BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu (Morinda citrifolia) 2.1.1 Sejarah Tanaman Mengkudu Menurut Waha (2009), tanaman mengkudu berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM, penduduk Asia Tenggara bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia, mereka membawa hewan dan tanaman yang dianggap sangat penting, termasuk mengkudu. Mengkudu oleh orang Polinesia dikenal dengan nama Noni. Orang Polinesia biasa menggunakan tanaman mengkudu untuk mengobati berbagai macam penyakit antara lain tumor, luka kulit, gangguan pernafasan (termasuk asma), demam, dan penyakit usia lanjut. Para tabib Polinesia selalu menggunakan mengkudu dalam setiap resep pengobatannya. Menurut Guppy ilmuwan yang mempelajari tentang mengkudu sekitar tahun 1900, 60% dari 80 spesies tanaman mengkudu tumbuh di pulau-pulau di Indonesia, Malaysia, dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan Lautan Pasifik. Dari 80 spesies yang ada, hanya 20 spesies yang mempunyai nilai ekonomi. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga disebut Queen of the Morinda (Waha, 2009). 7 Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
20
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu (Morinda citrifoliarepository.ump.ac.id/6125/3/Andi Dwi Hermawan_BAB II.pdf2.1.3 Ciri-ciri Umum Tanaman Mengkudu a. Batang Mengkudu merupakan tanaman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengkudu (Morinda citrifolia)
2.1.1 Sejarah Tanaman Mengkudu
Menurut Waha (2009), tanaman mengkudu berasal dari Asia
Tenggara. Pada tahun 100 SM, penduduk Asia Tenggara bermigrasi dan
mendarat di kepulauan Polinesia, mereka membawa hewan dan tanaman yang
dianggap sangat penting, termasuk mengkudu. Mengkudu oleh orang
Polinesia dikenal dengan nama Noni. Orang Polinesia biasa menggunakan
tanaman mengkudu untuk mengobati berbagai macam penyakit antara lain
tumor, luka kulit, gangguan pernafasan (termasuk asma), demam, dan
penyakit usia lanjut. Para tabib Polinesia selalu menggunakan mengkudu
dalam setiap resep pengobatannya.
Menurut Guppy ilmuwan yang mempelajari tentang mengkudu sekitar
tahun 1900, 60% dari 80 spesies tanaman mengkudu tumbuh di pulau-pulau di
Indonesia, Malaysia, dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan
Lautan Pasifik. Dari 80 spesies yang ada, hanya 20 spesies yang mempunyai
nilai ekonomi. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga
disebut Queen of the Morinda (Waha, 2009).
7
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
8
Orang-orang Eropa pada tahun 1849 menemukan manfaat lain
tanaman mengkudu yaitu sebagai zat pewarna, karena kandungan Morindon
dan Morindin yang terdapat pada akar. Penelitian tentang pemanfaatan
mengkudu terus dilakukan, mulailah ditemukan zat antibakteri pada tanaman
mengkudu pada tahun 1950. Selanjutnya sekitar tahun 1960-1980 dilakukan
riset-riset untuk membuktikan bahwa tanaman mengkudu dapat menurunkan
tekanan darah. Pada tahun 1972 ahli Biokimia Dr. Ralph Heinicke mulai
melakukan penelitian tentang xeronine dalam mengkudu dan pada tahun 1993
ditemukan zat antikanker (damnacanthal) dalam buah mengkudu (Waha,
2009).
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Mengkudu
Menurut van Steenis (2008), mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Familia : Rubiaceae
Genus : Morinda
Species : Morinda citrifolia
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
9
2.1.3 Ciri-ciri Umum Tanaman Mengkudu
a. Batang
Mengkudu merupakan tanaman tahunan (perennial). Ukuran
batang mengkudu tidak begitu besar dibandingkan dengan tanaman
tahunan lainnya. Tingginya bisa mencapai 4-6 meter. Bentuk batang
umumnya bengkok, berdahan kaku, mempunyai banyak ranting yang
bersegi empat, dan memiliki akar tunggang (Wijayakususma, 2007). Kulit
batang kasar, kulit batang berwarna coklat keabu-abuan atau coklat
kekuningan dan tidak berbulu. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun
(evergreen). Kayunya sangat mudah dibelah ketika sudah kering
(Tajoedin dan Iswanto, 2009).
b. Daun
Daun mengkudu berbentuk bulat telur atau lonjong dengan ujung
meruncing (lanset), bertangkai dengan lebar 8-15 cm dan panjang 10-20
cm. Warna daunnya hijau mengkilap dan tidak berbulu. Tepi daunnya
bergelombang dengan ujung daun lancip. Letak Daun mengkudu
berhadap-hadapan secara bersilang (Wijayakususma, 2007). Pangkal daun
berbentuk pasak dengan ukuran 0,5-2,5 cm dan tulang daunnya menyirip.
Daun mengkudu mempunyai rasa agak pahit, tetapi mengandung vitamin
A yang tinggi yakni 6000 SI/100 g (Tajoedin dan Iswanto, 2009).
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
10
c. Bunga
Bunga mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang dengan ukuran
1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan
daun yang tumbuh normal. Bunga mengkudu berkelamin dua, dengan
benangsari tertancap pada mulut mahkota. Mahkota bunga berbentuk
tsbung yang menyerupai bentuk terompet (Wijayakusuma, 2007). Kepala
putik berputing dua. Bunga mengkudu berwarna putih, kecil, berbau
harum dan menggerobol pada satu dasar bersama yang membentuk
benjol-benjol sampai disebut bonggol (Tajoedin dan Iswanto, 2009).
d. Buah
Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong dengan diameter 7,5-10
cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel bersegi banyak
(polygonal) yang berbintik-bintik dan berkutil. Daging buah tersusun dari
buah-buah batu berbentuk pyramid berwarna coklat merah. Mula-mula
buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan.
Setelah masak menjadi putih transparan dan lunak. Buah yang telah
masak banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk
(Tajoedin dan Iswanto, 2009).
e. Biji
Biji mengkudu berwarna coklat kehitaman, memiliki albumen
yang keras serta ruang udara yang tampak jelas. Biji mengkudu memiliki
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
11
daya kecambah yang cukup tinggi, walaupun disimpan dalam waktu enam
bulan. Perkecambahan terjadi setelah 35 hari biji disemai (Tajoedin dan
Iswanto, 2009).
2.1.4 Kandungan Kimia Tanaman Mengkudu
Menurut Waha (2009), buah mengkudu mengandung berbagai macam
zat antara lain :
a. Senyawa-senyawa Terpenoid
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isomerik yang
juga terdapat dalam lemak/minyak esensial (essencial oils), yaitu sejenis
lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu
tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh.
b. Antraquinon
Penelitian Bushnel et al. (1950) mengemukakan bahwa buah
mengkudu mengandung zat antraquinon. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
zat antraquinon terbukti sebagai zat antibakteri. Menurut Waha (2009)
zat antraquinon dapat mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan
(patogen) yaitu Salmonela dan Shigella.
c. Scopoletin
Pada tahun 1993, peneliti dari Universitas Hawai berhasil
memisahkan zat-zat scopoletin dari buah mengkudu. Zat ini mempunyai
khasiat pengobatan, yaitu berfungsi memperlebar pembuluh darah yang
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
12
mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah. Selain itu
scopoletin terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri dan dapat
membunuh jamur Phytium sp.
d. Alkaloid
Salah satu alkaloid penting dalam tanaman mengkudu adalah
xeronine. Xeronine berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan
mengatur fungsi protein di dalam sel. Xeronine juga berperan dalam
mengatur bentuk dan kekerasan (rigiditas) protein-protein spesifik yang
terdapat di dalam sel, sehingga menghindari pertumbuhan yang tidak
normal dari sel, seperti sel kanker. Selain itu buah mengkudu juga
mengandung bahan-bahan pembentuk xeronine yang disebut proxeronine
dalam jumlah besar. Konsumsi proxenine dari buah menkudu akan
meningkatkan kadar xeronine dalam tubuh.
2.2 Ikan Patin (Pangasius sp.)
2.2.1 Klasifikasi Ikan Patin
Menurut Saanin (1995), ikan patin diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Family : Pangasidea
Genus : Pangasius
Species : Pangasius sp.
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
13
2.2.2 Ciri-ciri Morfologis Ikan Patin
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak
dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya dapat mencapai
120 cm. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak
di sebelah bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek
yang berfungsi sebagai peraba (Susanto dan Amri, 2008).
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi
patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sementara itu, pada
jari-jari lunak sirip punggung terdapat sirip lemak yang berukuran sangat
kecil. Adapun sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan
patin tidak memiliki sisik. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari
lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada
memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi
senjata (patil) (Susanto dan Amri, 2008).
2.2.3 Sifat Biologis Ikan Patin
Ikan patin merupakan hewan yang aktif pada malam hari (nocturnal).
Ikan ini senang bersembunyi di liang-liang di tepi sungai. Benih patin di alam
biasanya bergerombol dan sesekali muncul di permukaan air untuk menghirup
oksigen langsung dari udara pada saat menjelang fajar. Kebiasaan ini
dimanfaatkan oleh petani dan nelayan ikan dalam melakukan penangkapan
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
14
benih. Kemunculan benih patin dalam jumlah besar biasanya menjelang akhir
musim hujan (Kordi, 2010).
Patin adalah ikan pemakan segala (omnivor) dan cenderung menjadi
pemakan daging (karnivor). Di alam, patin memakan ikan-ikan kecil, cacing,
detritus, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput,
udang kecil, dan moluska. Ketika baru menetas (larva) ikan patin makan dari
cadangan makanan berupa kuning telur. Setelah persediaan kuning telur habis,
benih ikan patin memakan plankton (Kordi, 2010).
Patin termasuk dalam golongan ikan berkumis (catfish). Ikan ini dapat
bertahan dalam lingkungan perairan yang jelek, misalnya kekurangan oksigen.
Akan tetapi untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal, patin menyukai
lingkungan yang menyerupai habitat aslinya yaitu sungai dan danau (Kordi,
2010).
2.2.4 Hama dan Penyakit Ikan Patin (Pangasius sp.)
2.2.4.1 Hama Ikan Patin (Pangasius sp.)
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung, hama yang mungkin
menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung.
Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang
(pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman
dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem
sangkar), ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala
Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu..., Andi Dwi Hermawan, FKIP UMP, 2011
15
dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang,
dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah
budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan
memperoleh oksigen (Susanto, 2009).
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung
(rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk
atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu
sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan di sekitar lokasi
dibersihkan secara rutin (Susanto, 2009).
Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Leptotilus