9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut: 1. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
26
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,
dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah
sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
10
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2.1.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Adapun kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 6 ayat 1, 2, dan 3 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau;
b. Memiliki hasil penjualan setahun paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
11
3. Usaha Menengah
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2 Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang ilmu akuntansi yang
merupakan suatu alat bagi manajemen dalam merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya
yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan
keputusan.
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2010:7), pengertian akuntansi biaya adalah:
“Akuntansi biaya ialah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu dengan penafsiran
terhadap hasilnya”.
Adapun penjelasan mengenai akuntansi biaya menurut Matz dan Usry
(2010:10) adalah:
12
“Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan seperangkat
akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan
mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun
keputusan strategik”.
Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi biaya
merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian
biaya, sehingga menghasilkan suatu informasi biaya yang dapat membantu
manajemen dalam membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2.2 Peranan Akuntansi Biaya
Secara umum akuntansi biaya menghasilkan informasi bagi manajemen
untuk mengukur apakah kegiatan usahanya telah menghasilkan laba atau
sebaliknya menimbulkan rugi. Selain itu akuntansi biaya juga memberikan
informasi biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk
merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan
produk.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:4), peranan akuntansi biaya
adalah:
“Akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan
manajemen untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian,
memperbaiki kualitas meningkatkan efisiensi serta membuat
keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun yang bersifat
strategis”.
13
Menurut Mulyadi (2010:9), peranan dan tujuan akuntansi biaya adalah
sebagai berikut:
“Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya untuk
kepentingan manajemen guna membantu mereka didalam mengelola
perusahaan atau bagiannya. Agar supaya akuntansi biaya dapat
mencapai tujuannya tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh atau yang
terjadi di dalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan
sedemikian rupa hingga memungkinkan penentuan harga pokok
secara teliti, pengendalian biaya, dan analisis biaya-biaya”.
Adapun penjelasan mengenai peranan akuntansi biaya menurut Carter
(2009:11) yaitu, pengumpulan, penyajian, dan analisis dari informasi mengenai
biaya dapat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas berikut:
1. Anggaran
Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam
kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.
Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi
orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan
perusahaan.
2. Pengendalian Biaya
Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.
3. Penetapan Harga
Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari
setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan
untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.
14
4. Penentuan Laba
Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun
atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan
nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan
pelaporan eksternal.
5. Memilih Berbagai Alternatif
Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka
panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
2.3 Biaya
Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tidak bisa terlepas dari
pengorbanan sumber-sumber ekonomis untuk menghasilkan produk yang
diinginkan. Pengorbanan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu laba.
2.3.1 Pengertian Biaya
Biaya berbeda dengan beban, biaya merupakan pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan beban merupakan biaya
yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis (Bustami dan Nurlela,
2009:7).
Menurut Mulyadi (2010:8), dalam arti luas biaya adalah “pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
15
yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Didalam definisi ini
terdapat 4 unsur pokok mengenai biaya, yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuang uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai “pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”.
Menurut Carter (2009:2), pengertian biaya adalah sebagai berikut:
“Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang
dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat”.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:66), pengertian biaya adalah:
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
saat ini atau di masa datang bagi organisasi”.
Dari beberapa definisi biaya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, biaya
adalah sumber ekonomi yang dikeluarkan dan dikorbankan untuk suatu tujuan
tertentu guna memperoleh manfaat, serta terukur dalam satuan uang.
16
2.3.2 Klasifikasi Biaya
Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
penggolongan. Penggolongan ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai
dengan manfaat penggolongan tersebut. Dalam akuntansi biaya dikenal konsep
“different cost for different purpose”.
Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela
(2009:12) adalah:
“Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen
biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan
penting”.
Menurut Mulyadi (2010:13), biaya dapat diklasifikasikan ke dalam lima
macam penggolongan biaya yaitu:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya
objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengannya disebut biaya bahan bakar.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Biaya dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan fungsi pokok
dalam perusahaan yaitu:
a. Biaya Produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis
17
besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
b. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan