Top Banner
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia Manusia akan mengalami perubahan melalui tahap-tahap perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Hurlock (2001) di dalam Ekowarni (2012) menyebut bahwa tahap perkembangan tersebut meliputi periode prenatal, bayi, masa dewasa awal, dewasa madya, dan lanjut usia. Di antara beberapa tahap perkembangan di atas, masa lanjut usia adalah masa terakhir dalam kehidupan manusia sehingga kebahagiaan seharusnya sudah dapat dirasakan, namun pada masa ini manusia memiliki berbagai masalah kesehatan terkait penurunan fungsi organ akibat aging proces, yang menghalangi manusia untuk memiliki kehidupan yang bahagia pada masa ini. Masa usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa lansia merupakan masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Undang-undang republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia BAB I pasal 1, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun.
39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

Feb 27, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lansia

Manusia akan mengalami perubahan melalui tahap-tahap

perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Hurlock (2001) di

dalam Ekowarni (2012) menyebut bahwa tahap perkembangan

tersebut meliputi periode prenatal, bayi, masa dewasa awal,

dewasa madya, dan lanjut usia. Di antara beberapa tahap

perkembangan di atas, masa lanjut usia adalah masa terakhir

dalam kehidupan manusia sehingga kebahagiaan seharusnya

sudah dapat dirasakan, namun pada masa ini manusia memiliki

berbagai masalah kesehatan terkait penurunan fungsi organ akibat

aging proces, yang menghalangi manusia untuk memiliki kehidupan

yang bahagia pada masa ini.

Masa usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan

dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya

tidak bisa dihindari oleh siapapun. Potter dan Perry (2005)

menjelaskan bahwa lansia merupakan masa dewasa tua (lansia)

dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.

Undang-undang republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998

tentang kesejahteraan lanjut usia BAB I pasal 1, yang dimaksud

dengan lanjut usia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

14

Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih bisa melakukan

pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilakn barang dan

atau jasa. Lanjut usia yang tidak potensial yaitu lanjut usia yang

tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada

orang lain.

Menurut WHO lansia merupakan orang yang sudah berumur

60 tahun ke atas atau orang yang sudah pensiun dari

pekerjaannya. Sari (2004) dalam Destur (2015) mengemukakan

bahwa usia lanjut yang memiliki kesempatan bertemu dengan

teman sebaya dapat membuka kesempatan pada individu usia

lanjut untuk belajar dari pengalaman hidup individu lain dan

menginterprestasikannya kembali pengalaman hidupnya sehingga

akan membantu individu tersebut dalam mengontrol pengalaman

emosi yang positif atau negatif. Seorang lanjut usia yang memiliki

teman akan merasa memiliki dukungan sosial di luar keluarganya,

menimbulkan perasaan dihargai dan diinginkan meskipun mereka

sudah mengalami kemunduran dan keterbatasan.

Destur (2015) menyebut batasan–batasan lansia, namun

yang paling sering digunakan sebagai dasar menentukan batasan

lansia yaitu menurut WHO (1999) yang menyebutkan:

1. Usia lanjut (Ederly) antara 60 – 74 tahun.

2. Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun.

3. Usia sangat tua (Very Old) di atas 90 tahun

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

15

Adapun gambaran tugas-tugas perkembangan masa

dewasa lanjut menurut Havighurst (1990-1991) dalam Niswati

(2014):

1. Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun, menerima

bawa adanya penurunan fungsi organ seperti otot, pendengaran,

dan mata.

2. Menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan

relasi dengan teman kelompok sebaya

3. Kewajiban-kewajiban sosial dan warga negara, lansia sudah

tidak dapat lagi mengikuti kegiatan sosialnya dalam masyarakat

seperti PKK untuk perempuan.

4. Penyesuaian dengan gaji yang berkurang dan keadaan pensiun

5. Merealisasikan keadaan hidup fisik yang sesuai

Sehingga lansia akan mengalami berbagai hambatan

mobilitas dalam memenuhi tugas perkembangannya terkait

keterbatasan fisik yang sedang dialami.

2.2. Pengertian Hipertensi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) dalam

Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Semester I (2013),

menyebutkan 10 besar penyakit yang dialami lansia pada tahun

2010 salah satunya yaitu hipertensi. Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI (2011) mendefinisikan hipertensi yaitu

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

16

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung

dalam waktu cukup lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan

ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak

(menyebabkan stroke bila tidak terdeteksi secara dini dan

mendapatkan pengobatan yang memadai). Hipertensi juga

dikatakan sebagai silent killer karena gejala dapat bervariasi pada

masing-masing individu dan hampir sama pada gejala lainnya.

Gejala yang timbul pada penderita hipertensi adalah sakit

kepala/rasa berat ditekuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah

lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan

(Vitahealth, 2006).

a. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi sendiri memiliki beberapa kategori yang

menentukan nilai normal, pre hipertensi, hipertensi derajat I

dan hipertensi derajat II. Berikut merupakan klasifikasi tekanan

darah manusia:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

17

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dari Joint

National Committee(JNC)*VII:2003

Kategori Sistolik (mmHg) Dan/Atau Diastolik (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Pre-

hipertensi

120-139

Atau

80-89

Hipertensi derajat 1

140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2

160 atau >160 Atau 100 atau

>100

Sumber: U.S. Department Of Health And Human Services

Klasifikasi tekanan darah dari Joint National

Committee(JNC)*VII:2003, menjelaskan bahwa ada empat

kategori tekanan darah, yaitu tekanan darah normal dengan

sistolik <200 mmHg dan diastolik < 80 mmHg, pre-hipertensi

yaitu dengan sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89

mmHg, hipertensi derajat 1 yaitu dengan sistolik 140-159

mmHg atau 90-99 mmHg dan yang terakhir hipertensi

derajat 2 dengan sistolik 160 atau > 160 mmHg atau

diastolik 100 atau >100 mmHg.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

18

Tabel. 2.2. Hipertensi Menurut Kelompok Umur Berbeda

Kelompok Usia Normal (mmHg)

Hipertensi (mmHg)

Bayi 80/40 90/60

Anak (7-11 th) 10/60 120/90

Remaja (12-17 th)

115/70 120/80

Dewasa 20-45 th 45-65 th

>65

120-125/75-80

135-140/85 150/85

135/90

140/90-160/95 160/95

Sumber : Tambayong, 2000. Pada penelitian ini, yang menjadi fokus adalah lansia

yang berusia > 60 tahun dengan hipertensi grade II/ derajat II.

b. Patofisiologi Hipertensi pada Lansia

Kuswardhani (2006) menjelaskan bahwa tekanan

darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) akan

meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Kuswardhani

2006 menyebut hal ini terjadi karena adanya perubahan pada

pembuluh darah, misalnya adanya perubahan sifat elastisitas

dari pembuluh darah yang berkurang sehingga dinding

pembuluh darah menjadi kaku, keadaan ini menyebabkan

penyempitan dari pembuluh darah serta aliran darah ke jaringan

dan organ menjadi berkurang. Kombinasi perubahan ini sangat

mungkin mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah`

dan penurunan kelenturan (compliance) arteri sehingga

menyebabkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

19

Kuswardhani (2006) menyebut mekanisme pasti hipertensi

pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari

penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi

perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Peningkatan

penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar dan

penurunan elastisitas pembuluh darah. Perubahan ini

menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah

besar yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

sistolik TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.

Kuswardhani (2006) menyebut sensitivitas baroreseptor

juga berubah seiring dengan perubahan umur. Baroreseptor

adalah kumpulan ujung saraf sensoris yang terletak di sinus

arteri karotis (percabangan arteri karotis) dan arkus aorta yang

bertugas mengendalikan perubahan tekanan darah dalam tubuh.

Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat

menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat

pada pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas

baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,

yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi

hipotensi ortostatik. Refleks postural adalah suatu respon

efferent terhadap stimulus afferent. Respon efferent adalah saraf

motorik dan antigravity muscle sebagai efektor utama. Stimulus

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

20

afferent berasal dari reseptor-reseptor yang paling penting yaitu:

otot (muscle spindle), sendi, mata, telinga, dan juga melibatkan

receptor kulit khususnya kulit di telapak kaki. Sistem saraf pusat

yang mengontrol refleks postural adalah cortex cerebri,

cerebellum, red nucleus dan nucleus vestibular. Perubahan

keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik dan vasokonstriksi

adrenergik akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi

dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi

pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi natrium

yang diakibatkan dari peningkatan asupan dan penurunan

sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun

ditemukan penurunan renin plasma dan respons renin terhadap

asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai

peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia.

c. Faktor Penyebab Hipertensi

Hipertensi tidak terjadi begitu saja di dalam tubuh,

tentunya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi menurut Manik (2012):

1. Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua

seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Arteri

kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya seiring

bertambahnya umur. Bertambahnya umur, risiko terjadinya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

21

hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada

segala umur, namun paling sering dijumpai pada orang

berumur 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan

darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini

disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh

darah, dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai

faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.

2. Hereditas (Keturunan)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi

(faktor keturunan) mempertinggi risiko terkena hipertensi

terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki

hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi

2-5 kali lipat. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2007)

dalam Maysa (2016) menunjukkan bahwa tekanan darah

seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah

orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah

dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan

bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor

lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan

besar dalam menentukan tekanan darah.

3. Stres

Manik (2012) menyebut hubungan antara stres

dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

22

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung,

cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut,

rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar adrenal

melepaskan hormon adrenalin yang dihasilkan di kelenjar

adrenal dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta

lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika

stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau

perubahan patologis.

4. Pola Makan

Manik (2012) menyebut mengonsumsi garam,

pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi

terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung,

dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan

cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar

tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan

tekanan darah.

Lemak trans (ditemukan pada makanan yang

diproses, misalnya biskuit dan margarin) dan lemak jenuh

(ditemukan pada mentega, cake, pasta, biskuit, produk

daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar

kolesterol dalam darah. Kolesterol ada 2 macam, yaitu Low

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

23

Density Lypoprotein (LDL) dan High Density Lypoprotein

(HDL). Low Density Lypoprotein (LDL) sering dikenal

dengan kolesterol jahat, hal ini dikarenakan Low Density

Lypoprotein (LDL) akan meninggalkan endapan kolesterol di

dinding pembuluh arteri dalam bentuk plak lemak saat

melewati arteri, yang dapat meradang dan mempersempit

dinding pembuluh darah, menyebabkan gumpalan darah.

Kelebihan kolesterol Low Density Lypoprotein (LDL) tidak

akan diproses oleh hati, dan akan semakin mempercepat

untuk menumpuk pada plak diarteri. Akibatnya, tingginya

kadar kolesterol Low Density Lypoprotein (LDL) dalam darah

dapat menyebabkan darah tinggi. Kolesterol yang terlalu

tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan

dapat menyumbat peredaran darah.

Manik (2012) menyebut High Density Lypoprotein

(HDL) sering juga disebut sebagai kolesterol baik. Kolesterol

baik bertugas untuk mengumpulkan kelebihan kolesterol

Low Density Lypoprotein (LDL) diarteri,dan kemudian

mengembalikannya ke hati untuk di daur ulang atau

dihilangkan. Misi baiknya adalah untuk menjaga arteri tetap

bersih dan saluran pembuluh darah menjadi lega, sehingga

darah mengalir dengan lancar.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

24

5. Gaya Hidup

a. Olahraga Tidak Terarur

Vitahealth (2006) menyebut orang yang tidak

aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung

yang lebih tinggi karena otot-otot jantung tidak terbisa

memompa darah dengan keras, sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus

memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada

arteri.

b. Kebiasaan Merokok

Suyono (2001) dalam Mukhibbin (2012)

menyebut bahwa selain dari lamanya kebiasaan

merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada

jumlah rokok yang diisap perhari. Seseorang lebih dari

satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan

hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-

zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida

yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran

darah dapat merusak lapisan endotel (lapisan sel epitel

yang melapisi rongga jantung dan pembuluh darah)

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan hipertensi.

Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

25

meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan

pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,

nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat

kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.

Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai

otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi

sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin

(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja

lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah

merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik

maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan

darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit

setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek

nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga

akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok

berat tekanan darah akan berada pada level tinggi

sepanjang hari. Sampai saat ini tidak ada sumber

manapun yang menuliskan ideal seseorang merokok

dalam sehari, yang artinya sebaiknya seseorang akan

lebih baik apabila tidak merokok.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

26

c. Alkohol

Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman

beralkohol perhari meningkatkan risiko mendapat

hipertensi sebesar dua kali. Laurence (2000) dalam

Novian (2013) menyebut efek dari konsumsi alkhohol

juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan

sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat

memicu kenaikan tekanan darah. Namun sudah

menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang,

minum minuman beralkohol berlebihan akan merusak

jantung dan organ-organ lain.

d. Obesitas

Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran

mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi

lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa

tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk

memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini

berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh

darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan

lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan

juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar

insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

27

tubuh menahan natrium dan air. Nuraini (2014)

menyebut bahwa risiko relatif untuk menderita

hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang yang berat badannya

normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-

30% memiliki berat badan lebih.

d. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan

ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan terjadi

komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut menurut

Malik (2012), yaitu:

a) Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya

gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung

akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan

semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung

tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru

sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan

tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

28

b) Otak

Dalimarta (2008) menyebut Komplikasi hipertensi pada

otak, menimbulkan risiko stroke. Tekanan darah tinggi dapat

menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus)

adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di

arteri otak terganggu. Otak menjadi kekurangan oksigen dan

nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat

pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah. Penyebab

utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini

menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak.

c) Ginjal

Ginjal memiliki fungsi penting dalam tubuh,

Bobsusanto (2015) menyebut fungsi ginjal diantaranya yaitu

membentuk urin dan mengeluarkan zat-zat beracun, menyaring

atau membersihkan darah, dan menjaga keseimbangan air.

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal. Hipertensi

menghambat proses penyaringan dalam ginjal bekerja dengan

baik. Kondisi ini merusak ginjal dengan menekan pembuluh

darah kecil dalam organ tersebut, akibatnya lambat laun ginjal

tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

29

yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di

dalam tubuh.

d) Mata

Dalimarta (2008) menyebut tekanan darah tinggi dapat

mempersempit atau menyumbat arteri di mata, sehingga

menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang

sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit

vaskular retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan

merupakan indikator awal penyakit jantung.

e. Penatalaksanaan Hipertensi

Penanganan hipertensi bertujuan untuk mencegah

terjadinya mordibilitas dan mortalitas penyerta dengan

mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah

140/90 mmHg. Penanganan tersebut dapat digolongkan

menjadi penanganan non farmakologis dan farmakologis.

a) Non-farmakologis

Penatalaksanaan non-farmakologis dapat dilakukan

dengan cara memodifikasi gaya hidup. Cara ini cukup efektif

karena dapat menurunkan resiko kardivaskuler dengan

biaya sedikit dan resiko minimal. Modifikasi gaya hidup tetap

dianjurkan untuk semua derajat hipertensi, meski harus

disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah

dan dosis obat.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

30

Pengobatan nonfarmakologis dengan memodifikasi

gaya hidup meliputi :

1) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan

(indeks masa tubuh >= 27 pada orang dewasa), hal ini

dilakukan karena makin besar massa tubuh, makin

banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen

dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume

darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi

meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada

dinding arteri.

2) Dalimarta (2008) menyebut membatasi alkohol, efek

dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi

karena adanya peningkatan penghasilan hormon

katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu

kenaikan tekanan darah. Hormon katekolamin ini yang

menjadi vasokonstriktor pada saat terjadinya

penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan

resistensi sehingga dapat menyebabkan hipertensi.

Hormon ini di produksi di kelenjar adrenal.

3) Vitahealth (2006) menyebut mengurangi asupan

natrium (<100 mmol Na/ 2,4 g Na/ 6 g NaCl/ hari), saat

kadar garam berlebih tubuh akan berusaha

menetralkannya, yaitu dengan menstimulus otak untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

31

merasakan haus, sehingga mendorong manusia untuk

banyak meminum air. Dengan demikian volume darah

akan bertambah karena sifat garam adalah mengikat

air, ia akan mempertahankan air di dalam darah

sehingga volume darah akan bertambah. Pertambahan

volume darah akibat banyaknya kandungan air ini

seharusnya akan di buang oleh ginjal melalui air seni.

Namun karena garam jugalah, air ini akan

dipertahankan oleh tubuh akibat sifat garam yang lain

yaitu anti-diuretik, yang menyebabkan ginjal menyerap

kembali sebagian besar air yang telah disaringnya

sebelum dikeluarkan menjadi air kemih. Masuknya air

dalam jumlah besar ke dalam pembuluh darah

menyebabkan volume darah yang ada dalam sistem

peredaran darah bertambah. Apabila volume darah

meningkat otomatis aliran darah juga akan meningkat.

Sedangkan ukuran pembuluh darah akan tetap.

Akibatnya akan terjadi tekanan darah yang berlebih di

dinding pembuluh darah yang menjadi sebab utama dari

penyakit hipertensi.

4) Dalimarta (2008) menyebut merokok sebaiknya

dihindari, karena di dalam rokok ada suatu zat yang

bernama nikotin, zat nikotin dapat ditemukan di

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

32

tembakau pada rokok. Nikotin ini akan menyebabkan

meningkatnya tekanan darah saat isapan pertama.

5) Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka

mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam

makanan menjadi cara pencegahan untuk hipertensi,

lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry,

biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol

yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit

arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah.

b) Farmakologis

Beberapa obat mempunyai efek langsung maupun

tidak langsung terhadap tekanan darah. Berikut contoh

obat hipertensi/obat tekanan darah tinggi:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

33

Tabel. 2.3. Jenis Golongan Obat, Nama Obat, Efek Samping

Golongan Obat

Nama Obat Efek Samping

Diuretik Chlorthalidone, Hydrochlorthiazide,

Indapamide

Sering buang air kecil, sekurangan

sodium

Beta-blockers

Metoprolol,atenol, Nebivolol

Fatique,depresi

Alpha blockers

Prazocin,dexazocin Tekanan darah rendah, pusing

Calcium agonists

Clonidine, methyldopa

Hipertensi makin tinggi jika salah

dosis, mulut kering, batuk.

Calcium channel blockers

Amplodipine, diltiazem

Kaki bengkak.

Angiotensin converting

enzim (ACE) inhibitors

Lisinopril, captopril, ramipril

Batuk kering, meningkatkan

postasium darah, bibir dan lidah

bengkak ( rekasi serius)

Angiotensin recepto blockers

Telmisartan, olmisartan

Meningkatkan potasium dalam

darah

Vasodilator Minoxidil, hydralazine

Pembengkakan kaki.

Sumber: Kuncoro, 2015.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

34

Ada sembilan jenis obat-obatan yang dapat mengobati

tekanan darah tinggi atau obat hipertensi menurut Kuncoro

(2015), yaitu:

1) Centrally-acting alpha adrenergics

Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat (otak). Menurunkan

tekanan darah dengan mengurangi beberapa zat/senyawa kimia

dalam darah, dengan demikian pembuluh darah akan menjadi lebih

rileks dan membuat jantung berdetak lebih santai dan lebih mudah.

2) Beta blockers

Obat ini bekerja pada jantung. Menarget reseptor beta yang

ditemukan pada sel-sel dari otot-otot jantung, otot halus, dan

jaringan lainnya. Fungsi utama beta-blockers adalah melemahkan

tekanan dari hormon stres yang terdapat pada jantung.

3) Calcium Channel Blockers

Obat ini bekerja pada jantung. Mengacaukan pergerakan

kalsium yang masuk ke dalam pembuluh darah dan sel-sel jantung,

membuat pembuluh darah menjadi lebih rileks dan jantung akan

berdetak lebih santai dan/atau lebih mudah.

4) Peripherally acting alpha-adrenergics blocked.

Obat ini bermanfaat untuk jantung. menghentikan hormon-

hormin dari pengencangan otot dalam dinding atau arteri yang lebih

kecil. Obat ini akan membuat pembuluh darah arteri lebih terbuka

dan rileks, meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

35

5) Vasodilator

Obat ini bermanfaat untuk jantung. Membantu pelebaran

pembuluh darah, yang menghasilkan relaksasi dari sel-sel otot

halus di sekitar pembuluh darah. Saat pembuluh darah

melebar, aliran darah akan meningkat karena hambatan

berkurang. Pelebaran pembuluh darah arteri akan membantu

penurunan tekanan darah.

6) Penghambat ACE ( Angiotensin-Converting enzyme inhibitors)

Obat ini bekerja pada pembuluh darah. Memperlambat

produksi sebuah hormon yang bernama angiotensin II yang

mempersempit pembuluh darah. Obat ini akan memperlebar

pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

7) Angiotensin II Receptor Blockers

Obat ini bekerja pada pembuluh darah. Memblok efek dari

hormon angiotensin II pada pembuluh darah. Obat ini

merupakan alternatif dari terapi penghambat ACE.

8) Penghambat renin (Renin Inhibitors)

Obat ini bekerja pada pembuluh darah. Memblok enzim renin

yang memproduksi angiotensin II.

9) Diuretik (Diuretics)

Obat ini bekerja pada ginjal dan kandung kemih. Membantu

membersihkan tubuh dari air dan garam. Obat in bekerja

dengan membuat ginjal menempatka sodium lebih banyak ke

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

36

dalam urin. Sodium pada akhirnya, mengambil air dalam darah.

Hal ini membantu mengurangi jumlah cairan yang mengalir

pada pembuluh darah, yang akan mengurangi tekanan pada

dinding pembuluh darah arteri.

Selain itu ada beberapa obat yang memiliki efek secara

langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan

tekanan darah, antara lain berbagai jenis kontrasepsi oral,

golongan glukokortikoid, adrenalin (epinephrine), golongan β-

adrenergik reseptor (dopamin dan dobutamin), dan cairan infus

yang mengandung sodium.

2.3. Sejarah Yoga

Menurut Prawira (2014) menyebut tidak ada catatan tertulis

dan resmi siapa orang yang menemukan olahraga ini untuk

pertama kali. Sebab, yoga dilakukan untuk pertama kali oleh para

yogi (sebutan untuk praktisi yoga) jauh sebelum laporan tertulis itu

muncul.

Selama ribuan tahun, para yogi ini menurunkan ilmunya

kepada para muridnya, yang pada akhirnya membuat olahraga

yoga masuk ke dalam sekolah-sekolah yang dibawa langsung oleh

para anak didik tersebut.

Yoga merupakan disiplin fisik, lambang spiritual kuno, serta

cabang filsafat yang berasal dari India dan sudah ada sejak 5.000

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

37

tahun yang lalu. Kata yoga sendiri berasal dari bahasa sanksekerta

“yuj”(yang berarti kuk) atau bisa diartikan bergabung atau bersatu.

Bahkan, salah satu sekolah yoga, Lyengar mendefinisikan

“yuj” sebagai mengintegrasikan semua aspek individu, mulai dari

tubuh dengan pikiran sampai pikiran dengan jiwa, untuk mencapai

kehidupan yang bahagia, seimbang, dan berguna.

Ada juga yang menyebutkan bahwa yoga pertama kali

dicetuskan oleh Patanjali, seseorang yang dianggap bijak yang

tinggal di suatu tempat, dan hidup sekitar 2.000 sampai 2.500 tahun

yang lalu.

Kala itu Patanjali menulis Yoga Sutra dalam Bahasa

Sanksekerta, yang merupakan prinsip-prinsip, filosofi, serta praktik-

praktik yoga yang masih diikuti sampai hari ini.

Medicinenet menyebutkan bahwa meski sudah banyak

sekolah yoga berkembang selama berabad-abad, semuanya tidak

mengubah prinsip dasar dari yoga itu sendiri. Bahkan yoga pun

sudah banyak dipakai oleh para umat Budha sebagai teknik

membuang stres dalam diri.

Yoga semakin berkembang hingga saat ini, sampailah

kepada ide seseorang dokter asal India yang bernama Madan

Kataria, Madan berpendapat bahwa tawa sebagai obat terbaik.

Hingga mulailah ia membentuk klub tawa pertama kali dengan

hanya lima orang pada tanggal 13 Maret 1995 di sebuah taman

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

38

umum di Mumbai India. Sekarang, klub ini sudah berkembang

menjadi gerakkan tawa sedunia.

2.4. Pengertian Yoga Ketawa

Yoga ketawa adalah latihan yang menggabungkan tawa

tanpa syarat dengan pernapasan yoga (Pranayama). Gagasan

yoga ketawa ini ditemukan oleh Kataria pada tahun 2004, seorang

dokter dari Mumbai, India, yang dibantu oleh istrinya, Madhuri,

seorang instruktur yoga. Konsep yoga tawa didasarkan pada filosofi

motion creates emotions, yaitu apabila seseorang membuat

tubuhnya memerankan kebahagiaan, maka perasaan dan pikiran

akan mengikutinya. Latihan yoga ketawa pertama kali

diperkenalkan di sebuah taman pada tanggal 13 Maret 1995 yang

diikuti oleh 5 orang pejalan kaki, tetapi sekarang telah menjadi

fenomena di seluruh dunia dengan lebih dari 6000 klub yoga

ketawa di 60 negara.

Pengertian lain dari yoga ketawa adalah salah satu cara

untuk mencapai kondisi rileks. Desinta (2013) menyebut tertawa

merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf simpatik dan juga

penurunan kerja sistem saraf simpatik. Peningkatannya berfungsi

untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini

kemudian juga diikuti oleh penurunan sistem saraf simpatik yang

salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan kondisi otot yang

menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap nitric

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

39

oxide (senyawa kimia yang penting untuk tranportasi sinyal listrik

didalam sel-sel) yang membawa pada pelebaran pembuluh darah,

sehingga rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar

20%.

Yoga ketawa dilakukan dengan cara mengajak klien

melakukan aktivitas tertawa dengan melibatkan perilaku dan

gerakan tubuh yaitu dengan melakukan latihan teknik tawa untuk

memunculkan tertawa alami lewat perilakunya sendiri tanpa adanya

humor. Individu akan berlatih melakukan gerakan motorik dan suara

tertawa, yang akhirnya berakhir pada kondisi fisiologis. Mengacu

kepada facial feedback hipotesis maka perubahan ekspresi/

gerakan wajah dapat menimbulkan perasaan/emosi yang sama.

Perasaan bahagia akan menimbulkan dampak relaksasi yang dapat

menurunkan emosi seseorang. Beberapa penelitian terhadap terapi

tawa menunjukkan, bahwa terapi tawa memiliki dampak psikologis

dan fisiologis, terkait stres, efikasi diri, dan tekanan darah.

Kataria (2004) menyebutkan dalam bukunya bahwa waktu

yang tepat untuk melakukan kegiatan yoga tawa ini yaitu saat pagi

hari antara pukul 06.00-07.00, jumlah total latihan pernafasan,

tawa, dan peregangan sebaiknya tidak lebih dari 15-20 menit. Yoga

ketawa baik dilakukan pagi hari karena beberapa alasan, yang

pertama selalu lebih baik apabila kita jika mengawali hari dengan

tawa, dengan begitu kita akan terus bersemangat dan mempunyai

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

40

suasana yang enak sepanjang hari. Kedua karena alasan tingkat

polusi terendah kota besar terjadi pada pagi hari.

Yoga ketawa tentunya dilakukan karena memiliki berbgai

keuntungan yang baik untuk tubuh. Keuntungan dari yoga ketawa

yaitu:

a. Suasana hati yang baik dan tertawa lebih: yoga ketawa

membantu untuk mengubah suasana hati dalam beberapa menit

dengan melepaskan bahan kimia tertentu dari sel-sel otak yang

disebut endorfin (zat biokimia yang dibuat oleh tubuh yang dapat

membantu mengurangi tingkat rasa sakit). Seseorang akan tetap

ceria dan dalam suasana hati yang baik sepanjang hari dan akan

tertawa lebih dari yang biasa lakukan.

b. Mengontrol tekanan darah dan penyakit jantung

Eksperimen yang telah dilakukan membuktikan bahwa yoga

ketawa dapat mengurangi pelepasan hormon-hormon berlebih

yang berhubungan dengan stres dan memberikan relaksasi,

sehingga mampu menurunkan 10-20 mmHg tekanan setelah

penderita mengikuti 10 menit sesi yoga tawa. Hormon-hormon

tersebut yaitu adrenalin, norepinephrine, dan kartisol. Selain itu,

yoga ketawa dapat memperbaiki sirkulasi darah dan pasokan

oksigen ke otot-otot jantung, sehingga penggumpalan darah

akan berkurang.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

41

c. Latihan sehat untuk mengatasi stres: yoga ketawa adalah

seperti latihan aerobik (cardio workout) yang membawa lebih

banyak oksigen ke tubuh dan otak sehingga membuat orang

merasa lebih energik dan santai.

d. Manfaat kesehatan: yoga ketawa mengurangi stres dan

memperkuat sistem kekebalan tubuh seseorang. Adanya sistem

imun yang kuat maka tidak akan mudah jatuh sakit dan jika

seseorang memiliki beberapa kondisi kesehatan kronis, maka

akan lebih cepat sembuh.

e. Kualitas hidup: tertawa adalah energi positif yang membantu

orang untuk berhubungan dengan orang lain dengan cepat dan

meningkatkan hubungan. Jika seseorang tertawa lebih banyak,

seseorang itu akan menarik banyak teman.

f. Sikap positif di waktu sulit: setiap orang bisa tertawa ketika hidup

baik. Tertawa membantu menciptakan kondisi mental yang

positif untuk menghadapi situasi sulit. Ini memberikan harapan

dan optimisme untuk mengatasi masa-masa sulit.

Yoga ketawa tidak dilakukan dengan metode yang

sembarangan, tentunya memiliki metode-metode yang benar dalam

melakukan yoga ketawa. Adapun metode yang digunakan dalam

melakukan yoga ketawa. Yoga ketawa membutuhkan waktu 20-30

menit (maksimum). Langkah-langkah yang akan dilakukan pada

penelitian ini :

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

42

1. Pemanasan/Peregangan

Pemanasan yang dimaksud lansia posisi duduk lalu

menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, menundukkan

kepala dan ke atas, lalu kaki dan tangan di gerakkan.

2. Tepuk tangan

Tepuk tangan sambil mengucapkan HoHo-Ha-Ha-Ha

dengan durasi waktu ± 1 menit dan setelah selesai

mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan

setinggi bahu.

3. Senam ketawa

a) Tawa sapaan: Tertawa dengan mengatupkan kedua

telapak tangan dan menyapa holywood kepada teman

di samping kiri dan kanan. Setelah selesai

mengucapkan “very good, very good yee” dan diakhiri

dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.

Gambar 2.1 Tawa Sapaan.

Sumber : Kataria, 2004.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

43

b) Tawa singa: Julurkan lidah sepenuhnya dengan mata

terbuka lebar dan tangan teracung seperti cakar singa

dan tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very

good, very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam

sebanyak 3 kali.

Gambar 2.2. Tawa Singa

Sumber: Kataria, 2004.

c) Tawa ponsel: Berpura-puralah memegang sebuah

ponsel dan coba untuk tertawa sambil membuat

berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling

dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.

Setelah selesai mengucapkan “very good, very good

yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.

Gambar 2.3. Tawa ponsel

Sumber: Kataria,2004.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

44

d) Tawa Apresiasi : Berkeliling (jika bisa berdiri) sambil

mengacungkan dua jempol sambil tertawa untuk

menyampaikan penghargaan kepada peserta lainya.

Setelah selesai mengucapkan “very good, very good

yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.

.

Gambar 2.4. Tawa Apresiasi.

Sumber : Kataria, 2004

e) Tawa Pesawat: rentangkan lengan seperti sebuah

pesawat terbang dan terbanglah berkeliling sambil

tertawa (dilakukan apabila lansia bisa berdiri dan

bejalan). Setelah selesai mengucapkan “very good,

very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam

sebanyak 3 kali.

Gambar 2.5. Tawa Pesawat.

Sumber: Kataria, 2004.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

45

f) Tawa bill : pura-pura membuka tagihan kartu kredit

yang besarnya diluar dugaan. Lihat dan kemudian

tertawalah secara histeris. tunjukkan kepada orang

lain tagihan itu dan tertawalah bersama membuang

stres. Setelah selesai mengucapkan “very good, very

good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak

3 kali.

Gambar 2.6. Tawa bill

Sumber: Kataria, 2004.

g) Tawa membuat susu: berpura puralah memegang dua

gelas susu dan sesuai aba-aba leader tuangkan susu

dari satu gelas ke gelas lain sambil mengucap

“aeeee…” dan kemudian tuangan kembali ke dalam

gelas pertama sambil mengucap “aeeee…” setelah itu

tertawa dan meminum susu itu. Setelah selesai

mengucapkan “very good, very good yee” dan diakhiri

dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

46

Gambar 2.7. Tawa Membuat Susu

Sumber: Kataria, 2004.

h) Tawa high-ten: tos dengan kedua belah tangan dan

tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very good,

very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam

sebanyak 3 kali.

Gambar 2.8. Tawa High-Ten.

Sumber: Kataria, 2004.

4. Relaksasi

a. Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan

sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan

menurunkan tangan sambil mengucap “hooo..”.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

47

b. Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan

sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan

menurunkan tangan sambil mengucap “haaa..”.

c. Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan

sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan

menurunkan tangan sambil mengucap “hmm..”.

2.5. Hubungan antar variabel

Penanganan dengan terapi non farmakologis yaitu

yoga ketawa (x) yang dilakukan pada lansia dengan

hipertensi tingkat 2 akan memberi dampak pada adanya

peningkatan hasil hormon endorfin. Horman endorphin

kemudian membuat adanya penurunan limbik yang

merupakan pusat pengaturan emosi. Hormon endorfin ini

merupakan hormon yang menciptakan seseorang menjadi

bahagia, tenang/rileks dan hal ini dapat merangsang saraf

parasimpatis untuk dilatasi pembuluh darah, dengan adanya

dilatasi pembuluh darah tersebut maka terjadilah penurunan

tekanan darah pada lansia (y), (Boedi:2004).

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

48

2.6. Kerangka Teori

Penelitian ini memiliki kerangka teori yang menjelaskan

bagaimana cara kerja / proses penaganan hipertensi, yaitu:

Gambar 2.17. Bagan Kerangka Teori

Penanganan

dengan terapi

farmakologi

Penanganan

dengan terapi non

farmakologi (yoga

tawa)

Lansia dengan hipertensi

Meningkatkan endorfin dan

menghambat kartisol dan

adrenalin

Tubuh memproduksi

nitric oxide

Mempengaruhi tonus

pembuluh darah Fungsi sistem limbik yang

merupakan pusat pengaturan

emosi

Dilatasi pembuluh

darah

Emosi menjadi senang, tenang,

rileks

Penurunan tekanan

darah pada lansia Merangsang saraf

Yoga Ketawa

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

49

Kerangka teori di atas menerangkan bahwa ada 2

penanganan untuk hipertensi yaitu penanganan non farmakologi

(yoga ketawa) dan penanganan farmakologi yang keduanya dapat

diberikan untuk lansia dengan hipertensi. Penanganan non

farmakologi (yoga ketawa) diharapkan dapat meningkatkan

produksi hormon endorfin dan menghambat produksi hormon

kartisol dan adrenalin. Meningkatnya hormon endorfin maka akan

terjadi penurunanan fungsi sistem limbik yang merupakan pusat

pengaturan emosi dan menciptakan emosi menjadi senang, tenang,

dan rileks. Dengan emosi senang, tenang, dan rileks, hal ini akan

merangsang saraf untuk dilatasi pembuluh darah, dan yang

diharapkan akan terjadi penurunan tekanan darah pada lansia.

Begitu halnya penanganan farmakologis yang diberikan

kepada lansia dengan hipertensi. Melalui penanganan farmakologis

maka tubuh akan memproduksi nitrix ocide, dengan itu maka akan

mempengaruhi tonus pembuluh darah dan akan terjadi dilatasi

pembuluh darah. Hal tersebut diharapkan dapat menurukankan

tekanan darah pada lansia (Boedi, 2004).

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

50

2.7. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang

sudah di jelaskan sebelumnya, maka peneliti menarik hipotesis

sebagai berikut:

Ho : Yoga ketawa tidak efektif menurunkan menurunkan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Panti

Wreda Salib Putih Salatiga.

Ha : Yoga ketawa efektif menurunkan menurunkan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi di Panti Wreda Salib

Putih Salatiga.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lansia · lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Vitahealth, 2006). a. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi sendiri

51