-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa
Komunikasi yang menggunakan media masa, lazim kita sebut
sebagai komunikasi massa. Secara konkretnya, Littlejohn
mendefinisikan
komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media
memproduksi pesan-pesan (messages),dan mengirimkan kepada
publik.
Melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan, atau
dikonsumsi
audiens.
Sedangkan Bittner merumuskan “Massa Communication is
message communicated through a mass medium to a large number
of
people.” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui
media massa pada sejumlah besar orang).
Untuk semakin memperjelas apa yang dimaksud dengan
komunikasi massa itu, Jalaluddin Rakhmat (2002)telah merangkum
berbagai
definisi yang diberikan para ahli dalam satu pengertian.
“Komunikasi massa
diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau
elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan
sesaat.
Ciri-ciri komunikasi massa, menurut Onong Uchjana Effendi
(1996: 42) adalah sebagai berikut :
-Komunikasi massa berlangsung satu arah
- Komunikator pada komunikasi massa melembaga
- Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
- Media komunikas massa menimbulkan keserempakan
- Komunikasi massa bersifat heterogen
Media dalam komunikasi ini merujuk pada media cetak (koran,
majalah, tabloid), dan media elektronik (radio, video, televisi,
internet).
Kini, televisi merupakan media dominan komunikasi massa di
seluruh
-
dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Kelebihannya
untuk
dapat didengar dan dilihat gambarnya, sekaligus menjadi andalan
jenis
media massa ini untuk meraih simpati masyarakat luas.
Dari uraian diatas, komunikasi massa dapat diartikan dalam
dua
cara, yaitu pertama, komunikasi oleh media, dan kedua,
komunikasi untuk
massa. Namun, ini tidak berarti komunikasi massa adalah
komunikasi untuk
setiap orang. Littlejohn(1996) menyebutkan salah satu ciri
komunikasi
massa adalah adanya proses seleksi. Media tetap cenderung
memilih
khalayak, di lain pihak khalayak juga menyeleksi media, baik
jenis maupun
isi siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya. Dan
karena media
mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang
diperlukan
sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu
berlangsung
ketat.Untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, media harus
berusaha
membidik sasaran tertentu.
2.2. Televisi Sebagai Media Penyiaran
Media televisi memiliki kelebihan dibandingkan media
lainnya,
antara lain yaitu televisi bersifat audio visual yang mempunyai
kemampuan
dalam menyiarkan secara langsung maupun secara rekaman.
Televisi
merupakan media yang mampu memberikan simulated experience
kepada
khalayaknya, yaitu pengalaman yang diperoleh saat melihat
sesuatu yang
belum pernah dilihat sebelumnya. Dari sisi pragmatis, televisi
memiliki
keunggulan sebagai berikut (Djuarsa, 2003 : 32) :
- Berdasarkan isi dan pesan, media televisi meskipun direkayasa
mampu
membedakan fakta dan isi, realistis dan tidak terbatas
- Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa
perhatian
sepenuhnya dan intim
- Memiliki tokoh berwatak, sementara media lainnya memiliki
bintang yang
direkayasa
Sedangkan fungsi media massa menurut Deddy Iskandar Muda
(2003 : 45), digolongkan dalam 6 aspek, antara lain :
-
1. Menyampaikan fakta (the fact)
Media massa televisi menyediakan fasilitas arus informasi
dari
kedua belah pihak. Satu sisi mencerminkan kebutuhan dan
keinginan
pengirim (antara lain : iklan, propaganda, dll), dan di sisi
lain yaitu
kebutuhan dan harapan penerima (berita, laporan, dll).
2. Menyampaikan opini dan analisa (opinions and analyses)
Pada laporan berita, reporter melaporkan opini orang-orang
luar,
analisis berita dilakkan oleh staf redaktur khusus (antara lain
: kolom,
editorial, dll)
3. Melakukan investigasi (investigation)
Fungsi ini adalah yang paling sulit dilakukan, tetapi jika
berhasil
nilai berita akan sangat berbobot untuk melakukan hal tersebut,
diperlakukan
kecanggihan, dan staf yang berpengalaman serta memiliki hubungan
intensif
dengan para ahli dan ilmuwan yang membutuhkan waktu tahunan.
4. Hiburan (entertainment)
Sajian pers dari media massa televisi kadang-kadang
berfungsi
sekaligus menghibur, mendidik dan memberikan informasi.
5. Kontrol (control)
Fungsi ini dapat dimanfaatkan oleh media kepada pemerintah
dan
juga sebaliknya.
6. Analisa kebijakan (policy analysis)
Fungsi ini merupakan kecenderungan untuk menyoroti kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah, kemudian dianalisis oleh media
tersebut
dengan memberikan solusi alternatif lain.
Saat ini televisi menjadi sebuah fenomena yang mengiringi
perkembangan dari peradaban hidup manusia dalam kurun waktu
hampir
satu abad lamanya. Televisi sebagai media massa memberikan
informasi dan
membantu masyarakat untuk mengetahui tentang dunia dan
sekelilingnya
secara jelas dan kemudian menyimpannya dalam benak khalayak.
Media
massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk
mengajukan
perbandingan dari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar
tentang dunia
-
yang ada di luar lingkungan masyarakat hidup. Sejak awal telah
media
massa melakkan tugasnya untuk membagi informasi yang diinginkan
oleh
masyarakat pada umumnya.
2.2.1. Produksi Program Televisi
Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang
produser
profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi
produksi
itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai
dan
memiliki makna.Apa yang disebut nilai, itu akan tampil apabila
sebuah
produksi acara bertolak dari suatu visi. Dengan kata lain,
produksi yang
bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang
produser yang
memiliki visi (Wibowo, 2007 : 23).
Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya.
Sikap
inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Sedangkan
produksi yang
tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian,
tidak
menarik dan biasa-biasa saja, atau dengan kata lain tidak
memukau, dan
mempesona. Disisi lain, bertolak dari kreativitas, seorang
produser yang
menghadapi materi produksi,akan membuat seleksi. Dalam seleksi
ini,
intelektualitas dan spiritualitas secara kritisakan menentukan
materi mana
yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian,akan lahir ide
atau
gagasan. Dilengkapi materi atau bahan lain yang menunjang ide
ini, akan
tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini
merupakan
bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika
ia akan
memulai produksi.
2.3. Talk Show
Program talk show,menurut Darmanto (1998 : 100) adalah
perbincangan dengan tukar-menukar pendapat, dimana pemimpin
acara
dapat mengatur dan bertindak mengambil peranan aktif tanpa
menarik
kesimpulan, terkadang acaranya diselingi hiburan oleh pengisi
acara
sebagai peserta atau pemimpin acara itu sendiri.
-
Program talk show menurut Wahyudi (1994 : 34) adalah
wawancara santai dan kadang-kadang diselingi dengan musik
atau
lawakan, disini juga diperlukan pewawancara, penyiar atau
announcer.
Berdasarkan keseluruhan defisini di atas, memiliki
kesepahaman
terhadap pengertian talk show, maka dari itu dapat disimpulan
bahwa
program talk show merupakan acara perbincangan di media
elektronik
radio atau televisi mengenai suatu permasalahan tertentu,
dipandu oleh
presenter di studio dengan melibatkan partisipasi audience
sehingga terjadi
suatu dialog yang sifatnya interaktif dan terkadang diselingi
dengan show
yang sifatnya menghibur.
Pengertian talk show menurut Masduki (2004 : 79)
didefinisikan
sebagai kombinasi antara seni bicara dan seni wawancara. Setiap
orang
pasti pandai berbicara, setiap broadcaster tentunya adalah
pembicara yang
handal.Akan tetapi, tidak semua broadcaster pandai
berwawancara.Wawancara merupakan ajang interaksi yang
mencerdaskan
dan menjadikan televisi sebagai ruang publik yang sifatnya
populis, bukan
elitis. Kecenderungan untuk menghadirkan elit masyarakat di
studio akan
berkurang saat radio membuka ruang wawancara interaksi
langsung
dengan penonton yang heterogen.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa program
interaktif
atau talk show adalah acara perbincangan yang menghadirkan
narasumber
ke dalam studio, serta melibatkan peran serta dari para penonton
sehingga
terjadi interaksi antara narasumber dengan pembawa acara (host),
juga
antara penonton dan narasumber.
Talk show menurut Masduki (2004 : 80) adalah kategori
program
spesial atau program wawancara sebagai acara, karena mengacu
pada arti
katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan show (gelaran).
Program talk show adalah sebuah show yang disiarkan secara
global sebagai hiburan (entertainment). Karena itu, talk show
harus
menghibur para penonton, sehingga seorang pewawancara
karenanya
harus memiliki skill sebagai penghibur (R. Fadli, 2001 :
56).
-
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa talk show adalah
acara perbincangan mengenai permasalahan tertentu yang diselingi
dengan
hiburan karena diudarakan secara global, maka pembawa acara
harus
mempunyai kemampuan untuk dapat menghibur audiencenya.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa program acara Islam Itu
Indah
merupakan salah satu bentuk jenis talk show, dalam konsep
program religi,
karena dalam program acara ini terjadi interaksi antara audience
di studio
dengan narasumbernya secara langsung, sehingga terjadinya suatu
bentuk
tanya jawab di dalamnya.
2.4. The Uses and Gratifications Theory
Mengenai aktifitas menonton, akan dijelaskan dengan
pendekatan
Uses and Gratifications, dimana dalam sebuah perilaku media
yang
melibatkan penggunaan sebuah isi media oleh khalayak yang
berakibat
pada adanya terpaan dalam diri khalayak tersebut, merupakan isu
atau
topik yang dibahas dalam pendekatan ini. Uses and
Gratificationsberangkat dari pandangan bahwa dalam
komunikasi
(khususnya media massa), tidak mempunyai kekuatan yang dapat
mempengaruhi diri khalayak.
Model Uses and Gratifications merupakan pergeseran fokus dan
tujuan komunikator ke tujuan komunikasi. Model ini menentukan
fungsi
komunikasi massa dalam melayani khalayak (Uchjana, 1993 :
290).
Pendekatan untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959)
dalam
suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard
Berelson
(1959), bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati.
Katz
menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah
studi
komunikasi massa sebagai persuasi. Dia diarahkan kepada
penyelidik efek
kampanye persuasi pada khalayak.Katz mengatakan bahwa
penelitiannya
diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaaan “Apa yang
dilakukan
media untuk khalayak?” (“What do the media do to
people?”).Kebanyakan penelitian ini menunjukkan bahwa
komunikasi
-
massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang persuasi, oleh
karena itu
para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan
lebih
banyak efek, misalnya efek kelompok.
Pendekatan Uses and Gratificationsmerupakan sebuah
pendekatan
yang menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan
atau
komunikasi, dan tidak begitu memperhatikan mengenai isi
pesannya.
Pendekatan penggunaan dan kepuasan membalik pokok pembahasan
menjadi apa yang dilakukan khalayak kepada media.
Menurut para pendirinya Ellihu Katz, Jay G. Blumler dan
Michael
Gurevitch, Uses and Gratificationsmemiliki konsep dasar teori
yang
meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial
yang
menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
lain
yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan, dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan serta akibat-akibat lain,
bahkan
termasuk juga yang tak diinginkan (Rakhmat, 2001 : 205). Mereka
juga
merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini :
- Khalayak dianggap aktif, yang berarti sebagian penting dari
penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
- Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif untuk
mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada
anggota
khalayak.
- Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media,
hanyalah
bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih
luas.Bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media, amat
bergantung
kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
- Banyak tujuan pemilihan media massa, disimpulkan dari data
yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup
mengerti
untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi
tertentu.
- Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus
ditangguhkan,
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
-
Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama, bukanlah bagaimana media mengubah sikap
dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan
pribadi
dan sosial khayalak.Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang
akhir, yang
sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.
Pendekatan Uses and Gratifications sebenarnya juga tidak baru.
Di
awal dekade 1940-an dan 1950-an, para pakar melakukan
penelitian
mengapa khayalak terlibat dalam berbagai jenis perilaku
komunikasi.
Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori Uses
and
Gratications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an,
bukan
saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia,
Jepang dan
negara-negara lain.
Menurut Wiryanto (2003 : 56), teori Uses and Gratifications
merupakan pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap
pesan-pesan
media berdasarkan atas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan
ini,
komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah
pesan
yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat
memuaskan
berbagai kebutuhannya.Dengan demikian, orang yang berbeda
dapat
menggunakan pesan yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud
yang
berbeda-beda. Jadi, media massa menunjukkan peranannya.
Kata motif, berarti dorongan dan aksi yang berarti
usaha.Sehingga
motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk
menimbulkan
dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan (Padmowiharjo,
1994).
McQuail, dkk (1972) merumuskan motif dalam menggunakan media
massa, yaitu :
1. Informasi
Motif ini berkaitan dengan usaha untuk :
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan
dengan
lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,
pendapat,
dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan
-
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum
d. Belajar, pendidikan diri sendiri
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan
2. Integrasi dan interaksi sosial
Motif ini berkaitan dengan usaha untuk :
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati
sosial
b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan
rasa
memiliki
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
d. Memperoleh teman selain dari manusia
e. Membantu menjalankan peran sosial
f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak
keluarga,
teman, dan masyarakat
3. Hiburan
Motif ini berkaitan dengan usaha untuk :
a. Melepaskan diri atau terpisah dari pemasalahan.
b. Bersantai
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
d. Mengisi waktu
e. Penyaluran emosi
f. Membangkitkan gairah seks
Sedangkan inti dari teori Uses and Gratificationsadalah
khalayak
pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan
motif-motif
tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika
motif
ini terpenuhi, maka kebutuhan khayalak akan terpenuhi. Sehingga
pada
akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan dari khayalak
disebut
media yang efektif (Kriyantono, 2006 : 206).
Mc Quail Dennismelakukan riset yang cukup mutakhir, dan
mereka berhasil menemukan empat tipologi motivasi khalayak
yang
terangkum dalam skema media-persons interactions, yaitu sebagai
berikut
(Mc Quail, 2002 : 388) :
-
1.Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah,
sarana
pelepasan emosi.
2.Kognitif, yaitu menyajikan informasi, surveillance
(bentuk-bentuk
pencarian informasi).
3.Personal relationships, yaitu persahabatan, kegunaan sosial
yang dapat
diklasifikasikan sbb:
a. Kepuasan, yaitu dimensi yang menyajikan informasi perihal
evaluasi
kemampuan media untuk memberikan sebuah kepuasan.
b. Depedensi media, yaitu dimensi yang menyajikan informasi
pihak
ketergantungan responden pada media dan isi media untuk
kepuasannya.
c. Pengetahuan, yaitu dimensi yang menyajikan perihal
tentang
persoalan tertentu.
Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya.Disini timbul istilah uses and
gratification,
penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini
tersirat
pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility), bahwa
konsumsi
media diarahkan oleh motif (intentionally), bahwa perilaku
media
mencerminkan kepentingan dan preferensi (selective), dan bahwa
khalayak
sebenarnya “kepala batu” (Rakhmat, 2002 : 65). Karena
penggunaan
media, hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
psikologis,
efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu
terpenuhi.
Konsep dasar model ini diringkas oleh pendirinya, dengan
model
yang diteliti adalah :
1. Sumber sosial dan psikologi dari
2. Kebutuhan yang melahirkan
3. Harapan-harapan dari
4. Media massa atau sumber-sumber yang lain, menyebabkan
5. Perbedaan pola terperan media (atau keterlibatan dalam
kegiatan lain)
dan menghasilkan
6. Pemenuhan kebutuhan
-
7. Akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang
tidak
dikehendaki
Pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan
media berdasarkan azas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan
ini,
komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah
pesan
yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat
memuaskan
berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda
dapat
menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan
atau
maksud yang berbeda-beda. Sehingga, media massa menunjukkan
perannya (Wiryanto, 2000).
2.5. Gratifications Sought and Gratification Obtained
Salah satu macam riset Uses and Gratifications yang saat ini
berkembang adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen dari
Kentucky
University.Kebanyakan riset Uses and Gratifications memfokuskan
pada
motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi
penggunaan
media. Selain menggunakan dasar yang sama, yaitu khalayak
menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun
konsep
yang diteliti ini tidak berhenti disitu saja, namun juga dengan
menanyakan
apakah motif-motif khalayak itu dapat dipenuhi media. Atau
dengan kata
lain, yaitu apakah khalayak terpuaskan setelah menggunakan
media.
Konsep mengukur tingkat kepuasan itu disebut Gratifications
Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO). Penggunaan
konsep-
konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari
teori Uses
and Gratifications, yaitu teori expectancy values (nilai
pengharapan)
(Kriyantono, 2006 : 208).
Menurut teori nilai pengharapan, orang mengarahkan diri pada
dunia (misalnya media), berdasarkan pada kepercayaan dan
evaluasi-
evaluasi mereka tentang dunia tersebut.Gratifications Sought
adalah
kepuasan yang dicari atau diinginkan oleh individu ketika
menggunakan
suatu jenis media tertentu (radio, tv, atau koran). Dengan kata
lain,
-
“Gratifications Sought adalah motif yang mendorong seseorang
mengkonsumsi media (Kriyantono, 2006 : 208). Dengan kata
lain,
menurut Palmgreen, Gratifications Sought, dibentuk dari
kepercayaan
seseorang mengenai apa yang media dapat berikan, dan evaluasi
seseorang
mengenai isi media” (Kriyantono, 2006 : 209).
Sedangkan “Gratification Obtained adalah kepuasan yang nyata
yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media
tertentu”
(Palmgreen, 1985 : 27). Gratification Obtained mempertanyakan
hal-hal
yang khusus mengenai apa saja yang telah diperoleh setelah
menggunakan
media dengan menyebutkan acara secara spesifik.
Dapat dikatakan bahwa Uses and Gratifications bukanlah
proses
komunikasi linear yang sederhana. Banyak faktor, baik personal
maupun
eksternal yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang.
Littlejohn
(1996) mengatakan bahwa kepercayaan sesorang tentang isi media
dapat
dipengaruhi oleh (1) budaya dan institusi sosial seseorang,
termasuk media
itu sendiri; (2) keadaan-keadaan sosial seperti ketersediaan
media; (3)
variabel-variabel psikologis tertentu, seperti
introvert-esktrovert dan
dogmatisme. Nilai-nilai dipengaruhi oleh (1).faktor-faktor
kultural dan
social, (2). kebutuhan-kebutuhan, (3). variabel-variabel
psikologis.
Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai akan menentukan
pencarian
kepuasan, yang akhirnya menentukan perilaku konsumsi terhadap
media,
tergantung pada apa yang dikonsumsi danalternatif-alternatif
media apa
yang diambil, pengaruh media tertentu akan dirasakan, dan pada
gilirannya
akan memberikan umpan balik kepada kepercayaan seseorang
mengenai
media (Kriyantono, 2006 : 209).
-
Gambar 2.1.Model Expectancy Value
(Sumber : Kriyantono (2006:210)
Kepercayaan-kepercayaan Evaluasi-evaluasi
(believes)
Pencarian Kepuasan (GS)
Konsumsi Media
Perolehan Kepuasan yang Diterima
Beranjak dari sinilah kita dapat mengukur Gratifications
Sought
dan Gratifications Obtained sehingga dapat diketahui kepuasan
khalayak
berdasarkan kesenjangan antara Gratification Sought dengan
Gratifications Obtained. Dengan kata lain, kesenjangan
kepuasan
(Discrepancy Gratifications) adalah perbedaan perolehan kepuasan
yang
terjadi antara skor Gratifications Sought dan Gratifications
Obtaineddalam
mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil discrepancy-nya,
maka
semakin memuaskan media tersebut.
Adanya indikator bahwa ada terjadi kesenjangan kepuasan atau
tidak adalah sebagai berikut (Kriyantono, 2006 : 208) :
1. Jika mean skor atau rata-rata skor GS lebih besar dari mean
skor
GO (mean skor GS >mean skor GO), maka terjadi kesenjangan
kepuasan
karena kebutuhan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan
dengan
kebutuhan yang diinginkan, atau kesimpulannya, yaitu media
tidak
memuaskan khalayaknya.
2. Jika mean skor atau rata-rata skor GS besarnya sama
dengan
mean skor GO (mean skor = GS = mean skor GO), maka terjadi
keseimbangan kepuasan, karena jumlah kebutuhan yang
diinginkan
semuanya terpenuhi.
-
3. Jika mean skor atau rata-rata skor GS lebih kecil dari mean
skor
GO (mean skor GO
-
akanmenjadi variabel yang mempengaruhi kepuasan yang
diperoleh
penonton disaat ia mengkonsumsi program acara Islam Itu
Indah.
Keberadaan variabel yang terdiri dari Usia, Jenis Kelamin dan
Program
Studi, disebut sebagai variabel untuk mendeskripsikan hasil apa
yang
diperoleh dari hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y).
2.7. Hipotesis Penelitian
Menurut Webbster’s New World Dictionary (1977), hipotesis
adalah “an unproved theory, preposition, etc, tentatively
accepted to
explain certain facts or to provide a basis for investigation,
arguments”
(hipotesis adalah teori, preposisi yang belum terbukti, diterima
secara
tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau menyediakan dasar
untuk
melakukan investigasi dan menyatakan argumen). Hipotesis yang
dibuat
oleh peneliti ini yang selanjutnya akandiuji dengan mengumpulkan
data
empiris melalui riset.
Penelitian mengambil program acara “Islam Itu Indah
TRANSTV”, karena program acara ini memberikan sajian program
religi
yang berbeda dalam konsep Islami. Namun, pada dasarnya
penonton
memiliki motif yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi satu
media,
makaia juga akan menerima kepuasan yang berbeda pula.
Pada teori motif Dennis Mcquil (2002), terdapat empat motif
penggunaan media massa, yaitu motif informasi, motif identitas
pribadi,
motif integrasi dan interaksi sosial, dan motif hiburan. Jika
mengacu pada
teori tersebut, peneliti merumuskan hipotesis nol dan hipotesis
alternatif,
yaitu :
a. Hipotesis variabel motif dan kepuasan :
1. Penonton aktif
1.1. Motif Informasi :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
-
1.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
1.3. Motif Hiburan :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
2. Penonton pasif
2.1. Motif Informasi :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
2.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
2.3. Motif Hiburan :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
3. Penonton momental
3.1. Motif Informasi :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
3.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
3.3. Motif Hiburan :
-
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam
Itu
Indah”
- H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu
Indah”
b. Hipotesis pemenuhan kepuasan dan kepuasan yang diperoleh
:
1. GS informasi dan GO informasi
- H0 : Tidak terdapat perbedaanhubungan antara GS informasi
dan
GO Informasi dalam acara “Islam Itu Indah”
- H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS informasi dan
GO
Informasi dalam acara “Islam Itu Indah”
2. GS integrasi dan interaksi sosial dan GO integrasi dan
interaksi sosial
- H0 : Tidak terdapat perbedaan hubungan antara GS integrasi
dan
interaksi sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial dalam
acara
“Islam Itu Indah”
- H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS integrasi dan
interaksi
sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial dalam acara “Islam
Itu
Indah”
3. GS hiburan dan GO hiburan
- H0 : Tidak terdapat perbedaan hubunganantara GS hiburan dan
GO
hiburan dalam acara “Islam Itu Indah”
- H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS hiburan dan GO
hiburan dalam acara “Islam Itu Indah”
-
2.8. Kerangka Pemikiran
Mahasiswa KMIS UKSW, Salatiga
X : Motif Gratifikasi:
X1 :Motif Informasi
X2 : Motif Integritas &
Interaksi Sosial
X3 : Motif Hiburan
Menonton Program Acara
“Islam Itu Indah TRANSTV”
Y :Kepuasan Gratifikasi:
Y1 : Kepuasan Gratifikasi
Informasi
Y2 : Kepuasan Gratifikasi
Integritas & Interaksi
Sosial
Y3 : Kepuasan Gratifikasi
Hiburan
Uses and
Gratification
Theory
Hubungan antara Motif
Pemenuhan Kepuasan
dengan Kepuasan yang
Diperoleh