7 BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita sakit. Salah satu peran dan fungsi keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarganya dalam memberikan kasih sayang (Friedman, 2010). Dukungan keluarga menurut Franis dan Satiadarma (2004) merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dai anggota keluarga yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat didalam sebuah keluarga. Menurut Smith (1994), dukungan keluarga adalah pertolongan dan semangat yang diberikan oleh keluarga terhadap anggotanya dimana dukungan tersebut sebagai variabel mediator yang menunjukkan fasilitas koping selama waktu krisis. Dukungan keluarga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan anggota keluarganya. Bentuk dukungan ini dapat diberikan melalui dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung dukungan ini akan memberikan dorongan kepada anggotanya untuk berperilaku sehat, sedangkan secara tidak langsung dukungan yang diterima dari orang lain akan mengurangi ketegangan atau depresi sehingga tidak menimbulkan gangguan (Kaplan, 2005). Menurut Friedman (2003), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi
40
Embed
BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Dukungan Keluargadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-desywidyan... · terhadap penderita sakit. ... Motivasi keluarga berperan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN KONSEP DAN TEORI
A. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita sakit. Salah satu peran dan fungsi keluarga adalah
memberikan fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial anggota
keluarganya dalam memberikan kasih sayang (Friedman, 2010).
Dukungan keluarga menurut Franis dan Satiadarma (2004) merupakan
bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dai anggota
keluarga yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat
didalam sebuah keluarga.
Menurut Smith (1994), dukungan keluarga adalah pertolongan dan
semangat yang diberikan oleh keluarga terhadap anggotanya dimana dukungan
tersebut sebagai variabel mediator yang menunjukkan fasilitas koping selama
waktu krisis. Dukungan keluarga dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap kesehatan anggota keluarganya. Bentuk dukungan ini dapat diberikan
melalui dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara
langsung dukungan ini akan memberikan dorongan kepada anggotanya untuk
berperilaku sehat, sedangkan secara tidak langsung dukungan yang diterima dari
orang lain akan mengurangi ketegangan atau depresi sehingga tidak
menimbulkan gangguan (Kaplan, 2005).
Menurut Friedman (2003), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan,
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi
8
sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. Caplan (1976), dalam Friedman (2003), menjelaskan
bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan, yaitu: dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumen dan dukungan
emosional.
1. Dukungan informasional
Adalah sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia.
Manfaatnya dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah serta sebagai sumber dan
validator identitas keluarga, diantaranya adalah memberikan support,
penghargaan dan perhatian.
3. Dukungan instrumen
Keluarga bertindak sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Dukungan instrumen diantaranya adalah kesehatan dalam hal makan,
minum, istirahat dan terhindarnya dari kelelahan.
9
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi diantaranya
menjaga hubungan emosional, perasaan aman , nyaman dan terlindung,
serta hubungan interpersonal. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian dan mendengarkan atau didengarkan. Menurut
Friedman (2003), dukungan sosial keluarga merupakan sebuah proses yang
terjadi sepanjang masa kehidupan; sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-
beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dalam semua tahap
kehidupan, dukungan sosial keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini akan meningkatkan
kesehatan dan daptasi keluarga.
Hasil penelitian sesuai dengan teori Akhmadi (2005) yang mengatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah
kelas sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan dan
tingkat pendidikan.
Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan dukungan
emosional, Wardaningsih (2007) orang yang tidak bekerja akan
memberikan dukungan, dimana responden yang tidak bekerja tentunya
mempunyai waktu luang yang cukup untuk merawat anggota keluarga
dengan riwayat perilaku kekerasan dibandingkan dengan keluarga atau
responden yang bekerja, ada juga sebagian responden yang bekerja
10
memberikan dukungan terutama dukungan emosional seperti memberikan
perhatian, kasih sayang, motivasi dan memberikan rasa aman.
Hasil penelitian Delia Ulpa (2009) tentang dukungan keluarga yang
mengalami halusinasi bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh pada
kepatuhan klien dalam mengikuti regimen terapeutik dan mempercepat
proses penyembuhan klien. Semakin baik dukungan yang diberikan
keluarga maka beban keluarga semakin ringan.
Hasil penelitian Khairumahmi (2009) ada hubungan antara karakteristik
jenis pendidikan dengan dukungan keluarga. Semakin tinggi tingkat
pendidikan responden, semakin tinggi responden memberikan dukungan
keluarga.
Hasil penelitian Nuraenah (2012) menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan dukungan Informasi, Emosional,
Instrumental, Penilaian dan Keluarga. Menurut Lueckenotte (2000), bahwa
tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyerap informasi, menyelesaikan masalah, dan berperilaku baik.
Hasil penelitian Nuraenah&Mustikasari (2012) menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara dukungan Informasi dengan beban
keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin bertambah
dukungan informasi semakin berkurang beban keluarga. Dukungan
informasi yang diberikan oleh keluarga adalah memberikan saran,
informasi, masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-
informasi penting yang terkait dengan yang sangat dibutuhkan oleh anggota
11
keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan dalam upaya meningkatkan
kebutuhan dukungan keluarga melalui status kesehatannya jiwa (Friedman,
2010).
Dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien gangguan jiwa
khususnya halusinasi akan mempengaruhi keadaan psikisosial karena klien
di anggap tidak dibutuhkan lagi dan terlepas dari integral keluarga maupun
masyarakat. Kondisi ini akan mempengaruhi tingkat kekambuhan bagi
klien, oleh karena itu individu merupakan bagian integral dari keluarga,
maka seharusnya keluarga lebih di libatkan dalam setiap tindakan
perawatan gangguan jiwa.
Semakin baik dukungan keluarga yang dimiliki maka akan sangat
membantu klien dalam mengontrol halusinasinya. Hal ini sejalan dengan
Friedman (1998) bahwa peran utama keluarga terhadap klien gangguan
jiwa halusinasi adalah mengubah pola perilaku klien dalam hal mengontrol
halusinasinya dan membantu mempercepat penyembuhan atau promosi
kesehatan dan sosialisasi klien. Sebagai bagian dari tugasnya untuk
menjaga kesehatan anggotanya, keluarga perlu menyusun dan menjalankan
aktivitas-aktivitas pemeliharaan kesehatan berdasarkan apa yang
dibutuhkan oleh keluarga.
Peranan keluarga sangat penting karena keluarga merupakan awal dari
interaksi setiap individu dimana terjadi proses tumbuh kembang. Keluarga
merupakan sebuah sistem yang saling tergantung satu sama lain karena
perubahan fungsi dari salah satu anggota keluarga akan memberi dampak
12
pada semua anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat belajar utama
individu untuk mengembang nilai, keyakinan dan sikap yang akan dibawa
dalam masyarakat (Arif,2006).
Motivasi keluarga berperan besar dalam membangkitkan kemauan klien
untuk mengontrol halusinasinya. Semakin klien dimotivasi maka klien akan
semakin mampu melakukan sesuatu untuk kesembuhannya. Sebaliknya
klien yang tidak dimotivasi akan merasa diabaikan sehingga klien
cenderung tidak mampu mengontrol halusinasinya. Hal ini sejalan dengan
Arif (2006) bahwa seseorang dengan senang hati mengemukakan tujuannya
mengikuti program pengobatan yang di berikan oleh petugas kesehatan jika
ia memiliki keyakinan dan sikap positif terhadap pengobatan yang di
berikan dan keluarga serta teman memberikan motivasi atau mendukung
keyakinan tersebut. Pernyataan-pernyataan yang dipublikasikan dapat
meningkatkan kepatuhan. Kesepakatan apapun yang di harapkan dari
pasien harus berasal dari pasien itu sendiri, paksaan dari tenaga kesehatan
hanya akan menghasilkan efek yang negatif. Dengan adanya motivasi
keluarga terhadap klien, dapat mengurangi beban pikiran klien, klien tidak
merasa sendiri dengan adanya anggapan bahwa masih ada keluarga yang
mau peduli dan mau menerima klien dalam kondisi tersebut (Nurdiana,
Syafwani dan Umbransya, 2007).
Peran serta keluarga sangat penting untuk penyembuhan pasien, karena
keluarga merupakan sistem pendukung yang terdekat bagi pasien. Keluarga
agar selalu dilibatkan dalam perencanaan, perawatan dan pengobatan,
13
persiapan pemulangan pasien, dan rencana perawatan tindak lanjut di
rumah. Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan kita. Keadaan ini kita perlu menyadari sepenuhnya
bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan dikeluarga juga semua
dapat di ekspresikan tanpa hambatan yang berarti (Setiawati dan
Dermawan, 2008).
B. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indra sensasi panca indra tanpa
rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan
rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsnag yang tertuju pada kelina
indera tersebut (Izzudin,2005).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damayanti&Iskandar, 2012).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstern:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “khayal”, halusinasi
14
sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang
“teresepsi” (Yosep, 2010).
Menurut Varcalosis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai
terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-
hearing voices or sound), penglihatan (Visual-seeing persons or things),