Top Banner
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et al. (2013: 3), dalam pemakaiannya pada bahasa Indonesia, wacana digunakan untuk mengacu pada bahan bacaan, percakapan, tuturan. Hal senada dikemukakan oleh Willis Edmondson yang menjelaskan wacana adalah suatu peristiwa terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku bahasa atau yang lainnya (Sumarlam, 2003: 5). Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa peristiwa sebagai sebuah realita merupakan suatu rangkaian, struktur yang diungkap lewat bahasa. Menurut Van Dijk dalam Eriyanto (2001: 221) wacana bukanah sesuatu yang final sebagai sebuah konsep. Ia menilai bahwa konsep tidak saja menyangkut penggunaan bahasa, akan tetapi melibatkan juga beberapa komponen penting lain dari konsep wacana, di antaranya, melibatkan siapa yang menggunakan bahasa, bagaimana menggunakannya, mengapa menggunakannya, dan kapan menggunakannya. Bahasa dikaji dengan memperhatikan konteks saat ia digunakan. Dengan menaruh perhatian terhadap konteks tersebut maka kalimat atau gramatikal tidak lagi menjadi satuan terlengkap bahasa seperti yang diakui dalam kajian bahasa selama ini, wacana baik bahasa lisan maupun tulis menjadi satuan terlengkapnya. Menurut Abdul Chaer dalam Sumarlam (2003:10), wacana merupakan posisi
20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

Oct 31, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wacana

2.1.1 Pengertian Wacana

Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et al. (2013: 3), dalam

pemakaiannya pada bahasa Indonesia, wacana digunakan untuk mengacu pada

bahan bacaan, percakapan, tuturan. Hal senada dikemukakan oleh Willis

Edmondson yang menjelaskan wacana adalah suatu peristiwa terstruktur yang

dimanifestasikan dalam perilaku bahasa atau yang lainnya (Sumarlam, 2003: 5).

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa peristiwa sebagai sebuah

realita merupakan suatu rangkaian, struktur yang diungkap lewat bahasa.

Menurut Van Dijk dalam Eriyanto (2001: 221) wacana bukanah sesuatu yang

final sebagai sebuah konsep. Ia menilai bahwa konsep tidak saja menyangkut

penggunaan bahasa, akan tetapi melibatkan juga beberapa komponen penting lain

dari konsep wacana, di antaranya, melibatkan siapa yang menggunakan bahasa,

bagaimana menggunakannya, mengapa menggunakannya, dan kapan

menggunakannya.

Bahasa dikaji dengan memperhatikan konteks saat ia digunakan. Dengan

menaruh perhatian terhadap konteks tersebut maka kalimat atau gramatikal tidak

lagi menjadi satuan terlengkap bahasa seperti yang diakui dalam kajian bahasa

selama ini, wacana baik bahasa lisan maupun tulis menjadi satuan terlengkapnya.

Menurut Abdul Chaer dalam Sumarlam (2003:10), wacana merupakan posisi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

9

tertinggi dalam tataran bahasa karena dibentuk dari kalimat-kalimat yang

memenuhi persyaratan gramatikal dan kewacanaan lainnya.

Agar mendapat pengertian bersama, wacana dapat dipahami dengan

menyandingkannya pada penggunaan istilah teks, yang dalam bahasa Inggris

keduanya dibedakan antara discourse dan text. Yang pertama berarti spoken

discourse atau wacana lisan sedangkan yang kedua adalah written discourse atau

wacana tulis.

2.1.2 Wacana dalam Berbagai Bidang Ilmu

Kajian wacana telah dikenal sejak akhir abad ke-19 ketika Ferdinand de

Saussure membagi bahasa ke dalam dua bentuk yakni langue (bahasa) dan parole

(ucapan) sehingga kajian bahasa memiliki struktur yang jelas dan logis.

Pemikiran Saussure tersebut merupakan tonggak baru linguistik sebagai ilmu

yang mempunyai paradigma ilmu tersendiri.

Seiring berjalannya waktu, linguistik struktural tersebut mendapat kritik,

salah satunya dari Michel Foucault. Perhatiannya ditujukan pada pembahasan

kekuasaan dalam penggunaan bahasa (Lubis, 2014: 83). Foucault menyebut

bahasa tersebut harus dilihat sebagai bentuk-bentuk pengetahuan yang bekerja

seperti manusia mempelajari bahasa. Dengan pola pikir ini, wacana memiliki

ragam seperti bahasa (wacana) postkolonial, wacana kolonial, wacana perempuan

kulit hitam, wacana perempuan kulit putih, wacana feminis postmodern, wacana

perempuan kulit putih, wacana feminis postmodern, wacana perempuan Islam

kontemporer, wacana perempuan multikultural, dan lain-lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

10

Oleh karena kebenaran suatu wacana berasal dari berbagai paradigma dan

perspektif, maka ia dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,

mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan

sebagainya (Badara, 2012: 16). Sebagai contoh, dalam bidang hukum, kajian

bahasa hukum sebagai proses mengutamakan pemahaman teks hukum. Analisis

wacana hukum hanya berfokus pada bahasa sebagai objek dari wacana hukum.

Teks tersebut dibatasi pada teks yang diterbitkan oleh notaris sehingga orang

awan sangat sulit memahami teks-teks hukum tersebut.

Dari berbagai bidang ilmu yang tersedia, artikel Les Paradoxes du

Président Indonésien ‹‹Jokowi›› dalam Surat Kabar Harian Le Monde edisi 21

Mei 2015 merupakan wacana dalam bidang ilmu politik sebab berkaitan dengan

situasi dan dunia perpolitikan di Indonesia yang disorot oleh media asing yaitu

Surat Kabar Harian Le Monde dari Prancis. Wacana tulis politik inilah yang akan

dikaji secara mendalam.

2.1.3 Jenis-jenis Wacana

Ada berbagai macam jenis wacana. Sumarlam (2003: 15-18) mengemukakan

jenis-jenis wacana sebagai berikut.

a. Wacana berdasarkan pemakaian bahasa sarana ungkapan diklasifikasikan

sebagai wacana bahasa nasional (Indonesia), wacana bahasa lokal atau daerah,

wacana bahasa internasional (Inggris), wacana bahasa lainnya, seperti bahasa

Belanda, Jerman, Prancis, dan sebagainya

b. Wacana berdasarkan penggunaan media dibedakan atas:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

11

1. Wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau

media tulis. Wacana tulis dalam referensi bahasa Inggris disebut oleh

sebagian ahli dengan written discourses atau written text.

2. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau

media lisan. Untuk dapat memahami wacana lisan, penerima harus

menyimak atau mendengarkan bahasa. Dalam wacana lisan terjadi

komunikasi langsung antara pembicara dan pendengar.

c. Wacana berdasarkan ragam bahasa yang digunakan dilihat sebagai:

1. Wacana bahasa Indonesia tulis ragam baku, misalnya wacana surat-

menyurat resmi).

2. Wacana bahasa Indonesia tulis ragam tak baku, misalnya surat-surat

pribadi.

3. Wacana bahasa Indonesia lisan ragam baku, seperti pidato kenegaraan.

4. Wacana bahasa Indonesia ragam tak baku, seperti obrolan santai, wacana

ketoprak humor. Hal ini juga berlaku untuk ragam bahasa lainnya, seperti

wacana bahasa Jawa tulis ngoko¸wacana bahasa Jawa tulis krama, dan

sebagainya.

d. Wacana berdasarkan sifat atau jenis pemakaian dapat dibedakan atas:

1. Wacana monolog (monologue discourse), yaitu wacana yang disampaikan

oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk berpartisipasi langsung.

Wacana ini bersifat searah dan tidak termasuk dalam komunikasi interaktif.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

12

2. Wacana dialog (dialogue discourse), yaitu wacana atau percakapan yang

dilakukan langsung oleh dua orang atau lebih. Wacana ini bersifat dua arah

dan masing masing aprtisipan berperan di dalam komunikasi interaktif.

e. Wacana berdasarkan bentuknya dibagi atas tiga bentuk:

1. Wacana prosa, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa, dapat

berupa wacana tulis atau lisan.

2. Wacana puisi, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, dapat

berupa wacana tulis atau lisan.

3. Wacana drama, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,

dialog, baik berupa wacana tulis atau wacana lisan.

f. Wacana berdasarkan cara dan tujuan pemaparan:

1. Wacana narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan

oleh persona pertama atau ketiga dalam kurun waktu tertentu, berorientasi

pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis.

2. Wacana deskripsi, yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,

menggambarkan atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.

3. Wacana eksposisi atau wacana pembeberan, yaitu wacana yang tidak

mementingkan waktu dan pelaku. Wacana ini berorientasi pada pokok

pembicaraan, dan bagian-bagian dari wacana merupakan sesuatu yang

logis.

4. Wacana argumentasi, adalah wacana yang berisi ide atau gagasan yang

dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, tujuannya untuk meyakinkan

pembaca atau pendengar tentang kebenaran ide atau gagasannya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

13

5. Wacana persuasi, yaitu wacana yang bersifat ajakan atau nasihat yang

bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar agar melakukan

nasihat atau ajakan tersebut.

Dari jenis-jenis wacana di atas, artikel Les Paradoxes du Président

Indonésien ‹‹Jokowi›› dalam Surat Kabar Harian Le Monde edisi 21 Mei 2015

merupakan wacana yang berjenis bahasa lainnya yaitu bahasa Prancis, wacana

tulis, wacana ragam baku, wacana monolog dan wacana argumentasi. Wacana

tulis inilah yang akan diteliti secara mendalam.

2.2 Analisis Wacana Kritis

2.2.1 Analisis Wacana Kritis

Analisis Wacana Kritis merupakan suatu metode analisis yang tidak

memahami wacana hanya terbatas pada bahasa semata. Bahasa dalam pengertian

kritis dipahami dapat menyebabkan pertarungan kelompok-kelompok sosial

dalam mengajukan pengaruh dan ideologinya masing-masing. Wodak dan

Fairclough dalam Eriyanto (2001: 7) menyatakan bahwa praktik wacana tersebut

menampilkan efek ideologis yang memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak

seimbang pada kelas sosial, laki-laki dan wanita sehingga praktik sosial sering

menunjukkan perbedaan-perbedaan yang membuka diksursif dalam masyarakat.

Pengertian kritis dalam analisis di sini tidak semata-mata dilakukan

untuk mencari kesalahan dan menunjukkan keburukan-keburukan subjek yang

ada di dalam teks berita. Wodak menyatakan bahwa analisis wacana kritis

dimaknai sebagai sebuah sikap untuk tidak menggenalisir persoalan akan tetapi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

14

memperlihatkan kompleksitasnya, menentang penciutan, penyempitan atau

penyederhanaan, dogmatisme dan dikotomi.

Eriyanto (2001: 8-14) menyebutkan bahwa karakteristik penting dalam

melakukan analisis wacana kritis yaitu melalui tindakan, konteks, historis,

kekuasaan dan ideologi.

1. Tindakan

Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Wacana bukan

ditempatkan dalam ruang tertutup atau internal namun seseorang berbicara,

menulis dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain.

Wacana dipandang mempunyai tujuan untuk mempengaruhi, mendebat,

membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Selain itu, wacana dipahami

sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol.

2. Konteks

Konteks dalam wacana mencakup latar, situasi, peristiwa dan kondisi.

Dalam pengertian ini wacana diproduksi, dimengerti dan dianalisis pada suatu

konteks tertentu. Menurut Guy Cook dalam Badara (2013: 30), analisis

wacana memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengomunikasikan

dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui

medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan

hubungan untuk setiap masing-masing pihak.

Meski begitu, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis.

Konteks penting yang mempengaruhi produksi wacana adalah partisipan

wacana dan latar siapa yang memproduksi wacana. Beberapa konteks penting

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

15

yang berpengaruh terhadap produksi wacana: pertama, jenis kelamin, umur,

pendidikan, kelas sosial, etnik, agama, dalam banyak hal relevan dalam

menggambarkan wacana; kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu,

posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang

berguna untuk mengerti suatu wacana. Setting, seperti tempat privat atau

publik, dalam suasana formal atau informal, atau pada ruang tertentu dapat

memberikan wacana tertentu (Badara, 2013: 31).

3. Historis

Wacana juga berada dalam konteks historis. Pemahaman terhadap wacana

diperoleh apabila ada penjelasan tentang situasi pada saat wacana tersebut

diproduksi.

4. Kekuasaan

Kekuasaan (power) dalam hubungannya dengan wacana dilihat sebagai

kontrol. Satu atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain. Kontrol

tadi tidak selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara

mental dan psikis. Kontrol terhadap wacana dapat berupa kontrol atas konteks,

siapa yang boleh dan harus berbicara, siapa pula yang hanya dapat mendengar

dan menerima. Selain konteks, kontrol dapat diwujudkan dengan membentuk

struktur wacana yang dapat terlihat dari bagaimana sosok yang berkuasa harus

ditampilkan dengan penonjolan kata-kata tertentu.

5. Ideologi

Teks, percakapan dan lainnya merupakan bentuk dari praktik atau

pencerminan ideologi. Ideologi dimaksudkan untuk mengatur tindakan dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

16

praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi dapat membuat

anggota dari suatu kelompok bertindak dalam situasi yang sama, dapat

menghubungkan masalah mereka dan memberikan kontribusi dalam

membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam analisis wacana,

bahasa dapat ditempatkan sebagai sarana penyebaran ideologi.

2.2.2 Pendekatan Linguistik Kritis (Critical Linguistic) dalam Analisis

Wacana Kritis

Analisis Linguistik Kritis diperkenalkan oleh sekelompok pengajar

Universitas East Anglia sekitar tahun 1970-an yang dipengaruhi banyak oleh

teori sistematik bahasa yang diperkenalkan M.A.K. Halliday. Menurut Fowler

dalam Santoso (2008: hal.7) model linguistik kritis sangat memerhatikan

penggunaan analisis linguistik untuk membongkar misrepresentasi dan

diskriminasi dalam pelbagai modus wacana publik.

Dalam rumusannya, Fowler merancang analisis wacana publik untuk

mengamati ideologi secara khusus dalam konteks pembentukan sosial. Manusia

menglasifikasi dunia yang kompleks dengan menyederhanakan fenomena

objektif dan membuatnya menjadi sesuatu yang dapat dikelola. Klasifikasi ini

ternyata pada akhirnya telah menjadi sesuatu yang alamiah (natural) dalam

pandangan masyarakat. Angggota masyarakat memakainya sebagai asumsi-

asumsi dan mempercayainya sebagai akal sehat atau pengetahuan umum

(common sense), kemudian memandangnya sebagai sebuah kebenaran. Padahal

menurut Fowler dalam Santoso (2008: 8) semua kata-kata yang menjadi

kebenaran tersebut merupakan sebuah distorsi. Bahasa tidak hanya menyediakan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

17

kata-kata untuk konsep tertentu, bahasa juga mengkristalisasikan dan

menstabilisasikan ide-ide.

Fowler menunjukkan bahwa struktur bahasa yang dipilih menciptakan

sebuah jaring makna untuk mendorong manusia menuju sebuah perspektif

tertentu. Jaring makna ini semestinya dianggap sebagai kategori kultural sebab

penutur telah memberikan ideologi atau teori dalam menentukan jaring makna.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Eriyanto (2001: 15) bahwa gagasan

Critical Linguistics adalah pemilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dapat

membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Cara seperti ini dapat membuat

ideologi suatu kelompok memenangkan dukungan publik dan memarjinalkan

kelompok lain. Oleh karena itu, menurut Fowler dalam Santoso (2008: 9),

dimensi kesejarahan, struktur sosial, dan ideologi adalah sumber utama

pengetahuan dalam kerangka kerja linguistik kritis.

2.2.3 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk

Gambar 2.1 Skema Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk

Menurut Eriyanto (2001: 222-274), analisis wacana kritis Van Dijk

mempunyai tiga dimensi: teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Ia berpendapat

Teks

Kognisi Sosial

Konteks

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

18

bahwa analisis teks juga harus mengamati praktik produksi untuk menemukan

penjelasan mengapa suatu teks dihasilkan.

a. Analisis Teks

Van Dijk membagi teks dalam tiga tingkatan yang saling berhubungan.

1. Struktur makro, yang merupakan makna global atau umum dari teks dengan

melihat topik atau tema dalam berita.

2. Superstruktur, yang merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan

kerangka teks yang tersusun ke dalam berita.

3. Struktur mikro, yang merupakan makna wacana setelah mengamati bagian

kecil teks, seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase dan gambar.

Tabel 2.1 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk

Struktur

Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur

Makro Tematik

Tema/topik yang di-depankan dalam berita Topik

Superstruktur Skematik

Bagaimana bagian dan urutan berita di-

skemakan dalam teks berita utuh

Skema

Struktur

Mikro

Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam teks

berita. Misalnya dengan memberi detil pada

satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi

dan mengurangik detil sisi lain

Latar, Detil,

Maksud,

Praanggapan,

Nominalisasi

Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang

dipilih

Bentuk kalimat,

koherensi, kata

ganti

Stilistika

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam

teks berita

Leksikon

Retoris

Bagaimana dan dengan cara penekanan

dilakukan

Grafis,

Metafora,

Ekspresi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

19

1. Tematik: menunjuk pada gambaran umum teks, bisa sebagai gagasan inti,

ringkasan, atau bagian utama dari teks. Tema atau topik menunjukkan konsep

dominan, sentral, dan bagian penting dari berita. Van Dijk memberi perhatian

lebih terhadap tataran umum (macrorule) di dalam teks. Dalam teks berita,

bagian-bagian teks saling mendukung untuk menunjuk pada suatu titik

gagasan umum. Pembentukan topik berasal dari subtopik satu dengan subtopik

lain yang terbentuk dari serangkaian fakta. Van Dijk menyebutkan bahwa

pemandangan masalah atau peristiwa yang diliput wartawan didasarkan pada

suatu mental/pikiran tertentu yang dapat terlihat jelas dari topik berita.

2. Skematik: Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari

pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian teks

disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun

mempunyai ragam skema, secara hipotetik, pada umumnya berita mempunyai

dua kategori skema besar, yakni:

a. Summary lead, yang umumnya ditandai dengan judul dan teras berita

(lead). Judul dan lead menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh

wartawan dalam pemberitaannya. Teras berita umumnya berupa ringksan

berita sekaligus pengantar sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap.

b. Story, yakni isi lengkap berita yang umumnya secara hipotetik

mempunyai dua subkategori. Subkategori pertama, yaitu situasi yang

menggambarkan proses atau jalannya peristiwa. Subkategori kedua adalah

komentar yang berada di dalam teks berita.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

20

Van Dijk melihat skema ini sebagai kesatuan yang koheren dan padu.

Teras berita dilengkapkan dengan peristiwa dan kutipan komentar. Bagian-

bagian dan skema ini tidak hanya dilihat sebagai susunan teks berita karena

peristiwa tersebut tersusun dari pemahaman dan pengertian wartawan.

3. Latar: merupakan gambaran atau suasana yang berada secara bersamaan

dengan terjadinya suatu peristiwa. Pemilihan latar akan menggiring arah

pandangan khalayak sehingga dapat mempengaruhi arti (semantik) yang ingin

ditampilkan. Latar juga dihadirkan sesuai dengan cerminan ideologis

wartawan dalam menggambarkan suatu peristiwa.

4. Detil: merupakan strategi wartawan dalam mengekspresikan sikap dengan

implisit. Sikap atau wacana tidak perlu disampaikan secara terbuka tetapi

memberikan detil tertentu pada bagian berita.

5. Maksud: upaya implisit dan tersembunyi wartawan untuk menonjolkan basis

kebenaran dan menyingkirkan kebenaran lain. Informasi disampaikan dengan

tersamar, eufimistik, dan berbelit-belit tetapi apabila informasi

menguntungkan komunikator, elemen maksud dinyatakan eksplisit dan jelas.

6. Koherensi: pertalian atau jalinan antarkata atau kalimat dalam teks. Fakta satu

dan lainnya disusun untuk menunjukkan suatu kesinambungan dalam kalimat.

Elemen koherensi dapat melihat suatu fakta atau kalimat sebagai bagian yang

terpisah, berhubungan, atau mempunyai kausalitas. Koherensi dapat diamati

dengan memperhatikan konjungsi dalam menghubungkan fakta.

7. Koherensi Kondisional: ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai

penjelas. Anak kalimat tersebut terlihat menjadi cermin kepentingan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

21

komunikator karena dapat memberi keterangan terhadap suatu pernyataaan.

Induk kalimat tidak hanya mendapat penjelasan dari keterangan yang

ditambahkan, ia dapat memperoleh kesan baik atau buruk.

8. Koherensi Pembeda: strategi untuk membedakan dua atau lebih peristiwa

saling bertentangan dan berseberangan. Wartawan membandingkan satu

peristiwa atau fakta dengan peristiwa lain untuk menampakkan perbedaan,

meskipun terdapat hubungan atau kausalitas di antara peristiwa-peristiwa tadi.

Peristiwa tersebut diceritakan terpisah secara waktu sehingga menampakkan

ketiadaan kausalitas antar peristiwa.

9. Pengingkaran: bentuk strategi wartawan dalam menyampaikan gagasan

dengan menyangkal fakta atau peristiwa. Penginkaran menunjukkan seakan-

akan wartawan menyetujui, padahal sebenarnya ia tidak menyetujui.

Pengingkaran disampaikan impilisit dengan argumentatif untuk

menyembunyikan ekspresi wartawan sesungguhnya.

10. Bentuk Kalimat: segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,

yaitu prinsip kausalitas. Bentuk kalimat bukan persoalan kebenaran tata

bahasa tetapi menentukan makna yang dibentuk susunan kalimat. Makna

tersebut dapat didapatkan pada bentuk kalimat aktif atau pasif. Bentuk kalimat

aktif menempatkan seseorang yang menjadi subjek dari pernyataan,

sebaliknya, dalam kalimat pasif ia menjadi objek dari pernyataan. Yang juga

penting adalah proposisi susunan kalimat, mana yang ditempatkan di awal

kalimat dan mana di akhir kalimat karena dapat mempengaruhi makna dari

bagian yang ditonjolkan pada kalimat. Dalam bentuk deduktif, aspek yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

22

ditonjolkan dari inti kalimat akan dipahami jelas, sementara bentuk induktif

akan membuat inti kalimat terlihat samar-samar dan tersembunyi.

11. Kata Ganti: digunakan untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan

suatu komunitas imajinatif. Dalam mengungkapkan sikap, seseorang dapat

menggunakan kata ganti saya atau kami untuk menunjukkan sikap resmi

komunikator. Ketika kata ganti tersebut adalah kita, ia akan menghilangkan

batas antara komunikator dengan khalayak dan ingin menunjukkan sikap yang

sama dari komunikator kepada komunitas secara keseluruhan. Kata ganti kita

mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik,

serta mengurangi kritik dan oposisi kepada diri sendiri.

12. Leksikon: menandakan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang

tersedia. Seseorang dapat menggambarkan peristiwa yang dialaminya dengan

kata yang berbeda-beda. Pilihan kata merupakan cerminan ideologis seseorang

sehingga fakta atau peristiwa dalam teks bukan realita murni yang apa adanya.

13. Praanggapan (presupposition): digunakan untuk mendukung makna suatu

teks. Praanggapan dipandang kebenarannya apabila premis yang mendukung

berdasarkan pada common sense sehingga dapat dipercaya padahal

kebenaran peristiwa tersebut belum tentu terbukti dan belum terjadi.

14. Grafis: cara untuk mengamati penekanan terhadap suatu peristiwa penting di

dalam teks. Grafis di dalam teks berita dimunculkan dengan membedakan

bagian tulisan dari yang lain. Elemen tersebut terlihat dari ketebalan huruf,

kemiringan huruf, pemakaian garis bawah, ukuran huruf yang lebih besar

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

23

atau kecil, termasuk pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau tabel

yang mendukung arti penting pesan di dalam teks.

15. Metafora: menjadi petunjuk utama agar mengerti makna suatu teks.

Wartawan memakainya sebagai strategi landasan berpikir, alasan pembenar

atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik dan memperkuat pesan

utama. Metafora berasal dari kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,

peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata kuno-kuno atau kitab suci.

b. Kognisi Sosial

Analisis wacana memperhatikan kesadaran mental wartawan yang

membentuk teks. Pendekatan kognitif seperti ini didasarkan pada asumsi bahwa

makna teks diberikan oleh pemakai bahasa atau lebih tepatnya kesadaran mental

dari pemakai bahasa. Hal ini disebabkan setiap teks pada dasarnya dihasilkan

lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka dan pengetahuan tertentu atas suatu

peristiwa. Demikian juga dengan wartawan tidak dianggap sebagai individu yang

netral, melainkan memiliki bermacam nilai, pengalaman dan pengaruh ideologi

yang didapatkan dari kehidupannya.

Peristiwa yang berada dalam teks dapat dipahami dan dimengerti dengan

mendasarkannya pada skema. Van Dijk menyebutkan skema sebagai model yang

dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang mencangkup pandangan

manusia, peranan sosial dan peristiwa. Skema menggambarkan seseorang

menggunakan informasi yang tersimpan dalam memori dan mengintegrasikan

dengan informasi baru sehingga peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukkan

sebagai bagian dari pengetahuan sesorang tentang suatu realitas. Model yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

24

tertanam dalam ingatan akan mendorong pembuat teks atau wartawan

menyampaikan pendapat atau penilaian tentang peristiwa.

Salah satu elemen yang sangat penting dalam proses kognisi sosial selain

model adalah memori. Lewat memori, seseorang bisa berpikir tentang sesuatu

dan mempunyai pengetahuan tentang sesuatu pula. Lewat memori seseorang

dapat mengerti dan mengategorikan pesan. Ada beberapa macam skema/ model:

1. Skema person (person schemas), yang menggambarkan seseorang dan

pandangannya terhadap orang lain.

2. Skema diri (self schemas), yang berhubungan dengan pandangan seseorang

terhadap dirinya sendiri dan pandangan orang lain terhadapnya.

3. Skema peran (role schemas), yang merupakan pandagan seseorang terhadap

posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat.

4. Skema peristiwa (event schemas), yang merupakan gambaran seseorang

dengan sesuatu yang dilihat dan didengarkan olehnya.

c. Analisis Sosial

Analisis sosial pada dasarnya merupakan upaya menempatkan suatu

masalah tertentu dalam konteks realitas sosial yang lebih luas. Ruang analisis

mencakup konsep waktu (sejarah), konteks struktur (ekonomi, sosial, politik,

budaya, konteks nilai, dan konteks tingkat. Dalam hubungannya dengan analisis

wacana, analisis ini akan menunjukkan kekuasaan produksi menentukan makna

melalui praktik diskursus dan legitimasi.

Van Dijk memasukkan dua hal penting, yakni kekuasaan (power) dan

akses (acces) dalam analisis mengenai masyarakat.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

25

1. Praktik kekuasaan

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan suatu kelompok

(atau anggota), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari

kelompok lain. Kekuasaan ini didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber

bernilai, seperti uang (modal), status, dan pengetahuan. Kekuasaan juga dapat

berjalan dengan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan

pengetahuan. Secara umum, analisis terhadap proses produksi digunakan untuk

membentuk kesadaran dan konsesus.

2. Akses Mempengaruhi Wacana

Dalam semua wacana, setiap orang atau kelompok tidak mempunyai

akses sama. Dalam media, beberapa orang lebih mungkin diwawancara dan

mendapatkan tempat di media dibandingkan orang atau kelompok lain. Dalam

gambaran umum, kelompok elit lebih diuntungkan dengan kemudahan akses

pada media sehingga pengaruh itu akan berdampak terhadap kesadaran publik.

Van Dijk membuat ilustrasi dari kelompok minoritas di Eropa dalam

konteks komunikasi. Ada empat aspek penting yang tidak dapat diakses mudah

oleh kelompok minoritas tersebut, yakni akses terhadap pembuat kebijakan

(politik), akses terhadap media, akses terhadap akademis, dan akses terhadap

modal. Hambatan terhadap sumber-sumber politik pembuat keputusan,

pembuatan hukum, khususnya pada tingkat pengambilan kebijakan negara

mengakibatkan keputusan tidak menguntungkan kelompok ini. Untuk

mengimbangi wacana media, kelompok ini juga tidak mudah menjangkau akses

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

26

terhadap media. Akibatnya, tidak mengherankan kelompok ini justru ditempatkan

sebagai objek pemberitaan dan mendapatkan pemberitaan buruk.

Begitu juga kerugian yang mereka dapatkan ketika akses akademis

berasal kelompok mayoritas. Akibatnya, ketika wartawan melakukan wawancara

terhadap akademis, pandangan keluar menempatkan mereka sebagai objek

pemberitaan. Upaya pengembangan opini publik hampir sia-sia sebab buruknya

akses yang menghubungkan mereka kepada kalangan pebisnis dan pengusaha.

2.3 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian

ini. Eva Kurnia Prista mahasiswa FIB Universitas Brawijaya pernah membuat

penelitian berjudul “The Interpretation of “Pria Punya Selera” Slogan Used in

Gudang Garam Cigarette Advertisement Critical Discours Analysis” pada tahun

2015. Penelitian ini menganalisis slogan “Pria Punya Selera” dalam iklan rokok

Gudang Garam dengan menggunakan teori wacana kritis Fairclough dengan

pendekatan kualitatif. Peneliti menyimpulkan bahwa slogan tersebut tidak

memberi dampak yang membujuk konsumen untuk memilik rokok Gudang

Garam, slogan hanya memberi kesan baik dan menarik.

Rizki Amelia Kurniadewi mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya pernah

membuat penelitian berjudul “Konstruksi Pemberitaan Terorisme di Media

Massa (Studi Analisis Wacana Kritis pada Berita Peledakan Bom Masjid Az-

Zikra Cirebon di Harian Koran Tempo Periode 16-30 April 2011)” tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan teori wacana kritis Teun A. Van Dijk dengan fokus

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wacana 2.1.1 Pengertian Wacanarepository.ub.ac.id/718/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · 2.1.1 Pengertian Wacana Menurut Purwadarminta dalam Abdul Rani, et

27

pada headline pemberitaan peledakan bom Masjid Az-Zikra kompleks

Mapolresta Cirebon di Koran Tempo periode 16-30 April 2011. Peneliti

menyimpulkan bahwa Koran Tempo tidak menyoroti pemberitaan di tempat

kejadian peledakan yaitu masjid tetapi menekankan bahwa peledakan dilakukan

atas dasar kebencian terhadap institusi kepolisian dan juga menonjolkan

informasi seputar penemuan buku jihad sehingga mampu meyakinkan khalayak

pada motif agama dalam peledakan.