BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen, Produksi, dan Manajemen Produksi 2.1.1. Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage, yang artinya mengelola atau mengatur. Manajemen merupakan proses dalam mengelola pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien serta mengkoordinasikan dengan kegiatan-kegiatan lain agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam Melaksanakan kegiatan produksi diperlukan adanya manajemen yang berfungsi untuk melakukan pengaturan dan perngorganisasian dalam penggunaan sumber daya yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Suatu perusahaan memiliki fungsi-fungsi manajemen, salah satunya yaitu fungsi operasional, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan perusahaan, fungsi-fungsi harus saling mendukung satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, manajemen menjadi hal yang penting dalam mengelola dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi tersebut. Sebelum membahas mengenai pengertian manajemen produksi, terlebih dahulu akan dibahas mengenai arti dari manajemen dan produksi itu sendiri, hal ini dilakukan karena pengertian manajemen produksi tidak dapat terlepas dari pengertian manajemen dan produksi. Pengertian manajemen dapat lebih jelas diketahui dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut :
32
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen, Produksi ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen, Produksi, dan Manajemen Produksi
2.1.1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage, yang artinya mengelola atau
mengatur. Manajemen merupakan proses dalam mengelola pemanfaatan sumber
daya yang ada secara efektif dan efisien serta mengkoordinasikan dengan
kegiatan-kegiatan lain agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dalam Melaksanakan kegiatan produksi diperlukan adanya manajemen yang
berfungsi untuk melakukan pengaturan dan perngorganisasian dalam penggunaan
sumber daya yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Suatu
perusahaan memiliki fungsi-fungsi manajemen, salah satunya yaitu fungsi
operasional, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Untuk mencapai
tujuan perusahaan, fungsi-fungsi harus saling mendukung satu dengan lainnya.
Oleh sebab itu, manajemen menjadi hal yang penting dalam mengelola dan
mengkoordinasikan fungsi-fungsi tersebut.
Sebelum membahas mengenai pengertian manajemen produksi, terlebih
dahulu akan dibahas mengenai arti dari manajemen dan produksi itu sendiri, hal
ini dilakukan karena pengertian manajemen produksi tidak dapat terlepas dari
pengertian manajemen dan produksi.
Pengertian manajemen dapat lebih jelas diketahui dari beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut :
Pengertian manajemen menurut Drs. Malayu S.P. Hasibuan dalam
bukunya “Manajemen” (2004;2) mengemukakan :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu.”
Pengertian manajemen menurut Sofjan Assauri (2004;18) mengemukakan
:
“Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
orang lain.”
Pengertian manajemen menurut Ricky W. Griffin (2004;27)
mengemukakan :
“Manajemen adalah serangkaian aktivitas (termasuk perncanaan dan
pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi
(manusia, financial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien dan efektif.”
Pengertian manajemen menurut Robbins Couter (2003;6) dikemukakan
sebagai berikut :
“Management as the process of coordinating work activities so that they are
completed efficiently and effectively with and throught other people.”
Sedangkan terjemahan menurut Robbins Couters (2004;8) dari pengertian
manajemen adalah sebagai berikut “
“Manajemen adalah proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-
kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektid dengan dan
melalui orang lain.”
Pengertian manajemen menurut Pamela S. Lewis, Stephen H. Goodman,
dan Patricia M. Fandt (2004;5) mengemukakan :
“Management is defined as the process of administering and coordinating
resources effectiveness, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the
organization.”
Menurut pengertian diatas manajemen merupakan proses dari administrasi
dan pengkoordinasian sumber daya yang efektif, efisien, dan termasuk usahanya
untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu, seni, kegiatan atau usaha dalam
mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada dan menetapkan alat untuk
mencapai tujuan secara efektif melalui fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan, dan pengawasan secara berkesinambungan agar
dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien.
2.1.2. Pengertian Produksi dan Operasi
Istilah produksi/operasi sering digunakan pada suatu perusahaan yang
menghasilkan output, baik barang maupun jasa. Produksi dalam suatu perusahaan
industri merupakan kegiatan yang sangat penting. Apabila suatu perusahaan
kegiatan produksinya terhenti, maka perusahaan tersebut akan terhenti pula.
Dengan demikian seandainya terdapat gangguan yang mengakibatkan
tersendatnya kegiatan produksi maka kegiatan perusahaan akan terganggu pula,
karena pentingnya kegiatan produksi dalam perusahaan industri maka suatu hal
yang sangat lazim jika perusahaan industri selalu memperhatikan kegiatan
produksinya, karena produksi merupakan suatu bagian yang penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Produksi adalah suatu proses dalam
menghasilkan suatu produk, dimulai dari produk mentah sampai dengan produk
yang bisa dipakai dan bernilai guna. Pengertian produksi/operasi dapat lebih jelas
diketahui dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
sebagai berikut :
Pengertian produksi menurut Sofjan Assauri (2004;17), yaitu :
“Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan masukan (input)
menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang
menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang
mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut
yang berupa barang-barang atau jasa.”
Pengertian produksi menurut Vincent Gaspersz (2004;3), yaitu :
“Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup
aktivitas yang bertanggungjawab untuk menciptakan nilai tambah produk
yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu.”
Dari definisi yang dikemukan oleh Vincent Gaspersz diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah
apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah
produk (barang dan/atau jasa). Proses transformasi nilai tambah dari input
menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen
struktural dan fungsional.
Menurut Vincent Gaspersz (2004;6), sistem produksi memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling
berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini
berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi
itu.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan
produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga
kompetitif di pasar.
3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input
menjadi output secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa
optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Dari beberapa definisi produksi diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan
penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki
dengan mempertimbangkan pula kegiatan-kegiatan pendukung lainya.
2.1.3. Pengertian Manajemen Produksi
Dalam melaksanakan kegiatan produksi suatu perusahaan memerlukan
suatu manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam
upaya pengolahan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan
operasional yang dikenal sebagai manajemen operasi. Dalam melakukan kegiatan
produksi adanya peningkatan kebutuhan dan keinginan dari konsumen terhadap
jumlah, variable, dan tingkat mutu suatu barang dan jasa maka hal ini
menimbulkan tantangan bagi setiap perusahaan untuk dapat memenuhinya dengan
meningkatkan kemampuan untuk merencanakan, mengatur dan mengelola faktor-
faktor produksi yaitu meliputi modal, mesin, material dan manusia dengan
keahlian manajerialnya untuk dapat menghasilkan barang dan jasa untuk
mencapai tujuan perusahaan. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap
perusahaan, yang mencakup aktivitas yang bertanggungjawab untuk menciptakan
nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap perusahaan yang dikenal
dengan manajemen operasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :
Menurut Jay Heizer and Barry Render dalam bukunya Operations
Management yang diterjemahkan oleh Setyoningsih dan Almahdy,
mengemukakan bahwa :
“Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai
dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.”
(2005;4)
Pengertian manajemen produksi menurut Sofyan Assauri (2004;19),
dalam bukunya yang berjudul Manajemen Produksi dan Operasi adalah sebagai
berikut :
“Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur
dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa
sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan,
secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) sesuatu barang atau jasa.”
Sedangkan menurut Chase, Aquilano, dan Jacobs (2004;6)yaitu:
“Operation Management (OM) is defined as the design, operations, and
improvement of the systems that create and deliver the firms primary proucts
and services.”
Menurut pengertian diatas, Manajemen operasi didefinisikan sebagai suatu
desain, operasi dan perbaikan sistem produksi dalam membuat produk atau jasa
utama perusahaan.
Sedangkan menurut Barry Rander (2001;2) yaitu :
“Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang
dan jasa melalui perubahan dari masukan dan keluaran.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen produksi adalah penerapan sistem manajemen yang mengatur
dan mengarahkan proses yang mengubah masukan (inputs) menjadi keluaran
(outputs) berupa barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.2. Pengendalian Kualitas
Dengan semakin banyaknya perusahaan yang berkembang di Indonesia
dewasa ini, maka bagi manajemen, kualitas produk menjadi lebih penting dari
sebelumnya. Persaingan yang sangat ketat menjadikan pengusaha semakin
menyadari pentingnya kualitas produk agar dapat bersaing dan mendapat pangsa
pasar yang lebih besar. Perusahaan membutuhkan suatu cara yang dapat
mewujudkan terciptanya kualitas yang baik pada produk yang dihasilkanya serta
menjaga konsistensinya agar tetap sesuai dengan tuntutan pasar yaitu dengan
menerapkan sistem oengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses
yang dijalani.
Dalam menjalankan aktivitas manajemen operasi, pengendalian kualitas
merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses
produksi berjalan, pada saat proses produksi, hingga proses produksi berakhir
dengan menghasilkan produk akhir. Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat
menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang
diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sebisa mungkin mempertahankan
kualitas yang sesuai.
Sebelum membahas pengertian pengendalian kualitas, terlebih dahulu
dikemukakan pengertian pengendalian, dan pengertian kualitas menurut beberapa
ahli.
2.2.1. Pengertian Pengendalian
Menurut Vincent Gasperz (2005;480), pengendalian adalah :
Control can mean an evaluation to indicate needed corrective responses, the act
guilding, or the state of process in which the variability is atribute to a constant
system of chance couses.
Menurut pengertian diatas, pengendalian dapat di artikan sebagai kegiatan
yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya
yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Stephen P. Robin (2003; 5) definisi pengendaliam adalah :
“Control can be defined as the process of monitoring activities to ensure they
are being accomplished as planned and correcting any significant deviations.”
Menurut pengertian diatas, Pengendalian dapat diartikan sebagai proses
aktivitas untuk memastikan bahwa proses tersebut dapat diselesaikan sesuai
dengan yang telah direncanakan dan memperbaiki perbedaan yang signifikan.
Menurut Sofjan Assauri (2004;25) pengendalian dan pengawasan
merupakan :
“Kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan
operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan, dan
apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat
dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.”
Menurut Robbins Coulter (2004;526) definisi pengendalian dikemukakan
sebagai berikut :
“Pengendalian adalah proses memantau kegiatan-kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan-kegiatan itu diselesaikan sebagaimana telah
direncanakan, dan apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan
tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat terjadi.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengendalian kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas
dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan yang
direncanakan.
2.2.2. Pengertian Kualitas
Definisi kualitas menurut Vincent Gaspersz (2005;5) yaitu :
“Kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
diterapkan.”
Definisi Kualitas menurut Roger G. Schroeder (2000;131)yaitu:
“Quality is defined here as meeting, or exceeding, costumer requirements now
and in the future.”
Sedangkan menurut Yulian Zamit (2003;347), mengemukakan:
“Mutu adalah suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi
ditinjau dari pandangan konsumen, secara subjektif orang mengatakan
kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera (fitness for use).”
Menurut pernyataan diatas, Kualitas disini didefinisikan sebagai
kesesuaian atau melebihinya batas permintaan konsumen baik sekarang maupun
di masa yang akan datang. Kualitas berarti mempertemukan dan melebihi apa
yang dibutuhkan dan diharapkan pelanggan sudah menjadi hal yang umum.
2.2.2.1. Dimensi Kualitas
Vincent Gaspersz (2005;37) menyatakan dalam bukunya bahwa David
Garvin (1987) mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk
menganalisis karakteristik kualitas produk, sebagai berikut :
1. Performansi (performance)
Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli
suatu produk.
2. features
Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembanganya.
3. Keandalan (reliability)
Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk
melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di
bawah kondisi tertentu.
4. Konfirmasi (conformance)
Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang
telah diterapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Durability
Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan
dengan daya tahan dari produk itu.
6. Kemampuan pelayanan (serviceability)
Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,
keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam
perbaikan.
7. Estetika (esthetics)
Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
8. Kualitas yang dirasakan (perceived quality)
Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam
mengkonsumsi produk tersebut.
2.2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Dalam Pelaksanaan kegiatan pengendalian kualitas sebelum, selama, dan
sesudah proses produksi ini, menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana
(2000;262) ada 9 (sembilan) faktor yang mempengaruhi kualitas produk atau jasa,
yaitu sebagai berikut :
1. Market
Keinginan dan kebutuhan konsumen diidentifikasikan sebagai dasar untuk
mengembangkan produk-produk baru sehingga konsumen percaya akan
ada produk yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Kebanyakan produk ini merupakan hasil pengembangan
teknologi-teknologi baru. Akibatnya, bisnis ini harus lebih fleksibel dan
berubah arah dengan cepat.
2. Money
kebutuhan akan otomatisasi dan pemekanisan telah mendorong
pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan baru, namun
penambahan investasi dapat meningkatkan produktivitas dan juga berperan
dalam pemeliharaan dan perbaikan mutu.
3. Management
Mandor dan teknisi mempunyai tanggung jawab sepenuhnya atas kualitas
produk, manajemen puncak mengalokasikan tanggung jawab yang tepat
untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas yang telah
ditetapkan.
4. Man
Kemajuan di bidang teknologi meningkatkan permintaan akan pekerja-
pekerja dengan kemampuan yang terspesialisasi. Spesialisasi menjadi
bagian penting seiring dengan meningkatnya jumlah bidang ilmu
pengetahuan.
5. Motivation
Meningkatnya kompleksitas kualitas produk memerlukan motivasi yang
tinggi dari karyawan dalam menghasilkan output yang berkualitas. Selain
dipengaruhi oleh imbalan, motivasi karyawan dapat meningkat bila
diberikan dorongan dan pengakuan positif atas pekerjaanya.
6. Materials
Tingginya biaya produksi dan kebutuhan kualitas yang baik membuat
perancang produk membuat bahan baku yang lebih murah tetapi dengan
output yang tetap baik.
7. Machine and mechanization
Keinginan perusahaan akan peningkatan efisiensi serta memaksimalkan
volume produksi telah memaksa digunakanya peralatan manufaktur yang
secara bertahap menjadi semakin kompleks dan semakin tergantung
terhadap kualitas bahan baku. Banyak perusahaan yang menggunakan
otomatisasi atau mekanisme agar dapat menekan biaya dan meningkatkan
kegunaan tenaga kerja serta mesin sampai pada tingkat yang memuaskan.
8. Modern Information Methods
Teknologi informasi menyediakan cara untuk mengendalikan mesin dan
proses selama waktu pemrosesan dan mengendalikan produk dan jasa.
Semua usaha tersebut digunakan dengan maksud menjamin kualitas
produk sehingga konsumen merasa puas.
9. Mounting Product Requirements
Semakin kompleksnya desain mutu produk menuntut pengendalian yang
lebih ketat terhadap proses produksi.
2.2.3. Pengertian Pengendalian Kualitas
Setelah kita mengetahui pengertian pengendalian dan pengertian kualitas,
maka akan dikemukakan pengertian pengendalian kualitas.
Menurut Sofjan Assauri (2004;210) pengendalian kualitas adalah:
“Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau
kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk
yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.”
Menurut Vincent Gaspersz (2005;480), pengendalian kualitas adalah :
“Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill
requirements for quality”.
Menurut pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas / tindakan yang terencana
yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas
suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat
memenuhi kepuasan konsumen.
2.3. Tujuan Pengendalian Kualitas
Secara terperinci, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas
menurut Sofjan Assauri (2004;210) adalah:
1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.”
Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan
bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas
yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah
mungkin.
Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi,
karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi.
Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena semua
kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang dan jasa
yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah-rendahnya.
Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang dihasilkan
dapat dipertanggungjawabkan seperti halnya pada pengendalian produksi. Dengan
demikian antara pengendalian produksi dan pengendalian kualitas erat kaitanya
dalam pembuatan barang.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas
Menurut Douglas C. Montgomery (2001;26) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah:
1. Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan
proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam
batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
2. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila
ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini
haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku
dari kedua segi yang telah disebutkan diatas sebelum pengendalian
kualitas pada proses dapat dimulai.
3. Tingkat ketidaksesuain yang dapat diterima
Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah agar dapat mengurangi
produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat
pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang
berada di bawah standar yang dapat diterima.
4. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
menghasilkan produk. Apabila ingin menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi guna memuaskan kebutuhan konsumen, maka
dibutuhkan biaya kualitas yang relatif lebih besar.
a. Biaya Pencegahan (Prevention cost)
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya
kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang
berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan
sistem kualitas. Contoh: biaya training karyawan.
b. Biaya Deteksi / Penilaian (Detection / Appraisal Cost)
Biaya deteksi adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah
produk dan jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-
persyaratan kualitas. Tujuan utama dari fungsi deteksi ini adalah untuk
menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses
produksi. Contoh: Mencegah pengiriman barang-barang yang tidak
sesuai dengan persyaratan kepada para konsumen.
c. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan
persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan
ke pihak luar (pelanggan atau konsumen). Pengukuran biaya kegagalan
internla dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum
meninggalkan pabrik. Contoh: Sisa bahan.
d. Biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai
dengan persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut
dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen. Biaya ini merupakan
biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi
buruk, kehilangan pelanggan dan menurunya pangsa pasar. Contoh:
Biaya penarikan kembali produk dan biaya garansi.
2.5. Langkah – Langkah Pengandalian Kualitas
Pengendalian kualitas harus dilakukan melalui proses yang terus-menerus
dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan
melalui proses PDCA (plan ,do, check, action) yang diperkenalkan oleh Dr. W.
Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama yang berkebangsaan Amerika
Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus deming (Deming Cycle).
Siklus PDCA umumnya digunakan untuk mengetes dan
mengimplementasikan perubahan-perunbahan untuk memperbaiki kinerja produk,
proses atau suatu sistem di masa yang akan datang.
Tahap-tahap dalam siklus PDCA terdiri dari:
1. Plan
Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas
yang baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas produk,
pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
2. Do
Proses produksi dilaksanakan dan tindakan pengendalian pengarahan pada
karyawan, maksudnya adalah semua orang yang mempunyai tanggung jawab
dalam pekerjaanya. Hal lain yang menunjang proses produksi adalah suhu,
kebersihan ruangan, lingkungan sekitar, dan lain-lain diterapkan dalam proses
produksi.
3. Check
Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar yang telah
ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian
ditelaah penyebab kegagalanya.
4. Action
Dilakukan usaha-usaha untuk memperbaiki atau mencegah kegagalan
tersebut, menstandarisasikan hasil-hasil, dan merencanakan perbaikan secara terus
menerus dan diharapkan efisiensi perusahaan di masa yang akan datang
meningkat.
Gambar 2.1.
Siklus PDCA
Sumber : Richard B.Chase, Nicholas J. Aquilano and F. Robert Jacobs, 2004
Untuk Melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu
dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas. Menurut
Roger G. Schroeder (2007;173) untuk mengimplementasikan perencanaanm
pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan langkah-langkah sebagai