7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Neurobiologi merupakan suatu pengetahuan yang mempelajari tentang sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi otak : kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan sosialisasi, yang juga saling berhubungan. 1. Perilaku yang berhubungan dengan kognisi merupakan perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah proses informasi skizrofenia sering disebut sebagai defisit kognisi. Perilaku ini termasuk masalah-masalah semua aspek ingatan, perhatian, bentuk dan jumlah ucapan ( kelainan pikiran formal ), pengambilan keputusan, dan delusi (bentuk dan isi fikiran). 2. Perilaku yang berhunungan dengan persepsi adalah persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus berdasarkan situasi yang diterima melalui panca indra. 3. Perilaku yang berhubungan dengan emosi adalah emosi dapat diekspresikan secara berlebihan ng dengan sikap atau kurang dengan sikap yang tidak sesuai. Individ yang mengalami skizofrenia biasanya mempunyai masalah dengan hipoekspresi. 4. Perilaku yang berkaitan dengan gerak dan perilaku adalah respons neurobiologik maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak
42
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-heriyawang... · 1 Gangguan presepsi sensori : Halusinasi Setelah interaksi klien menunjukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Neurobiologi merupakan suatu pengetahuan yang mempelajari tentang
sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi
otak : kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan sosialisasi, yang juga saling
berhubungan.
1. Perilaku yang berhubungan dengan kognisi merupakan perilaku yang
berhubungan dengan masalah-masalah proses informasi skizrofenia sering
disebut sebagai defisit kognisi. Perilaku ini termasuk masalah-masalah semua
aspek ingatan, perhatian, bentuk dan jumlah ucapan ( kelainan pikiran formal
), pengambilan keputusan, dan delusi (bentuk dan isi fikiran).
2. Perilaku yang berhunungan dengan persepsi adalah persepsi mengacu pada
identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus berdasarkan situasi yang
diterima melalui panca indra.
3. Perilaku yang berhubungan dengan emosi adalah emosi dapat diekspresikan
secara berlebihan ng dengan sikap atau kurang dengan sikap yang tidak
sesuai. Individ yang mengalami skizofrenia biasanya mempunyai masalah
dengan hipoekspresi.
4. Perilaku yang berkaitan dengan gerak dan perilaku adalah respons
neurobiologik maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak
8
dipandang, membingungkan , sukar mengelola dan tampak tidak kenal dengan
orang lain.
5. Perilaku yang berkaitan dengan hubungan kemampuan untuk menjalin
hubugan kerja sama dan saling tergantung dengan orang lain.(stuart and
sundeen, 1998).
Rentang respon neurobiologik
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang
berhubungan dengan fungsi neurobiologik. Perilaku yang dapat diamati dan
mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam table berikut (Stuart,
2007: 241
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
Respon adaptif respon maaldaptif
Gambar . 1 Rentang respon neurobiologis (stuart, 2007).
1. Pikiran logis
2. Persepsi akurat
3. Emosi konsisten
dengan pengalaman
4. perilaku sesuai
5. hubungan sosial
1. pikiran kadang
menyimpang
2. Ilusi
3. Reaksi emosional
berlebihan
4. Perilaku ganjil
5. menarik diri
1. Kelainan
pikiran/delusi
2. Halusinasi
3. Ketidakmampuan
untuk control emosi
4. Ketidakteraturan
5. isolasi sosial
9
a. Respon adaptif
1. Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal
2. Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan
dengan moral.
5. Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah
masyarakat.
b. Respon transisi
1. Distorsi pikiran
Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
10
2. Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4. Perilaku aneh dan tidak biasa
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran
mengolah dan tidak kenal orang lain.
5. Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
c. Respon maladaptif
1. Gangguan pikiran atau delusi
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
2. Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsangan.
11
3. Sulit berespon emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4. Perilaku di organisasi
Ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5. Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsang dari luar (Yosep, 2007).
Halusinasi pendengaran adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang
diprakarsai secara internal atau eksternal ) disertai dengan suatu pengurangan,
berlebih-lebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus
(Townsend, 1998 : 156)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
12
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi
adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus
atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi
dimana pasien mendengar suara, terutama suara-suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan.
B. Fase – fase halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan
keparahan (Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin
berat fase halusinasinya). Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin
dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1 Fase-fase tingkat Halusinasi (Stuart & sunnden 1998).
Halusinasi Karakteristik Perilaku klien
FASE 1
Comforting
Ansietas sebagai
halusinasi
Klien mengalami perasaan
seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut
mencoba untuk befokus
pada pikiran menyengkan
untuk meredakan ansietas
Tersenyum dan tertawa tidak
sesuai menggerekan bibir
tanpa suara mengegerkan
mata yang cepat dan respon
verbal yang lambat jika
13
menyenangkan individu mengenal bahwa
pikiran-pikiran dan
pengalaman sensor berada
dalam kondisi kesadaran
jika ansietas dapat ditangani
psikotik.
Sedang asik sendiri
meningkat tanda-tanda sarat
otonomi
FASE II
Complementing
Ansietas berat
halusinasi
memberatkan
Pengalaman sensasi
menjijikan dan
menakutkan,klien mulai
lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil
jaraknya dengan sumber
yang dipersepsikan klien
mungkin mengalami
pengamalan sensori dan
menarik diri dari orang lain,
psikotik ringan
Ansietas seperti peningkatan
denyut jantung pernafasan
dan tekanan darah, rentang
perhatian menyempit asik
dengan penglaman sensori
dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan
realita
FASE III
Controling
Klien berhenti
menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan
Kemampuan dikendalikan
halusinasi akan lebih ditakuti,
kerusakan berhubungan
14
Ansietas berat
pengalamn sensorsi
menjadi berkuasa
menyerah pada
halusnasinya menjadi
menarik, klien mengalami
pengalaman kesepian jika
sensori halusinasinya
berhenti psikotik
dengan orang lain, rentang
perhatian hanya beberapa
detik / menit adanya tanda-
tanda fisik ansietas berat
berkeringat, tremor, tidak
mampu memahami peraturan.
FASE IV
Conquering panik
Ansietas panik
pengalaman sensori
menaklukan
Pengalaman sensori
menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah
halusinasi berakhir dari
beberapa jam / hari jika
intervensi terapeutif psikoti
berat.
Perilaku tremor akibat panik,
potensi kuat suicida /
nomicide aktifitas
merefleksikan halusinasi
perilaku isi, seperti
kekerasan, agitas menarik diri
katafonici, tidak mampu
merespon terhadap
pemerintah, yang komplek
tidak mampu berespon lebih
dari satu orang.
15
C. Manifestasi klinik
Karakteristik perilaku yang dpat ditunjukkan klien dengan kondisi
halusinasi berupa : berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan
kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata,
menarik diri dn menghindar dari orang lain, berhenti berbicara ditengah-tengah
kalimat untuk mendengarjkan sesuatu, disorientasi, perasaan curiga, takut,
gelisah, bingung, ekspresi wajah tegang dan mudah tersinggung, tidak mampu
melakukan aktivitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukkan
perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) (Towsend, 1998: 152).
Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai.
Menurut (Stuart,2007) pada klien gangguan jiwa ada beberapa jenis jenis
halusinasi dan karakteristik tertentu, diantaranya :
Tabel 2 : karakteristik halusinasi
No Jenis Halusinasi Karakteristik
1 Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering
suara kata yang jelas, berbicara dengan klien
bahkan sampai percakapan lengkap antara kedua
penderita halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang – kadang
16
dapat membahayakan.
2 Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar karton atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan / sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
3 Penciuman Membau bau-bau seperti darah, urine, feses
umumnya bau- bau yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciuman biasanya akibat stroke,
tumor, kejang dan demensia
4 Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, dan
feses
5 Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang
dating dari tanah, benda mati atau orang lain.
6 Chanesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di
vena (arteri), pencernaan makanan.
17
7 Klinestetik Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa
berdiri.
D. Pengkajian
Menurut (Stuart & sundeen 1998), faktor penyebab terjadinya halusinasi
yaitu:
a. Faktor predisposisi
1. Biologi
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan,ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter
lain, dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
18
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan
masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat,
2006).
19
Menurut (Stuart,2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1. Biologis
Stressor biologis yang berespon neurobiologist maladaptif meliputi :
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stresor berlebihnya informasi pada saraf yang menerima dan memperoses
inflamasi di thalamus frontal otak.
c. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi
termasuk :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengurangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari.
20
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.
3. Menarik diri.
E. Masalah Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran antara lain :
1. Perubahan persepsi sensori halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
(Keliat, 2006)
F. Pohon Masalah
Resiko Mencederai Diri
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah
Ggr. 2 pohon masalah gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran
(Keliat, 2006)
Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi Pendengaran
21
G. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang ditentukan oleh para ahli salah satunya
sebagai berikut : diagnosa adalah masalah kesehatan aktual dan potensial yang
mampu diatasi oleh perawat berdasarkan penidikan dn pengalamannya.
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran