BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perangkat Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 SMK Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan negara, sehingga untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi program pembelajaran. Pelaksanaan Kurikulum 2013 diharapkan tidak hanya mengembangkan kognitif saja tetapi juga mampu mengembangkan aspek lain secara holistik. Upaya untuk pengembangan pembelajaran melalui berbagai inovasi antara lain; (a) penyempurnaan kurikulum, (b) pengadaan buku/bahan ajar, (c) peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan, (d) peningkatan manajemen, (e) peningkatan sarana dan prasarana. Menurut Herry Widyastono (2013), terdapat tiga landasan dalam penyempurnaan Kurikulum 2013, yaitu 1) aspek filosofis: (a) filosofi pendidikan berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, (b) berorientasi pada pengembangan kompetensi; 2) aspek yuridis: pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa; 3) aspek konseptual: (a) relevansi, (b) KBK, (c) kurikulum lebih dari sekedar dokumen, (d) proses pembelajaran: aktivitas belajar, output belajar, outcome
39
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 5. 22. · 15 9. Revisi produk dalam uji coba pemakaian. 10. Pembuatan produk massal, dilakukan bila telah dinyatakan efektif dan layak. Pembelajaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perangkat Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 SMK
Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan
negara, sehingga untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan
meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi program pembelajaran.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 diharapkan tidak hanya mengembangkan kognitif
saja tetapi juga mampu mengembangkan aspek lain secara holistik. Upaya untuk
pengembangan pembelajaran melalui berbagai inovasi antara lain; (a)
menggunakan teknik eksperimen kelas, (3) memperoleh disain produk
(substansi dan metodologi) yang efektif dan efisien.
7. Revisi produk operasional (operational product revision), ini perbaikan kedua
setelah dilakukan uji lapangan di kelas. Penyempurnaan tidak hanya
didasarkan pada aspek kualitas melainkan juga kuantitasnya berdasarkan hasil
belajar siswa pada proses pembelajaran.
8. Uji kelayakan (operational field testing), tahap ini pengujian efektivitas dan
adaptabilitas disain produk dengan melibatkan pemakai produk. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, quesioner, yang
kemudian hasilnya dianalisis.
9. Revisi produk akhir (final product revision), ini berdasarkan uji kelayakan
untuk menyempurnakan disain produk guna keakuratan produk yang
dikembangkan. Pada tahapan ini sudah memperoleh produk yang dapat
dipertanggung jawabkan.
10. Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation),
mempublikasikan disain produk yang diperoleh agar dapat diimplementasikan
pada masyarakat umum.
Sedangkan menurut Sugiyono (2016), langkah-langkah penelitian
pengembangan dijelaskan dalam langkah-langkah penelitian, sebagai berikut:
14
1. Potensi dan masalah, berawal dari adanya potensi atau masalah yang dapat
diatasi melalui penelitian pengembangan sehingga dapat ditemukan suatu
model, pola atau sistem penanganan terpadu yang efektif
2. Mengumpulkan informasi, dari berbagai informasi dan studi literatur yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang dapat
mengatasi masalah, sehingga menemukan konsep teoretis, seperti model,
program, sistem, pendekatan, software dan sebagainya.
3. Disain produk dengan menghasilkan sistem kerja baru, seperti rancangan kerja
berdasarkan penilaian terhadap system kerja lama. Selain itu mengkaji
referensi mutakhir terkait sistem kerja baru untuk menghasilkan produk baru
yang spesifik, meskipun belum diuji.
4. Validasi disain merupakan proses penilaian produk agar lebih efektif, melalui
penilaian pakar atau ahli untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya. Pada
langkah ini dapat dilakukan melalui forum diskusi, tetapi sebelumnya peneliti
mempresentasikan produk tersebut, berikut keunggulannya.
5. Perbaikan disain dilakukan oleh peneliti agar mengurangi kelemahan produk
tersebut.
6. Uji coba produk, dapat dilakukan melalui ekperimen dengan membandingkan
efektivitas dan efesiensi sistem kerja lama dan baru.
7. Revisi produk menunjukkan bahwa produk baru lebih baik dari produk lama.
8. Uji coba pemakaian terhadap produk dalam kondisi nyata.
15
9. Revisi produk dalam uji coba pemakaian.
10. Pembuatan produk massal, dilakukan bila telah dinyatakan efektif dan layak.
Pembelajaran pangan berbasis sumber daya lokal sesuai dengan materi
Prakarya dan Kewirausahaan, karena: (1) tata nilai dan sumber etika moral dalam
kearifan lokal sebagai sumber pendidikan karakter bangsa, (2) teknologi tepat
guna untuk mengembangkan karya nyata, (3) sumber materi budaya lokal
(Setyowati, 2014), sehingga diperlukan perangkat pembelajaran berikut:
Borg & Gall (1989) Sugiyono (2015)
Pengumpulan Data 1. Potensi dan Masalah
Perencanaan 2. Pengumpulan data
Pengembangan Disain 3. Disain Produk
Uji Coba Awal 4. Validasi Disain
Revisi Hasil Uji 5. Ujicoba pemakaian
Uji Coba Lapangan 6. Revisi Produk
Revisi Produk 7. Ujicoba Produk
Uji Kelayakan 8. Revisi Disain
Revisi Produk Akhir 9. Revisi Produk
Diseminasi & Implementasi 10. Produksi Massal
Tabel 2.1 Perbandingan tahapan R&D menurut
16
2.1.1 Kurikulum pembelajaran SMK Pariwisata
Dalam buku Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan sebagai bagian dari
Kurikulum 2013 pada jenjang Pendidikan SMK Pariwisata mencakup pembelajaran
yang secara utuh dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi berbasis sumber daya lokal yang dapat mengangkat budaya bangsa
(Kemendikbud, 2014). Kurikulum ini berbasis muatan lokal, disebut juga
curriculum improvement untuk melengkapi kompetensi sesuai kurikulum 2013.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini memiliki ciri pada penilaian yang
menekankan proses dan hasil belajar. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan
dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem
penilaiannya, karena proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas
belajar yang baik dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan
mendorong guru untuk menentukan strategi belajar mengajar yang baik dan
memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Kerangka dasar kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis, psikologis,
dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan struktur
kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
(KD), muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan
pendidikan dan program pendidikan. KI pada Kurikulum 2013 SMK merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai SKL pada setiap tingkat kelas, terdiri atas KI
sikap spiritual, KI sikap sosial, KI pengetahuan dan KI keterampilan.
17
2.1.2 Pedoman pembelajaran buku siswa
Buku Siswa merupakan pedoman pembelajaran yang akan digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan program pembelajaran
pangan pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan bersifat partisipatif yang
mengamanatkan adanya pelibatan siswa secara aktif pada setiap tahapan kegiatan
sesuai dengan kurikulum 2013. Sehingga fungsi pedoman pembelajaran untuk
memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi
dasar tiap mata pelajaran, mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi
dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan.
Semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
dirancang mengikuti rumusan tersebut (Kemendikbud, 2013).
2.1.3 Suplemen pembelajaran: buku ajar
Buku ajar merupakan salah satu media pembelajaran yang mendukung
kegiatan belajar mengajar dalam penyampaian bahan pelajaran yang disajikan
kepada siswa, guru menggunakan berbagai perangkat media pembelajaran.
Adapun media pembelajaran itu sangatlah beraneka macam, baik itu dalam
bentuk media cetak, media/alat peraga ataupun media elektronik. Media cetak
sudah sangat lazim bagi guru maupun siswa, media cetak meliputi buku ajar, buku
siswa, buku referensi, majalah, tabloid, koran, atlas/peta atau media-media cetak
lainnya. Ada tiga fungsi penggunaan media pembelajaran terhadap kegiatan
18
pembelajaran didalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang
sifatnya pilihan (optional), pelengkap (complemen), atau pengganti (substitution).
Lebih lanjut dijelaskan fungsi pembelajaran berikut ini: (a) suplemen, fungsinya
peserta didik mempunyai kebebasan memilih, untuk memanfaatkan materi
pembelajaran tersebut, artinya sebagai materi tambahan saja. Sekalipun sifatnya
optional, peserta didik yang memanfaatkannya akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan. (b) komplemen, fungsinya untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima siswa. Sebagai komplemen berarti materi
pembelajaran diprogramkan untuk menjadi materi enrichment (pengayaan) atau
remedial bila mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan
guru secara tatap muka di kelas. (c) Substitusi berfungsi sebagai pengganti,
dengan beberapa alternatif pembelajaran. Tujuannya agar peserta didik dapat
secara fleksibel mengelola kegiatan sesuai dengan waktu dan aktivitas lainnya.
2.2 Pembelajaran Pengolahan Pangan
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang
kondusif bagi siswa, sehingga proses dalam pembelajaran merupakan sasaran
utama. Pada proses pembelajaran peserta didik memiliki peran aktif, karena guru
sebagai fasilitator berperan untuk menciptakan lingkungan yang dapat menunjang
pembelajaran, sehingga menjadi pembelajaran individual (individual learning).
Konsep pembelajaran dalam taksonomi Bloom, terdiri dari tiga aspek
pembelajaran yang dicetuskan oleh Bloom (Eisner, 2000), yaitu
19
a. Kognitif (cognitive) menjadi aspek utama kurikulum dan tolok ukur penilaian
pembelajaran. Kognitif merupakan proses mengetahui melalui nalar atau berpikir
untuk mengembangkan kemampuan rasional, terdiri dari tingkatan terendah
sampai tertinggi, yaitu (1) knowledge: aspek dasar mengacu pada kemampuan
mengenali dan mengingat materi, seperti kemampuan mengingat konsep, proses,
metode dan struktur; (2) comprehension: kemampuan mengelompokkan,
mengorganisir, membandingkan, mendeskripsikan dan memahami sesuatu yang
telah dipelajari; (3) application: kemampuan menerapkan konsep abstrak dan
ide/teori; (4) analysis: pemecahan informasi, menentukan hubungan antar bagian,
identifikasi penyebab dan menyimpulkan; (5) synthesis: kemampuan menyatukan
konsep untuk membentuk pola baru, ini memerlukan kreatifitas; (6) evaluation:
kemampuan berpikir dan menilai sesuatu untuk tujuan tertentu.
b. Afektif (affective) menurut David Krathwoh (Bloom, 1956) sesuatu yang
berkaitan dengan rasa/emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat,
minat, persepsi dan sikap, yaitu: (1) receiving: kemampuan memperhatikan dan
merespon stimulasi, dengan menunjukkan atensi/penghargaan. (2) responding:
tertarik dan terlibat, seperti peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
dan termotivasi untuk bertindak. (3) valuing: mengarah pentingnya nilai terhadap
sesuatu, dapat menerima atau menolak pendapat. Juga menyatakan sesuatu yang
baik, kurang baik atau tidak baik. (4) organization: penyatuan nilai dan sikap
yang berbeda, sehingga konsisten membentuk nilai internal (5) characterization:
20
karakter dan daya hidup, ini tercermin dalam tingkah laku yang berhubungan
dengan pribadi, sosial, dan emosi.
c. Psikomotorik (psychomotor) meliputi perilaku, gerakan dan koordinasi jasmani,
motorik dan kemampuan fisik (Bloom, 1956) , yaitu: (1) awareness, terjadi ketika
mampu mengartikan stimulus menjadi gerakan motorik; (2) set, kesiapan
bertindak meliputi aspek mental, fisik dan emosional, ini menampilkan gerakan
melalui latihan; (3) guided response, merupakan tahap awal gerakan kompleks,
meliputi imitasi dan percobaan; (4) mechanism, respon yang dipelajari menjadi
kebiasaan dan gerakan dilakukan dengan keyakinan dan ketepatan; (5) complex
overt response (expert), tahap motorik terampil melalui gerakan akurat dan
terkoordinasi, tanpa keraguan dan otomatis; (6) adaptation, penguasaan motorik
dalam berbagai situasi; (7) origination, kemampuan menciptakan kreatifitas
dengan modifikasi sesuai kondisi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 Tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), menjelaskan proses pembelajaran pada
satuan pendidikan, diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis (BNSP, 2013). Pasal 77 menjelaskan muatan
lokal, berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal
yang dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan (BNSP,
21
2013). Sesuai peraturan tersebut, maka pembelajaran pangan dapat diberikan
melalui mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, karena menekankan pada
karya nyata berbasis budaya lokal. Pembelajaran ini berawal dengan melatih
kemampuan ekspresi-kreatif untuk menuangkan ide dan gagasan agar
menyenangkan orang lain, kemudian dirasionalisasikan secara teknologis,
sehingga bermuara apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis dan aplikatif
dengan memanfaatkan lingkungan dan memperhatikan dampaknya terhadap
ekosistem, manajemen dan ekonomis (Werdhaningsih, 2014), sehingga termasuk
transcience-knowledge, karena mengembangkan pengetahuan dan melatih
kecakapan hidup (life skills) berbasis seni, teknologi dan ekonomi. Tujuan
pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (Setyowati, 2014), yaitu: (a)
merupakan pendidikan formal namun bertujuan keterampilan wirausaha; (b)
menghasilkan kualitas manusia yang mempunyai wawasan penciptaan berbasis
pasar; (c) memfasilitasi kemampuan ekspresi-kreatif melalui karya ergonomis,
teknologi dan ekonomis; (d) mencipta karya berbasis estetis, artistik dan budaya
lokal; (e) melatih memanfaatkan media melalui prinsip higenis, tepat-cekat-cepat,
ekosistemik dan metakognitif; (f) menghasilkan karya apresiatif yang bersifat
apropriatif terhadap teknologi terbarukan dan kearifan lokal; (g) menumbuhkan
jiwa wirausaha melalui latihan dan penciptaan karya, mengemas dan penjualan.
Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan sesuai kurikulum 2013
menggunakan metode saintifik (5M) yang menekankan pengalaman dalam
22
kegiatan inti. Prinsipnya adalah 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. Deskripsi kegiatan pembelajaran dan
penjelasan bentuk hasil belajarnya diuraikan pada tabel 2.1, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Deskripsi langkah pembelajaran Langkah pembelajaran Deskripsi kegiatan Bentuk hasil belajar 1 Mengamati mengamati dengan perhatian pada waktu (observing) indra (membaca, mengamati suatu objek/ mendengar, menyimak, membaca suatu melihat, menonton, dan tulisan/mendengar suatu sebagainya) dengan penjelasan, catatan yang atau tanpa alat dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati 2 Menanya membuat dan mengajukan jenis, kualitas, dan jumlah (questioning) pertanyaan, tanya pertanyaan yang diajukan jawab, berdiskusi siswa (pertanyaan faktual, tentang informasi konseptual, prosedural, yang belum dipahami, dan hipotetik) informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. 3 Mengumpulkan mengeksplorasi, jumlah dan kualitas informasi/mencoba mencoba, berdiskusi, sumber yang digunakan, (experimenting) mendemonstrasikan, kelengkapan meniru bentuk/gerak, informasi, validitas melakukan eksperimen, informasi yang membaca sumber lain, dikumpulkan, dan mengumpulkan data instrumen/alat yang dari nara sumber melalui digunakan untuk angket, wawancara, dan mengumpulkan data. memodifikasi/menambahi mengembangkan
23
4 Menalar/mengasosiasi mengolah informasi mengembangkan interpretasi (associating) yang sudah argumentasi dan kesimpulan
dikumpulkan, mengenai keterkaitan informasi
menganalisis data dari dua fakta/konsep, dalam bentuk membuat interpretasi, argumentasi dan kategori, mengasosiasi kesimpulan mengenai atau menghubungkan keterkaitan lebih dari dua fakta fenomena/informasi /konsep/teori, menyintesis yang terkait dalam dan argumentasi serta rangka menemukan kesimpulan, keterkaitan suatu pola, dan antar berbagai jenis fakta/ menyimpulkan. konsep/teori/pendapat mengembangkan interpretasi struktur baru, argumentasi dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan;mengembangkan interpretasi, struktur baru argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat berbeda dari berbagai sumber
5 Mengomunikasikan menyajikan laporan menyajikan hasil kajian (communicating) dalam bentuk bagan, (dari mengamati sampai diagram, atau grafik; menalar) menyusun laporan tertulis dalam bentuk tulisan, dan menyajikan laporan grafis, media meliputi proses, hasil dan elektronik, multi media kesimpulan secara lisan dan lain-lain
Sumber: Werdhaningsih et al., 2015.
24
2.3 Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
Indonesia masih impor produk pangan, dengan alasan kebutuhan pangan
nasional terus meningkat, tetapi produksi pangan lokal tidak bisa memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat (high demand but less supply). Dalam Indonesia
Business Dialogue di Jakarta, 19/11/2014, Adhi Lukman, menjelaskan bahwa
Indonesia melakukan impor dan ekspor berbagai komoditas pangan dengan
perbandingan produk pangan impor dan ekspor sebagai berikut:
Sumber: Adhi Lukman, 2014 Gambar 2.1 Grafik impor dan ekspor produk pangan di Indonesia
-10000
-8000
-6000
-4000
-2000
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
ImportEksportPenyeimbang
25
Problem lain yang muncul dari tata kelola pangan di Indonesia adalah
penganekaragaman pangan yang tidak sinergi dengan rencana pembangunan.
Peningkatan produk pangan impor, serta kecenderungan masyarakat
mengkonsumsinya semakin meningkat, menyebabkan ketergantungan pangan
impor yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melemah. Evaluasi kebijakan
pertanian pada aspek penyediaan pangan, distribusi dan konsumsi pangan,
diupayakan agar memcapai kemandirian pangan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online versi 1.4 (Setiawan, 2015), sumber daya alam (SDA) adalah
potensi alam yg dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sedangkan sumber
daya lokal yang dimaksud adalah potensi alam setempat yang dapat
dikembangkan untuk proses produksi setempat. Salah satu sumber daya lokal
yang juga menjadi daya tarik pariwisata Bali adalah pangan lokal yang
dikombinasikan dengan cara hidup/tradisi suatu masyarakat dalam mengolah
berbagai hasil dari pertanian, peternakan dan perikanan.
2.3.1 Kuliner tradisional Bali
Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang telah ditetapkam
menjadi daerah tujuan wisata, cara hidup dengan adat istiadat yang unik serta
kebudayaan yang bersumber dari ajaran agama Hindu sebagai agama bagi
sebagian besar penduduknya, potensi inilah yang merupakan daya tarik bagi
wisatawan dari berbagai negara yang tentunya harus dipertahankan dan
dilestarikan. Keanekaragaman sumber daya alam merupakan kekayaan bangsa
26
yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal, meliputi flora, fauna, dan
kandungan alamnya. Kekayaan masyarakat Bali yang belum digali sepenuhnya
adalah pangan tradisional berupa makanan dan minuman serta segala sesuatu
yang berhubungan dengan pengadaan dan penyajian dengan ciri khas yang
spesifik dan unik.
Suci et al. (1986) menjelaskan, budaya masyarakat Bali berlandasan
konsep dualistis, maksudnya konsep yang berlawanan sehingga menjadi dua hal
yang berbeda, tetapi semuanya berasal dari sumber yang sama. Pada pola makan,
konsep ini terwujud dalam penggolongan makanan untuk sarana upacara
keagamaan yang disebut sukla dan makanan yang sudah digunakan dalam upacara
keagamaan disebut surudan. Makanan sukla digunakan untuk upacara keagamaan
dan disuguhkan pada Pedande dan Kelian Adat dengan bahan dan alat makan
khusus yang terbaik. Sedangkan makanan surudan adalah makanan yang telah
digunakan untuk upacara keagamaan dan boleh dimakan, untuk tamu disediakan
makanan yang disebut makanan petamon.
Pada masyarakat Bali, kuliner berbahan pangan lokal dalam bentuk
makanan dan minuman tradisional khas Bali sangat erat hubungannya dengan
adat istiadat, sehingga pengertian pangan tradisional sangat kompleks. Meliputi
makanan dan minuman yang disajikan sehari-hari, juga makanan untuk
kesempatan khusus, dan juga digunakan sebagai sarana dalam berbagai upacara
keagamaan (Suci, 1986). Makanan dan minuman sebagai konsep yang hidup
27
dalam sistem sosial budaya Bali sangat erat kaitannya dengan pengertian pangan,
dan fungsi pangan yang berlaku dalam masyarakat.
Keberadaan masyarakat pada suatu daerah juga memiliki perbedaan, bahkan
pada masing-masing keluarga konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh
kesukaan/selera dan keterampilan memasak yang dimiliki, ini menimbulkan ciri
tersendiri yang berkembang menjadi pangan tradisional. Pangan tradisional adalah
semua jenis makanan/minuman yang dibuat dan diolah oleh masyarakat setempat,
dengan menggunakan bahan pangan lokal, dengan cara pengolahan sederhana, dan
memiliki ciri khas daerah setempat (Ariani, 1994) mulai dari makanan pokok, lauk
pauk, sayur, makanan pelengkap, jajanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat di daerah tersebut. Pangan tradisional Bali, pada umumnya kaya akan
aneka ragam bumbu dan rempah yang diperoleh dari hasil bumi setempat dan
menjadi ciri khas makanan Bali. Pangan tradisional tersebut mengandung kekayaan
akan gizi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan juga berfungsi
sebagai sumber obat-obatan, serta menjaga kebugaran tubuh. Berdasarkan buku
tentang Pangan tradisional Bali (Suci, 1986; Ariani, 1994; Agung, 2010; Sanaji,
2010; Rini, 2011; Margi, 2014), secara umum memiliki kekhasan sebagai berikut:
a. menyukai rasa masakan yang kuat dan tajam dengan menggunakan banyak
bumbu (bumbu lengkap) seperti menggunakan basa genap dan wewangen,
dengan dominan rasa asin dan pedas.
28
b. menggunakan teknik memasak sederhana, seperti metambus dan metunu,
tetapi saat ini jarang yang menggunakan cara tersebut karena tidak memasak
dengan kayu bakar lagi.
c. alat-alat yang digunakan merupakan alat-alat khas tradisional, seperti paon
(sejenis kompor tradisional), ingka untuk menyajikan makanan.
d. bahan makanan dan bumbu-bumbu yang digunakan hanya terdapat di daerah
tersebut, sukar diperoleh di daerah lain, seperti kacang undis, kacang
jongkok, don paspasan, don kelor dsb.
e. cara pengolahannya masih sangat tradisional, sehingga memerlukan waktu
yang lama dan kesungguhan dalam membuatnya, karena dapat merubah rasa.
f. adanya kebiasaan-kebiasaan yang kurang sesuai dengan kesehatan, seperti
mengambil makanan langsung menggunakan tangan.
Kuliner tradisional, seharusnya memiliki standar pangan internasional,
artinya, makanan dan minuman yang digemari oleh orang-orang dari berbagai
bangsa dengan latar belakang kebiasaan makan dan minum yang berbeda-beda.
Kuliner tradisional merupakan makanan yang disukai oleh masyarakat setempat,
dan juga seharusnya diminati oleh para remaja sebagai generasi muda.
Kuliner tradisional Bali merupakan salah satu elemen budaya yang
seharusnya dikonsumsi bukan hanya oleh generasi tua saja, tetapi juga dikenal,
diminati dan dikonsumsi juga oleh generasi muda. Lebih dari itu pangan tradisional
dapat dipromosikan sebagai salah satu daya tarik wisatawan. Hal ini seharusnya
29
memberikan motivasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk melestarikan
dan mengembangkan Kuliner Tradisional Khas Bali. Pangan tradisional khas Bali
sangat kaya dengan budaya yang dipengaruhi budaya China, budaya Eropa
(Belanda), Budaya India (Hindu) atau budaya lainnya (Ariani, 1994). Berkenaan
dengan itu, sangat perlu melestarikan pangan tradisional agar dikenal, diminati dan
dikonsumsi oleh generasi muda.
Sedangkan menurut Suandra (1990), dalam bukunya Dharma Caruban yang
digunakan sebagai tuntunan ngebat, atau sering juga disebut dengan istilah ebat
yang merupakan istilah makanan yang dibuat untuk berbagai upacara. Berdasarkan
jenis pengolahannya, ebat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni olahan kering,
olahan lembab dan olahan cair. Selain itu, ada juga olahan dengan cara mengolah
daging hewan secara utuh seperti tutu, panggang dan guling. Pengolahan kuliner
tradisional Bali dijelaskan sebagai berikut:
(a) Olahan kering termasuk dalam olahan ini adalah berbagai jenis sate. Di Bali
ada banyak jenis sate, masing-masing jenis sate menggunakan tusuk atau disebut
katik yang berbeda. Ada yang berbentuk pipih, runcing, bulat panjang berujung
runcing, berbentuk balok kecil, dan runcing pipih. Sate yang popular di Bali antara