7 BAB II TINJAUAN PUSAKA A. Ergonomi 1. Definisi Ergonomi Menurut Sritomo Wingjosoebroto (2008) ergonomic atau ergonomics sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi merupakan suatu studi ilmiah yang meneliti tentang menusia dengan lingkungan kerjanya. Yang dimaksud dengan lingkungan kerja disini adalah interaksi manusia terhadap keseluruhan alat dan bahan serta metode kerja yang dihadapi di lingkungan dimana ia bekerja. 2. Tujuan Ergonomi Tujuan dari ergonomi adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efektif dan produktif serta terhindar dari bahaya yang timbul ditempat kerja atau akibat kerja (Budiono, et al., 2003). Secara umum tujuan ergonomi adalah Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja, Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif, Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari
25
Embed
BAB II TINJAUAN PUSAKA A. Ergonomi - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43237/3/jiptummpp-gdl-tiyasmasai-51741-3-babii.pdfsikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian, semua sikap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. Ergonomi
1. Definisi Ergonomi
Menurut Sritomo Wingjosoebroto (2008) ergonomic atau ergonomics
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ergos yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi merupakan suatu studi ilmiah
yang meneliti tentang menusia dengan lingkungan kerjanya. Yang dimaksud
dengan lingkungan kerja disini adalah interaksi manusia terhadap keseluruhan
alat dan bahan serta metode kerja yang dihadapi di lingkungan dimana ia
bekerja.
2. Tujuan Ergonomi
Tujuan dari ergonomi adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efektif dan
produktif serta terhindar dari bahaya yang timbul ditempat kerja atau akibat
kerja (Budiono, et al., 2003).
Secara umum tujuan ergonomi adalah Meningkatkan kesejahteraan fisik
dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja,
menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja, Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna
dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif, Menciptakan keseimbangan rasional antara
berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari
8
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan
hidup yang tinggi (Tarwaka, et al., 2004).
B. Sikap Kerja
1. Sikap Kerja Petani
Berdasarkan sikap/posisi kerja petani karet terbagi menjadi dua yaitu,
pertama pada proses penyadapan petani memposisikan postur tubuhnyanya
membungkuk dan juga mendongak keatas tergantung letak batang karet
yang ingin ditoreh, kemudian pada proses panen petani memikul dan
menjinjing beban hasil karet kurang lebih 10-30 kg tiap 2-3 hari pasca
penyadapan.
Gambar 2.1 Sikap Kerja Petani Karet Pada Proses Penyadapan (Tribunnews, 2015)
2. Sikap Kerja Alamiah Tubuh
Sikap kerja alamiah atau postur tubuh normal yaitu sikap atau postur dalam
proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi
pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh,
syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak
menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders dan sistem tubuh yang lain
(Baird dalam Merulalia, 2010).
9
a. Pada tangan dan pergelangan tangan
Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah
berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun
mengalami fleksi atau ekstensi. Contohnya ketika penggunaan keyboard
tidak ada tekanan pada pergelangan tangan.
b. Pada leher
Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring atau memutar
kesamping kiri atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20°
sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical.
c. Pada bahu
Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan
mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan
kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.
d. Pada punggung
Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks
adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring
ke kiri atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.
3. Sikap Tubuh dalam Bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,
kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antara
bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor
yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan
kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk
kurva tulang belakang. Faktor- faktor tersebut akan menentukan efisien dan
tidaknya sikap tubuh dalam bekerja (Pangaribuan, 2009).
10
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap
tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu Semua pekerjaan hendaknya dalam
sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian, semua sikap tubuh yang tidak
alami harus dihindarkan. Seandainya tidak memungkinkan, hendaknya
diusahakan agar beban statik diperkecil, tempat duduk harus dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada
otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada bagian tubuh dan mencegah
keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Anies, 2005).
4. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu
berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya
beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga
menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah
(Kuntodi,2008).
Gambar 2.2 Posisi kerja berdiri (Mulaksonono, 2014)
Berdiri dengan posisi buruk bisa meregangkan persendian tulang
belakang, menyebabkan sakit dan kekakuan pada punggung. Berdiri dengan
punggung lurus dan kepala menghadap ke depan serta menghindari sikap
11
membungkuk akan membantu memperbaiki sikap badan (Malcolm Jayson,
2003). Apabila bekerja sambil berdiri dengan pekerjaan diatas meja dan jika
dataran tinggi siku 0º, hendaknya dataran kerja yang memerlukan ketelitian
harus 0º + (5-10) cm. Arah penglihatan untuk pekerjaan yang berdiri adalah
23º-37º kebawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang
istirahat sehingga tidak mudah lelah (Anies, 2005).
5. Penilaian Sikap Kerja (Menggunakan Metode REBA)
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang
dikembangkan oleh Hignett, S dan Mc. Atamney yang didesain untuk
menganalisis keseluruhan aktivitas postur tubuh, serta aktivitas statis dan
dinamis. Metode ini memungkinkan dilakukan suatu analisis secara bersama
dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah
dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki. metode ini juga
mendefinisikan faktor-faktor lainnya yang dianggap dapat menentukan untuk
penilaian akhir dari postur tubuh, seperti: beban atau force atau gaya yang
dilakukan, jenis pegangan atau jenis aktivitas otot yang dilakukan (Tawaka,
2010). Adapun skoring REBA adalah sebagai berikut:
a. Group A: Penilaian anggota tubuh bagian badan,leher dan kaki
1) Badan
Skoring ini untuk menentukan apakah pekerja melakukan
pekerjaan dengan posisi badan tegak atau tidak dan kemudian
menentukan besar-kecilnya sudut fleksi atau ekstensi dari badan
yang diamati. kemudian memberikan skor berdasarkan posisi
badan.
12
Tabel 2.1 Penilaian Posisi Badan (Cuixart, 2003)
Gambar 2.3 Posisi Badan (J.Manik, 2013)
2) Penilaian pada leher
Langkah kedua adalah penilaian posisi leher. metode REBA
mempertimbangkan kemungkinan dua posisi leher yaitu fleksi dan
ekstensi. Skor pada leher dapat di tambah apabila posisi leher
pekerja membungkuk atau memuntir secara lateral. dapat dilihat
+1 Jika posisi leher fleksi atau memuntir secara lateral
13
Gambar 2.4 Posisi Leher (J.Manik, 2013)
3) Penilaian pada kaki
Skor pada kaki akan meningkat jika salah satu atau
kedua lutut fleksi atau ditekuk. namun demikian, jika pekerja
duduk maka keadaan tersebut dianggap tidak menekuk
sehingga tidak meningkatkan skor pada kaki. penilaian pada
kaki digambarkan pada gambar berikut ini:
Tabel 2.3 Penilaian Posisi Kaki (Cuixart, 2003)
Gambar 2.5 Posisi Kaki (J.Manik,2013)
b. Group B: Penilaian anggota tubuh bagian atas
1) Penilaian pada lengan
Skor Posisi 1 Posisi kedua kaki tertopang dengan baik di lantai baik dalam keadaan berdiri maupun
berjalan.
2 Salah satu tidak tertopang di lantai dengan baik atau terangkat +1 Jika salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi 30°-60° +2 Jika satu atau kedua kaki ditekuk fleksi > 60°
14
Untuk menentukan skor yang dilakukan pada lengan atas maka
harus diukur sudut antara lengan dan badan. sko yang diperoleh akan
sangat bergantung dari besar-kecilnya sudut yang dibentuk antara
lengan dengan badan selama melakukan pekerjaan.skor untuk lengan
dapat ditambah atau dikurangi jika bahu pekerja terangkat, jika lengan
diputar, diangkat menjauh dari badan atau dikurangi jika lengan
ditopang selama bekerja. berikut adalah gambar dan tabel penilain
posisi lengan:
Tabel 2.4 Penilaian Posisi Lengan (Cuixart, 2003)
2) Penilaian lengan bawah Skor lengan bawah bergantung pada sudut
yang dibentuk oleh lengan bawah.
Tabel 2.5 Posisi Lengan Bawah (Cuixart, 2003)
Skor Posisi
1 Posisi lengan fleksi atau ekstensi antara 0°-20°
2 Posisi lengan fleksi antara 21°-45° atau ekstensi >20°
3 Posisi lengan fleksi antara 46°-90°
4 Posisi lengan fleksi >90°
+1 Jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi
+1 Jika lengan diangkat menjauhi badan
-1 Jika berat lengan ditopang dengan menahan gravitasi
Skor Kisaran Sudut
1 Fleksi 60°-100°
2 Fleksi <60° atau >100°
15
Gambar 2.6 Posisi Lengan (J.Manik,2013)
4) Penilaian pergelangan tangan
Skor pada pergelangan tangan ditentukan oleh besar kecilnya sudut
yang dibentuk pergelangan tangan saat melakukan pekerjaan. skor
dapat ditambah jika pergelangan tangan mengalami torsi atau
deviasi baik ulnar maupun radial.
Tabel 2.6 Penilaian posisi pergelangan tangan ( Cuixart, 2003) Skor Kisaran Sudut 1 Posisi perhgelangan tangan fleksi atau ekstensi 0°-15° 2 Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi >15° +1 Pergelangan tangan pada saat bekerja mengalami torsi atau deviasi baik ulnar
maupun radial
Gambar 2.7 Posisi Pergelangan Tangan (J.Manik,2013)
c. Skor Group A, B dan C
1) Group A
Skor pertama yang diperoleh dari posisi badan, leher dan kaki.