16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Jiwa 2.1.1 Pengertian Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkah hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati, dkk, 2009). Adapun kriteria sehat jiwa menurut Riyadi, Sujono (2013) dalam bukunya yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa meliputi:
33
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Jiwa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42098/3/jiptummpp-gdl-imeldasulf-49052-3-bab2.pdf · kekurangan dalam diri dan menyikapi kekurangan atau kelemahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Jiwa
2.1.1 Pengertian Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau
bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas
hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1966 tentang
kesehatan jiwa didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain.
Pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental
yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkah hidup harmonis dan produktif,
sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua
segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari
gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai
perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima
orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (Sumiati, dkk, 2009).
Adapun kriteria sehat jiwa menurut Riyadi, Sujono (2013) dalam bukunya yang
berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa meliputi:
17
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
Individu dapat menerima dirinya secara utuh, menyadari adanya kelebihan dan
kekurangan dalam diri dan menyikapi kekurangan atau kelemahan tersebut
dengan baik.
2. Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri
Individu mengalami perubahan kearah yang normal sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan dan dapat mengepresikan potensi dirinya.
3. Integrasi
Individu menyadari bahwa semua aspek yang dimilkinya adalah suatu kesatuan
yang utuh dan mampu bertahan terhadap setres dan dapat mengatasi
kecemasannya.
4. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Pemahaman individu terhadap stimulus eksternal sesuai dengan kenyataan yang
ada. Persepsi individu dapat berubah jika ada informasi baru, dan memiliki
empati terhadap perasaan dan sikap orang lain.
5. Otonomi
Individu dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab dan dapat
mengatur kebutuhan yang menyangkut dirinya tanpa bergantung pada orang
lain.
6. Kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam
atau berjamgka panjang seperti paralisis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespon terhadap stresor dan
18
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adapatasi
membutuhkan respon aktif dari seluruh individu. Jika seseorang tidak mampu
untuk beradaptasi, maka kemungkinan untuk mengalami gangguan jiwa adalah
besar (Kusumawati, 2010).
2.1.2 Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
Menurut Yosep, Iyus, dkk, (2014) dalam bukunya yang berjudul Keperawatan Jiwa,
menjelaskan bahwa konseptual model keperawatan kesehatan jiwa dikelompokkan 6
model sebagai berikut:
1. Psychoanalitycal
Menurut konsep keperawatan kesehatan jiwa model ini menjelaskan bahwa
gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego atau akal tidak berfungsi
dalam mengkontrol kehendak nafsu atau insting. Ketidakmampuan seseorang
dalam menggunakan akalnya untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama, akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku. Faktor penyebab
lain gangguan jiwa dalam medol ini adalah konflik intrapsikis terutama pada
masa anak-anak.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misal pasien
dibuat dalam keadaan mengantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalam bawah alam sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Peran perawat dalam metode ini
adalah berupaya melakukan assesment atau pengkajian mengenai keadaan-
19
keadaan traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu,
dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust
(saling percaya).
2. Interpersonal,
Menurt konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety), ansietas timbul
dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi
menurut konsep ini adalah Build Feeling Security (berupaya membangun rasa
aman bagi klien), Trusting Relationship and Interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasaan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga pasien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam model konsep ini adalah share anxieties (berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan pasien, apa yang
dicemaskan oleh pasien saat berhubungan dengan orang lain), theraspist use
empathyand relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan
apa-apa yang dirasakan oleh pasien). Perawat memberikan respon verbal yang
mendorong rasa aman pasien dalam berhubungan dengan orang lain seperti:
“Saya senang berbicara dengan anda, saya siap membantu anda, anda sangat
menyenangkan bagi saya”.
20
3. Social
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyak faktor sosial dan faktor lingkungan yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang. Akumulasi stressor yang ada
pada lingkungan seperti; bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga
barang yang mahal akan mencetuskan stress pada individu.
Prinsip proses terapi pada konsep model ini adalah Environment Maniulation and
Social Support (pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial).
Sebagai contoh di rumah harus bersih, harus, tidak bising, ventilasi yamg cukup.
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat dengan
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga. Sedangkan perawat berupaya untuk
menggali sistem sosial pasien seperti suasana di rumah, di kantor, dan di
masyarakat.
4. Exitensial
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau ganggua jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Body image-nya. Prinsip dalam proses terapinya adalah
mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan, memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi, bergaul
dengan kelompok sosial dan kemanusiaan, mendorong untuk menerima
21
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feed back tentang perilakunya dari
orang lain.
Prinsip keperawatannya adalah pasien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang bearti untuk mempelajari dirinya dan mendapat
feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Perawat
berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien melaui feed back, kritik saran
atau reward and punishment.
5. Supportive Therapy
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah faktor biopsikososial
dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti
sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu,
pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti susah bergaul, menarik diri,
tidak disukai, bermusuhan. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam
beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya
dengan masa lalu.
Prinspi proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya, kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecah masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang
dimiliki dan yang bisa digunakan pasien dan juga berupaya menjalin hubungan
22
yang hangat dan empatik dengan pasien untuk menyiapkan coping pasien yang
adaptif.
6. Medical
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga
fokus piñata laksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi
somatik, farmakologi dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik dan
terapi jangka panjang.
2.1.3 Masalah-masalah Kesehatan Jiwa
Perawat perlu memahami konsep gangguan jiwa dengan menggunakan pendekatan
medis sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan pasien yang mengalami
gangguan jiwa. Fungsi jiwa yang mungkin terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang individu
dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berfikir, interaksi dan aktivitas sehari-
hari (Budi, Keliat,dkk, 2012).
1. Psikotik
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmamapuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham
atau perilaku kacau/aneh. Psikotik terbagi menjadi dua macam yaitu psikotik
akut dan psikotik kronik.
a. Gangguan Psikotik Akut. Gangguan psikotik akut gangguan yang terjadi
dengan awitan yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-
23
gejala psikotik yang menjadi nyata dengan menggunakan sedikitnya beberapa
aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, dan tidak diketahui berapa lama
gangguan akan berlangsung. Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu:
1. Mendengarkan suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku, menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau
lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa
alasan.
Untuk menegakkan diagnosis, gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai
berikut:
1. Halusinasi, persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan. Misalnya,
mendengarkan suara yang tidak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak
ada bendanya.
2. Waham, ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien. Misalnya, pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang
lain.
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrem (iritabel)
24
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut karena
kemungkinan adanya gangguan fisik yang dapat menimbulkan gejala psikotik:
1. Epilepsi
2. Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
3. Febris karena infeksi
4. Demensia atau delerium atau keduanya
5. Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan
gangguan psikotik kronik lain
6. Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami episode
manik.
7. Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami
depresi.
b. Gangguan Psikotik Kronik. Gangguan psikotik kornik merupakan suatu
gangguan dengan gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya
ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau, sedikitnya sudah
melampaui kurun waktu satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala
yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang dan telah
timbul sindrom negatif dari skizofrenia, tidak terdapat demensia atau
penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau instutisionalisasi
yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
Untuk menetapkan diagnosis medis psikotik kronik data berikut
merupakan perilaku utama yang secara umum ada:
25
1. Penarkan diri secara sosial
2. Minat atau motivasi diri rendah, pengabaian diri
3. Gangguan berfikir (tampak dari pembicaraan yang tidak ngambung atau
aneh)
4. Perilaku aneh atau apatis, menarik diri, dan tidak memperhatikan
kebersihan yang dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah:
1. Kesulitan berfikir dan berkonsentrasi
2. Melaporkan bahwa individu mendengarkan suara-suara aneh
3. Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti: memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
4. Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seprti merasa ada hewan atau objek
yang tidak lazim di dalam tubuhnya
5. Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau dalam pelajaran
Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis
kronik diantaranya adalah:
1. Depresi jika ditemuka gejala depresi (suasana perasaan menurun atau
sedih, presimisme, perasaan bersalah)
2. Gangguan bipolar jika ditemuka gejala mania (eksitasi, suasana perasaan
meningkat, penilaian diri berlebih)
3. Intoksikasi kronik atau putus zat karen alkohol atau zat/bahan lain
(stimulansia, halusinogenik)
26
4. Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresi dan gangguan
ansietas menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia
(sekita 4 minggu)
2. Depresi
Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang
berkepanjangan, proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan perilaku
lamban yang terkesan malas (trias depresi). Depresi bukan merupakan kelemahan
atau kemalasan tapi ketidakberdayaan pasien untuk mengatasi masalahnya. Depresi
adalah penyakit yang lazim terjadi dan tersedia terapi yang efektif untuk mengatasi
depresi.
Beberapa perilaku yang menunjukkan depresi adalah:
1. Terdapat satu atau lebih gangguan fisik (kelelahan, rasa nyeri)
2. Penurunan konsentrasi dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang
menjadi kebiasaannya
3. Sensitif (cepat marah, cepat tersinggung)
4. Berdiam diri dan memperlihatkan ekspresi wajah datar atau sedih
5. Gerakan cenderung lamban dan tidak bersemangat melakukan aktivitas
6. Khusus pada anak remaja, sering depresi ditunjukkan dalam bentuk gejala
gangguan tingkah laku, menarik diri atau perilaku, misalnya sikap
menentang, ngebut, perkelahian, atau perilaku mencederai diri
7. Beberapa kondisi yang menunjang depresi seperti baru melahirkan ,
stroke, parkinson, atau multiple sclerosis.
27
Untuk menegakkan diagnosis depresi perilaku yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Suasana hati sedih
2. Kehilangan minat akan hal yang biasanya disukai
3. Penurunan kegiatan yang biasa dilakukan
4. Konsentrasi berkurang
5. Agitasi atau perlambatan gerak atau pembicaraan