-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bank
a. Pengertian Bank
Bank adalah bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat
dalam kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak (UU No.10 tahun 1998). Bank dikenal
sebagai
lembaga keuangan yang kegiatannya utamanya menerima simpanan
giro,
tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai
tempat
untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala
bentuk
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air
pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2007:34)
b. Fungsi Bank
Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 9) fungsi
utama
bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya
kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial
intermediary. Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai :
1) Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan.
Masyarakat
akan mau menitipkan dananya di bank karena adanya
kepercayaan.
-
11
Pihak bank juga akan menyalurkan dananya kepada debitur
karena
adanya unsur kepercayaan.
2) Agent of development
Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi,
kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa.
Kelancaran
kegiatan investasi–distribusi–konsumsi adalah kegiatan
pembangunan
perekonomian suatu masyarakat.
3) Agent of services
Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank,
dan penyelesaian tagihan
c. Peran Bank
Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 11-12) peran
bank adalah sebagai berikut:
1) Pengalihan aset (asset transmutation)
Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan
dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber
dana
pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus
yang
jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan pemilik dana. Dalam
hal
ini bank telah berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari
unit
surplus (lenders) keapada unit defisit (borrowers).
-
12
2) Transaksi (Transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi
untuk
melakukan transaksi barang dan jasa dengan mengeluarkan
produk–
produk yang dapat memudahkan kegiatan transaksi diantaranya
giro,
tabungan, deposito, saham dan sebagainya
3) Likuiditas (Liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam
bentuk
produk–produk berupa giro, tabungan, deposito dan
sebagainya.
Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat
menempatkan
dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya karena
produk–
produk tersebut mempunyai tingkat likuiditas yang
berbeda–beda.
4) Efisiensi (Efficiency)
Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan
investor
menimbulkan masalah insentif, sehingga menimbulkan
ketidakefisienan dan menambah biaya. Dengan adanya bank
sebagai
broker maka masalah tersebut dapat teratasi.
d. Sumber Dana Bank
Menurut Sinungan dalam Tuti Alawiyah (2016) dana-dana bank
yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank
bersumber dari
dana-dana sebagai berikut:
1) Dana Pihak Kesatu
Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal
dari
para pemegang saham.
-
13
2) Dana Pihak Kedua
Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar.
3) Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak
masyarakat.
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keungan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2010:105) adalah sebagai berikut :
“Gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada
saat
tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan
keuangan yang
lazim dikenal adalah Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil
usaha,
laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.”
Sedangkan menurut Kasmir (2011:7) laporan keuangan adalah :
“Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat
ini
atau dalam suatu periode tertentu. Kondisi keuangan perusahaan
pada
saat ini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu
(untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba
rugi).”
Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa
laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kondisi
keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu.
Laporan keuangan terdiri dari Neraca atau Laporan Laba/Rugi atau
hasil
usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.
-
14
b. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data
keuangan dengan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut.
Menurut Dwi Prastowo (2011:5), tujuan laporan keuangan
adalah
sebagai berikut :
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
1) Menyediakan informasi yang menyangkut informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas yang diperlukan untuk
menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan dimasa depan, sehingga dapat memprediksi
kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan
untuk
merumuskan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya.
2) Menyediakan informasi perubahan posisi keuangan perusahaan
yang
bermanfaat untuk aktivitas investasi, pendanaan dan operasi
perusahaan selama periode pelaporan, dan juga untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas)
serta kebutuhan perusahaan untuk memanfaatkan arus kas
tersebut.
-
15
3) Memberikan informasi apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber
daya
yang dipercayakan.
Sedangkan menurut Kasmir (2011:10) menjelaskan tujuan
pembuatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai berikut:
1) Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva
(harta)
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
2) Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban
dan
modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3) Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah
pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
4) Untuk memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis
biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5) Untuk memberikan informasi tentang perubahan-perubahan
yang
terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6) Untuk memberikan informasi tentang kinerja manajemen
perusahaan
dalam suatu periode tertentu.
7) Untuk memberikan informasi tentang catatan-catatan atas
laporan
keuangan.
8) Informasi keuangan lainnya.
-
16
c. Jenis Laporan Keuangan Bank
Jenis laporan keuangan bank terdiri dari (Taswan 2008: 39-65)
:
1. Laporan Keuangan Bulanan
a. Laporan bulanan bank umum yang disampaiakan oleh bank
kepada
Bank Indonesia untuk posisi bulan januari sampai dengan
Desember akan diumumkan pada home page Bank Indonesia.
b. Format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi
bulanan
tersebut sesuai format pada laporan keuangan bulanan di bawah
ini.
c. Laporan keuangan bulanan merupakan laporan keuangan bank
secara individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat
bank
dengan seluruh kantor bank.
2. Laporan Keuangan Triwulan
Laporan keuangan triwulan disusun antara lain untuk
memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha
bank
serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perkembangan usaha bank. Laporan
keuangan
triwulan yang wajib disajikan adalah :
a. Laporan keuangan Triwulan Posisi Akhir Maret Dan
September
b. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Juni
c. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Akhir Desember
3. Laporan Keuangan Tahunan
Laporan keuangan tahunan bank dimaksudkan untuk memberikan
informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh,
-
17
termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh
informasi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi
keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan
masyarakat
terhadap lembaga perbankan.
3. Kesehatan Bank
a. Pengertian Kesehatan Bank
Kesehatan Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal
dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan
cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Triandaru
dan
Budisantoso, 2006).Manajemen bank perlu memperhatikan
prinsip-
prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai
Tingkat
Kesehatan Bank (Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP
tanggal
25 Oktober 2011):
a. Berorientasi Risiko.
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko
bank
dan dampak yang ditimbulkan pada kinerja bank secara
keseluruhan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor
internal
maupun eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau
mempengaruhi
kinerja keuangan bank pada saat ini dan di masa yang akan
datang.
Dengan demikian, bank diharapkan mampu mendeteksi secara
lebih
dini akar permasalahan bank serta mengambil langkah-langkah
pencegahan dan perbaikan secara efektif dan efisien.
-
18
b. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian
Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Parameter/indikator
penilaian Tingkat Kesehatan Bank merupakan standar minimum
yang
wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun
demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator
tambahan
yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya
dalam
menilai Tingkat Kesehatan Bank sehingga dapat mencerminkan
kondisi bank dengan lebih baik.
c. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi
faktor
penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, GCG,
Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi
parameter/indikator
penilaian pada masing-masing faktor dalam menyimpulkan hasil
penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan
materialitas
dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung
oleh
data dan informasi yang memadai mengenai risiko dan kinerja
keuangan Bank.
d. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis
serta difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis
dilakukan
secara terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan
antar
-
19
risiko dan antar faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank
serta
perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus
didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan
untuk
menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang
dihadapi
oleh bank.
b. Metode RGEC (Risk Profile - GCG – Earnings – Capital)
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib
melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan risiko
dengan
metode RGEC. Adapun komponen-komponen penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dengan metode RGEC yang mengacu pada Surat
Edaran
Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 adalah
sebagai
berikut :
1) Penilaian Risk Profile(Profil Risiko)
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap
Risiko Inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dalam
aktivitas operasional bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri
atas
delapan jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar,
Risiko
Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko
Stratejik,
Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
a) Penilaian Risiko Inheren
Penilaian Risiko Inheren merupakan penilaian atas risiko
yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat
-
20
dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi
mempengaruhi posisi keuangan bank. Penetapan tingkat Risiko
Inheren atas masing-masing jenis risiko mengacu pada
prinsip-
prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Penetapan Tingkat Risiko Inheren untuk masing-masing jenis
risiko dikategorikan ke dalam peringkat 1 (low), peringkat 2
(low
to moderate), peringkat 3 (moderate), peringkat 4 (moderate
to
high), dan peringkat 5 (high) .Berikut ini adalah
parameter/indikator yang wajib dijadikan acuan oleh bank
dalam
menilai Risiko Inheren :
i. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur
dan/atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Dalam
menilai Risiko Inheren atas Risiko Kredit,
parameter/indikator
yang digunakan adalah (i) komposisi portofolio aset dan
tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan dana dan
kecukupan pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan
sumber timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal.
ii. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan
dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.
Risiko Pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko
-
21
nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Dalam
menilai Risiko Inheren atas Risiko Pasar,
parameter/indikator
yang digunakan adalah (i) volume dan komposisi portofolio;
(ii) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga
dalam Banking Book (Interest Rate Risk in Banking Book-
IRRBB); serta (iii) strategi dan kebijakan bisnis.
iii. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas
tinggi
yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga Risiko
Likuiditas Pendanaan (Funding Liquidity Risk). Risiko
Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank
melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena
tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai Risiko
Likuiditas Pasar (Market Liquidity Risk). Dalam menilai
Risiko Inheren atas Risiko Likuiditas, parameter yang
digunakan adalah (i) komposisi dari aset, kewajiban, dan
transaksi rekening administratif; (ii) konsentrasi dari aset
dan
kewajiban; (iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; dan
(iv) akses pada sumber-sumber pendanaan.
-
22
iv. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan
dan/atau
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. Dalam menilai Risiko Inheren
atas Risiko Operasional, parameter/indikator yang digunakan
adalah (i) karakteristik dan kompleksitas bisnis; (ii) sumber
daya
manusia; (iii) teknologi informasi dan infrastruktur
pendukung;
(iv) fraud, baik internal maupun eksternal; dan (v) kejadian
eksternal
v. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga
dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan
perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak
atau agunan yang tidak memadai. Dalam menilai Risiko
Inheren atas Risiko Hukum, parameter/indikator yang
digunakan adalah (i) faktor litigasi; (ii) faktor kelemahan
perikatan; dan (iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan
perundang-undangan.
-
23
vi. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan Bank
dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu
keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai Risiko Inheren
atas Risiko Stratejik, parameter/indikator yang digunakan
adalah (i) kesesuaian strategi bisnis bank dengan lingkungan
bisnis; (ii) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi;
(iii)
posisi bisnis bank; dan (iv) pencapaian rencana bisnis bank.
vii. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak
mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko
Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman
atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar
bisnis yang berlaku umum. Dalam menilai Risiko Inheren atas
Risiko Kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah
(i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan; (ii)
frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record
ketidakpatuhan Bank; dan (iii) pelanggaran terhadap
ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk
transaksi keuangan tertentu.
-
24
viii. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak
langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the
line). Dalam menilai Risiko Inheren atas Risiko Reputasi,
parameter/indikator yang digunakan adalah (i) pengaruh
reputasi negatif dari pemilik bank dan perusahaan terkait;
(ii)
pelanggaran etika bisnis; (iii) kompleksitas produk dan
kerjasama bisnis bank; (iv) frekuensi, materialitas, dan
eksposur pemberitaan negatif bank; serta (v) frekuensi dan
materialitas keluhan nasabah.
b) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem
pengendalian risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan
manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum. Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen
risiko Bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam
ketentuan
Bank Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi
-
25
Bank Umum. Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
merupakan penilaian terhadap empat aspek yang saling terkait
yaitu:
i. Tata Kelola Risiko
Tata Kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap (i) perumusan
tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi
risiko (risk tolerance); serta (ii) kecukupan pengawasan
aktif
oleh Dewan Komisaris dan Direksi termasuk pelaksanaan
kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.
ii. Kerangka Manajemen Risiko
Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap (i)
strategi manajemen risiko yang searah dengan tingkat risiko
yang akan diambil dan toleransi risiko; (ii) kecukupan
perangkat
organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko
secara efektif termasuk kejelasan wewenang dan tanggung
jawab; dan (iii) kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan
limit.
iii. Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber Daya Manusia,
dan Kecukupan Sistem Informasi Manajemen
Proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan
kecukupan sistem informasi manajemen mencakup evaluasi
terhadap (i) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan,
dan
pengendalian risiko; (ii) kecukupan sistem informasi
-
26
manajemen; serta (iii) kecukupan kuantitas dan kualitas
sumber
daya manusia dalam mendukung efektivitas proses manajemen
risiko.
iv. Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko
Kecukupan sistem pengendalian risiko mencakup evaluasi
terhadap (i) kecukupan Sistem Pengendalian Intern dan
(ii)kecukupan kaji ulang oleh pihak independen (independent
review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko
(SKMR) maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
2) Penilaian Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian faktor GCG meerupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Prinsip-
prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan
prinsip-prinsip
GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Penetapan peringkat
faktor
GCG dilakukan berdasarkan analisis atas (i) pelaksanaan
prinsip-
prinsip GCG bank; (ii) kecukupan tata kelola (governance)
atas
struktur, proses, dan hasil penerapan GCG pada bank; serta
(iii)
informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang didasarkan
pada
data dan informasi yang relevan. Peringkat faktor GCG
dikategorikan
dalam lima peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat
3,
-
27
Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang
lebih
kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik.
3) Penilaian Earnings (Rentabilitas)
Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap
kinerja
rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan
(sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas.
Penilaian
dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur,
stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank
dengan
kinerja peer group baik melalui analisis aspek kuantitatif
maupun
kualitatif. Penetapan faktor rentabilitas dikategorikan dalam
lima
peringkat yakni Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat
4, dan
Peringkat 5. Urutan peringkat faktor rentabilitas yang lebih
kecil
mencerminkan kondisi rentabilitas bank yang lebih baik.
4) Penilaian Capital (Permodalan)
Penilaian atas faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.
Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu
pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam
melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus
mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko bank.
Semakin
tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan
untuk
mengantisipasi risiko tersebut.Penetapan faktor permodalan
-
28
dikategorikan dalam lima peringkat yakni Peringkat 1, Peringkat
2,
Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat
faktor
permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi permodalan
bank
yang lebih baik.
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan
berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur
terhadap
peringkat setiap faktor dan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip
umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam melakukan
analisis secara komprehensif, bank juga perlu
mempertimbangkan
kemampuan bank dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal
yang signifikan. Tabel 1 berikut ini menjelaskan mengenai
matriks
peringkat komposit tingkat kesehatan bank berdasarkan Surat
Edaran
Bank Indonesia No.13/24/DPNP
B. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya analisis kesehatan Bank dengan
metode
RGEC sudah banyak digunakan dalam menilai tingkat kesehatan
Bank,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh :
1. Pada penelitian yang disusun oleh Nur Artyka (2015).
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia
dengan
menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan
bank
pada periode 2011-2013 secara keseluruhan sangat sehat.
Tingkat
Kesehatan Bank ditinjau dari aspek risk profile, earnings, good
corporate
governance, dan capital pada Bank Rakyat Indonesia tahun 2011,
2012,
-
29
dan 2013 sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu
menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis
dan faktor
eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian antara
lain profil risiko, rentabilitas, dan permodalan secara umum
sangat baik.
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tuti Alawiyah yang
berjudul
“Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan
Metode
RGEC Pada Bank Umum BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2012 -2014”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa
selama tahun 2012-2014: (1) Aspek Risk profile bank umum BUMN
berada
dalam kondisi sehat dengan rata-rata nilai NPL berturut-turut
sebesar 2,55
persen, 2,35 persen, 2,35 persen, dan LDR sebesar 85,50 persen,
90,94
persen, 90,59 persen. (2) Aspek GCG pada tahun 2012 berada
dalam
kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai sebesar 1,36, namun
pada tahun
2013 dan 2014 menurun menjadi 2,07 dan 1,78 dengan kriteria
sehat. (3)
Aspek Earnings berturutut-turut berada dalam kondisi sangat
sehat dengan
rata-rata nilai ROA sebesar 3,20 persen, 3,29 persen, 3,02
persen, dan NIM
sebesar 6,11 persen, 6,35 persen, 6,08 persen. (4) Aspek Capital
berturut-
turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai
CAR sebesar
16,70 persen, 15,66 persen, dan 16,44 persen. (5) Aspek RGEC
secara
keseluruhan berturut-turut berada dalam Peringkat Komposit 1
yaitu sangat
sehat dengan nilai sebesar 90,00 persen, 86,67 persen, dan 86,67
persen.
3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aan Adi Nugroho (2017)
dalam
skripsi yang berjudul “Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
dengan
-
30
Metode RGEC pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk” menyimpulkan
bahwa penilaian kesehatan bank pada PT Bank Danamon Indonesia
Tbk
periode tahun 2013 sampai 2015 yang dikur menggunakan
pendekatan
RGEC secara keseluruhan dapat dikatakan bank yang sangat
sehat.
Simpulan tersebut didukung oleh penelitian periode 2013 yang
menunjukkan bahwa Tingkat Kesehatan Bank sangat sehat,
ditunjukkan
pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 2,02%
dan LDR
96,90%. Untuk aspek Good Corporate Governance pada peringkat
2.
Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 3,25% dan NIM
13,92%.
Aspek Capital yang mencakup rasio CAR 15,54%. Untuk tahun
2014
menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank sangat sehat
ditunjukkan pada
aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 2,45% dan
LDR
94,06%. Untuk aspek Good Corporate Governance pada peringkat
2.
Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 1,87% dan NIM
13,00%.
Aspek Capital mencakup rasio CAR 14,78%. Dan untuk tahun
2015
menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank sangat sehat
ditunjukkan pada
aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 3,29% dan
LDR
89,32%. Untuk aspek Good Corporate Governance pada peringkat
2.
Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 1,71% dan NIM
13,23%.
Aspek Capital mencakup rasio CAR 15,37%. Tingkat kesehatan
Bank
Danamon Indonesia harus tetap dipertahankan dengan cara
meningkatkan
kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan
operasional.
-
31
4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rina Trisnawati &
Ardian Eka Puspita
(2014) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan
Bank
dengan Menggunakan Metode RGEC Pada Bank BUMN yang Terdaftar
di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2012”. Berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Tingkat kesehatan pada bank BNI, BRI dan
Mandiri
selama periode tahun 2011-2012 dengan metode RGEC secara
keseluruhan
memiliki predikat sangat sehat. Hal tersebut dibuktikan dengan
perolehan
peringkat komposit tingkat kesehatan bank untuk setiap bank
yang
dijadikan sampel selama periode tahun 2011-2012 berada pada
PK-1.
5. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kadek Septa Riadi,
Anantawikrama
Tungga Atmadja, dan Made Arie Wahyuni dalam jurnal yang
berjudul
“Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode
RGEC
Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2013 -2015”.
Berdasarkan
hasil penilaian menunjukan bahwa : (1) tingkat kesehatan bank
ditinjau dari
aspek Risk Profile tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat
(2)
tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Good Corporate
Governance
tahun 2013 sampai 2015 tergolong cukup sehat (3) tingkat
kesehatan bank
ditinjau dari aspek Earnings tahun 2013 sampai 2015 tergolong
sangat
sehat (4) tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Capital
tahun 2013
sampai 2015 tergolong sangat sehat (5) tingkat kesehatan bank
ditinjau dari
aspek Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan
Capital
tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat.