-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Teori Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
pengetahuan merupakan penginderaan seseorang terhadap objek
tertentu dan dari hasil penginderaan tersebut maka orang
menjadi
tahu . Manusia menjadi tahu melalui indra penglihatan,
penciuman,
pendengaran, rasa, dan raba. pengetahuan manusia sebagian
besar
diperoleh melalui mata dan telinga.
Bloom mengatakan pengetahuan adalah cognitive domine yaitu
proses tahu terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap
suatu
informasi, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu yaitu mengingat kembali (recall) suatu hal atau apapun
yang pernah dipelajari atau dialami sebelumnya secara
spesifik.
Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan seseorang dalam menjelaskan
dan menafsirkan objek yang diketahui secara benar.
-
9
3. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan
materi yang sudah dipelajari pada kondisi dan situasi yang
real
(sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan dalam penggunaan
hukum-hukum, prinsip, rumus, metode, dan dalam konteks atau
situasi lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kesanggupan seseorang untuk menjabarkan
materi dalam komponen-komponen, yang masih dalam satu
struktur organisasi, dan ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan
analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja, seperti
membedakan, menggambarkan (membuat bagan),
mengelompokkan dan memisahkan.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan menghubungkan atau meletakkan
bagian-bagian dalam bentuk yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan menyusun formulasi yang baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi berhubungan dengan kemampuan melakukan penilaian
terhadap materi atau obyek tertentu. Penilaian didasarkan
pada
-
10
kriteria yang sudah ditentukan sendiri, atau bisa juga
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku
Perilaku manusia adalah aktivitas maupun tindakan manusia
yang mempunyai bentangan luas yang dapat diamati secara
langsung, maupun tidak dapat diamati. Jika dilihat dari segi
biologis,
perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup
yang bersangkutan), dari segi kepentingan kerangka analisis,
perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh manusia yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo
2007).
2.2.2 Jenis Perilaku Manusia
Perilaku adalah tanggapan individu terhadap rangsangan yang
berasal dari dalam maupun luar diri individu. Bentuk perilaku
ada
dua macam menurut (Notoatmodjo,2003) yaitu :
1. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka adalah respon individu terhadap rangsangan
dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat diamati orang
lain.
2. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon individu terhadap stimulus
yang
diberikan dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert)
dan
-
11
belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. Respon
stimulus
ini terbatas pada perhatian, pengetahuan, dan sikap.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku di
pengaruhi
oleh 3 faktor utama yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi mencakup pada pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pendukung mencakup pada ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor Pendorong (Renforcing Factor)
Faktor pendorong merupakan sikap dan perilaku petugas
kesehatan (petugas lain) yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
2.2.4 Proses Pembentukan Perilaku
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi
(2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, dalam diri orang itu akan terjadi proses yang berurutan,
yaitu:
a. Awareness (kesadaran), yaitu sesorang menyadari dan
mengetahui terlebih dahulu mengenai stimulus (objek).
-
12
b. Interest (ketertarikan), yaitu seseorang mulai tertarik
kepada stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation (evaluasi), berpikir secara rasional baik atau
tidak stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah
lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), seseorang mulai mencoba melakukan
tindakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption (menerima), seseorang berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.
Apabila seseorang menerima perilaku baru dengan proses
seperti ini, maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan
atau
bersifat langgeng (long lasting), (Notoatmodjo, 2003).
2.2.5 Pengukuran Perilaku
Pengukuran perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara
langsung dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati
tindakan subyek dengan tujuan untuk memelihara kesehatannya.
Secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali
(recall). Metode ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan kepada subyek tentang apa yang telah dilakukan
berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003)
-
13
2.2.6 Perubahan Perilaku
Perilaku seseorang dapat berubah sesuai dengan hal-hal yang
memungkinkan sehingga terjadinya perubahan. Dalam
perkembangannya dalam kehidupan, perilaku manusia
dipengaruhi
oleh faktor intern dan ekstern.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
manusia :
a. Faktor Internal
Beragam tingkah laku manusia dan tingkah laku dipengaruhi
oleh
faktor yang ada dalam diri seseorang. Faktor-faktor intern
yang
dimaksud adalah jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat
fisik,
kepribadian, bakat, dan intelegensia. Berikut pembahasan
mengenai faktor-faktor tersebut :
1) Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras memiliki tingkah laku yang berbeda, karena
memiliki
ciri-ciri tersendiri. Salah satu contoh yaitu ciri perilaku ras
Negroid
yang bertemperamen keras, tahan menderita, dan menonjol
dalam
kegiatan olah raga sedangkan ras Mongolid mempunyai ciri
yang
ramah, suka bergotong-royong, sedikit tertutup/pemalu dan
sering
mengadakan upacara ritual.
-
14
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin yaitu cara
berpakaian, melakukan pekerjaan, dan pembagian tugas
pekerjaan.
Perbedaan mungkin terjadi karena faktor hormonal, struktur
fisik
maupun norma pembagian tugas. Wanita sering berperilaku
berdasarkan perasaan, sedangkan laki-laki cenderung
berperilaku
atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku berdasarkan
tipe
fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah
berlemak adalah tipe fisik. Orang dengan ciri demikian
dikatakan
senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman.
4) Kepribadian
Kepribadian adalah kebiasaan manusia yang berada dalam
dirinya yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar, sehingga kebiasaan merupakan
suatu
kesatuan fungsional yang khas untuk manusia. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa, kepribadian seseorang sangat berpengaruh
terhadap perilaku sehari-harinya.
5) Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan secara keseluruhan individu
untuk berpikir dan bertindak dengan terarah dan efektif.
Bertolak
dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat
dipengaruhi
-
15
oleh intelegensia. Tingkah laku dipengaruhi oleh
intelegensia
adalah tingkah laku intelegen yang mana seseorang bertindak
secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil
keputusan.
6) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi yang mana seseorang dapat
melakukan dan memungkinkannya karena sudah melakukan latihan
dan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus.
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Kegiatan pendidikan berlangsung agar ada proses belajar
mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah
perubahan
perilaku. Dengan demikian pendidikan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan
tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang
berpendidikan
rendah.
2) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan
norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3) Kebudayaan
-
16
Kebudayaan merupakan suatu kesenian, adat istiadat atau
peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan
tertentu akan berbeda dengan orang yang memiliki latar
belakang
kebudayaan yang berbeda, misalnya tingkah laku orang Jawa
dengan tingkah laku orang Papua.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang ada di sekitar individu,
baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh
mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan
merupakan
lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.
5) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan atau keperluan tertentu,
sehingga
status sosial ekonomi dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Santrock (2003), menyatakan faktor penyebab penyalahgunaan
alkohol oleh remaja adalah keturunan, pengaruh keluarga,
hubungan dengan teman sebaya, etnis, dan karakteristik
kepribadian, faktor genetik maupun lingkungan sama-sama
berperan.
Sikap seseorang terhadap perilaku berawal dari pengetahuan
individu, karena individu mengetahui dan memberi tanggapan
yang
disebabkan oleh kebiasaan yang dia lakukan, atau pernah ada
-
17
informasi sebelumnya yang dia dapatkan. Proses yang didasari
oleh
pengetahuan dan sikap positif, maka perilaku akan bersifat
sejalan
dengan pengetahuan, Sebaliknya apabila perilaku tidak
didasari
oleh pengetahuan dan sikap yang baik maka semuanya tidak
akan
berjalan searah (Notoatmodjo,2003)
2.3 Remaja
2.3.1 Defenisi Remaja
Masa remaja sering disebut juga masa peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan
masa
pubertas. Pubertas (puberty) adalah terjadinya perubahan
secara
cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh
dan
hormonal, terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock,
Adolescene, 2003).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah remaja yang berusia
12 sampai dengan 24 tahun. Menurut Depkes RI remaja yang
berusia
antara 10 sampai 19 tahun dan statusnya belum kawin. Menurut
BKKBN adalah remaja yang berumur 10 sampai 19 tahun.
(Widyastuti dkk, 2009)
Menurut Gunarsa (2001), jika dilihat secara kronologis,
remaja
adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun.
Secara fisik, remaja ditandai dengan terjadinya perubahan
-
18
penampilan fisik dan fungsi fisiologis terutama yang terkait
dengan
kelenjar seksual dan Secara psikologis, remaja merupakan
masa
dimana individu mengalami perubahan dalam aspek emosi,
kognitif,
sosial, dan moral.
2.3.2 Tahap Perkembangan Remaja
Petro Blos (dalam Sarwono, 2011) membagi tahap-tahap
perkembangan remaja ke dalam 3 tahap yaitu :
a. Remaja Awal (Early Adolensence)
Pada tahap ini remaja akan merasa heran dengan perubahan
yang terjadi pada tubuhnya dan timbulnya dorongan-dorongan
yang disertai perubahan-perubahan. remaja mengembangkan
pikran-pikran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah
terangsang secara erotis.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman dan remaja
akan merasa senang karena mempunyai banyak teman yang
menyukainya. Remaja cenderung “narsistic”, yaitu mencintai
diri
sendiri, dan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang
sama dengannya.
-
19
c. Remaja akhir (Late Adolescence)
d. Tahap ini adalah masa konsolidasi yang mana remaja
memperteguh atau memperkuat pertemanan untuk menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu
:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-
orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti keseimbangan antara kepentingan diri
sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public)
2.3.3 Karakteristik Umum Remaja
Menurut Erikson (dalam Ali dan Asrori, 2005) masa remaja
dikenal dengan masa mencari jati diri atau yang disebut
dengan
identitas ego. Semua ini terjadi kerena masa remaja
merupakan
peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan
orang dewasa. Oleh karena itu ada sejumlah sikap yang sering
ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut :
a. Kegelisahan
-
20
Pada masa remaja adanya dorongan dari dalam diri untuk
mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya, tujuannya untuk
menambah pengetahuan. Tetapi dilain sisi remaja merasa belum
mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga remaja
tidak berani mengambil tindakan dengan cara mencari
pengalaman secara langsung. Tarik-menarik antara angan-
angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai
sehingga remaja diliputi perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Remaja berada pada situasi psikologis antara keinginan untuk
melepaskan diri dari orang tua serta perasaan masih belum
mampu untuk mandiri. Pada umumnya remaja mengalami
kebingungan karena sering terjadi pertentangan antara mereka
dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi
menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari
orang
tua namun ditentang oleh diri sendiri karena dalam diri
remaja
ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.
c. Mengkhayal
Remaja putera biasanya mengkhayal tentang prestasi dan
jenjang karir, sedangkan remaja puteri lebih mengkhayalkan
romantika hidup. Khayalan seperti ini tidak selamanya
bersifat
negatif karena khayalan seperti ini kadang-kadang
menghasilkan
-
21
sesuatu yang bersifat konstruktif (membangun), sehingga
timbul
ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
d. Aktivitas Kelompok
Seringkali keinginan remaja tidak dapat terpenuhi karena
berbagai kendala. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar
dari kesulitan yang dihadapi setelah berkumpul dengan teman
sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
e. Keinginan Mencoba Sesuatu
Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiousity). Rasa ingin tahu yang tinggi terjadi karena
dorongan
dari dalam diri remaja untuk mengetahui segala sesuatu yang
ada di sekitar. Remaja cenderung ingin berpetualang dan
mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
Secara psikologi masa remaja merupakan masa peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa dewasa akan terjadi
kematangan secara signifikan yaitu interaksi dari struktur otak
yang
telah sempurna dan lingkungan sosial semakin luas yang
mengharuskan remaja berfikir abstrak (Hutagalung, 2008). Pada
usia
inilah berkembang sifat, sikap dan perilaku yang selalu ingin
tahu,
ingin merasakan dan ingin mencoba. Tentu apabila tidak
segera
difasilitasi atau diarahkan bukan tidak mungkin akan salah arah
dan
berdampak negatif.
-
22
Debesse (dalam Monks dkk, 2002) berpendapat bahwa remaja
menonjolkan sesuatu yang membedakan dirinya dengan orang
dewasa, yaitu orisinalitas bukan identitas. Ciri-ciri yang
menonjol
pada usia remaja terutama terlihat yaitu perilaku sosialnya.
Pengaruh teman-teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan,
minat,
penampilan, dan tingkah laku lebih besar daripada pengaruh
keluarga. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak berada
di
luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok.
Menurut Sigelman dan Shaffer (dalam Yusuf, 2002) terdapat
dua
aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol
saat
bergaul dengan teman sebaya. Pertama social cognition yang
mana
berpengaruh kuat terhadap minat untuk bergaul atau membentuk
persahabatan. Kedua conformity yaitu keinginan untuk menjadi
sama,
sesuai, seragam dengan nilai nilai, kebiasaan, kegemaran
(hobi),
atau budaya teman sebayanya.
2.3.4 Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja lebih fokus untuk upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
berusaha
untuk mencapai kemampuan untuk bersikap dan berperilaku
secara
dewasa, (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006). Tugas-tugas
perkembangan masa remaja adalah :
1. Menerima keadaan fisiknya
-
23
2. Menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Membina hubungan yang baik dengan anggota kelompok
yang berlainan jenis
4. Mencapai kemandirian emosional
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10. Mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
2.3.5 Perkembangan Psikis Remaja
Perkembangan Psikis Masa Remaja (Widyastuti dkk 2009)
menjelaskan perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:
a. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
1. Sensitif atau peka misalnya cemas, mudah menangis,
frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang
jelas.
Utamanya sering terjadi pada remaja putri.
-
24
2. Mudah bereaksi dan agresif dengan gangguan atau
rangsangan luar yang mempengaruhi atau mengganggunya,
Sehingga mudah terjadi perkelahian. Remaja lebih sering
mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih
dahulu.
3. Ada kecenderungan remaja tidak patuh pada orang tua, dan
lebih senang pergi dan menghabiskan waktu bersama dengan
teman daripada tinggal di rumah.
b. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini
menyebabkan remaja:
1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak dan suka
memberikan kritik.
2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses
perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisiknya.
2.3.6 Perilaku menyimpang pada remaja
Penyimpangan/deviasi terjadi jika remaja mengalami konflik
dalam masa perkembangannya, sehingga remaja menunjukkan
perilaku yang tidak sesuai dengan tahap usianya atau
mengalami
hambatan dalam mencapai tugas perkembangan remaja. Hambatan
yang terjadi dalam tahapan perkembangan remaja, jika tidak
terselesaikan dengan baik dapat menimbulkan masalah
kesehatan
-
25
jiwa. Masalah tersebut dapat berasal dari diri remaja
sendiri,
hubungan remaja dengan orang tua atau akibat interaksi sosial di
luar
lingkungan keluarga, sehingga terjadi masalah kesehatan jiwa
dengan manifestasi yang bermacam-macam, seperti kesulitan
belajar, bingung, kenakalan remaja dan perilaku seksual yang
menyimpang (Sumiati dkk, 2009).
Salah satu kasus perilaku menyimpang adalah penyalahgunaan
narkoba dan minuman beralkohol. Pada hakikatnya, faktor
kepribadian yang menyebabkan seseorang terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol tidak
terpisah,
melainkan mempunyai hubungan dari beberapa faktor
kepribadian.
Menurut para ahli sifat-sifat lain yang merupakan indikasi
kemungkinan terlibat penyalahgunaan obat atau alkohol adalah
sifat
mudah kecewa, sifat tidak dapat menunggu dan tidak sabar,
sifat
memberontak, sifat mengambil risiko berlebihan, dan sifat
mudah
bosan dan jenuh, (Utari Hilman dalam Sarwono,2011).
2.4 Sopi
2.4.1 Defenisi Sopi
Sopi (moke atau tua menu) adalah sekian dari nama lokal
untuk
minuman tradisional yang diproduksi secara turun temurun
oleh
masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Timur maupun Maluku
(Elcid
dkk, 2013). Minuman tradisional adalah minuman yang
dihasilkan
-
26
dari proses pengolahan bahan yang berasal dari pohon kelapa,
enau
atau racikan lainnya seperti sopi, bobo, balo, tuak, saguer
atau
dengan nama lain. Minuman tersebut merupakan hasil
fermentasi
secara tradisional terhadap nira atau hasil sadapan
perbungaan
gewang (Corypha utan Lamk) dan lontar (Borassus flabellifer
L)
(Nailola, 2008).
Penelitia Meiritzya Latul pada tahun 2006 mengenai kadar
alkohol yang terkandung dalam sopi dengan menggunakan metode
deskritif, teknik analisa kuantitatif dan sampel nira aren
(Sopi)
sebanyak 20 sampel serta menggunakan teknik sampling secara
random atau acak. Hasil penelitian yang didapat yaitu kadar
alkohol
terendah adalah 20,13% dan kadar tertinggi adalah 71,53%
dengan
nilai rata-rata dari ke 20 sampel nira aren (Sopi) adalah
37,41%.
Sopi berasal dari bahasa Belanda, Zoopje, yang artinya
alkohol
cair (Latief, 2011). Sopi mempunyai kadar alkahol lebih dari
50%.
Kadar alkohol 50% dalam sopi dapat menyebabkan efek langsung
bagi tubuh. Menurut Sarwono (2011), alkohol dapat membuat
ketergantungan (kecanduan). Makin sering mengkonsumsi
minuman
beralkohol, makin besar ketergantungannya sehingga pada
suatu
saat tidak bisa melepaskan diri lagi. Pernyataan tersebut
didukung
oleh Widodo (2004) yang mengungkapkan bahwa alkohol adalah
suatu zat yang berkerja secara selektif, terutama pada otak,
sehingga
dapat menimbulkan perubahan perilaku, emosi, kognitif,
persepsi,
-
27
kesadaran seseorang yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan. Alkohol digolongkan dalam zat
adiksi atau adiktif karena dapat membuat kecanduan atau
ketergantungan.
Gambar 1 Pohon Mayang untuk Produksi Sopi
Sumber : Kebun Bpk. A P
2.4.2 Proses Pembuatan Sopi
Sopi Terbuat dari buah pohon kelapa atau dari pohon mayang
(Enau). Di daerah Ema sopi yang dihasilkan kebanyakan yaitu
sopi
mayang karena sudah merupakan mata pencaharian dan kebiasaan
yang ada sejak dahulu dan dipertahankan sampai sekarang.
Proses pembuatan sopi yaitu, air dari pohon mayang di
dikumpulkan dalam satu wadah, kemudian dimasak di atas
tungku
-
28
selama 3 hingga 5 jam dan terjadi penguapan sehingga
terbentuklah
proses penyulingan dari hasil air mayang yang telah menguap.
Dari
hasil penyulingan air mayang tersebut maka akan menghasilkan
sopi.
2.4.3 Dampak Sopi Bagi Kesehatan
Menurut Wiguna (2008), minuman beralkohol adalah minuman
yang mengandung Etanol. Etanol sangat mudah diserap dalam
saluran pencernaan yang dimulai dari mulut, esofagus,
lambung,
sampai usus halus. Daerah yang paling banyak menyerap
alkohol
adalah bagian proksimal usus halus karena yang diserap
adalah
Gambar 3 : Proses Masak
Air Mayang
Gambar 4 : Bambu yang
dipakai untuk proses
penguapan
Gambar 5 : Bambu yang
dipakai untuk proses
penyulingan
Gambar 6 : Sopi
-
29
vitamin B yang larut dalam air, kemudian dengan cepat beredar
ke
dalam darah. Anggur, bir, wiski, vodka adalah jenis-jenis
minuman
dengan kandungan alkohol sekitar 3% sampai 20%. Minum
minuman
alkohol berarti mengkonsumsi antara 10-12 gram etanol.
Alkohol merupakan zat adiktif, artinya menimbulkan adiksi
(addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan).
Penyalahgunaan/ketergantungan minuman beralkohol dapat
menimbulkan gangguan mental organik yaitu gangguan dalam
fungsi
berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Gangguan mental organik
ini
disebabkan reaksi langsung alkohol pada beuro-transmitter
sel-sel
saraf pusat (otak). Karena sifat adiktif tersebut, maka orang
yang
meminumnya lama kelamaan tanpa disadari akan menambah
takaran/dosis sampai dosis keracunan (intoksidasi) atau
mabuk
(Hawari,2006).
Bahaya konsumsi minuman keras antara lain, dapat terjadi
gangguan tidur, cepat tertidur tetapi tidak nyenyak, terjadi
gangguan
neuropati perifer karena penurunan fungsi saraf pusat di lengan
dan
kaki, dan keadaan ini diperberat dengan kekurangan vitamin
B1
dengan gejala kesemutan. Terjadi degenerasi serebelum yaitu
otak
kecil mengalami degenerasi sehingga menimbulkan gangguan
gaya
berjalan dan gangguan keseimbangan (Soetjiningsih,2010)
Penggunaan alkohol dapat mengakibatkan gangguan perilaku
serius yang mempengaruhi hubungan otak sampai 50-79%,
-
30
kehilangan ingatan, depresi akut atau kronis, tingkat bunuh diri
yang
tinggi, fluktuasi emosi, dan kehilangan kesadaran selama
mabuk.
Alkoholisme kronis dapat mengakibatkan infeksi pankreas
dengan
kegagalan sistem endokrin pankreas (kadang-kadang diabetes)
dan
kelenjar eksokin (kurang gizi). Hal ini menimbulkan
kekurangan
protein yang dapat menyebabkan pengurangan produksi hormon
testosterone, yang dapat membuat impotensi pada laki-laki
(Hasan,
2008). Konsumsi alkohol kronis sebagai faktor risiko penting
untuk
perkembangan (patogenesis) dari berbagai jenis kanker,
termasuk
kanker pada organ dan jaringan pada saluran pernapasan dan
saluran pencernaan bagian atas (saluran aerodigestive atas),
hati,
usus besar atau rektum (colorectum), dan payudara (Helmut K.
Seitz
et all,2007).
Hawari (2006) menyatakan bahwa bagi mereka yang sudah
ketagihan atau ketergantungan minuman beralkohol, bila
pemakaiannya dihentikan akan menimbulkan sindrom putus
alkohol,
yaitu ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Gemetaran (tremor), kasar pada tangan, lidah dan kelopak
mata.
b. Tampak gejala fisik sebagai berikut: 1) Mual dan muntah
2)
Lemah, letih dan lesu. 3) Hiperaktivitas saraf otonom,
misalnya
jantung berdebar-debar, keringat berlebihan dan peningkatan
-
31
tekanan darah. 4) Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan
darah
karena posisi tubuh: berbaring, duduk, dan berdiri).
c. Tampak gejala psikologik sebagai berikut : 1) Kecemasan
dan
ketakutan. 2) Perubahan alam perasaan (afektif/ mood),
menjadi
pemurung dan mudah tersinggung. Banyak diantara peminum
berat
jatuh dalam keadaan depresi berat, timbul pikiran ingin bunuh
diri dan
melakukan tindakan bunuh diri. 3) Mengalami halusinasi dan
delusi.
2.5 Kerangka Teori
Remaja
(Person)
Lingkungan
(Environment)
Perilaku
(Behavior)
Pengetahuan
(Knowledge)