12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM UMKM 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro,Kecil dan Menengah Pengertian UMKM berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab I pasal (1) yang telah diberlakukan pemerintah, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada 4 juli 2008. Undang-Undang ini merupakan landasan dan payung hukum untuk memberdayakan UMKM ditanah air. Pengertian-pengertian tersebut adalah : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan/ badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil sebagaimana dimaksud Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
45
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100018_2_7868.pdf · 2.2.2 Contoh persamaan akuntansi ... tambahan yang segmen industri dan geografis serta pengungkapan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN UMUM UMKM
2.1.1 Pengertian Usaha Mikro,Kecil dan Menengah
Pengertian UMKM berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab I pasal (1)
yang telah diberlakukan pemerintah, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada
4 juli 2008. Undang-Undang ini merupakan landasan dan payung hukum untuk memberdayakan
UMKM ditanah air. Pengertian-pengertian tersebut adalah :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan/ badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
13
2.1.2 Kriteria Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab IV pasal (6) terdapat criteria
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang digolongkan berbagi kategori yakni
sebagai berikut:
A. Berdasarkan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan :
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
b. Kriteria usaha Kecil sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000(dua milyar lima ratus
juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau
14
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
B. Berdasarkan jumlah tenaga kerja
Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan
merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk
menilai usaha kecil atau besar, sebagai berikut ;
Tabel 2.1
Kriteria UMKM
Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha
Menengah
1-4 orang 5-19 orang 20-99 orang
2.1.3 Asas dan Tujuan Usaha Mikro, Kecil & Menengah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab II pasal (2) dan (3) usaha
mikro,kecil dan menengah terdiri dari :
1. Kekeluargaan
Asas yang melandasi upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan efisiensi berkeadilan,
15
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan
kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
2. Demokrasi Ekonomi
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diselenggarakan sebagai
kesatuan dari pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan
kemakmuran rakyat.
3. Kebersamaan
Asas yang mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
4. Efisiensi berkeadilan
Asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
5. Berkelanjutan
Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan
berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian lingkungan yang tangguh dan
mandiri.
6. Berwawasan lingkungan
Asas pemberdayaan Usaha Mikro ,Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan
tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha
Mikro ,Kecil dan Menengah.
7. Kemandirian
16
Asas pemberdayaan Usaha Mikro ,Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan
tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha
Mikro, Kecil, Menengah.
8. Keseimbangan kemajuan
Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berupaya mnjaga
keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
9. Kesatuan ekonomi nasional
Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan bagian
dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional.
Adapun pemberdayaan tujuannya adalah menumbuhkan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan.
2.2 Persamaan Akuntansi
Pada dasarnya dalam melakukan pencatatan transaksi pada suatu perusahaan, dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu persamaan akuntansi, akun, dan siklus akuntansi. Dalam laporan
ini, penulis melakukan pencatatan transaksi menggunakan persamaan akuntansi karena lebih
mudah dipahami, serta lebih mudah di mengerti oleh perusahaan yang berkala kecil maupun
menengah.
2.2.1 Pengertian persamaan akuntansi
Menurut Soemarso kekayaan dan sumber pembelanjaan memiliki
kesamaan. Kesamaan itu biasanya dinyatakan dalam suatu persamaan yang
disebut persamaan akuntansi (2004:43).
17
Sedangkan persamaan akuntansi menurut Warren, Reeve, an fees dalam
bukunya yang berjudul “pengantar akuntansi” adalah persamaan akuntansi
memberikan sebuah kerangka dasar untuk pencatatan pada semua jenis dan
ukuran perusahaan sebagai akibat transaksi-transaksi yang dilakukannya.
Kerangka dasar ini memberikan landasan bagi sistem akuntansi dari perusahaan
dengan skala usaha kecil (2008:18).
2.2.2 Contoh persamaan akuntansi
Berikut merupakan cara penyajian persamaan akuntansi:
Table 2.2 Persamaan Akuntansi
Aktiva Kewajiban dan Modal
TRANSAKSI Kas + Perlengkapan + Kendaraan = Hutang Modal
Saldo awal Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx
Pendapatan Rpxxx Rpxxx
Saldo Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx
Pembelian
perlengkapan
Rpxxx Rpxxx
Pembayaran Hutang Rpxxx Rpxxx
Saldo Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx
Pembayaran Gaji Rpxxx Rpxxx
Prive Rpxxx Rpxxx
Saldo Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx
18
2.2.3 Saldo Normal
Saldo Normal adalah klasifikasi terhadap suatu kode perkiraan (akun) yang
merupakan salah satu bagian dari prinsip pembukuan berpasangan. Suatu akun
dapat memiliki saldo normal debit (Dr) atau kredit (Kr). Akun dengan saldo
normal debit akan bertambah nilainya jika terjadi transaksi debit. Sebaliknya,
untuk meningkatkan nilai akun dengan saldo normal kredit, harus ditambahkan
transaksi pada sisi kredit. Berikut saldo normal untuk beberapa akun umum:
1. Aktiva= Debit
2. Kewajiban=Kredit
3. Modal=Kredit
4. Pendapatan=Kredit
5. Beban=Debit
6. Laba ditahan= Kredit
7. Dividen=Debit
2.2.4 Pengertian Akuntansi
Menurut Donald E. Kieso, Weygandt, Warfield (terjemahan Emil Salim,2007:4)
Pengertian akuntasi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat,
dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para
pengguna yang berkepentingan. Marilah kita lihat secara lebih dekat ketiga aktifitas
tersebut:
1. Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi akan melibatkan pemilihan aktivitas-
aktivitas ekonomi yang relevan bagi suatu organisasi tertentu. Penjualan keripik oleh
19
PepsiCo, penyediaan jasa oleh Sprint, pembayaran upah oleh Ford Motor Company, dan
penerimaan uang tiket dan penyiaran serta pembayaran berbagai biaya oleh tim-tim liga
olahraga terkenal adalah contoh dari peristiwa-peristiwa ekonomi.
2. Setelah teridentifikasi, peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut kemudian dicatat untuk menjadi
alur aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas pembuatan jurnal peristiwa-
peristiwa secara sistematis dan kronologis, yang diukur dalam satuan mata uang dolar dan
sen. Di dalam pencatatan, peristiwa-peristiwa ekonomi juga akan diklasifikasikan dan dibuat
ikhtisarnya.
3. Aktivitas pengidentifikasian dan pencatatan tidak akan banyak memberikan manfaat, kecuali
jika informasi tersebut dikomunikasikan kepada pengguna-pengguna yang berkepentingan.
Informasi keuangan akan disampaikan melalui laporan-laporan akuntansi, yang umumnya
disebut sebagai laporan keuangan (financial statements). Agar informasi keuangan yang
dilaporkan menjadi bermakna, para akuntan melaporkan data yang tercatat dalam cara yang
terstandarisasi. Informasi yang berasal dari transaksi-transaksi yang serupa akan
diakumulasikan dan dijumlahkan. Sebagai contoh, seluruh transaksi penjualan PepsiCo akan
diakumulasikan selama jangka waktu tertentu dan dilaporkan sebagai satu jumlah dalam
laporan keuangan perusahaan. Data seperti itu akan dilaporkan secara agregat. Dengan
menyajikan data yang dicatat secara agregat, proses akuntansi akan mampu
menyederhanakan banyak transaksi dan membuat serangkaian aktivitas menjadi mudah
dipahami dan bermakna.
20
2.2.5 Siklus Akuntansi
Menurut Donald E. Kieso,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil
Salim,2008:77) langkah-langkah dalam siklus akuntansi (accounting cycle) adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi
SIKLUS
AKUNTANSI
Jika semua langkah telah diselesaikan, maka siklus ini akan dimulai lagi dari awal pada periode
akuntansi berikutnya
Pengidentifikasian dan Pengukuran
Transaksi serta Kejadian Lainnya
Ayat jurnal pembalik
(opsional)
Jurnalisasi
Jurnal umum
Jurnal penerimaan kas
Jurnal pengeluaran kas
Jurnal pembelian
Jurnal penjualan
Jurnal khusus lainnya
Neraca saldo pasca-
penutupan (opsional)
Pemindahbukuan
Buku besar umum
(biasanya bulanan) Buku besar pembantu
(biasanya harian)
Penutupan
(akun nominal)
Pembuatan neraca saldo
Pembuatan Laporan
Keuangan
Laporan laba rugi
Laporan laba ditahan
Neraca
Laporan arus kas
Penyesuaian
Akrual
Pembayaran dimuka
Item-item yang diestimasi
Neraca lajur
(opsional)
Neraca saldo yang disesuaikan
21
2.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan
keuangan merupakan sarana utama melalui informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada
pihak luar perusahaan.
Laporan keuangan memberikan informasi tentang kondisi keuangan suatu intitusi,
informasi tersebut sangat diperlukan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan
keputusan masa mendatang dan untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Adapun kondisi
keuangan itu dapat diketahui dari laporan keuangan suatu institusi yang bersangkutan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi , dan laporan keuangan lainnya.
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 7, menyatakan bahwa :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan( yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,sebagai laporan
arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan, Disamping itu juga, termasuk skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi
tambahan yang segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.”(
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP),
menyatakan bahwa :
22
“Laporan Keuangan adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan , kinerja
keuangan dan arus kas entitas.”(2009;174)
Waren, Reeve Fess (terjemahan aria farahmita, dkk, 2008; 2) menyatakan bahwa,
“Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka siapkan laporan bagi pemakai. Laporan
akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan”
Kieso, Weygandt dan Warfield (terjemahan Emil salim,2008;2) menyebutkan
bahwa ,” Laporan Keuangan merupakan sarana mengomunikasikan informasi keuangan utama
pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan ini menampilkan sejarah perusahaan yang
dikuantifikasikan diluar perusahaan.”
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan standar akuntansi
keuangan dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pada hakikatnya merupakan hasil dari
proses akuntansi yang menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan
keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan
dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan sebagai salah satu dasar
dalam pengambilan keputusan.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam rangka
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 12, menyatakan bahwa :
23
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan ,kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
Pernyataan menurut Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) tahun 2009 bab 2 paragraf 1 adalah sebagai berikut :
“Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu
entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus
untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan
keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.”
Adanya pendapat dari Donal E Kieso (terjemahan Emil Salim,2008:5),
menyatakan bahwa :
“Dalam upaya membangun pondasi bagi akuntansi dan pelaporan keuangan, profesi
akuntansi telah mengidentifikasi sekelompok tujuan pelaporan keuangan (objectives of
financial reporting) oleh perusahaan bisnis. Pelaporan harus menyediakan informasi
yang :
1. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial, kredit dan
keputusan investasi, kredit dan keputusan serupa secara rasional. Informasi
yang disajikan harus komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman
yang memadai tentang aktivitas –aktivitas ekonomi dan bisnis serta ingin
mempelajari informasi tersebut secara seksama.
2. Membantu investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai
lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian
24
penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan
,penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman..Karena arus kas investor
dan kreditur berhubungan dengan arus kas perusahaan, maka pelaporan
keuangan harus menyediakan informasi yang dapat membantu investor,
kreditor serta pemakai lainnya menilai jumlah, penetapan waktu dan
ketidakpastian arus masuk kas bersih prospektif pada perusahaan tersebut.
3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan ,
klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk
mentransfer sumber daya keentits lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengarug
dari transaksi, kejadian serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan
dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut.
Singkatnya tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan (1). Informasi
yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, (2).Informasi yang berguna dalam
menilai arus kas masa depan, dan (3). Informasi mengenai sumber daya perusahaan,
klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahannya.”
2.3.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan menurut Satandar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 Bab 2
Paragraf 2, adalah sebagai berikut :
25
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini
,pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk demikian, kepentingan agar
laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi yang
relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu
sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat , informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan ,menegaskan , atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada
besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu ,dari
kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kelalaian dalam mencatat
(misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan
kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar
26
mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan penyajian
secara jujur apa yang harus disajikan atau yang secara wajar yang diharapkan dapat
disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui pemilihan atau penyajian
informasi) jika dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau
kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu.
5. Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi , peristiwa dan kondisi lain lain dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk
meningkatkan keandalan laporan keuangan.
6. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keadaan
yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan
tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam menyusun laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur-unsur kehati-hatian pada saat
melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset
atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi atau kewajiban atau beban tidak disajikan
rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak diperkenankan
27
pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban dan
beban yang lebih tinggi. Singkatnya pertimbangan sehat tidak mengijinkan bias.
7. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak
dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.
8. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus
dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja seta posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut
dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus
mendapat informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan ,perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak
perubahan tersebut.
9. Tepat Guna
Agar relevan, informasi dan laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi para penggunanya. Meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam
28
jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya
dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relative anatara pelaporan dan
tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan
antara relevansi dan keandalan , maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang
terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi.
10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Namun demikian ,
evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya
tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam
evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi
mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
2.3.4 Ruang Lingkup SAK-ETAP
Menurut SAK ETAP (2009:1) Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa
akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
29
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek dipasar modal; atau
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
2.4 Laporan Laba Rugi
2.4.1 Pengertian Laporan Laba Rugi
Ikatan Akuntansi Indonesia yang tercantum dalam pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) Revisi 2009 Bab 5 Paragraf
1 Halaman 23 dijelaskan bahwa, “Laporan Laba Rugi adalah laporan keuangan yang
menyajikan informasi mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan
penghasilan dengan beban“.
Sedangkan menurut Donald E.Kieso, Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil
Salim 2008:140), Laporan Laba Rugi didefinisikan sebagai berikut :
“Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan
laporan ini untuk menntukan profitabilitas , nilai, investasi, dan kelayakan kredit atau
kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba rugi menyediakan informasi
yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka
memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas dimasa yang
akan datang”.
Sedangkan pendapat Warren,Reeve,and Fees (2005:25) yaitu :
30
“Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu
tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (matching concept). Konsep ini
diterapkan dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.
Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi.
Kelebihan ini disebut laba bersih (net income) jika beban melebihi disebut rugi bersih
(net loss).
Berdasarkan pengertian di atas maka ditarik kesimpulan bahwa, laporan laba rugi
merupakan laporan yang menyajikan biaya yang dikeluarkan serta pendapatan diterima
pada suatu periode tertentu dimana pada saat itu terlihat apakah mengalami suatu
keuntungan atau kerugian.
2.4.2 Fungsi Laporan Laba Rugi
Secara umum fungsi Laporan Laba Rugi adalah sebagai berikut :
Untuk kalangan pebisnis dan investor, laporan rugi/laba digunakan untuk
mengukur profitabilitas nilai investasi dan kelayakan kredit.
Menyediakan informasi kepada para investor dan kreditur guna membantu
mereka meramalkan jumlah , waktu dan ketidakpastian dari arus kas dimasa
yang akan datang.
Membantu pemakai (Investor/Kreditur) menentukan resiko (tingkat
ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu.
2.4.3 Tujuan Laporan Laba Rugi
Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dari kegiatan operasionalnya apakah
sudah efektif dan efisien sehingga menghasilkan laba serta mengetahui unsur-unsur yang
terdapat didalam laporan tersebut.
31
2.4.4 Komponen-komponen Laporan Laba Rugi
Dalam penyusunan laporan laba/rugi terdapat beberapa komponen yang
mendukung dan mempengaruhi secara langsung terhadap laba atau rugi suatu
perusahaan atas aktivitas operasi yang dilakukannya. Menurut Donal E.Kieso
(terjemahan Emil Salim 2008:143), unsur dari laporan laba rugi adalah :
1. Pendapatan(Revenue)
Arus masuk atau peningkatan lain atas aset suatu kesatuan atau
penyelesaian kewajiban selama satu periode dari penyerahan atau produksi
barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau
utama yang berkelanjutan dari satu kesatuan usaha.
2. Biaya (Expense)
Arus keluar atau penggunaan lain atas aset atau terjadinya kewajiban selama
satu periode dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau
aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan
dari satu kesatuan usaha.
3. Keuntungan (Gains)
Kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) dari transaksi sampingan atau sekali-
kali dari suatu kesatuan kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
4. Kerugian (Loss)
32
Penurunan dalam ekuitas (aset bersih) dari transaksi sampingan atau sekali
kali dari kesatuan yang diakibatkan dari beban atau pembagian kepada
pemilik.
2.4.5 Informasi yang Disajikan Di Laporan Keuangan
Informasi yang disajikan dilaporan laba rugi menurut Standar Akuntansi
Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 Bab 5 Paragraf 3-6
minimal memcakup pos-pos sebagai berikut :
a) Pendapatan ;
b) Beban Keuangan;
c) Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
d) Beban pajak;
e) Laba atau Rugi neto
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba
rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas
tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar
biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
Informasi yang disajikan dilaporan laba rugi atau dicatatan atas laporan keuangan
berdasarkan SAK per 1 September 2007 paragraf 58, menyatakan bahwa:
“Perusahaan menyajikan , dilaporan laba rugi atau dicatatan atas laporan
keuangan, rincian beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada
sifat atau fungsi beban dalam perusahaan.
33
2.4.6 Format Laporan Laba Rugi
Didalam Laporan Laba Rugi bentuk langsung (single step income statement)
hanya terdapat dua pengelompokan yaitu pendapatan (revenue) dan beban (expense).
Laba bersih atau rugi bersih diperoleh dengan cara mengurangkan pendapatan dengan
beban. Istilah “langsung” muncul karena perhitunganlaba bersih atau rugi bersih hanya
memerlukan satu pengurang . Sebagai contoh tabel 2.4 memperlihatkan laporan laba rugi
bentuk langsung menurut Donald E.Kieso :
Tabel 2.3
Format Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung
Sumber: Donald E. Kieso. Akuntansi Intermediate (2011:150)
CV REKANADA UTAMA
Laporan Laba-Rugi
Untuk Bulan yang Berakhir Bulan April 2013
Pendapatan
Pendapatan bersih Rp xxx
Pendapatan bunga Rp xxx
Pendapatan sewa Rp xxx
Total pendapatan Rp xxx
Beban
Harga pokok penjualan Rp xxx
Beban penjualan Rp xxx
Beban administrasi Rp xxx
Beban bunga Rp xxx
Beban pajak penghasilan Rp xxx
Total beban Rp xxx
Laba (rugi) bersih Rp xxx
34
2.4.7 Kegunaan Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksikan arus kas
masa depan dengan berbagai cara. Menurut Donald E.Kieso (terjemahan emil Salim,
2008:140) adalah :
a) Mengevaluasi Kinerja Masa lalu perusahaan
b) Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja dimasa yang akan datang
c) Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan
2.4.8 Keterbatasan Laporan Laba Rugi
Keterbatasan laporan laba rugi menurut Donald E.Kieso,Weygandt, dan Warfield
(terjemahan Emil Salim, 2008 : 141), yaitu sebagai berikut :
a) Pos- pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam Laporan
Laba Rugi
b) Angka- angka laba di pengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan
c) Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan
2.5 Laporan Perubahan Ekuitas
2.5.1 Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas
Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas menurut Standar Akuntansi Keuangan
Tanpa Akuntabilitas Publik tahun 2009 menyatakan bahwa:
“Laporan keungan yang menyajkan laba atau rugi untuk suatu periode, pos
penghasilan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas pada periode, dampak
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan pada periode, dan (tergantung
35
format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan
dividend an distribusi kepemilik ekuitas selama periode tersebut."
Adanya penambahan dari PSAK No.1 (Revisi 2009) paragraph 66 halaman 23
menyatakan bahwa, “Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan”.
Warren, Reev, and Fees mengemukakan pendapat (2005:25) tujuan laporan
perubahan ekuitas yaitu :
“Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka
waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi , karena laba atau
rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demkian juga , laporan
ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemililk
pada akhir periode harus dilaporkan di Neraca.”
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan adanya suatu peningkatan atau
penurunan modal yang dimiliki suatu perusahaan dalam suatu periode yang harus
dilaporkan dalam neraca.
2.5.2 Tujuan Laporan Perubahan Ekuitas
Warren, Reev dan Fees(2009):60 menyatakan bahwa tujuan laporan perubahan
ekuitas adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari hasil operasional perusahaan
perorangan yang dapat diukur dan dilaporkan secara akurat.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
Revisi 2009 Bab 6 paragraf 2 halaman 26 menyatakan bahwa tujuan dari laporan
perubahan ekuitas (Owners Equity):
36
“Laporan perubahan ekuitas menyasikan laba atau rugi entitas untuk suatu
periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk
periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang
diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas
yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividend an distrbusi lain ke pemilik
ekuitas selama periode tersebut.”
Kesimpulannya penyajian laporan perubahan ekuitas bertujuan untuk :
a) Menilai jumlah investasi oleh, dan dividend dan distribusi lain ke pemilik ekuitas
selama periode tertentu.
b) Menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban
diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut.
2.5.3 Unsur-Unsur Laporan Perubahan Ekuitas
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Tahun 2007 dalam PSAK no 1 tentang
penyajian Laporan Keuangan paragfraf 66 halaman 23 menyatakan bahwa perusahaan
harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan
yang menunjukkan :
a) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
b) Setiap pos pendapatan dan beban , keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas.
c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
e) Saldo akuntansi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
37
f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham dan
cadangan pada awal dan akhir periode pengungkapan secara terpisah setiap
perubahan.
2.5.4 Informasi yang Disajikan di Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK) Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) tahun 2009 Bab 6 Paragraf 3 Entitas menyajikan
laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan :
a) Laba Rugi untuk periode;
b) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c) Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai bab 9 kebijakan akuntansi,
estimasi, dan kesalahan;
d) Untuk setiap Komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat
awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang
berasal dari:
1. Laba atau rugi;
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Jumlah investasi, dividend an distribusi lainnya ke pemilik ekuitas,
dan yang menunjukan secara terpisah modal saham, transaksi saham
treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan
kehilangan pengendalian.
38
2.5.5 Contoh Laporan Perubahan Ekuitas
Pada dasarnya laporan perubahan hanya memiliki satu bentuk yang hanya
memuat perubahan modal dalam satu periode akuntansi.
TABEL 2.4
Laporan Perubahan Ekuitas
Sumber : PSAK No. 1 (Revisi 2009)
2.6 Neraca
2.6.1 Pengertian Neraca
Dalam Standar Akuntansi Keungan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) tahun 2009 dijelaskan bahwa “Neraca adalah yang menyajikan aset, kewajiban,
dan ekuitas entitas pada waktu tertentu”.
Neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini
menggambarkan posisi aset, kewajiban , dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa
disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi keuangan No. 1 paragraf 49 halaman 18
menyatakan bahwa :
CV REKANADA UTAMA
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Bulan yang Berakhir Bulan Maret 2013
Saldo, 1 Januari (awal periode) Rp xxx
Perubahan kebijakan akuntansi
Rp xxx
Saldo yang disajikan kembali
Perubahan ekuitas
- Dividen (Rp xxx)
- Total laba rugi Rp xxx
Rp xxx
Saldo, 31 Desember (akhir periode)
Rp xxx
39
“Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukan
keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada tutup buku.”
Pendapat menurut Donald E.Kieso,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil
Salim 2008:190), menyatakan bahwa :
“Neraca (balance sheet) yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi
keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham
perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu, laporan keuangan ini menyediakan
berbagai informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya
perusahaan, kewajiban kepada kreditor dan ekuitas pemilik dalam sumber daya
bersih.”
Jika dilihat dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan neraca adalah
suatu laporan yang dimana menjelaskan suatu keadaan dimana jumlah aktiva dan
kewajiban serta ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu periode tertentu.
2.6.2 Fungsi Neraca
Adapun penyajian neraca berfungsi untuk :
1. Menjelaskan posisi keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aset,
kewajiban , dan ekuitas pada periode wakru tertentu.
2. Membantu pengguna dalam menentukan hal-hal berikut : (1) Ketersediaan aset
untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, dan (2) klaim dari kreditor
untuk utang jangka pendek maupun utang jangka panjang atau total aset.
2.6.3 Tujuan dan Kegunaan Neraca
Tujuan neraca untuk memberikan informasi yang dapat disajikan di neraca antara
lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh
kekayaan antitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan, caturwulnan, atau
40
tahunan) serta untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal
tertentu yang terdiri dari aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham.
Kegunaan neraca menurut Donal E.Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan
Emil Salim, 2008 :190) yaitu dengan menyedikan informasi mengenai aktiva, kewajiban
dan ekuitas pemegang saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat
pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan. Dalam halnini, neraca
dapat dimanfaatkan untuk menganalisis likuiditas, solvensi dan fleksibilitas keuangan
perusahaan.
1. Likuiditas (Liquidity)
Menguraikan jumlah waktu yang diperkirakan akan dibutuhkan sampai suatu
aktiva terealisasi atau sebaliknya , dikonversi menjadi kas atau sampai
kewajiban membayar.
2. Solvensi (Solvency)
Mengacu padakemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya pada
saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki banyak utang secra relative lebih
kecil beresiko karena aktivanya akan diperlukan untuk membayar kewajiban