9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Leries et al., (2013), yang meneliti mengenai Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP (studi kasus Pada CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok, belum sepenuhnya menerapkan standar SAK ETAP dalam penyajian laporan keuanganya, dan adannya kendala dalam menyusun laporan keuangan karena tidak adannya pembagian tugas yang jelas antar bagian bidang. Puspita (2013), yang meneliti mengenai Aplikasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Sak Etap Pada Bagus Agriseta Mandiri. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus di mana dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif pada latar belakang masalah yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya membuat kerugian dan keuntungan laporan, namun dalam penyajiannya, tetap saja tidak sesuai dengan SAK ETAP dan laporan neraca keuangan, arus kas dan ekuitas perusahaan tidak disajikan namun karena perusahaan kurang memahami standar mengatur laporan keuangan yang sesuai dengan standar SAK ETAP.
27
Embed
BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN …eprints.umm.ac.id/38632/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PENELITAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Leries et al., (2013), yang meneliti mengenai Penerapan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP (studi
kasus Pada CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok). Penelitian ini
menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber data
yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa CV. Citra Pandion Bernas di Kabupaten Solok, belum
sepenuhnya menerapkan standar SAK ETAP dalam penyajian laporan
keuanganya, dan adannya kendala dalam menyusun laporan keuangan
karena tidak adannya pembagian tugas yang jelas antar bagian bidang.
Puspita (2013), yang meneliti mengenai Aplikasi Penyusunan
Laporan Keuangan Berbasis Sak Etap Pada Bagus Agriseta Mandiri.
Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus di mana dalam penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif pada latar belakang masalah
yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya
membuat kerugian dan keuntungan laporan, namun dalam penyajiannya,
tetap saja tidak sesuai dengan SAK ETAP dan laporan neraca keuangan,
arus kas dan ekuitas perusahaan tidak disajikan namun karena perusahaan
kurang memahami standar mengatur laporan keuangan yang sesuai dengan
standar SAK ETAP.
10
Pratiwi et al., (2014), yang meneliti mengenai Analisis Penerapan
SAK ETAP Pada Penyajian Laporan Keuangan PT. Nichindo Manado
Suisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan belum
menyajikan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan (CALK) serta terjadi inkonsistensi dalam penyajian
beberapa pos pada Neraca yang tidak diungkapkan dalam CALK.
Andriani et al., (2014), yang meneliti mengenai “Analisis Penerapan
Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Sebuah Studi Interaktif Pada Peggy Salon. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
dititikberatkan pada deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
Peggy Salon belum menerapkan pencatatan laporan keuangan berdasarkan
SAK ETAP. Laporan keuangan yang dibuat masih sangat sederhana dan
manual. Faktor yang menyebabkan kegagalan penerapan SAK ETAP ini
ada dua faktor yaitu dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
kurangnya pemahaman, kedisiplinan, dan sumberdaya manusia. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kurangnya pengawasan dari
stakeholder yang berkepentingan.
Muchid (2015), mengenai Penyusunan Laporan Keuangan UMKM
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK-ETAP) (Kasus pada UD. Mebel Novel’l di Banyuwangi).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan
11
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan laporan yang dibuat UD.
Mebel Novel’l hanya menggunakan pencatatan barang masuk dan keluar
setiap harinya yang dibuat oleh bagian keuangan.
Pardomuan & Pangemanan (2016), yang meneliti mengenai Analisis
Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP Pada Koperasi Bank
Sulut Go. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa laporan
keuangan pada Bank Sulut Go masih terdapat beberapa ketidaksesuian
dengan kaidah penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.
Darmayanti et at., (2017), penelitian yang membahas mengenai
Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP
Dan Penilaian Kinerja Pada UMKM Pengrajin Endek Mastuli “AYU
LESTARI” Di Desa Kalianget Kecamatan Buleleng. Jenis dari penelitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa UMKM Endek Mastuli “Ayu
Lestari” masih belum sesuai dengan pedoman penyusunan laporan
keuangan berdasarkan SAK ETAP melainkan hanya menyusun laporan
pembayaran piutang saja.
Dalam proses penelitian ini masih mengacu pada standar keuangan
UMKM yang berlaku sebelumnya yaitu SAK ETAP. Karena standar
keuangan UMKM yang baru yaitu SAK EMKM (entitas mikro kecil dan
12
menengah) yang dikeluarkan pada 24 Oktober tahun 2016 masih belum
diterapkan dan efektif diterapkan pada 1 Januari 2018.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan
pertanggungjawaban antara perusahaan dan para sthakeholder atau pihak-
pihak yang memilki kepentingan dengan entitas (Suwardjono, 1994). Syam
(2014) mendefinisikan laporan keuangan sebagai produk atau hasil akhir
dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang nantinya
digunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan (Sugiri dan
Riyono, 2002). Laporan keuangan adalah sebagai laporan keuangan yang
ditujukan kepada berbagai pihak pengguna laporan keuangan akan
kebutuhan informasi keuangan umum entitas (Mackenzie et al., 2012). Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan
adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan dampak bagi
manajemen untuk pengambilan berbagai keputusan-keputusan ekonomi
maupun bisnis.
Menurut Jusup (2011), dan Sugiri dan Riyono (2002) laporan
keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi terdiri atas:
1) Neraca
2) Laporan Laba-Rugi
3) Laporan Perubahan Modal
13
4) Laporan Arus Kas
Menurut Syam (2014), laporan keuangan harus disajikan secara
lengkap untuk pemberian informasi. Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Neraca
2) Laporan Laba-Rugi
3) Lapporan Perubahan Ekuitas
4) Laporan Arus Kas
5) Catatan atas Laporan Keuangan
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan usaha kecil dan menengah atau entitas
tanpa akuntabilitas publik (SME), yaitu untuk mengahasilkan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan bisnis (Mackenzie et al., 2012). Melihat pentingnya
laporan keuangan dalam menilai kesehatan perusahaan, maka laporan
keuangan harus disusun secara cermat dan terbebas dari bias (Pratiwi et al.,
2014). Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI,
2002) dalam (Sugiri dan Riyono, 2002) mengatakan tujuan laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi
keuangan.
b. Laporan keuangan menyajikan prestasi kinerja perusahaan.
14
c. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan
posisi keuangan perusahaan.
d. Laporan keuangan mengungkapkan informasi mengenai
yang penting dan relevan untuk kebutuhan pengguna laporan
keuangan.
Menurut Rudianto (2012), laporan keuangan memiliki tujuan umum
dimana tujuan penyajian laporan keuangan oleh sebuah entitas dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi.
c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai untuk menganalisis perusahaan dalam
menghasilkan laba pada masa depan.
d. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi keuangan
yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan
untuk kebutuhan pemakai laporan keuangan beserta
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.
15
C. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(SAK EMKM)
Menurut Suwardjono (2005), sebagai sebuah pedoman yang
nantinya akan digunakan oleh pemakai, maka standar akuntansi
menerapkan suatu objek yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal
berikut ini:
1. Identifikasi
Proses identifikasi ini merupakan aktivitas pertama yang dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai elemen, pos, atau objek statemen
keuangan yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi
dan kesalahan interprestasi oleh pemakai.
2. Pengakuan
Pengakuan ini berhubungan dengan pencatatan sejumlah rupiah ke
dalam system akuntansi, jumlah ini akan mempengaruhi suatu pos
dan tercermin dalam laporan keuangan. Pengakuan ini berhubungan
dengan apakah suatu transaksi yang terjadi di perusahaan tersebut
perlu dicatat atau tidak.
3. Pengukuran & Penilaian
Pengukuran & penilaian ini berhubungan dengan penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam
suatu transaksi keuangan. Pengukuran & penilaian ini sangat penting
karena berhubungan dengan nilai yang harus dicatat pertama kali
16
pada saat suatu transaksi terjadi dan sebagai data dasar dalam
penyusunan laporan keuangan.
4. Penyajian
Penyajian ini sendiri lebih mengenai bagaimana cara-cara
melaporkan elemen-elemen atau pos dalam laporan keuangan agar
elemen atau pos tersebut cukup informative.
SAK EMKM ini dimaksudkan atau dikhususkan untuk digunakan
oleh entitas mikro, kecil dan menengah. Dalam SAK EMKM bab 1
paragaraf 2, mendefinisikan entitas mikro, kecil, dan menengah (EMKM)
adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana yang
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro,
kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun
berturut-turut. SAK EMKM ini dapat digunakan oleh entitas yang tidak
termasuk dalam definisi dan kriteria berdasarkan SAK ETAP sebelumnya,
dan dapat digunakan oleh entitas jika otoritas mengizinkan entitas tersebut
untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.
Di dalam SAK EMKM ini memuat pengaturan akuntansi yang lebih
sederhana dari SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum
dilakukan oleh EMKM dan dasar pengukurannya murni menggunakan
biaya historis. Standar SAK EMKM ini lebih sederhana dibandingkan
dengan standar SAK ETAP yang dikeluarkan sebelumnya, karena usaha
17
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hanya melaporkan kedalam laporan
posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi selama periode, dan
catatan atas laporan keuangan (CALK). Sebagaimana dijelaskan dalam
SAK EMKM bab 2 paragraf 19 bahwa entitas menyusun laporan keuangan
dengan menggunakan dasar akrual, di mana pos-pos diakui sebagai asset,
liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi kriteria
pengakuan untuk masing-masing pos-pos tersebut.
Di dalam SAK EMKM bab 3 paragraf 2 mensyaratkan laporan
keuangan dilakukan dengan penyajian jujur atas pengaruh transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain yang sesuia dengan definisi dan kriteria
pengakuan asset, liabilitas, penghasilan, dan beban. Dan dalam SAK
EMKM bab 3 paragraf 3 penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan
entitas untuk menyajikan informasi untuk tujuan:
a. Relevan: informasi yang digunakan, diharapkan dapat digunakan
oleh para pengguna untuk pengambilan keputusan.
b. Representasi: informasi dalam laporan keuangan dapat
merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dilaporkan dan laporan
keuangan bebas dari kesalahan dan bias.
c. Keterbandingan: informasi yang dihasilkan dapat dibandingkan
antar periode untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dan
digunakan untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh
perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
18
d. Keterpahaman: informasi yang dihasilkan dan disajikan dapat
dengan mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan.
1. Penyajian laporan keuangan UMKM berdasarkan SAK
EMKM
Menurut IAI (2016), dalam SAK EMKM bab 3 paragraf 9 bahwa
laporan keuangan yang lengkap berdasarkan SAK EMKM minimum terdiri
dari tiga (3) bagian yaitu:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b. Laporan laba rugi selama periode;
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian
pos-pos tertentu yang relevan.
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Laporan posisi keuangan adalah daftar yang menggambarkan
mengenai aset, liabilitas (kewajiban), dan ekuitas (modal) pada perusahaan
pada periode tertentu (Jusup, 2011). Dalam laporan posisi keuangan ini
dapat dilakukan dengan memasukkan semua akun asset kedalam sisi kiri
(kredit) dan memasukkan semua akun utang dan ekuitas ke sisi kanan
(debet) (Rudianto, 2012). Menurut IAI (2016), dalam SAK EMKM bab 4
paragraf 2 laporan posisi keuangan terdiri dari pos-pos berikut:
a) Kas dan setara kas
Kas merupakan aktiva paling liquid yang dapat digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan setiap saat diinginkan serta alat
19
pertukaran standart dan juga digunakan sebagai dasar untuk
mengukur semua pos-pos akun di perusahaan. Kas ini dapat dimiliki
dan dapat digunakan oleh perusahaan yang dapat berbentuk cek
kontan dan uang tunai (Rudianto, 2012). Kas ini dapat berupa uang
tunai, akun di bank, uang logam yang dapat digunakan dalam
operasi perusahaan pada tahun berikutnya (Syam, 2014).
b) Piutang
Piutang adalah aktiva yang timbul karena perusahaan menjual
barang atau jasa secara kredit, kepada konsumen atau pelanggan
dengan disertai perjanjian dari konsumen akan membayarnya pada
waktu tertentu di masa yang akan datang. Menurut Rudianto (2012),
piutang ini dapat timbul karena adannya tagihan perusahaan kepada
pihak lain akibat transaksi yang terjadi di masa lalu.
c) Persediaan
Persediaan adalah asset atau barang-barang yang dimilki oleh
perusahaan baik persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi dengan tujuan untuk dijual maupun untuk diproses
kembali oleh perusahaan. Di dalam SAK EMKM ini persediaan
diakui ketika diperoleh dan dicatat sebesar biaya perolehannya (IAI,
2016).
d) Asset tetap
Asset tetap adalah asset berwujud yang akan digunakan oleh
perusahaan dalam aktivitas operasinnya baik dalam bentuk siap
20
pakai maupun belum, yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
tahun dan dimaksudkan untuk tidak dijual seperti tanah, gedung,
mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan
operasional perusahaan. Asset ini merupakan kumpulan kekayaan
yang akan digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh
penghasilan selama tahun berjalan (Rudianto, 2012). Asset tetap ini
dicatat sebesar biaya perolehannya dan memiliki manfaat ekonomik
yang dapat mengalir ke dalam perusahaan.
e) Utang usaha
Utang usaha adalah kewajiban lancar yang timbul dari aktivitas
operasional perusahaan. Utang usaha ini muncul karena adannya
pembelian barang atau jasa secara kredit yang akan dibayar di masa
yang akan datang. Kewajiban atau utang usaha ini akan jatuh tempo
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau utang jangka pendek
(Rudianto, 2012).
f) Utang Bank
Utang Bank adalah pinjaman modal dari Bank yang ditujukan untuk
perluasan usaha atau untuk mengembangkan usaha. Utang Bank ini
memiliki jangka waktu pelunasan lebih dari satu tahun atau biasa
disebut dengan utang jangka panjang.
g) Ekuitas
Ekuitas adalah aktiva perusahaan bersih atau jumlah dari asset yang
dimilki oleh perusahaan dikurangi dengan kewajiban. Ekuitas ini
21
berasal atau bersumber dari modal pribadi pemilik dan dari pinjaman
kepada pihak kreditor. Untuk perusahaan yang berbentuk perseroan
atau PT modal didapatkan dari modal saham dan laba ditahaan
perusahaan (Rudianto, 2012). Modal saham ini berasal dari
kontribusi pemilik modal kepada perusahaan dan sekaligus
menunjukkan bukti kepemilikan terhadap perusahaan.
22
Tabel 2.1
Laporan Posisi Keuangan
ENTITAS
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20X8
ASET Catatan 20X8 20X7
Kas dan setara kas
Kas 3 Xxx Xxx
Giro 4 Xxx Xxx
Deposito 5 Xxx Xxx
Jumlah kas dan setara kas Xxx Xxx
Piutang usaha 6 Xxx Xxx
Persediaan Xxx Xxx
Beban dibayar di muka 7 Xxx Xxx
Asset tetap Xxx Xxx
Akumulasi penyusutan (xxx) (xxx)
Jumlah asset Xxx Xxx
Liabilitas
Utang usaha Xxx Xxx
Utang bank 8 Xxx Xxx
Jumlah liabilitas Xxx Xxx
EKUITAS
Modal Xxx Xxx
Saldo laba (defisit) 9 Xxx Xxx
Jumlah Ekuitas Xxx Xxx
Jumlah Liabilitas & Ekuitas Xxx Xxx
Sumber: Eksplosur Draft (ED) SAK EMKE
SAK EMKM tidak menentukan format dan urutan pos-pos yang
disajikan. Entitas dapat menyajikan asset lancar dan asset tidak lancar serta
liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang secara terpisah dalam
23
laporan posisi keuangan. Entitas mengklasifikasikan asset lancar sebagai
berikut:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan oleh entitas, dalam jangka waktu siklus operasi
normal;
b. Dimiliki untuk diperdagangkan;
c. Diharapkan untuk direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan
setelah akhir periode pelaporan; atau
d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya
dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas
setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.