6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi 1. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ransangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010). Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam mempersepsikan suara yang disengar klien. Suara bisa menyenangkan, ancaman, membunuh, dan merusak (yosep, 2010). 2 Faktor predisposisi Menurut (Stuart dan Sudeen, 2009) faktor predisposisi dapat meliputi : a. Biologis Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut: - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -
12
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
ransangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara padahal
tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010). Halusinasi
pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam mempersepsikan suara
yang disengar klien. Suara bisa menyenangkan, ancaman, membunuh, dan
merusak (yosep, 2010).
2 Faktor predisposisi
Menurut (Stuart dan Sudeen, 2009) faktor predisposisi dapat meliputi :
a. Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
7
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
c. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
3 Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014)
:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
8
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
4 Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi
termasuk :
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-
lain, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
5 Rentang Respon
Menurut (Stuart & Laraia, 2009) halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya
akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti
dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :
Respon Adaptif Respon Maladaptif
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
9
Pikiran logis Pikiran terkadang
menyimpng
Kelainan pikiran
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Emosional berlebihan /
dengan pengalaman
kurang
Tidak mampu mengontrol
emosi
Perilaku sosial Perilaku ganjil Ketidak teraturan
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologis ( Muhith, 2015 )
Keterangan :
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecakan maslah
tersebut respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada keyantaan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
6 Respon psikososial
Respon psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena ransangan
panca indra.
c. Emosi berlebihan atau berkurang .
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
10
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
7 Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun respon maladaptif meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
2.1.2 Pengkajian Halusinasi
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan yang sistematis dalam pengumpilan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasimstatus kesehatan klien. (Abdul
Muhith, 2015:4) . Adapun pengkajian meliputi :
a. Identitas klien meliputi biodata pasien.
b. Keluhan utama
Setelah dilakukan wawancara dan observasi, muncul data subyektif dan
obyektif dari hasil wawancara dan observasi. ( Ah Yusuf,dkk, 2015 :106)
1) Data subjektif (DS)
a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
b) Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan
2) Data objektif (DO)
a) Distorsi sensori
b) Respons tidak sesuai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
11
c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu
d) Menyendiri dan marah-marah tanpa sebab
c. Aspek Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang di alami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjang
menyebabkan teraktivitasnya neurotransmiter otak, sehingga dapat
menimbulkan kelainan bawaan atau cedera pada otak, kekurangan nutrisi
pada fisik (Yosep 2010).
d. Aspek Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari halusinasi
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menetang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap kekuatan tersebut (Yosep 2010).
e. Aspek Intelektual
Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namum merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan jarang akan mengontrol semua perilaku klien (Yosep 2010).
f. Aspek Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
mengikutinya (Damayanti, M & Iskandar (2012.62).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
g. Aspek Spritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sikardiayanya terganggu, karena
ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan
dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk (Damayanti, M
& Iskandar (2012)
2.1.3 Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi Halusinasi Pendengaran.
Menurut (SDKI, 2016) diagnosa pada gangguan jiwa halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori. Gangguan persepsi sensori adalah suatu
perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang
disertai dengan respon yang berkurang, berlebih atau terdistorsi. Gangguan
persepsi sensori disebabkan oleh gangguan penglihatan, pendengaran,
penghidungan, perabaan, hipoksia serebral, penyelahgunaan zat, usia lanjut,
pemajanan toksin lingkungan.
Diagnosa gangguan persepsi sensori memiliki dua tanda dari gejala
mayor dan minor. Tanda gejala mayor antara lain: mendengarkan suara
bisikan alam melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui indera perabaan,