-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan,dan
gawat darurat (Undang-undang RI no.44, 2009). Rumah sakit adalah
sebuah institusi perawatan
kesehatan profesional yang pelayanannya diselenggarakan oleh
dokter, perawat dan tenaga ahli
lainnya (Haliman, 2012). Rumah Sakit yang didirikan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang
bertugas di bidang kesehatan, Instansi
tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan dan
Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah Sakit
yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya
bergerak di bidang perumahsakitan (UU RI no.44, 2009).
2.1.2 Asas Dan Tujuan Rumah Sakit
Asas dan tujuan Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila
dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat,
keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan mempermudah
akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien,
-
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit, meningkatkan
mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, dan
memberikan kepastian hukum
kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan
Rumah Sakit (UU RI no.44,
2009).
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara
paripurna.Untuk menjalankan tugasnya, Rumah Sakit mempunyai
fungsi yaitu penyelenggaraan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,
penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan
dalam pemberian
pelayanan kesehatan, danpenyelenggaraan penelitian dan
pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU RI no.
44, 2009).
2.1.4 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
a.Jenis Pelayanan
1) Rumah Sakit Umum
Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit,
memiliki institusi perawatan darurat 24 jam, pelayanan rawat
inap, perawatan intensif,
instalasi bedah, ruang bersalin, laboratorium,dan sarana
prasarana lain.
-
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit ini hanya melakukan perawatan kesehatan untuk bidang
tertentu, misalnya
rumah sakit untuk trouma, RS ibu dan anak, RS manusia lanjut, RS
kanker, RS Jantung,
RS gigi dan mulut, RS mata, RS jiwa, dan lain-lain.
3) Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang terkait dengan
kegiatan pendidikan
dan penelitian di fakultas kedokteran pada suatu universitas
atau lembaga pendidikan
tinggi.
b.Jenis Pengelolaan.
1) Rumah Sakit Publik
Adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah pusat, daerah,
atau badan hukum yang
bersifat nirlaba.
2) Rumah Sakit Privat
Adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk
perseroan terbatas atau persero. Pasien yang dirawat di rumah
sakit, pasti ada masanya.
Lama rawat inap pasien berbeda-beda. Tergantung kondisi
pasien,dan jenis penyakitnya
(Damayanti, 2013).
2.2 Pelayanan Keperawatan
-
2.2.1 Definisi Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari sebuah
rumah sakit. Kualitas
pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran,dan
fungsi dari manajemen
pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh manajer atau pengelola keperawatan yang
meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, serta mengawasi sumber-sumber yang
ada baik sumber dana
maupun sumber daya sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif dan
efesien kepada klien, keluarga, dan masyarakat (Dwidiyanti,
2015). Pelayanan keperawatan
merupakan pelayanan untuk mencapai derajat kesehatan bagi setiap
manusia.
2.2.2 Bentuk Pelayanan Keperawatan
Pelayanan kesehatan dirumah sakit merupakan bentuk pelayanan
yang diberikan kepada
klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan.
Keperawatan adalah ujung tombak
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang menghadapi kesehatan
klien selama 24 jam secara
terus menerus. Selama dirawat klien membutuhkan perawatan yang
dapat membuat masalah
klien dapat teratasi baik dari aspek fisik, psikologis,
spritual,dan sosial yaitu dengan perilaku
Caring dari perawat yang diberikan dalam asuhan keperawatan
(Meidiana, 2007 dalam Wahyudi,
dkk 2017). Keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan yang berhubungan
dengan manusia,dan memberikan pelayanan komprehensif terhadap
seluruh aspek kehidupan
yaitu bio-psiko-sosial dan spritual. Pelayanan keperawatan
merupakan bentuk kesehatan yang
unik dan berbeda dengan pelayanan kesehatan yang di berikan oleh
dokter ataupun profesi lain.
Filosofi dari keperawatan adalah humanism, holism dan care
(Nursalam, 2004). Keperawatan
-
merupakan profesi yang mengedepankan sikap “Care”,atau
kepedulian,dan kasih sayang
terhadap pasien.
Keperawatan mengedepankan pemahaman mengenai perilaku dan respon
manusia
terhadap masalah kesehatan, bagaimana berespon terhadap orang
lain, serta memahami
kekurangan dan kelebihan pasien (Potter & Perry, 2005 dalam
Edy, 2014). Perawat selain
berperan sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan kepada
klien untuk memperoleh
penyembuhan dari suatu penyakit, memenuhi kesehatan klien secara
holistik, melalui
kemampuan teknikal, dukungan emosional, psikologis, spritual,dan
sosial. Pemberi asuhan
keperawatan juga memberi bantuan bagi klien dan keluarga untuk
menetapkan tujuan
keperawatan. Akitivitas ini merupakan bentuk tanggung jawab
perawat (Potter & Perry, 2005
dalam Dedi, dkk 2008). Salah satu bentuk pelayanan keperawatan
yang komprehensif adalah
terpenuhinya kebutuhan dasar klien, bentuk akan pelayanan yang
diberikan sesuai dengan
kebutuhan dasar manusia berupa kebutuhan biologis, psikologis,
sosiokultural dan spritual yang
bertujuan untuk memberikan bantuan kemandirian klien dalam
memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan status kesehatan klien serta melakukan pencegahan
penyakit dan proses perawatan
yang lama di rumah sakit (Dwidiyanti, 2014 dalam Siti,dkk
2018).
Perawat yang memberikan pelayanan keperawatan harus memahami
konsep Caring dan
mampu menanamkan dalam hati, disirami,dan dipupuk untuk
memperlihatkan kemampuan
sebagai perawat yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung
gugat, serta mampu belajar
seumur hidup. Semua itu akan dicapai oleh perawat jika mampu
memahami apa itu Caring.
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan
-
Wijono (1999;56) faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan
kesehatan adalah kompetensi teknik yang terkait dengan
kemampuan, keterampilan dan
penampilan pemberi pelayanan, akses atau keterjangkauan
pelayanan, efektivitas, hubungan
antar manusia yang merupakan interaksi antara pemberi pelayanan
dengan pasien, sesama tim
kesehatan, maupun hubungan antara atasan dan bawahan. Hubungan
antar manusia yang baik
akan menimbulkan kepercayaan, kredibilitas dengan rasa saling
menghargai, menjaga
rahasia, menghormati, responsive,dan memberikan perhatian.
Faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan adalah efisiensi
sumber daya dan kesinambungan
pelayanan dimana pasien akan mendapatkan pelayanan yang baik.
Tidak adanya
kesinambungan pelayanan akan mengurangi efisiensi dan kualitas
hubungan antar manusia.
Kenyamanan dan ketersediaan informasi dan ketepatan waktu
pelayanan juga merupakan faktor
penting dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan (Dalam
Rolando, 2013).
Parasuraman et al, 1988, 1991, 1994 telah mengidentifikasi lima
kualitas dalam jasa
pelayanan yaitu :
1) Keandalan (Reability) : kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan.
2) Daya tanggap (Responsiveness) : kemampuan para staf untuk
membantu para pasien
dalam memberikan pelayanan yang tepat.
3) Jaminan (Assurance) : mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas sari bahaya,
resiko, atau keragu-raguan.
4) Empati (Emphaty) : meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi
yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pasien.
-
5) Sarana fisik (Tangible) : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi.
2.2.4 Lama Rawat Inap
Lama rawat inap/Length of stay (LOS) adalah rata-rata lama rawat
inap seorang pasien.
Lama rawat inap yang ideal menurut Departemen Kesehatan RI 2005
adalah antara 6-9 hari.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efesiensi dan mutu
pelayanan apabila diterapkan
pada diagnosa tertentu untuk perawatan lebih lanjut (Depkes RI,
2005).
Cara menentukan lama rawat inap adalah jumlah lama dirawat
dibagi jumlah pasien
keluar (hidup atau meninggal). Lama dirawat adalah lama seorang
pasien menjalani perawatan di
rumah sakit. Pasien keluar atas persetujuan dokter, pulang
paksa, melarikan diri, dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi,atau meninggal (Depkes RI,
2005). Lama rawat inap di
pengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis penyakit,
pindah rawat rumah sakit lain, pulang
atas petunjuk dokter, dan caring perawat. Pelayanan rawat inap
adalah pelayanan terhadap pasien
yang masih sakit, menempati tempat tidur perawatan untuk
observasi, menegakkan diagnosa,
pemberian terapi, pemberian asuhan keperawatan, rehabilitasi
medik,dan pelayanan yang lain
( Depkes RI, 2005 ). Lama dan cepatnya rawat inap dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal, faktor internal terdiri dari
jenis derajat penyakit, tenaga medis yang
menangani, tindakan yang dilakukan, administrasi sedangkan untuk
faktor eksternal terdiri dari
usia, pekerjaan, penanggung biaya, alasan pulang, komorbiditas
atau penyakit penyerta, tingkat
kerapuhan pasien (Susanto, 2009 dalam Siti dkk, 2018).
2.3 Konsep Caring Perawat
2.3.1 Definisi Caring ( Dari Beberapa Ahli )
-
Caring adalah suatu proses yang disengaja yang membutuhkan
kesadaran diri, proses
memilih, pengetahuan dan keterampilan khusus serta
mempertimbangkan (Watson, 2008 dalam
Kusmiran 2015). Caring merupakan suatu proses yang memberikan
kesempatan pada seseorang
(baik pemberi asuhan ( Care ) maupun penerima asuhan) untuk
bersama-sama berinteraksi dalam
hubungan intrapersonal.Caring merupakan esensi dari keperawatan
yang membedakan perawat
dengan profesi kesehatan laint (Watson, 2009 dalam Kusmiran
2015). Caringdiartikan juga
sebagai sikap perduli yang memudahkan pasien untuk mencapai
peningkatan kesehatan dan
pemulihan. Caring sebagai bentuk memberikan perhatian kepada
orang lain, berpusat kepada
orang , menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya status
kesehatan yang memburuk, memberikan perhatian dan menghormati
orang lain (Nursalam, 2014
dalam Kusmiran).
Aspek hubungan intrapersonal Caring meliputi pertukaran
pengetahuan, pengalaman,
kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan,
dan keberanian (Skovholt, 2005
dalam Kusmiran 2015). Caring sebagai proses hubungan
interpersonal yang pokok bagi perawat
untuk melakukan pelayanan keperawatan terhadap pasien atau
pelayanan. Pelayanan
keperawatan dengan Caring adalah membantu, menolong,dan melayani
orang lain yang
membutuhkan pelayanan atau khususnya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (Watson, 2009
dalam Kusmiran 2015).
Salah satu alasan utama seseorang memilih keperawatan karena
keinginan untuk
membantu dan merawat orang lain yang paling membutuhkan
pertolongan. Caringadalah
kekuatan pendorong utama yang memotivasi seseorang untuk memilih
profesi keperawatan (Ray,
2010). Caring merupakan tindakan dengan sikap peduli kepada
orang, menenangkan,
memberikan perlindungan terhadap kerugian, memelihara martabat
orang lain. Perilaku Caring
-
dapat dinyatakan sebagai suatu perasaan untuk memberikan
keamanan, perubahan perilaku dan
berkerja sesuai standar. Interaksi Caring Merupakan harapan dari
penerima pelayanan kesehatan
dalam proses perawatan (Duffy, 2009 dalam Kusmiran 2015).
Perilaku Caring Perawat adalah pengetahuan, sikap dan
keterampilan seorang perawat
dalam merawat pasien dan keluarga dengan memberikan dorongan
positif, dukungan dan
peningkatan pelayanan keperawatan. Caring tidak tumbuh dengan
sendirinya didalam diri
seseorang,tetapi merupakan hasil dari budaya, nilai-nilai,
pengaalaman dan hubungan individu
dengan orang lain (Potter & Perry, 2010). Hal itu
membutuhkan peningkatan pengetahuan
perawat tentang manusia,aspek tumbuh kembang respon terhadap
lingkungan yang terus
berubah, keterbatasan, kekuatan dan kebutuhan dasar
manusia.Keterampilan dalam tindakan
sopan, sentuhan, memberikan harapan dan selalu siap untuk pasien
merupakan sikap perawat
yang menunjukan perilaku Caring (Potter & Perry, 2010).
a).Caring menurut Jean Watson dengan Theory of human caring.
Caring menurut Watson, 2009adalah esensi dari keperawatan yang
membedakan dengan
profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan
tindakan-tindakan keperawatan.
Terdapat 10 faktor sebagai “Human Caring” yang diperlukan dalam
hubungan antara perawat
pasien. Yang memberikan arahan bagi perawat dalam menerapkan
perilaku Caring. Faktor
tersebut diidentifikasi melalui hasil penelitian mengenai
faktor-faktor yang diperlukan dalam
hubungan Therapeutik dari tenaga kesehatan :
1) Memiliki nilai Altruistic (sifat lebih memperhatikan dan
menutamakan
kepentingan orang lain) dan mencintai sesama.
-
2) Memiliki kemampuan untuk menanamkan keyakianan, harapan dan
menghargai
sesama.
3) Memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap diri
dan orang
lain.
4) Memiliki kemampuan dalam membina hubungan saling percaya,
saling
membantu dan peduli.
5) Memiliki kemampuan dalam menerima ungkapan perasaan positif
dan negatif.
6) Memiliki kemampuan dalam menggunakan metode penyelesaian
masalah dengan
sistematis untuk pengambilan keputusan.
7) Memiliki kemampuan untuk meningkatkan proses belajar-mengajar
ilmiah sesuai
kebutuhan individu.
8) Menyediakan lingkungan yang aman dan melindungi meliputi
kebutuhan
fisik, mental, sosial, budaya dan spritual.
9) Membantu pemenuhan kebutuhan manusia.
10) Terbuka terhadap hal-hal yang tidak terduga.
Faktor tersebut di atas menyiratkan bahwa perawat harus memiliki
pengetahuan cukup
untuk mmemberikan pelayanan keperawatan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga mengenai masalah kesehatan. Perawat dan pasien akan
merasa nyaman dalam
interaksi tindakan keperawatan jika perawat menggunakan faktor
caring tersebut (Watson, 2009
dalam Kusmiran, 2015).
-
b).Caring Menurut Swanson dengan Theory of Caring(menurut
Swanson dalam Kusmiran
2015).
1) Knowing (mengetahui)
Adalah upaya perawat untuk memahami peristiwa yang memiliki
makna dalam
kehidupan klien. Subdimensi dari proses Knowing adalah :
a) Avoiding assumptions (menghindari asumsi-asumsi).
b) Centering on the one caredfor (perawat berfokus pada
klien
dalam melakukan asuhan keperawatan).
c) Assessing thoroughly (melakukan pengkajian menyeluruh
meliputi bio-psiko
sosial-spritual-kultural).
d) Seeking clues (perawat menggali informasi-informasi secara
mendalam).
e) Engaging the self of both (melibatkan diri sebagai perawat
secara utuh dan
berkerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan
yang efektif).
2) Being With ( Melakukan Bersama )
Adalah kehadiran secara fisik dan emosional bersama pasien
melalui komunikasi
terapeutik dengan memberikan dukungan, kenyamanan, pemantauan
dan mengurangi intensitas
perasaan yang tidak diinginkan. Subdimensi dari proses Being
With adalah :
a) Being there (perawat dapat menunjukan kehadiran secara fisik
dan emosional
bersama pasien).
-
b) Convering availability (menunjukan kesediaan perawat dalam
membantu klien
dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan/well
being).
c) Sharing feeling (berbagi pengalaman bersama klien yang
berkaitan dengan usaha
peningkatan kesehatan klien).
d) Non-burdening (perawat berkerja sama dengan klien tanpa
memaksa kehendak
kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan).
3) Doing for (melakukan untuk)
Berarti bersama-sama melakukan suatu tindakan yang bisa
dilakukan, mengantisipasi
kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan
martabat klien. Subdimensi dari
proses Doing for adalah :
a) Comforting (memberikan kenyamanan), perawat dalam melakukan
tindakan
keperawatan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga
privasi
klien.
b) Anticipating (mengantisipasi), perawat dalam melakukan
tindakan selalu meminta
persetujuan klien dan keluarga.
c) Performing competently/skillfully (menunjukkan keterampilan),
perawat
menunjukan kompetensi atau skill sebagai perawat profesional
dengan
komunikasi dan memberikan kenyamanan tindakannya.
d) Protecting (melindungi), perawat melindungi hak-hak pasien
dalam memberikan
asuhan keperawatan dan tindakan medis.
-
e) Preserving dignity (menjaga martabat klien), perawat menjaga
martabat klien
sebagai individu atau memanusiakan manusia.
4)Enabling (Memperdayakan)
Perawat memberdayakan klien dengan memberikan dukungan,
informasi dan
memfasilitasi klien meningkatkan kesembuhan. Subdimensi dari
proses Enabling adalah :
a) Informing/explaining (memberikan atau menjelaskan informasi),
perawat
memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan
klien dalam
rangka memerdayakan klien dan keluarga klien.
b) Supporting/allowing (mendukung), perawat memberikan dukungan
kepada klien
dalam mencapai kesejahteraan/kesehatan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya.
c) Focusing (fokus),saat bersama klien, perawat tertuju pada
masalah keperawatan
yang dihadapi oleh klien.
d) Generating alternative/thinking it throught
e) Validating/giving feedback, perawat memvalidasi semua
tindakan yang telah
dilakukan dan memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan
oleh klien
dalam usahanya mencapai kesembuhan.
5) Maintaning belief (mengatasi kepercayaan)
Yaitu menumbuhkan keyakinan kepada klien untuk dapat melalui
masalah atau
keadaannya dengan menumbuhkan sikap optimis, membantu mengambil
hikmah.Tujuannya
-
adalah untuk menumbuhkan sikap klien yang penuh harapan.
Subdimensi dari proses
Maintaining belief adalah :
a) Believing in/holding in esteem, perawat menanggapi apa yang
klien rasakan dan
percaya bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar
terjadi pada
siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b) Maintaining a hope-filled attitude, perawat menunjukan
perilaku bahwa perawat
sepenuhnya peduli atau Care terhadap masalah yang dialami dengan
sikap tubuh,
kontak mata dan intonasi bicara perawat.
c) Offering realistic optimism, perawat memberikan harapan yang
realistis terhadap
keadaan klien dan berusaha untuk mempengaruhi klien mempunyai
optimisme
dan harapan yang sama.
d) Going the distance (menjaga jarak), perawat menjaga hubungan
sebagai perawat-
klien sampai tujuan perawatan tercapai atau berakhir.
Selain itu, terhadap tingkatan Caring dalam praktik keperawatan
menurut Swanson yang
terbagi atas :
Tabel. 2.3.1 Tingkatan Caring Keperawatan Menurut Swanson
Level 1 Capacity for caring (kemampuan untuk melakukan
perilaku
caring):”Apakah perawat memiliki kemampuan untuk melakukan
perilaku Caring?”Level 2 Concern/commitments (sesuatu yang
menarik minat/komitmen):
”Apakah perawat memiliki komitmen nilai, tindakan, sikap
untuk
-
menunjukkan perilaku Caring?”Level 3 Condditions
(keadaan/situasi):”Apakah lingkungan memberikan
dukungan bagi perawat untuk menerapkan perilaku Caring?”Level 4
Caring actions (tindakan Caring) :”Apakah tindakan perawat
menerapkan lima proses knowing,being with, doing for, enabling
dan
maintaining beliefs dari pasien ?”Level 5 Caring consequences
(dampak caring):”Apakah perilaku caring
perawat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan?”
c) Caring Perawat Menurut Potter & Perry
Potter & Perry (2010) menggambarkan Caring perawat dalam
pelayanan keperawatan
terhadap pasien adalah kehadiran, sentuhan, mendengarkan dan
memahami klien.
2.3.2 Klasifikasi Caring Perawat
a) Afektif Caring Perawat
Meliputi nilai kemanusiaan, hormat, kepedulian, empati dan
hubungan saling percaya.
b) Instrumental Caring Perawat
Menunjukan keterampilan dan kemampuan perawat dalam kognitif dan
psikomotor
seperti pemberian obat, perawatan kebersihan pasien, pemenuhan
kebutuhan dasar manusia,dan
pendidikan kesehatan (Watson dalam dalam Kusmiran, 2015).
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Caring Perawat
-
Banyak faktor yang mempengaruhi Caring perawat antara lain beban
kerja yang tinggi
dan motivasi perawat, perawat dan kepuasan kerja perawat
memiliki hubungan yang positif
dengan Caring perawat, sedangkan stress, kejenuhan dan perasaan
lelah memiliki hubungan
yang negative dengan Caring yang ditunjukan oleh perawat.
a) Beban Kerja Perawat
Beban kerja yang tinggi menyebabkan stress yang terjadi pada
perawat sehingga
menurunkan motivasi perawat untuk melakukan Caring. Beban kerja
yang tinggi
menyebabkan perawat memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
memahami dan
memberikan perhatian terhadap pasien secara emosional dan hanya
fokus terhadap
kegiatan yang bersifat rutinitas seperti memberikan obat,
melakukan pemeriksaan
penunjang atau menulis catatan perkembangan pasien (Sobirin,
2006).
b) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap
perilaku Caring seorang
perawat. Lingkungan kerja yang baik dapan menciptakan tingginya
perilaku Caring
dan meningkatkan kualitas kesehatan (Suryani, 2010).
c) Pengetahuan dan Pelatihan
Caring tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi timbul berdasarkan
nilai-nilai dan
pengalaman menjalin hubungan dengan orang lain. Peningkatan
pengetahuan dan
pelatihan perilaku Caring yang diberikan perawat meningkatkan
kesadaran perawat
untuk Caring sesuai dengan teori yang telah dikembangkan
(sutriyanti, 2009).
2.3.4 Caring Dalam Pelayanan Keperawatan
-
Pengaruh Caring dapat ditunjukan dalam kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan
oleh perawat, dan diharapkan oleh pasien dalam praktik pelayanan
keperawatan. Penampilan
sikap caring merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
kepuasan pasien akan pelayanan
keperawatan dan menghindari tanggung gugat pasien (Laschinger,
Gilbert & Smith, 2011 dalam
Kusmiran, 2015). Kualitas caring merupakan tingkah laku verbal
dan nonverbal yang ditunjukan
oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan (Eriksen,
2003 dalam Kusmiran 2015).
Caring merupakan harapan dari penerima pelayanan kesehatan dalam
proses perawatan (Duffy,
2009 dalam Kusmiran, 2015). Caring merupakan tindakan
profesional perawat dalam asuhan
keperawatan pada pasien dan membina hubungan pasien dan perawat,
berfokus pada pelayanan,
perasaan kasih sayang dan komunikasi (Kusmiran, 2015).
Berikut adalah gambaran model kualitas caring dalam pelayanan
keperawatan :
Gambar 2.3.4 (1) Model Caring dalam PelayananKeperawatan kepada
pasien
Sumber : Duffy J.R (2009)
KomunikasiAlokasi sumberdayaPasien dan keluarga
Kebutuhan pelayanan
keperawatan
Perasaan “dirawat”Lingkungan
Peran dan tanggung
jawab perawat
Praktik Caring
-
Berdasarkan gambar model caring dalam pelayanan keperawatan
kepada pasien yaitu,
kualitas caring dalam pelayanan keperawatan pada pasien
merupakan peran dan tanggung jawab
perawat dalam praktik pelayanannya. Praktik caring melibatkan
unsur komunikasi kepada pasien
dan keluarga dengan memaksimalkan sumber daya dan dukungan
lingkungan yang kondusif.
Atas konsep model di atas maka kaitan caring dalam pelayanan
keperawatan dan kualitas
pelayanan tergambar sebagai berikut :
Struktur Proses Outcomes
Masa Lalu Partisipan Hubungan Caring Masa Akan Datang
Pusat Hubungan Terminal Outcomes
Provider
Pasien/Keluarga
Sistem
Interaksiindependen
pasien/keluarga-perawat
+
Interaksikolaborasi timkesehatan lain-perawat (multi
disiplin)
Provider :
Kepuasan
kematangan
Pasien :
Pelayanan,safet
y,kepuasan,peni
ngkatan
pengetahuan
Sistem :
Ulitisasi sumber
daya,biaya LOS
Intermediate outcomes
“Perasaan di perhatikan “
-
Gambar 2.3.4 (2) Model kualitas Caring dalam pelayan keperawatan
(Duffy, 2009)
Sumber : Duffy, J.R (2009)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa caring meliputi
pertukaran pengalaman dan
keberadaan bersama pasien secara konseptual proses caring
perawat meliputi empat tahapan
yaitu :
Gambar 2.3.4 (3) Konseptual model dari proses caring dalam
keperawatan
Sumber : McDaniel,A.M. (2003)
Tahap pertama adalah pengakuan merupakan kesadaran dalam diri
perawat akan adanya
kebutuhan perawatan dari orang lain. Kesadaran akan adanya
pengalaman orang yang dapat
Aktualisasi
Tindakan Caring
Keputusan
Pengakuan
-
diberikan kepada orang lain. Tahap kedua adalah keputusan
merupakan tahap lanjutan ketika
perawat menyadari akan kebutuhan perawatan dari orang lain. Pada
tahap ini perawat melakukan
penilaian diri sendiri, pilahan akan kemampuan untuk
mensejahterakan orang lain. Kesedian
perawat dengan caring untuk diberikan kepada orang lain. Tahap
ketiga merupakan proses
caring meliputi tindakan perawat untuk meningkatkan
kesejahteraan orang lain. Caring adalah
esensi dari nilai dalam memberikan perawatan kepada orang lain.
Tahap keempat adalah
aktualisasi pengalaman caring merupakan hasil akhir dari proses
caring. Presepsi dari orang lain
yang telah diawasi dan diperhatikan adalah proses pemenuhan
dalam interksi caring. Realisasi
mengenai caring terjadi pada proses peningkatan kesejahteraan
dan kepuasan diantara perawat
dan pasien. Caring sebagai proses transformasi yang tidak
terlihat (soft skill) (McDaniel, 2003
dalam Kusmiran, 2015).
2.3.5 Dampak Caring dan Noncaring Terhadap Pelayanan Keperawatan
Kepada
Perawat dan Pasien
Caring sebagai nilai profesional dan personal sebagai inti
standar normatif yang
mengarahkan tindakan dan sikap perawat terhadap pasien
(Lee-Hsieh, Kuo & Tseng, 2005 dalam
Kusmiran, 2015). Dampak tindakan dan sikap caring dan noncaring
terhadap kualitas pelayanan
keperawatan bagi pasien yaitu :
Tabel.2.3.5 Dampak Caring dan Noncaring
Hasil yang Dirasakan Oleh
Pasien Mengenai Caring
Hasil yang Dirasakan Oleh
Pasien Mengenai Noncaring Perasaan mendalam mengenai
penghargaan, kontrol diri dan
Perasaan di permalukan, takut,
putus asa, ketidakberdayaan,
-
bersifat personal Meningkatkan penyembuhan
fisik, keamanan, bersemangat,
lebih nyaman Membina hubungan saling
percaya, merasa dekat dengan
anggota keluarga
kehilangan kendali diri,
memperlambat proses
penyembuhan menurun.
Berikut pula tindakan dan sikap Caring dan Noncaring terhadap
kualitas pelayanan
keperawatan bagi perawat :
Hasil yang Dirasakan Oleh
Pasien Mengenai Caring
Hasil yang Dirasakan Oleh Pasien
Mengenai Noncaring Mengembangkan rasa
keberhasilan, kepuasan,
pencapaian tujuan dan penuh
rasa syukur Menjaga intergritas,
pemenuhan kebutan dasar
manusia, merasakan keutuhan
fungsi dan tanggung jawab,
meningkatkan harga diri Melaksanakan tugas sesuai
filosofi hidup Menghormati proses
kehidupan dan kematian Refleksi (perenungan) diri Mengembangkan
cinta
keperawatan, peningkatan
pegetahuan
Menjadi emosional Kurang peduli Perasaan tertekan Perasaan takut
Lelah
-
2.3.6 Indikator Caring Keperawatan
Pengukuran caring dalam keperawatan sangat diperlukan untuk
memotret perilaku
caring perawat melalui pendekatan instrumen terukur baik etik
maupun praktik. Beberapa alat
ukur mengenai caring telah dirancang berdasarkan studi literatur
dari ilmu keperawatan dan ilmu
terkait, seperti psikologi dan filsafat untuk mengukur indikator
mengenai caring. Pengukuran
caring melalui instrumen dapat berfungsi sebagai indikator
empiris kualitas caring (Watson,
2009 dalam Kusmiran, 2015).
Tujuan dari penggunaan alat ukur dalam caring meliputi :
a) Upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatanb) Untuk
membandingkan kualitas pelayanan kesehatanc) Sebagai evaluasi
pelayanan tindakan keperawatan rutind) Evaluasi dampak pelayanan
keperawatan dengan tindakan caring dibandingkan
noncaring kepada pasiene) Sebagai data penunjang dari unit atau
ruang pelayanan kesehatanf) Sebagai informasi untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam proses
pelayanan keperawatan untuk meningkatkan evaluasi diri dan model
keunggulan
dalam praktikg) Sebagi informasi untuk pengembangan program
pelayanan keperawatanh) Untuk pengembangan teori caring yang sudah
adai) Untuk perbaikan dam proses pembelajaran pada pendidikan
keperawatan dan perilaku
caring serta ilmu kesehatan, termasuk pendidikan interdisipliner
atau
transdisciplinary serta penelitian (Watson, 2009 dalam Kusmiran,
2015).
-
Secara umum definisi dari atribut soft skills caring keperawatan
dapat di indikatorkan sebagai
berikut, yaitu :
a) Kemampuan komunikasib) Kemampuan interpersonalc) Kejujurand)
Empatie) Kerjasama timf) Semangat kerjag) Kemampuan mendengarkan
orang lainh) Kesabarani) Rasa kasih sayangj) Kemampuan
berorganisasi
2.3.7 Penelitian Terkait
1) Siti Rufaidah,dkk
Hubungan Perilaku Caring Perawatdengan LOS (Length of stay) Pada
pasien rawat inap
di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal dan penelitian dilakukan pada bulan
September-Desember
2017.
Tabel 2.3.6 Penelitian terkait tentang Hubungan Perilaku Caring
Perawatdengan LOS
(Length of stay) pada pasien rawat inap di RSUD Dr.H.Soewondo
Kendal
Populasi
Penelitian
Tindakan Yang
Akan Di Teliti
Hasil penelitian Uji Statistik
Populasi dalam
penelitian ini
adalah semua
pasien rawat
inap yang akan
Pemberian rasa aman,
nyaman, tenang,
santun, ramah,
lembut, dan
menghargai
Berdasarkan hasil
penelitian didapat
dari 113
responden didapat
lebih dari 86
Data dianalisa
secara statistik
menggunakan
korelasi
Bivariat
-
dilakukan
tindakan caring
keperawatan di
ruang rawat inap
RSUD
Dr.H.Soewondo
Kendal
(76,1%) kategori
perilaku caring
baik dari 25
responden yang
dirawat di ruang
rawat inap selama
5 hari
Spearman
Rank diperoleh
nilai koefesien
korelasi antara
perilaku
caring perawat
dengan LOS
adalah sebesar
r = 5555 hal ini
menunjukan
ada hubungan
yang kuat
karena nilai r
korelasinya >
0, artinya
terjadi
hubungan
positif
berdasarkan
nilai
signifikasinya
diketahui
bahwa p value
-
= 0,000 , dari
0,05 (α < 0,05)