Page 1
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Lansia
Manusia akan mengalami perubahan melalui tahap-tahap
perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Hurlock (2001) di
dalam Ekowarni (2012) menyebut bahwa tahap perkembangan
tersebut meliputi periode prenatal, bayi, masa dewasa awal,
dewasa madya, dan lanjut usia. Di antara beberapa tahap
perkembangan di atas, masa lanjut usia adalah masa terakhir
dalam kehidupan manusia sehingga kebahagiaan seharusnya
sudah dapat dirasakan, namun pada masa ini manusia memiliki
berbagai masalah kesehatan terkait penurunan fungsi organ akibat
aging proces, yang menghalangi manusia untuk memiliki kehidupan
yang bahagia pada masa ini.
Masa usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya
tidak bisa dihindari oleh siapapun. Potter dan Perry (2005)
menjelaskan bahwa lansia merupakan masa dewasa tua (lansia)
dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Undang-undang republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia BAB I pasal 1, yang dimaksud
dengan lanjut usia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun.
Page 2
14
Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih bisa melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilakn barang dan
atau jasa. Lanjut usia yang tidak potensial yaitu lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain.
Menurut WHO lansia merupakan orang yang sudah berumur
60 tahun ke atas atau orang yang sudah pensiun dari
pekerjaannya. Sari (2004) dalam Destur (2015) mengemukakan
bahwa usia lanjut yang memiliki kesempatan bertemu dengan
teman sebaya dapat membuka kesempatan pada individu usia
lanjut untuk belajar dari pengalaman hidup individu lain dan
menginterprestasikannya kembali pengalaman hidupnya sehingga
akan membantu individu tersebut dalam mengontrol pengalaman
emosi yang positif atau negatif. Seorang lanjut usia yang memiliki
teman akan merasa memiliki dukungan sosial di luar keluarganya,
menimbulkan perasaan dihargai dan diinginkan meskipun mereka
sudah mengalami kemunduran dan keterbatasan.
Destur (2015) menyebut batasan–batasan lansia, namun
yang paling sering digunakan sebagai dasar menentukan batasan
lansia yaitu menurut WHO (1999) yang menyebutkan:
1. Usia lanjut (Ederly) antara 60 – 74 tahun.
2. Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun.
3. Usia sangat tua (Very Old) di atas 90 tahun
Page 3
15
Adapun gambaran tugas-tugas perkembangan masa
dewasa lanjut menurut Havighurst (1990-1991) dalam Niswati
(2014):
1. Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun, menerima
bawa adanya penurunan fungsi organ seperti otot, pendengaran,
dan mata.
2. Menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan
relasi dengan teman kelompok sebaya
3. Kewajiban-kewajiban sosial dan warga negara, lansia sudah
tidak dapat lagi mengikuti kegiatan sosialnya dalam masyarakat
seperti PKK untuk perempuan.
4. Penyesuaian dengan gaji yang berkurang dan keadaan pensiun
5. Merealisasikan keadaan hidup fisik yang sesuai
Sehingga lansia akan mengalami berbagai hambatan
mobilitas dalam memenuhi tugas perkembangannya terkait
keterbatasan fisik yang sedang dialami.
2.2. Pengertian Hipertensi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) dalam
Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Semester I (2013),
menyebutkan 10 besar penyakit yang dialami lansia pada tahun
2010 salah satunya yaitu hipertensi. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI (2011) mendefinisikan hipertensi yaitu
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
Page 4
16
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam waktu cukup lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke bila tidak terdeteksi secara dini dan
mendapatkan pengobatan yang memadai). Hipertensi juga
dikatakan sebagai silent killer karena gejala dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama pada gejala lainnya.
Gejala yang timbul pada penderita hipertensi adalah sakit
kepala/rasa berat ditekuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah
lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan
(Vitahealth, 2006).
a. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi sendiri memiliki beberapa kategori yang
menentukan nilai normal, pre hipertensi, hipertensi derajat I
dan hipertensi derajat II. Berikut merupakan klasifikasi tekanan
darah manusia:
Page 5
17
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dari Joint
National Committee(JNC)*VII:2003
Kategori Sistolik (mmHg) Dan/Atau Diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre-
hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi derajat 1
140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2
160 atau >160 Atau 100 atau
>100
Sumber: U.S. Department Of Health And Human Services
Klasifikasi tekanan darah dari Joint National
Committee(JNC)*VII:2003, menjelaskan bahwa ada empat
kategori tekanan darah, yaitu tekanan darah normal dengan
sistolik <200 mmHg dan diastolik < 80 mmHg, pre-hipertensi
yaitu dengan sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89
mmHg, hipertensi derajat 1 yaitu dengan sistolik 140-159
mmHg atau 90-99 mmHg dan yang terakhir hipertensi
derajat 2 dengan sistolik 160 atau > 160 mmHg atau
diastolik 100 atau >100 mmHg.
Page 6
18
Tabel. 2.2. Hipertensi Menurut Kelompok Umur Berbeda
Kelompok Usia Normal (mmHg)
Hipertensi (mmHg)
Bayi 80/40 90/60
Anak (7-11 th) 10/60 120/90
Remaja (12-17 th)
115/70 120/80
Dewasa 20-45 th 45-65 th
>65
120-125/75-80
135-140/85 150/85
135/90
140/90-160/95 160/95
Sumber : Tambayong, 2000. Pada penelitian ini, yang menjadi fokus adalah lansia
yang berusia > 60 tahun dengan hipertensi grade II/ derajat II.
b. Patofisiologi Hipertensi pada Lansia
Kuswardhani (2006) menjelaskan bahwa tekanan
darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) akan
meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Kuswardhani
2006 menyebut hal ini terjadi karena adanya perubahan pada
pembuluh darah, misalnya adanya perubahan sifat elastisitas
dari pembuluh darah yang berkurang sehingga dinding
pembuluh darah menjadi kaku, keadaan ini menyebabkan
penyempitan dari pembuluh darah serta aliran darah ke jaringan
dan organ menjadi berkurang. Kombinasi perubahan ini sangat
mungkin mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah`
dan penurunan kelenturan (compliance) arteri sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.
Page 7
19
Kuswardhani (2006) menyebut mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Peningkatan
penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar dan
penurunan elastisitas pembuluh darah. Perubahan ini
menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah
besar yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.
Kuswardhani (2006) menyebut sensitivitas baroreseptor
juga berubah seiring dengan perubahan umur. Baroreseptor
adalah kumpulan ujung saraf sensoris yang terletak di sinus
arteri karotis (percabangan arteri karotis) dan arkus aorta yang
bertugas mengendalikan perubahan tekanan darah dalam tubuh.
Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat
pada pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas
baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,
yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi
hipotensi ortostatik. Refleks postural adalah suatu respon
efferent terhadap stimulus afferent. Respon efferent adalah saraf
motorik dan antigravity muscle sebagai efektor utama. Stimulus
Page 8
20
afferent berasal dari reseptor-reseptor yang paling penting yaitu:
otot (muscle spindle), sendi, mata, telinga, dan juga melibatkan
receptor kulit khususnya kulit di telapak kaki. Sistem saraf pusat
yang mengontrol refleks postural adalah cortex cerebri,
cerebellum, red nucleus dan nucleus vestibular. Perubahan
keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik dan vasokonstriksi
adrenergik akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi
dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi natrium
yang diakibatkan dari peningkatan asupan dan penurunan
sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun
ditemukan penurunan renin plasma dan respons renin terhadap
asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai
peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia.
c. Faktor Penyebab Hipertensi
Hipertensi tidak terjadi begitu saja di dalam tubuh,
tentunya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
hipertensi menurut Manik (2012):
1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua
seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Arteri
kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya seiring
bertambahnya umur. Bertambahnya umur, risiko terjadinya
Page 9
21
hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada
segala umur, namun paling sering dijumpai pada orang
berumur 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh
darah, dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai
faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
2. Hereditas (Keturunan)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi
(faktor keturunan) mempertinggi risiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi
2-5 kali lipat. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2007)
dalam Maysa (2016) menunjukkan bahwa tekanan darah
seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah
orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah
dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan
bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor
lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan
besar dalam menentukan tekanan darah.
3. Stres
Manik (2012) menyebut hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis,
Page 10
22
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung,
cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar adrenal
melepaskan hormon adrenalin yang dihasilkan di kelenjar
adrenal dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis.
4. Pola Makan
Manik (2012) menyebut mengonsumsi garam,
pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung,
dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar
tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.
Lemak trans (ditemukan pada makanan yang
diproses, misalnya biskuit dan margarin) dan lemak jenuh
(ditemukan pada mentega, cake, pasta, biskuit, produk
daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Kolesterol ada 2 macam, yaitu Low
Page 11
23
Density Lypoprotein (LDL) dan High Density Lypoprotein
(HDL). Low Density Lypoprotein (LDL) sering dikenal
dengan kolesterol jahat, hal ini dikarenakan Low Density
Lypoprotein (LDL) akan meninggalkan endapan kolesterol di
dinding pembuluh arteri dalam bentuk plak lemak saat
melewati arteri, yang dapat meradang dan mempersempit
dinding pembuluh darah, menyebabkan gumpalan darah.
Kelebihan kolesterol Low Density Lypoprotein (LDL) tidak
akan diproses oleh hati, dan akan semakin mempercepat
untuk menumpuk pada plak diarteri. Akibatnya, tingginya
kadar kolesterol Low Density Lypoprotein (LDL) dalam darah
dapat menyebabkan darah tinggi. Kolesterol yang terlalu
tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan
dapat menyumbat peredaran darah.
Manik (2012) menyebut High Density Lypoprotein
(HDL) sering juga disebut sebagai kolesterol baik. Kolesterol
baik bertugas untuk mengumpulkan kelebihan kolesterol
Low Density Lypoprotein (LDL) diarteri,dan kemudian
mengembalikannya ke hati untuk di daur ulang atau
dihilangkan. Misi baiknya adalah untuk menjaga arteri tetap
bersih dan saluran pembuluh darah menjadi lega, sehingga
darah mengalir dengan lancar.
Page 12
24
5. Gaya Hidup
a. Olahraga Tidak Terarur
Vitahealth (2006) menyebut orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung
yang lebih tinggi karena otot-otot jantung tidak terbisa
memompa darah dengan keras, sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
b. Kebiasaan Merokok
Suyono (2001) dalam Mukhibbin (2012)
menyebut bahwa selain dari lamanya kebiasaan
merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada
jumlah rokok yang diisap perhari. Seseorang lebih dari
satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-
zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida
yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel (lapisan sel epitel
yang melapisi rongga jantung dan pembuluh darah)
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab
Page 13
25
meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan
pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat
kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.
Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah
merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik
maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit
setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek
nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga
akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok
berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
sepanjang hari. Sampai saat ini tidak ada sumber
manapun yang menuliskan ideal seseorang merokok
dalam sehari, yang artinya sebaiknya seseorang akan
lebih baik apabila tidak merokok.
Page 14
26
c. Alkohol
Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman
beralkohol perhari meningkatkan risiko mendapat
hipertensi sebesar dua kali. Laurence (2000) dalam
Novian (2013) menyebut efek dari konsumsi alkhohol
juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan
sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat
memicu kenaikan tekanan darah. Namun sudah
menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang,
minum minuman beralkohol berlebihan akan merusak
jantung dan organ-organ lain.
d. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran
mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi
lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini
berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh
darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan
juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
Page 15
27
tubuh menahan natrium dan air. Nuraini (2014)
menyebut bahwa risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
30% memiliki berat badan lebih.
d. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan terjadi
komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut menurut
Malik (2012), yaitu:
a) Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya
gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan
semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung
tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru
sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Page 16
28
b) Otak
Dalimarta (2008) menyebut Komplikasi hipertensi pada
otak, menimbulkan risiko stroke. Tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus)
adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di
arteri otak terganggu. Otak menjadi kekurangan oksigen dan
nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat
pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah. Penyebab
utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini
menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak.
c) Ginjal
Ginjal memiliki fungsi penting dalam tubuh,
Bobsusanto (2015) menyebut fungsi ginjal diantaranya yaitu
membentuk urin dan mengeluarkan zat-zat beracun, menyaring
atau membersihkan darah, dan menjaga keseimbangan air.
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal. Hipertensi
menghambat proses penyaringan dalam ginjal bekerja dengan
baik. Kondisi ini merusak ginjal dengan menekan pembuluh
darah kecil dalam organ tersebut, akibatnya lambat laun ginjal
tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
Page 17
29
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di
dalam tubuh.
d) Mata
Dalimarta (2008) menyebut tekanan darah tinggi dapat
mempersempit atau menyumbat arteri di mata, sehingga
menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang
sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit
vaskular retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan
merupakan indikator awal penyakit jantung.
e. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi bertujuan untuk mencegah
terjadinya mordibilitas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Penanganan tersebut dapat digolongkan
menjadi penanganan non farmakologis dan farmakologis.
a) Non-farmakologis
Penatalaksanaan non-farmakologis dapat dilakukan
dengan cara memodifikasi gaya hidup. Cara ini cukup efektif
karena dapat menurunkan resiko kardivaskuler dengan
biaya sedikit dan resiko minimal. Modifikasi gaya hidup tetap
dianjurkan untuk semua derajat hipertensi, meski harus
disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah
dan dosis obat.
Page 18
30
Pengobatan nonfarmakologis dengan memodifikasi
gaya hidup meliputi :
1) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan
(indeks masa tubuh >= 27 pada orang dewasa), hal ini
dilakukan karena makin besar massa tubuh, makin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen
dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume
darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri.
2) Dalimarta (2008) menyebut membatasi alkohol, efek
dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi
karena adanya peningkatan penghasilan hormon
katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu
kenaikan tekanan darah. Hormon katekolamin ini yang
menjadi vasokonstriktor pada saat terjadinya
penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan
resistensi sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Hormon ini di produksi di kelenjar adrenal.
3) Vitahealth (2006) menyebut mengurangi asupan
natrium (<100 mmol Na/ 2,4 g Na/ 6 g NaCl/ hari), saat
kadar garam berlebih tubuh akan berusaha
menetralkannya, yaitu dengan menstimulus otak untuk
Page 19
31
merasakan haus, sehingga mendorong manusia untuk
banyak meminum air. Dengan demikian volume darah
akan bertambah karena sifat garam adalah mengikat
air, ia akan mempertahankan air di dalam darah
sehingga volume darah akan bertambah. Pertambahan
volume darah akibat banyaknya kandungan air ini
seharusnya akan di buang oleh ginjal melalui air seni.
Namun karena garam jugalah, air ini akan
dipertahankan oleh tubuh akibat sifat garam yang lain
yaitu anti-diuretik, yang menyebabkan ginjal menyerap
kembali sebagian besar air yang telah disaringnya
sebelum dikeluarkan menjadi air kemih. Masuknya air
dalam jumlah besar ke dalam pembuluh darah
menyebabkan volume darah yang ada dalam sistem
peredaran darah bertambah. Apabila volume darah
meningkat otomatis aliran darah juga akan meningkat.
Sedangkan ukuran pembuluh darah akan tetap.
Akibatnya akan terjadi tekanan darah yang berlebih di
dinding pembuluh darah yang menjadi sebab utama dari
penyakit hipertensi.
4) Dalimarta (2008) menyebut merokok sebaiknya
dihindari, karena di dalam rokok ada suatu zat yang
bernama nikotin, zat nikotin dapat ditemukan di
Page 20
32
tembakau pada rokok. Nikotin ini akan menyebabkan
meningkatnya tekanan darah saat isapan pertama.
5) Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan menjadi cara pencegahan untuk hipertensi,
lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry,
biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol
yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit
arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah.
b) Farmakologis
Beberapa obat mempunyai efek langsung maupun
tidak langsung terhadap tekanan darah. Berikut contoh
obat hipertensi/obat tekanan darah tinggi:
Page 21
33
Tabel. 2.3. Jenis Golongan Obat, Nama Obat, Efek Samping
Golongan Obat
Nama Obat Efek Samping
Diuretik Chlorthalidone, Hydrochlorthiazide,
Indapamide
Sering buang air kecil, sekurangan
sodium
Beta-blockers
Metoprolol,atenol, Nebivolol
Fatique,depresi
Alpha blockers
Prazocin,dexazocin Tekanan darah rendah, pusing
Calcium agonists
Clonidine, methyldopa
Hipertensi makin tinggi jika salah
dosis, mulut kering, batuk.
Calcium channel blockers
Amplodipine, diltiazem
Kaki bengkak.
Angiotensin converting
enzim (ACE) inhibitors
Lisinopril, captopril, ramipril
Batuk kering, meningkatkan
postasium darah, bibir dan lidah
bengkak ( rekasi serius)
Angiotensin recepto blockers
Telmisartan, olmisartan
Meningkatkan potasium dalam
darah
Vasodilator Minoxidil, hydralazine
Pembengkakan kaki.
Sumber: Kuncoro, 2015.
Page 22
34
Ada sembilan jenis obat-obatan yang dapat mengobati
tekanan darah tinggi atau obat hipertensi menurut Kuncoro
(2015), yaitu:
1) Centrally-acting alpha adrenergics
Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat (otak). Menurunkan
tekanan darah dengan mengurangi beberapa zat/senyawa kimia
dalam darah, dengan demikian pembuluh darah akan menjadi lebih
rileks dan membuat jantung berdetak lebih santai dan lebih mudah.
2) Beta blockers
Obat ini bekerja pada jantung. Menarget reseptor beta yang
ditemukan pada sel-sel dari otot-otot jantung, otot halus, dan
jaringan lainnya. Fungsi utama beta-blockers adalah melemahkan
tekanan dari hormon stres yang terdapat pada jantung.
3) Calcium Channel Blockers
Obat ini bekerja pada jantung. Mengacaukan pergerakan
kalsium yang masuk ke dalam pembuluh darah dan sel-sel jantung,
membuat pembuluh darah menjadi lebih rileks dan jantung akan
berdetak lebih santai dan/atau lebih mudah.
4) Peripherally acting alpha-adrenergics blocked.
Obat ini bermanfaat untuk jantung. menghentikan hormon-
hormin dari pengencangan otot dalam dinding atau arteri yang lebih
kecil. Obat ini akan membuat pembuluh darah arteri lebih terbuka
dan rileks, meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan.
Page 23
35
5) Vasodilator
Obat ini bermanfaat untuk jantung. Membantu pelebaran
pembuluh darah, yang menghasilkan relaksasi dari sel-sel otot
halus di sekitar pembuluh darah. Saat pembuluh darah
melebar, aliran darah akan meningkat karena hambatan
berkurang. Pelebaran pembuluh darah arteri akan membantu
penurunan tekanan darah.
6) Penghambat ACE ( Angiotensin-Converting enzyme inhibitors)
Obat ini bekerja pada pembuluh darah. Memperlambat
produksi sebuah hormon yang bernama angiotensin II yang
mempersempit pembuluh darah. Obat ini akan memperlebar
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
7) Angiotensin II Receptor Blockers
Obat ini bekerja pada pembuluh darah. Memblok efek dari
hormon angiotensin II pada pembuluh darah. Obat ini
merupakan alternatif dari terapi penghambat ACE.
8) Penghambat renin (Renin Inhibitors)
Obat ini bekerja pada pembuluh darah. Memblok enzim renin
yang memproduksi angiotensin II.
9) Diuretik (Diuretics)
Obat ini bekerja pada ginjal dan kandung kemih. Membantu
membersihkan tubuh dari air dan garam. Obat in bekerja
dengan membuat ginjal menempatka sodium lebih banyak ke
Page 24
36
dalam urin. Sodium pada akhirnya, mengambil air dalam darah.
Hal ini membantu mengurangi jumlah cairan yang mengalir
pada pembuluh darah, yang akan mengurangi tekanan pada
dinding pembuluh darah arteri.
Selain itu ada beberapa obat yang memiliki efek secara
langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan
tekanan darah, antara lain berbagai jenis kontrasepsi oral,
golongan glukokortikoid, adrenalin (epinephrine), golongan β-
adrenergik reseptor (dopamin dan dobutamin), dan cairan infus
yang mengandung sodium.
2.3. Sejarah Yoga
Menurut Prawira (2014) menyebut tidak ada catatan tertulis
dan resmi siapa orang yang menemukan olahraga ini untuk
pertama kali. Sebab, yoga dilakukan untuk pertama kali oleh para
yogi (sebutan untuk praktisi yoga) jauh sebelum laporan tertulis itu
muncul.
Selama ribuan tahun, para yogi ini menurunkan ilmunya
kepada para muridnya, yang pada akhirnya membuat olahraga
yoga masuk ke dalam sekolah-sekolah yang dibawa langsung oleh
para anak didik tersebut.
Yoga merupakan disiplin fisik, lambang spiritual kuno, serta
cabang filsafat yang berasal dari India dan sudah ada sejak 5.000
Page 25
37
tahun yang lalu. Kata yoga sendiri berasal dari bahasa sanksekerta
“yuj”(yang berarti kuk) atau bisa diartikan bergabung atau bersatu.
Bahkan, salah satu sekolah yoga, Lyengar mendefinisikan
“yuj” sebagai mengintegrasikan semua aspek individu, mulai dari
tubuh dengan pikiran sampai pikiran dengan jiwa, untuk mencapai
kehidupan yang bahagia, seimbang, dan berguna.
Ada juga yang menyebutkan bahwa yoga pertama kali
dicetuskan oleh Patanjali, seseorang yang dianggap bijak yang
tinggal di suatu tempat, dan hidup sekitar 2.000 sampai 2.500 tahun
yang lalu.
Kala itu Patanjali menulis Yoga Sutra dalam Bahasa
Sanksekerta, yang merupakan prinsip-prinsip, filosofi, serta praktik-
praktik yoga yang masih diikuti sampai hari ini.
Medicinenet menyebutkan bahwa meski sudah banyak
sekolah yoga berkembang selama berabad-abad, semuanya tidak
mengubah prinsip dasar dari yoga itu sendiri. Bahkan yoga pun
sudah banyak dipakai oleh para umat Budha sebagai teknik
membuang stres dalam diri.
Yoga semakin berkembang hingga saat ini, sampailah
kepada ide seseorang dokter asal India yang bernama Madan
Kataria, Madan berpendapat bahwa tawa sebagai obat terbaik.
Hingga mulailah ia membentuk klub tawa pertama kali dengan
hanya lima orang pada tanggal 13 Maret 1995 di sebuah taman
Page 26
38
umum di Mumbai India. Sekarang, klub ini sudah berkembang
menjadi gerakkan tawa sedunia.
2.4. Pengertian Yoga Ketawa
Yoga ketawa adalah latihan yang menggabungkan tawa
tanpa syarat dengan pernapasan yoga (Pranayama). Gagasan
yoga ketawa ini ditemukan oleh Kataria pada tahun 2004, seorang
dokter dari Mumbai, India, yang dibantu oleh istrinya, Madhuri,
seorang instruktur yoga. Konsep yoga tawa didasarkan pada filosofi
motion creates emotions, yaitu apabila seseorang membuat
tubuhnya memerankan kebahagiaan, maka perasaan dan pikiran
akan mengikutinya. Latihan yoga ketawa pertama kali
diperkenalkan di sebuah taman pada tanggal 13 Maret 1995 yang
diikuti oleh 5 orang pejalan kaki, tetapi sekarang telah menjadi
fenomena di seluruh dunia dengan lebih dari 6000 klub yoga
ketawa di 60 negara.
Pengertian lain dari yoga ketawa adalah salah satu cara
untuk mencapai kondisi rileks. Desinta (2013) menyebut tertawa
merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf simpatik dan juga
penurunan kerja sistem saraf simpatik. Peningkatannya berfungsi
untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini
kemudian juga diikuti oleh penurunan sistem saraf simpatik yang
salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan kondisi otot yang
menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap nitric
Page 27
39
oxide (senyawa kimia yang penting untuk tranportasi sinyal listrik
didalam sel-sel) yang membawa pada pelebaran pembuluh darah,
sehingga rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar
20%.
Yoga ketawa dilakukan dengan cara mengajak klien
melakukan aktivitas tertawa dengan melibatkan perilaku dan
gerakan tubuh yaitu dengan melakukan latihan teknik tawa untuk
memunculkan tertawa alami lewat perilakunya sendiri tanpa adanya
humor. Individu akan berlatih melakukan gerakan motorik dan suara
tertawa, yang akhirnya berakhir pada kondisi fisiologis. Mengacu
kepada facial feedback hipotesis maka perubahan ekspresi/
gerakan wajah dapat menimbulkan perasaan/emosi yang sama.
Perasaan bahagia akan menimbulkan dampak relaksasi yang dapat
menurunkan emosi seseorang. Beberapa penelitian terhadap terapi
tawa menunjukkan, bahwa terapi tawa memiliki dampak psikologis
dan fisiologis, terkait stres, efikasi diri, dan tekanan darah.
Kataria (2004) menyebutkan dalam bukunya bahwa waktu
yang tepat untuk melakukan kegiatan yoga tawa ini yaitu saat pagi
hari antara pukul 06.00-07.00, jumlah total latihan pernafasan,
tawa, dan peregangan sebaiknya tidak lebih dari 15-20 menit. Yoga
ketawa baik dilakukan pagi hari karena beberapa alasan, yang
pertama selalu lebih baik apabila kita jika mengawali hari dengan
tawa, dengan begitu kita akan terus bersemangat dan mempunyai
Page 28
40
suasana yang enak sepanjang hari. Kedua karena alasan tingkat
polusi terendah kota besar terjadi pada pagi hari.
Yoga ketawa tentunya dilakukan karena memiliki berbgai
keuntungan yang baik untuk tubuh. Keuntungan dari yoga ketawa
yaitu:
a. Suasana hati yang baik dan tertawa lebih: yoga ketawa
membantu untuk mengubah suasana hati dalam beberapa menit
dengan melepaskan bahan kimia tertentu dari sel-sel otak yang
disebut endorfin (zat biokimia yang dibuat oleh tubuh yang dapat
membantu mengurangi tingkat rasa sakit). Seseorang akan tetap
ceria dan dalam suasana hati yang baik sepanjang hari dan akan
tertawa lebih dari yang biasa lakukan.
b. Mengontrol tekanan darah dan penyakit jantung
Eksperimen yang telah dilakukan membuktikan bahwa yoga
ketawa dapat mengurangi pelepasan hormon-hormon berlebih
yang berhubungan dengan stres dan memberikan relaksasi,
sehingga mampu menurunkan 10-20 mmHg tekanan setelah
penderita mengikuti 10 menit sesi yoga tawa. Hormon-hormon
tersebut yaitu adrenalin, norepinephrine, dan kartisol. Selain itu,
yoga ketawa dapat memperbaiki sirkulasi darah dan pasokan
oksigen ke otot-otot jantung, sehingga penggumpalan darah
akan berkurang.
Page 29
41
c. Latihan sehat untuk mengatasi stres: yoga ketawa adalah
seperti latihan aerobik (cardio workout) yang membawa lebih
banyak oksigen ke tubuh dan otak sehingga membuat orang
merasa lebih energik dan santai.
d. Manfaat kesehatan: yoga ketawa mengurangi stres dan
memperkuat sistem kekebalan tubuh seseorang. Adanya sistem
imun yang kuat maka tidak akan mudah jatuh sakit dan jika
seseorang memiliki beberapa kondisi kesehatan kronis, maka
akan lebih cepat sembuh.
e. Kualitas hidup: tertawa adalah energi positif yang membantu
orang untuk berhubungan dengan orang lain dengan cepat dan
meningkatkan hubungan. Jika seseorang tertawa lebih banyak,
seseorang itu akan menarik banyak teman.
f. Sikap positif di waktu sulit: setiap orang bisa tertawa ketika hidup
baik. Tertawa membantu menciptakan kondisi mental yang
positif untuk menghadapi situasi sulit. Ini memberikan harapan
dan optimisme untuk mengatasi masa-masa sulit.
Yoga ketawa tidak dilakukan dengan metode yang
sembarangan, tentunya memiliki metode-metode yang benar dalam
melakukan yoga ketawa. Adapun metode yang digunakan dalam
melakukan yoga ketawa. Yoga ketawa membutuhkan waktu 20-30
menit (maksimum). Langkah-langkah yang akan dilakukan pada
penelitian ini :
Page 30
42
1. Pemanasan/Peregangan
Pemanasan yang dimaksud lansia posisi duduk lalu
menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, menundukkan
kepala dan ke atas, lalu kaki dan tangan di gerakkan.
2. Tepuk tangan
Tepuk tangan sambil mengucapkan HoHo-Ha-Ha-Ha
dengan durasi waktu ± 1 menit dan setelah selesai
mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
setinggi bahu.
3. Senam ketawa
a) Tawa sapaan: Tertawa dengan mengatupkan kedua
telapak tangan dan menyapa holywood kepada teman
di samping kiri dan kanan. Setelah selesai
mengucapkan “very good, very good yee” dan diakhiri
dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
Gambar 2.1 Tawa Sapaan.
Sumber : Kataria, 2004.
Page 31
43
b) Tawa singa: Julurkan lidah sepenuhnya dengan mata
terbuka lebar dan tangan teracung seperti cakar singa
dan tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very
good, very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
Gambar 2.2. Tawa Singa
Sumber: Kataria, 2004.
c) Tawa ponsel: Berpura-puralah memegang sebuah
ponsel dan coba untuk tertawa sambil membuat
berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling
dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.
Setelah selesai mengucapkan “very good, very good
yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
Gambar 2.3. Tawa ponsel
Sumber: Kataria,2004.
Page 32
44
d) Tawa Apresiasi : Berkeliling (jika bisa berdiri) sambil
mengacungkan dua jempol sambil tertawa untuk
menyampaikan penghargaan kepada peserta lainya.
Setelah selesai mengucapkan “very good, very good
yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
.
Gambar 2.4. Tawa Apresiasi.
Sumber : Kataria, 2004
e) Tawa Pesawat: rentangkan lengan seperti sebuah
pesawat terbang dan terbanglah berkeliling sambil
tertawa (dilakukan apabila lansia bisa berdiri dan
bejalan). Setelah selesai mengucapkan “very good,
very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
Gambar 2.5. Tawa Pesawat.
Sumber: Kataria, 2004.
Page 33
45
f) Tawa bill : pura-pura membuka tagihan kartu kredit
yang besarnya diluar dugaan. Lihat dan kemudian
tertawalah secara histeris. tunjukkan kepada orang
lain tagihan itu dan tertawalah bersama membuang
stres. Setelah selesai mengucapkan “very good, very
good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak
3 kali.
Gambar 2.6. Tawa bill
Sumber: Kataria, 2004.
g) Tawa membuat susu: berpura puralah memegang dua
gelas susu dan sesuai aba-aba leader tuangkan susu
dari satu gelas ke gelas lain sambil mengucap
“aeeee…” dan kemudian tuangan kembali ke dalam
gelas pertama sambil mengucap “aeeee…” setelah itu
tertawa dan meminum susu itu. Setelah selesai
mengucapkan “very good, very good yee” dan diakhiri
dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
Page 34
46
Gambar 2.7. Tawa Membuat Susu
Sumber: Kataria, 2004.
h) Tawa high-ten: tos dengan kedua belah tangan dan
tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very good,
very good yee” dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
Gambar 2.8. Tawa High-Ten.
Sumber: Kataria, 2004.
4. Relaksasi
a. Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan
menurunkan tangan sambil mengucap “hooo..”.
Page 35
47
b. Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan
menurunkan tangan sambil mengucap “haaa..”.
c. Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan
menurunkan tangan sambil mengucap “hmm..”.
2.5. Hubungan antar variabel
Penanganan dengan terapi non farmakologis yaitu
yoga ketawa (x) yang dilakukan pada lansia dengan
hipertensi tingkat 2 akan memberi dampak pada adanya
peningkatan hasil hormon endorfin. Horman endorphin
kemudian membuat adanya penurunan limbik yang
merupakan pusat pengaturan emosi. Hormon endorfin ini
merupakan hormon yang menciptakan seseorang menjadi
bahagia, tenang/rileks dan hal ini dapat merangsang saraf
parasimpatis untuk dilatasi pembuluh darah, dengan adanya
dilatasi pembuluh darah tersebut maka terjadilah penurunan
tekanan darah pada lansia (y), (Boedi:2004).
Page 36
48
2.6. Kerangka Teori
Penelitian ini memiliki kerangka teori yang menjelaskan
bagaimana cara kerja / proses penaganan hipertensi, yaitu:
Gambar 2.17. Bagan Kerangka Teori
Penanganan
dengan terapi
farmakologi
Penanganan
dengan terapi non
farmakologi (yoga
tawa)
Lansia dengan hipertensi
Meningkatkan endorfin dan
menghambat kartisol dan
adrenalin
Tubuh memproduksi
nitric oxide
Mempengaruhi tonus
pembuluh darah Fungsi sistem limbik yang
merupakan pusat pengaturan
emosi
Dilatasi pembuluh
darah
Emosi menjadi senang, tenang,
rileks
Penurunan tekanan
darah pada lansia Merangsang saraf
Yoga Ketawa
Page 37
49
Kerangka teori di atas menerangkan bahwa ada 2
penanganan untuk hipertensi yaitu penanganan non farmakologi
(yoga ketawa) dan penanganan farmakologi yang keduanya dapat
diberikan untuk lansia dengan hipertensi. Penanganan non
farmakologi (yoga ketawa) diharapkan dapat meningkatkan
produksi hormon endorfin dan menghambat produksi hormon
kartisol dan adrenalin. Meningkatnya hormon endorfin maka akan
terjadi penurunanan fungsi sistem limbik yang merupakan pusat
pengaturan emosi dan menciptakan emosi menjadi senang, tenang,
dan rileks. Dengan emosi senang, tenang, dan rileks, hal ini akan
merangsang saraf untuk dilatasi pembuluh darah, dan yang
diharapkan akan terjadi penurunan tekanan darah pada lansia.
Begitu halnya penanganan farmakologis yang diberikan
kepada lansia dengan hipertensi. Melalui penanganan farmakologis
maka tubuh akan memproduksi nitrix ocide, dengan itu maka akan
mempengaruhi tonus pembuluh darah dan akan terjadi dilatasi
pembuluh darah. Hal tersebut diharapkan dapat menurukankan
tekanan darah pada lansia (Boedi, 2004).
Page 38
50
2.7. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang
sudah di jelaskan sebelumnya, maka peneliti menarik hipotesis
sebagai berikut:
Ho : Yoga ketawa tidak efektif menurunkan menurunkan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Panti
Wreda Salib Putih Salatiga.
Ha : Yoga ketawa efektif menurunkan menurunkan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi di Panti Wreda Salib
Putih Salatiga.