu, dan

kuning. Motif dari Jawa Tengah sebagian besar adalah motif flora dan

fauna. Bentuk yang sering muncul, yaitu bunga, Kupu-kupu, dan burung

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

39

merak. Persamaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu

analisis motif sedangkan perbedaannya adalah tempat penelitian dan objek

penelitian bukan payung geulis tetapi motif batik.

5. Hasil Penelitian Grenita Indah Susanti (2018)

Kajian Estetik Batik Sekar Jagad Motif Mancungan Kebumen.

Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta. Rumusan masalah adalah karakteristik

motif dan warna batik Sekar Jagad motif mancungan Kebumen menurut

Teori Estetika Monroe Beardsley Penelitian ini menggunakan jenis

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh dengan teknik

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian

menunnjukkan bahwa unsur kesungguhan dalam motif dan warna terdapat

pada karakter bentuk mancungan yang rumit dengan mempertimbangkan

kualitas dari berbagai sifat yang ada pada nilai/filosofi bermakna keuletan,

kesabaran dan ketelatenan. Persamaan dengan penelitian ini adalah subjek

penelitian yaitu analisis motif sedangkan perbedaannya adalah tempat

penelitian dan objek penelitian bukan payung geulis tetapi motif batik.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan

bahwa penelitian relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

karena berhubungan dengan analisis motif. Meski demikian, penelitian

tersebut memiliki variasi yang berbeda, seperti penggunaan media motif yang

berbeda, lokasi penelitian berbeda, dan tahun yang berbeda.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian …

40

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--