Top Banner
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pemantapan Mutu Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditunjukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2008). 2.1.1.1 Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Pemantapan mutu eskternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak di luar laboratorium seperti pemerintah maupun swasta untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Laboratorium yang mengikuti pemantapan mutu eksternal akan dikirimkan material yang sama untuk di uji dan mengirimkan kembali hasil uji pemeriksaan kepada pengirim material tersebut. Hasil tersebut di evaluasi untuk membandingkan laboratorium satu dengan laboratorium lainnya (Geethanjalai, 2006). Upaya untuk menjamin kualitas pelaksanaan pelayanan laboratorium kesehatan diatur oleh Departemen Kesehatan dalam Permenkes 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan yang isinya mewajibkan bahwa laboratorium kesehatan mengikuti akreditasi baik secara nasional maupun internasional. Salah
23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

Oct 18, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pemantapan Mutu

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua

kegiatan yang ditunjukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil

pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2008).

2.1.1.1 Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

Pemantapan mutu eskternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara

periodik oleh pihak di luar laboratorium seperti pemerintah maupun swasta untuk

memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan

tertentu. Laboratorium yang mengikuti pemantapan mutu eksternal akan

dikirimkan material yang sama untuk di uji dan mengirimkan kembali hasil uji

pemeriksaan kepada pengirim material tersebut. Hasil tersebut di evaluasi untuk

membandingkan laboratorium satu dengan laboratorium lainnya (Geethanjalai,

2006).

Upaya untuk menjamin kualitas pelaksanaan pelayanan laboratorium kesehatan

diatur oleh Departemen Kesehatan dalam Permenkes 364/Menkes/SK/III/2003

tentang Laboratorium Kesehatan yang isinya mewajibkan bahwa laboratorium

kesehatan mengikuti akreditasi baik secara nasional maupun internasional. Salah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

6

satu syarat persyaratan dalam pedoman akreditasi nasional yang diatur dalam

Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium wajib mengikuti program

pemantapan mutu eksternal. Ini berati peraturan yang berlaku mewajibkan

laboratorium melakukan kegiatan pemantapan mutu eksternal demi meningkatkan

mutu layanan laboratorium dan dapat melakukan perbaikan terhadap kesalahan-

kesalahan yang ditemukan.

2.1.1.2 Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang

dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak

terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil

pemeriksaan yang tepat (Kemenkes, 2013).

Menurut Analytical Methods Committee (2010), pemantapan mutu internal

adalah kegiatan yang dikerjakan oleh suatu laboratorium menggunakan satu atau

lebih bahan kontrol ke dalam setiap pengerjaan setiap harinya. Bahan kontrol

diperlakukan sama dengan yang dilakukan pada bahan uji. Hasilnya diplot pada

diagram kontrol dan di interpretasikan dengan cara yang sudah ditentukan.

Tujuan kegiatan pemantapan mutu internal sebagai berikut :

1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan

mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.

2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak

terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

7

3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,

pengiriman, penyimpanan, dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan

dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.

4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.

5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer) (Kemenkes,

2013).

2.1.1.3 Quality Control

Salah satu kegiatan pemantapan mutu internal adalah kontrol kualitas (Quality

Control). Quality control merupakan suatu rangkaian pemeriksan analitik yang

ditunjukan untuk menilai data analitik. Tujuan dari dilakukannya quality control

adalah untuk mendeteksi kesalahan analitik di laboratorium. Kesalahan analitik di

laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan acak (Random Error) dan

kesalahan sistematik (Systematic Error). Kesalahan sistematik menandakan tingkat

akurasi suatu metode atau alat (Sukorini dkk, 2010).

Kesalahan acak menunjukan tingkat ketelitian (presisi). Kesalahan acak berasal

dari pengaruh faktor-faktor yang tidak dapat diperkirakan, kesalahan ini bersifat

wajar dan sulit dihindari dan akan tampak pada pemeriksaan spesimen yang sama

dengan hasil yang berbeda-beda, terkadang lebih besar atau lebih kecil dari nilai

seharusnya.

Kesalahan acak seringkali disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

1. Instrumen yang tidak stabil (pengaruh kelistrikan, dan lain-lain).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

8

2. Suhu ruangan yang tidak stabil.

3. Variasi reagen.

4. Variasi petugas; contohnya dalam memipet.

Kesalahan sistematik merupakan penyimpangan yang konsisten terhadap hasil

pemeriksaan dan menyebabkan bias terhadap hasil. Perbedaan dengan kesalahan

acak yaitu sifat kesalahan ini mengarah pada satu hasil yang sama. Hasil

pemeriksaan selalu lebih besar atau lebih kecil dari nilai seharusnya.

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

1. Spesifitas reagen atau metode pemeriksan rendah (mutu rendah).

2. Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak linear).

3. Alat bantu (pipet) yang kurang akurat.

4. Panjang gelombang yang dipakai.

5. Salah cara kerja.

Institute of Medicine menunjukan beberapa data tentang kesalahan dalam

laboratorium terutama pada pre analitik, karena hasil dari laboratorium klinis

terlibat langsung dalam sebagian besar dari diagnosis dan perawatan medis, perlu

adanya peningkatan kesadaran tentang kesalahan-kesalahan dalam praktik

laboratorium karena akan berdampak terhadap kesehatan pasien (Carraro &

Plebani, 2007).

Dalam meningkatkan kesadaran petugas laboratorium perlu adanya usaha yang

dilakukan orang itu sendiri atau institusi dari tempat dia bekerja. Penlitian yang

dilakukan oleh Azhar (2011) menemukan bahwa sedikit sekali petugas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

9

laboratorium yang memiliki pengetahuan yang baik dan banyak sekali yang

memiliki perilaku negatif dalam melakukan quality control di laboratorium.

Penelitian diatas didukung dengan penelitian Dargahi (2007) yang menunjukan

implementasi seorang ahli laboratorium medik dalam proses penjaminan mutu

masih sangat kurang. Lembaga harus menyediakan program pelatihan yang efektif

untuk memaksimalkan pengetahuan ahli laboratorium medik tentang implementasi

quality assurance dan quality control dengan penekanan lebih pada penerapan

prosedur quality control di laboratorium.

Petugas laboratorium harus mengetahui bahwa quality control dirancang untuk

memberi kepercayaan terhadap metode yang digunakan, tujuannya bukan untuk

menemukan kambing hitam atau menghukum mereka yang membuat kesalahan

tetapi kewajibannya terhadap pasien (Kanagasabapathy & Kumari, 2000).

2.1.2 Grafik Levey-Jennings

Grafik Levey-Jennings bekerja dengan asumsi sebaran nilai kontrol mengikuti

sebaran normal. Dalam membuat grafik Levey-Jennings sebagai bagian dari proses

quality control langkah-langkahnya yaitu dengan pemilihan bahan kontrol,

memeriksa bahan kontrol, dan membuat grafik dengan batas-batas rerata dan

simpangan baku (Sukorini, dkk, 2010). Dengan bantuan grafik ini kita dapat

melihat kelainan-kelainan yang terjadi yang dapat mempengaruhi terhadap hasil

pemeriksaan laboratorium.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

10

2.1.3 Westgard Multirules Quality Control (QC)

Sistem westgard sangat membantu kita dalam mendeteksi kesalahan-kesalahan

lebih dini menggunakan evaluasi grafik kontrol. Penggunaan level kontrol yang

disarankan menurut Peraturan Menteri Kesehatan yaitu 2 level kontrol. Berapa

banyak level yang akan kita pakai sangat tergantung dengan kondisi laboratorium

kita.

Westgard (2009), menyajikan aplikasi westgard multirules quality control (QC)

seperti Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Diagram Aplikasi Westgard Multirules Quality Control (QC)

(Sumber : Westgard, 2009)

Evaluasi hasil pemeriksaan grafik kontrol menurut Permenkes 2013 tentang

penyelenggaraan laboraotirum klinik yang baik :

1. Aturan 12s

Aturan ini merupakan aturan peringatan (warning) dimana satu data kontrol

melebihi batas 2 SD.

2. Aturan 13s

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

11

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil

pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x + 3 S.

3. Aturan 22s

Kontrol dinyatakan keluar apabila dua nilai kontrol pada satu level berturut-

turut diluar batas yang sama yaitu x + 2 S atau x - 2 S.

4. Aturan R4s

Aturan ini hanya dapat digunakan bila kita menggunakan 2 level kontrol dan

terdapat perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu

kontrol diatas + 2 S. Dan yang satunya dibawah – 2 S).

5. Aturan 41s

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4

kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x - S.

6. Aturan 10x

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10

kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah atau rerata.

Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap sampel pasien alangkah baiknya kita

melihat terhadap grafik kontrol yang sudah dibuat, apabila ada aturan kontrol yang

dilanggar maka pemeriksaan pada hari itu belum dapat dilanjutkan terhadap sampel

pasien dan harus dicari terlebih dahulu penyebab dari masalah. Di laboratorium,

quality control merupakan indikator utama bahwa proses analitik telah mencapai

persyaratan yang dibutuhkan (Cembrowski &Clarke, 2015).

Menurut Kemenkes (2013), di bawah ini diberikan petunjuk umum mengenai

tindakan-tindakan yang diambil apabila grafik pemantapan mutu tidak terkontrol.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

12

1. Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat, misalnya: perhitungan,

pipet, probe tersumbat.

2. Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan disebabkan pencemaran

tabung reaksi, sample cup, kontrol yang tidak homogen atau faktor lain.

3. Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol baru. Mungkin saja

serum kontrol yang dipakai tidak homogen atau menguap karena lama dalam

keadaan terbuka.

4. Apabila tidak ada perbaikan, amati instumentasi yang dipakai, apakah

pemeliharaan alat (maintenance) telah dilakukan. Bagaimana dengan temperatur

inkubator.

5. Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil pemeriksaan

menunjukan perbaikan, berati terdapat kerusakan serum kontrol.

6. Apabila ada keraguan, pakai serum kontrol yang kedua yang mempunyai nilai

berbeda.

7. Gunakan standar baru.

8. Ganti reagen.

9. Amati setiap langkah/ tahap pemeriksaan.

2.1.4 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

13

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012a).

1. Mengetahui (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini adalah bahan yang

dipelajari/rangsang yang diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepertasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat

diartikan penggunaan rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih berhubungan antara satu dengan yang

lainnya sehingga susunannya dapat dipahami.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, seperti membuat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

14

sebuah ide, konsep, dan rencana terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian. ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Plebani (2002) peran ahli laboratorium medik telah berubah

dibandingkan sebelumnya, pengetahuan yang didapat hanya dari pelatihan tidaklah

cukup. Perlu adanya keterlibatan yang lebih besar dalam aspek klinisi profesi

mereka seperti berdiskusi atau mempresentasikan sebuah kasus. Dengan cara

seperti ini maka wawasan mereka akan lebih terbuka.

2.1.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2. Informasi / media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

15

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Seorang ahli laboratorium medik harus mempunyai pengetahuan dasar pada

analisis dan interpretasi dalam pemantapan mutu. Dalam memperoleh pengetahuan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

16

tersebut harus didukung dengan semangat dan komitmen yang kuat

(Senthilkumaran, 2014).

2.1.5 Sikap (Attitude)

Menurut Notoadmodjo (2012b) sikap adalah reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang relative akan

menetap lebih lama. Sikap menurut Luthfiana (2012) adalah suatu sindroma atau

kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Jadi, sikap

merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang

melibatkan faktor emosional seseorang.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanan motif tertentu. Ini berarti, sikap belumlah menunjukan tingkah laku

atau tindakan (reaksi terbuka) akan tetapi merupakan predisposisi perilaku

(tindakan) atau reaksi tertutup.

Gambar 2.2 Hubungan Sikap dan Tindakan

(Sumber : Notoadmodjo, 2012b)

Stimulus

(rangsangan)

Sikap (tertutup)

Reaksi

Tingkah laku

(terbuka)

Proses Stimulus

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

17

Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan, seperti

pengetahuan petugas laboratorium tentang pentingnya melakukan quality control.

Rangsangan tersebut menstimulus petugas laboratorium untuk memberi respon,

dapat berupa sikap positif atau negatif yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap perilaku seseorang.

2.1.5.1 Komponen Pokok Sikap

Allport (1954) (dalam Notoatmodjo, 2012b) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunya tiga komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting. Pengetahuan akan membawa seseorang

untuk berpikir dan berusaha supaya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan.

2.1.5.2 Tingkatan Sikap

Notoatmodjo (2012b) membagi sikap dalam berbagai tingkatan:

1. Menerima (receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

18

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut menerima ide.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan

secara langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek.

2.1.6 Perilaku

2.1.6.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu sitimulus atau suatu tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik

disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang

saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks

sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang

menerapkan perilaku tertentu (Wawan & Dewi, 2010).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

19

Menurut Bloom (1997) (dalam Notoadmodjo, 2012b) perilaku seseorang

terdiri dari tiga bagian yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude), dan

praktek atau tindakan (Practice).

2.1.6.2 Konsep Perilaku

Menurut Wawan dan Dewi (2010) perilaku dari pandangan biologis adalah

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia

pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Hereditas atau

faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan

perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah

suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka

terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).

Menurut Skinner (1938) (dalam Notoatmodjo, 2012b) seseorang ahli

perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Ia membedakan adanya 2

respons, yakni:

1. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus)

tertentu. Stimulus yang seperti ini biasa disebut juga eliciting stimlutaion karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

20

2. Operant Respons atau Instumental Respons

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh stimulus

perangsang tertentu. Stimulus yang seperti ini disebut reinforcing stimulation

atau reinforcer karena stimulus ini memperkuat respons yang telah dilakukan.

Terdapat 4 alasan pokok yang mengatakan bahwa penyebab seseorang

berperilaku tertentu menurut Teori World Health Organization (WHO) (dalam

Notoatmodjo, 2012b), antara lain :

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek

atau stimulus merupakan langkah awal untuk berperilaku. Seorang petugas

laboratorium melakukan quality control dengan dasar pertimbangan

manfaatnya, sumber daya, dan sebagainya.

2. Orang penting sebagai referensi (personal refrence)

Perilaku seseorang hampir semuanya dipengaruhi oleh orang-orang yang

diaangap mereka penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang ia

katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Misalnya petugas

laboratorium baru akan melakukan quality control apabila atasannya atau

seniornya sudah terlebih dahulu mencontohkannya atau melakukannya.

3. Sumber daya (resources)

Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan

sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat. Seorang petugas laboratorium yang mengetahui akan pentingnya

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

21

melakukan quality control tetapi tidak didukung dengan sumber daya atau tidak

adanya fasilitas maka tidak memungkinkan untuk melakukan quality control.

4. Kebudayaan (culture)

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari

kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat

di sini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan sebelumnya.

Teori L. Green (dalam Notoatmodjo, 2012b) menjelaskan bahwa perilaku

seseorang dibentuk dari faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, dan sebagainya), faktor pendukung( (seperti tersedianya sarana dan

prasarana), dan faktor pendorong.

2.1.6.3 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pembentukan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012b) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan

dikelompokan menjadi dua jenis yaitu:

1. Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan,

emosi, sikap, motivasi, dan sebagainya berfungsi untuk mengolah rangsangan

dari luar.

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berada di luar individu yang bersangkutan yang meliputi

objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran

dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

22

Selain faktor di atas, karakteristik individu seperti motif, nilai-nilai,

kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian

berinteraksi dengan faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor

lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan

kadang-kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu. Hal

inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks (Azwar, 2013).

2.1.7 Rumah Sakit Dustira

Rumah Sakit Dustira adalah rumah sakit peninggalan Belanda yang didirikan

pada tahun 1887 dengan nama Militaire Hospital dan tahun 1956 diberi nama

Rumah Sakit Dustira. Rumah sakit ini terletak di Jalan Rumah Sakit No. 1 Cimahi.

Rumah Sakit ini sekarang menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah

Kodam III/ Siliwangi dengan akreditasi KARS 2012.

Rumah Sakit Dustira memiliki Visi, Misi, dan Moto yaitu sebagai berikut:

1. Visi

Menjadi Rumah Sakit kebanggaan Prajurit, PNS dan keluarganya, serta

masyarakat umum di wilayah Kodam III/Siliwangi yang bermutu dalam pelayanan,

pendidikan, dan penelitian.

2. Misi

A. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna

B. Memberikan dukungan kesehatan yang handal

C. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan

yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah Sakit Pendidikan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

23

3. Tujuan

TeRPESoNA “Tertib, Ramah, Professional, Empati, Solid, Aman dan Nyaman.”

Rumah Sakit Dustira memiliki luas bangunan 54.481 m2 yang didalamnya

terdapat 16 poliklinik yang menunjang, diantaranya:

1. Poliklinik Anak

2. Poliklinik Bedah

3. Poliklinik Interne

4. Poliklinik Jantung

5. Poliklinik Paru

6. Poliklinik Saraf

7. Poliklinik Jiwa dan Psikologi

8. Kebidanan dan Penyakit Kandungan

9. Poliklinik Gigi dan Mulut

10. Penyakit Kulit dan Kelamin

11. Poliklinik Mata

12. Poliklinik THT

13. Fisioterapi

14. UGD

15. Poliklinik Gizi

16. Poliklinik Umum

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

24

2.1.7.1 Struktur Organisasi Laboratorium

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Laboratorium

HEMATOLO

GI

1. Indah

Widiyanti

2. Yuliantini

3. Ai

Nurhalima

h

4. M. Hasan

KIMIA

KLINIK

1. Rezki

Noveria

2. Tenty

Sutanti

3. Indah D J

4. Dini

Hardianti

5. Anik

Karliya

6. Resty

SAMPLING

1. Misri Ali

2. Bambang V

3. Adi Gunawan

LAB -

CYTO

1. Eka

Lasmini

2. Etik

Kurniawati

PENGATUR PELAYANAN

Sumaryanti

ADMINISTRASI

Euis Suhartini

PNS Penata III / b

URINE

1. Rasum

2. Rudi

Mudiyanto

BANK

DARAH

1. Eni Tjatur

2. T. Hansudi

Yusuf

3. Sukiman

KEPALA RUMAH SAKIT

WAKIL KEPALA RUMAH SAKIT

KAINSTAL JANGDIAGNOSTIK

Djanto Prabowo

Letnan Kolonel Ckm

KASUBINSTAL LABORATORIUM

Mayor Ckm

DOKTER

PENANGGUNG

JAWAB

LABORATORIUM

dr. Delima Soetanto,

SpPK., Mkes

PERWIRA URUSAN LABORATORIUM

Dedi Saepudin

Kapten Ckm

PENATA LABORATORIUM

Eka Lasmini, S.Si

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

25

2.2 Kerangka Konsep

Berdasrkan kerangka teori yang ada, serta berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep untuk penelitian ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

2.3 Hipotesa

Hi = Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku petugas

laboratorium klinik RS Dustira dalam melakukan quality control.

Hi = Ada hubungan antara sikap dengan perilaku petugas laboratorium klinik

RS Dustira dalam melakukan quality control.

Pengetahuan

Petugas

Laboratorium

Sikap Petugas

Laboratorium

Perilaku

Petugas

Laboratorium

dalam

Melakukan

Quality Control

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

26

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

Perilaku

Petugas

Laboratorium

dalam

melakukan

Quality

Control.

Merupakan

tindakan

yang

dilakukan

responden

dalam

melakukan

quality

control

berdasarkan

hasil

pemikiran

dan

perasaan,

orang

penting

sebagai

refrensi,

sumber

daya, dan

kebudayaan.

Skor

perilaku

diukur

dengan

kuesioner

sebanyak

14

pernyataan.

.

Kuesioner Skala likert

pernyataan

positif:

4: sangat

setuju

3: setuju

2: tidak

setuju

1: sangat

tidak setuju

Pernyataan

negatif

1:sangat

setuju

2:setuju

3:tidak

setuju

4: sangat

tidak setuju

Ordinal

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pemantapan Muturepository.poltekkesbdg.info/files/original/07f841779f43ed7d2f6503… · Permenkes 298/Menkes/SK/III/2008 bahwa laboratorium

27

Variabel Independen

Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur Alat

ukur

Hasil ukur Skala

ukur

Pengetahuan

Adalah segala

sesuatu yang

diketahui

responden

mengenai

quality

control.

Skor

pengetahuan

diukur

dengan

kuesioner

sebanyak 10

pernyataan.

Kuesioner Kategori

baik jika

jawaban

benar ≥

76%

kategori

cukup 56%-

75%

kategori

kurang ≤

55%.

Ordinal

Sikap Sikap adalah

pandangan-

pandangan

atau perasaan

yang disertai

kecenderungan

untuk

bertindak

mengenai

quality control

( Purwanto,

1998)

Responden

diberikan

pernyataan

sebanyak 13

buah.

Kuesioner Skala likert

pernyataan

positif:

4: sangat

setuju

3: setuju

2: tidak

setuju

1: sangat

tidak setuju

Pernyataan

negatif

1:sangat

setuju

2:setuju

3:tidak

setuju

4: sangat

tidak setuju

Ordinal