II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam upaya meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya. Maka dari itu diperlukan sistem pengendalian internal yang dirancang dengan baik untuk memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Widjajanto (2001 : 2) sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian- bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. James A. Hall (2001 : 5) turut melengkapi pendapat tersebut, dimana sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen- komponen yang saling berkaitan (interlated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose). Menambahkan pengertian sebelumnya, Mulyadi (2008:2) menjelaskan bahwa sistem yaitu sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sutarman (2009:5) dalam bukunya yg berjudul Pengantar Teknologi Informasi mendefinisikan bahwa sistem adalah kumpulan elemen yang saling berinteraksi dalam suatu kesatuan untuk menjalankan suatu proses pencapaian suatu tujuan utama. Menurut Susanto (2013:22) sistem adalah kumpulan/group dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.
34
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/153/jbptppolban-gdl... · 2017. 12. 12. · II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam upaya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Dalam upaya meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan
sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.
Maka dari itu diperlukan sistem pengendalian internal yang dirancang dengan baik
untuk memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu
instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif,
melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara,
dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Widjajanto (2001 : 2) sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-
bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga
tahapan, yaitu input, proses, dan output. James A. Hall (2001 : 5) turut melengkapi
pendapat tersebut, dimana sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-
komponen yang saling berkaitan (interlated) atau subsistem-subsistem yang bersatu
bahwa sistem yaitu sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang
lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sutarman
(2009:5) dalam bukunya yg berjudul Pengantar Teknologi Informasi
mendefinisikan bahwa sistem adalah kumpulan elemen yang saling berinteraksi
dalam suatu kesatuan untuk menjalankan suatu proses pencapaian suatu tujuan
utama. Menurut Susanto (2013:22) sistem adalah kumpulan/group dari sub
sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu
tujuan tertentu.
II-2
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan bagian-bagian atau sub sistem-sub
sistem yang saling bekerja sama yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
2.1.2 Pengertian Pengendalian Intern
Berikut ini akan dipaparkan beberapa pengertian pengendalian intern
menurut para ahli, seperti yang dibahas di bawah ini :
Menurut Commite of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commissions (COSO) dalam Supriatna (2007:109), mendefinisikan pengendalian
internal sebagai berikut:
“Pengendalian internal adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen dan pegawai lain, dirancang untuk memberikan jaminan yang layak berkenaan dengan pencapaian tujuan-tujuan dalam kategori berikut:
1. Efektivitas dan efisiensi operasi; 2. Dapat dipercayanya pelaporan keuangan; 3. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku.”
Pengertian tersebut dilengkapi dengan definisi dari Gelinas dalam Supriatna
(2007:109) menjelaskan bahwa pengendalian internal adalah sebuah sistem dari
elemen-elemen yang terpadu (terdiri dari: manusia, struktur organisasi, kebijakan,
proses dan prosedur) yang bekerja bersama-sama untuk memberikan jaminan yang
layak bahwa sistem organisasi mencapai tujuan sistem operasi dan tujuan sistem
informasi.
Pengertian pengendalian intern dijelaskan juga oleh Azhar Susanto (2008 :
95) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi menyatakan bahwa :
”Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui efisiensi dan efektivitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku”.
Rai (2008:282) menambahkan bahwa pengendalian internal (internal
control) adalah proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris,
II-3
manajemen, atau pegawai lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai mengenai pencapaian tujuan pada: (1) keandalan laporan keuangan; (2)
efisiensi dan efektivitas operasi; serta (3) ketaatan pada hukum dan peraturan yang
berlaku.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 313 ayat 2 menjelaskan bahwa
pengendalian intern merupakan proses yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan pemerintah daerah yang
tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
program dan kegiatan serta dipatuhinya perundang-undangan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses, bukan suatu tujuan,
yang dirancang untuk dapat membantu manajemen dalam menjalankan kegiatan
yang dilakukan terus menerus untuk memberikan keyakinan memadai bukan
keyakinan mutlak atas tercapainya tujuan organisasi. Pengendalian intern juga
dijalankan oleh orang, bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan.
2.1.3 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Gondodiyoto (2007:246) mengemukakan pendapatnya mengenai sistem
pengendalian internal yaitu:
“Sistem pengendalian internal meliputi rencana organisasi dan semua metode serta kebijakan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan, menguji ketepatan, dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya menggalakan efisiensi usaha serta mendorong ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.”
Menurut Rai (2008:283) Sistem pengendalian internal (intern control
system) adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan
sasarannya. Untuk mendapat pengertian yang lebih jelas mengenai sistem
pengendalian intern dibawah ini merupakan penjelasan dari definisi sistem
pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:163):
“Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran- ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi.
II-4
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efesiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”
Dalam organisasi pemerintahan, pengendalian intern diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
Peraturan Pemerintah tersebut memaparkan tentang sistem pengendalian intern
sebagai berikut:
“Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.”
Dari pengertian-pengertian di atas, sistem pengendalian intern dapat
didefinisikan sebagai kebijakan yang terdiri dari prosedur kegiatan yang dilakukan
secara terus-menerus dan dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai
dalam pencapaian tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpedoman pada
Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
2.1.4 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem pengendalian intern bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa tujuan organisasi telah tercapai. Menurut Mulyadi (2010:163)
dalam buku Sistem Akuntansi, tujuan dari Sistem Pengendalian Internal
diantaranya adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi.
Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan atau hancur
karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan
II-5
pengendalian yang memadai. Begitu juga dengan kekayaan perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik seperti piutang dagang akan rawan oleh kekurangan
jika dokumen penting dan catatan tidak dijaga.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Manajemen memerlukan informasi keuangan yang diteliti dan andal untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi akuntansi yang digunakan
oleh manajemen untuk dasar pengambilan keputusan penting. Pengendalian
internal dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data
akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal karena
data akuntansi mencerminkan perubahan kekayaan perusahaan.
3. Mendorong efesiensi.
Pengendalian internal ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak
perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk
mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efesien.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen metapkan kebijakan dan
prosedur. Pengendalian internal ini ditujukan untuk memberikan jaminan yang
memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan.
Tujuan sistem pengendalian intern juga dijelaskan oleh Mahmudi (2010:20)
yang menyatakan bahwa secara umum tujuan dibangunnya sistem pengendalian
internal adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi aset (termasuk data) negara 2. Untuk memelihara catatan secara rinsi dan akurat 3. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal 4. Untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku (Standar Akuntansi Pemerintah/SAP) 5. Untuk efisiensi dan efektivitas operasi 6. Untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan perundangan
yang berlaku.
COSO (1992) yang dikutip dalam Susanto (2013: 95) menyebutkan bahwa
tujuan sistem pengendalian intern adalah efisiensi dan efektivitas operasi, penyajian
laporan keuangan yang dapat dipercaya dan ketaatan terhadap undang-undang dan
aturan yang berlaku.
II-6
Sejalan dengan tujuan sistem pengendalian intern yang telah dipaparkan
sebelumnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi
tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan sistem
pengendalian intern mencakup empat hal pokok, yaitu:
1. Tujuan operasi yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi, bahwa
pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dari semua operasi perusahaan sehingga dapat mengendalikan biaya yang
bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Tujuan pelaporan, bahwa pengendalian intern dimaksudkan untuk
meningkatkan keandalan data akuntansi dalam bentuk laporan keuangan dan
laporan manajemen sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan serta dapat
diuji kebenarannya.
3. Tujuan mengamankan aset perusahaan/organisasi, bahwa pengendalian intern
dimaksudkan untuk mengamankan harta suatu organisasi yang ada.
4. Tujuan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, bahwa
pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan ketaatan
perusahaan/organisasi terhadap hukum-hukum dan peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah, pembuat aturan terkait, maupun kebijakan-kebijakan
entitas itu sendiri.
Keempat tujuan sistem pengendalian intern tersebut merupakan hasil
(output) dari suatu pengendalian intern yang baik, yang dapat dicapai dengan
memperhatikan unsur-unsur pengendalian intern yang merupakan proses untuk
menghasilkan output yang baik. Oleh karena itu, agar tujuan pengendalian intern
tercapai, maka organisasi harus mempertimbangkan unsur-unsur pengendalian
intern.
II-7
Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada tujuan sistem pengendalian
intern menurut COSO atau Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sebagaimana Peraturan Pemerintah ini
yang digunakan sebagai acuan pada pemerintahan.
2.1.5 Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Agar terciptanya suatu sistem pengendalian intern yang baik guna mencapai
tujuan yang diingingkan, maka sistem pengendalian intern tersebut harus terdapat
unsur-unsur didalamnya yang merupakan ciri pokok dari suatu pengendalian intern.
Adapun komponen pengendalian intern menurut Rahayu dan Suhayati (2010: 224)
meliputi:
1. Lingkungan pengendalian (control environment) Lingkungan pengendalian berkenaan dengan tindakan-tindakan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur yang merefleksikan keseluruhan sikap manajemen, dewan komisaris, pemilik, dan pihak lainnya terhadap pentingnya pengendalian intern bagi entitas. Faktor-faktor yang membentuk lingkungan pengendalian antara lain: a. Integritas dan nilai etika; b. Komitmen terhadap kompetensi; c. Partisipasi dewan komisaris dan komite audit; d. Falsafah manajemen dan gaya operasinya; e. Struktur organisasi; f. Penetapan wewenang dan tanggung jawab; g. Kebijakan dan praktik di bidang sumber daya manusia.
2. Penentuan risiko manajemen (risk assessment management) Penentuan risiko untuk laporan keuangan mencakup identifikasi, analisis dan manajemen risiko yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Aktivitas pengendalian (control activities) Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu untuk menanggulangi risiko Aktivitas pengendalian meliputi: pemisahan tugas, pengendalian pengolahan informasi, pengendalian fisik dan review kinerja.
4. Informasi dan komunikasi (information and communication) Untuk berfungsi secara efisien dan efektif, organisasi memerlukan informasi relevan yang disediakan bagi orang dan pada saat yang tepat. Selain itu informasi harus pula andal dalam akurasi dan kelengkapannya. Komunikasi membantu memastikan bahwa penyimpangan dilaporkan dan ditindaklanjuti.
II-8
5. Pemantauan (monitoring) Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya.
Menurut COSO (1992) yang dikutip dalam Susanto (2013: 96) menyatakan
bahwa pengendalian intern memiliki lima komponen yang berkaitan, yaitu sebagai
berikut:
1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian adalah bentukan suasana organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian antara lain integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan direksi dan tim auditor, filosofi dan gaya manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta kebijakan mengenai sumber daya manusia dan penerapannya.
2. Menilai risiko Penilaian risiko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Risiko dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan. Risiko dari dalam perusahaan berkaitan dengan aktivitas tertentu di dalam organisasi, sedangkan risiko dari luar perusahaan meliputi pesaing, kondisi ekonomi, kemajuan teknologi, peraturan pemerintah dan bencana alam.
3. Pengendalian aktivitas Pengendalian aktivitas adalah kebijakan dan prosedur yang dimiliki manajemen untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah dijalankan sebagaimana seharusnya. Pengendalian aktivitas ini harus memberi jaminan bahwa aktivitas yang dilakukan saat ini adalah untuk menghindari risiko yang dihadapi.
4. Informasi dan komunikasi Informasi diperlukan oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan. Komunikasi harus dapat menyampaikan pesan dengan jelas dari top manajemen bahwa karyawan harus melakukan pengendalian intern dengan serius.
5. Monitoring (pengawasan) Monitoring merupakan proses penilaian terhadap kualitas kinerja sistem pengendalian intern. Pengawasan ini membantu manajemen dalam menentukan perbaikan sistem bagaimana yang diperlukan untuk menghadapi perubahan keadaan.
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang dimuat dalam
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 mengacu pada unsur Sistem
II-9
Pengendalian Intern yang telah dipratikkan di lingkungan pemerintah di berbagai
negara yang merujuk pada konsep pengendalian internal yang dikemukakan oleh
Committe of Sponsoring Organization (COSO) dimana terdiri dari lima komponen
utama. Unsur yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008,
meliputi :
1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbullkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya melalui: a. Penegakan integritas dan nilai etika; b. Komitmen terhadap kompetensi; c. Kepemimpinan yang kondusif; d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia; g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian risiko Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Penilaian risiko terdiri atas: a. Identifikasi risiko; b. Analisis risiko.
3. Kegiatan pengendalian Kegiatan Pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian terdiri atas: a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan; b. Pembinaan sumber daya manusia; c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. Pengendalian fisik atas aset; e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; f. Pemisahan fungsi; g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
II-10
k. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan komunikasi Informasi adalah data yang diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah, dan arti Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan instansi pemerintah harus: a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana
komunikasi; b. Mengelola, mengembangkan dan memperbarui sistem informasi
secara terus-menerus. 5. Pemantauan
Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Pemantauan dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervise, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern.
2.1.6 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Suatu sistem pengendalian dirancang dan dibangun dengan baik secara
terintegrasi agar dapat tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan. Namun sebaik apapun pengendalian intern disusun
tetap memiliki batasan-batasan. Maka, bukan hal yang mustahil apabila dalam
perusahaan/organisasi yang memiliki pengendalian internal memadai masih terjadi
kesalahan atau penyelewengan, ataupun tidak tercapainya tujuan
perusahaan/organisasi, sebagaimana diungkapkan oleh COSO (1994:79) bahwa :
“Internal control, no matter how well designed and operated, can provide only reasonable assurance to management and the board of directors regarding achievement of an entity’s objectives. The likelihood of achievement is affected by limitations inherent in all internal control systems. These include the realities that human judgment in decision-making can be faulty, and that breakdowns can occur because of such
II-11
human failures as simple error or mistake. Additionally, controls can be circumvented by the collusion of two or more people, and management has the ability to override the internal control system. Another limiting factor is the need to consider controls’ relative costs and benefits.”
Tugiman (2002:8) mengemukakan keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
adalah sebagai berikut :
1. Banyak pengendalian yang ditetapkan memiliki tujuan yang tidak jelas
2. Pengendalian lebih diartikan sebagai tujuan akhir yang harus dicapai dan
bukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan organisasi
3. Pengendalian ditetapkan terlalu berlebihan (over controlling) tanpa melihat
sisi biaya dan manfaat
4. Penerapan yang tidak tepat dari pengendalian juga mengakibatkan
berkurangnya inisiatif dan kreativitas setiap orang
5. Pengendalian intern tidak mempertimbangkan aspek perilaku (behaviour)
padahal faktor manusia adalah kunci utama untuk berhasilnya suatu
pengendalian.
Menurut Gondodiyoto (2007:253) dalam bukunya Audit Sistem Informasi,
yang menjadi keterbatasan atau faktor yang menghambat sistem pengendalian
internal adalah :
1. Persekongkolan (kolusi)
Pengendalian internal mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari
sejauh mungkin, misalnya dengan mengharuskan giliran bertugas, larangan
dalam menjalankan tugas-tugas yang bertentangan oleh mereka yang
mempunyai hubungan kekeluargaan, keharusan mengambil cuti dan
seterusnya. Akan tetapi pengendalian internal tidak dapat menjamin
persekongkolan tidak terjadi.
2. Perubahan
Struktur pengendalian pada suatu organisasi harus selalu diperbaharui sesuai
dengan perkembangan kondisi dan teknologi.
II-12
3. Kelemahan manusia
Banyak kebobolan terjadi pada sistem pengendalian internal yang secara
teoritis sudah baik. Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya pelaksanaan
yang dilakukan oleh personil yang bersangkutan. Oleh karena itu personil
yang paham dan kompeten untuk menjalankannya merupakan salah satu
unsur terpenting dalam pengendalian internal.
4. Azas biaya-manfaat
Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaannya. Biaya
untuk mengendaliakan hal-hal tertentu mungkin melebihi kegunaanya, atau
manfaat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan (cost-benefit
analysis). Mengenai pengendalian internal, seringkai dihadapi dilemma
antara menyusun sistem pengendalian yang komprehensif sedemikian rupa
dengan biaya yang relatif menjadi makin mahal, atau se-optimal mungkin
dengan risiko, biaya, dan waktu yang memadai.
Sedangkan, menurut Azhar Susanto (2008:103) dalam bukunya Sistem
Informasi Akuntansi menyatakan bahwa ada beberapa hambatan dari pengendalian
internal, sehingga pengendalian internal tidak dapat berfungsi, yaitu:
1. Kesalahan
Kesalahan muncul ketika karyawan melakukan pertimbangan yang salah atau
perhatiannya selama bekerja terpisah.
2. Kolusi
Kolusi terjadi ketika dua atau lebih karyawan berkonspirasi untuk melakukan
pencurian (korupsi) di tempat mereka bekerja.
3. Penyimpangan Manajemen
Penyimpangan manajemen muncul karena manajer suatu organisasi memiliki
lebih banyak otoritas dibandingkan karyawan biasa, proses pengendalian
efektif pada tingkat manajemen bawah dan tidak efektif pada tingkat atas.
II-13
4. Manfaat dan Biaya
Manfaat dan biaya, konsep jaminan yang meyakinkan atau masuk akal
mengandung arti bahwa biaya pengendalian internal tidak melebihi manfaat
yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
menyelenggarakan pengendalian intern perlu mempertimbangkan biaya dan
manfaat atas pengendalian yang hendak diterapkan. Selain itu, pengendalian intern
tergantung pada faktor sumber daya manusia sehingga rentan terhadap kesalahan
pertimbangan atau interpretasi, kesalahpahaman, kecerobohan, maupun
kecurangan.
2.2 Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan. Astuti (2012: 15) menyatakan bahwa laporan
keuangan harus memenuhi karakteriktik kualitatif agar informasi dalam laporan
keuangan bermanfaat bagi penggunanya.
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan pemerintah daerah menjadi salah satu bentuk
pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya.
Harahap (2008: 201) mengartikan laporan keuangan sebagai output dan hasil akhir
dari proses akuntansi. Laporan keuangan ini akan menjadi informasi bagi para
pemakainya sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Sedangkan menurut Hery (2008: 17), laporan keuangan adalah produk
akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data dan transaksi-
transaksi bisnis. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Untuk melengkapi pengertian mengenai laporan keuangan
Mahmudi (2007:110) menjelaskan bahwa Laporan keuangan adalah informasi yang
disajikan untuk membantu stakeholders dalam membuat keputusan sosial, politik
dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil bisa lebih berkualitas.
II-14
Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Nomor 01 mengenai
Penyajian Laporan Keuangan paragraf 9 menjelaskan pula bahwa laporan keuangan
merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Dari beberapa pengertian di
atas dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan dari proses-
proses akuntansi yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas yang akan
digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Mahmudi (2007:11) mengemukakan “Laporan keuangan adalah informasi
yang disajikan untuk membantu stakeholders dalam membuat keputusan sosial,
politik dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil bisa lebih berkualitas”.
Dalam Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, menyatakan bahwa laporan keuangan disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber
daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintah, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelapran, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan. Tujuan laporan keuangan diterangkan lebih rinci dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Nomor 01 mengenai Penyajian
Laporan Keuangan paragraf 9 bahwa tujuan laporan keuangan dibagi atas dua yaitu
tujuan umum dan tujuan spesifik. Tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan
keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
II-15
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tujuan laporan keuangan dapat
disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu pengguna
laporan keuangan dalam mengambil keputusan terkait sumber daya yang
dikelolanya.
2.2.3 Komponen Laporan Keuangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, komponen-komponen yang terdapat dalam laporan
keuangan berbasis akrual terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary
reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang jika diuraikan
adalah sebagai berikut,
Laporan pelaksanaan anggaran, terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
Laporan finansial, terdiri dari:
1. Neraca;
2. Laporan Operasional;
3. Laporan Arus Kas;
4. Laporan Perubahan Ekuitas;
Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap
entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Daerah dan entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasinya.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing komponen laporan
keuangan pemerintah daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
II-16
pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara
langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatanLRA,
belanja, transfer, dan pembiayaan. Penjelasan dari masing-masing unsur
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pembiayaan (financing)
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang
tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara
lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
modal oleh pemerintah.
II-17
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih
Laporan perubahan Saldo Anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Penjelasan dari masing-
masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik ekonomi dan/atau social di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran kelar sumber daya ekonomi
pemerintah.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.
4. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar
biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
II-18
a. Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
b. Beban
Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
c. Transfer
Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan
Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. Penjelasan dari
masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penerimaan kas
Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
Umum Negara/Daerah.
b. Pengeluaran kas
Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Negara/Daerah.
II-19
6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
entitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan
Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas
pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-
ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan
Entitas Akuntansi;
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi
makro;
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan
pada lembar muka laporan keuangan;
f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan;
II-20
g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
2.2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga laporan keuangan dapat
memenuhi tujuannya. Menurut Widya (2011: 12), untuk dapat terwujudnya laporan
keuangan yang wajar, maka laporan keuangan perlu memiliki karakteristik:
1. Relevan
Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), manfaat prediktif
(predictive value), disajikan tepat waktu dan lengkap (mencakup semua
informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan).
2. Andal
Meliputi penyajian jujur semua transaksi dan peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan, dapat diverifikasi/diuji (variability), dan netral (tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu).
3. Dapat dibandingkan
Laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya/laporan keuangan entitas pelaporan
lain pada umumnya.
4. Dapat dipahami
Laporan keuangan akan sangat berguna bila mudah dipahami. Untuk dapat
mudah dipahami laporan keuangan perlu menjelaskan transaksi keuangan
yang ada secara lugas dan simpel.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah menjelaskan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan
prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat
memenuhi kualitas yang dikehendaki:
II-21
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan
ialah informasi yang memenuhi karakteristik:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksi atau ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan
jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
II-22
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
a. Penyajian jujur
Informasi yang menggambarkan transaksi yang jujur dan wajar.
b. Dapat diverifikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji.
c. Netralitas
Informasi yang diarahkan pada umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara intern dan eksternal. Perbandingan secara intern
dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan
bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi
yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sedang diterapkan,
perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi
entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud.
Dari uraian-uraian di atas, dapat dikatakan bahwa karakteristik kualitatif
laporan keuangan terdiri dari relevan, andal, dapat dipahami dan dapat
dibandingkan.
II-23
2.3 Hubungan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Masyarakat daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memerlukan
laporan pertanggungjawaban keuangan dalam rangka memantau pelaksanaan tugas
dan penggunaan uang rakyat yang telah diamanatkan kepada pemerintah daerah
(Armstrong, 2004:2). Dengan demikian, kepala daerah wajib memberikan laporan
keuangan pemerintah sebagai bentuk akuntabilitas publik. Laporan keuangan
pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi
maupun sosial (Tanjung, 2013: 12). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, laporan keuangan harus
memenuhi karakteristik-karakteristik: relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat
dipahami.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 bahwa tujuan
dirancangnya sistem pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan yang
memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Senada dengan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2010:163) dalam buku Sistem
Akuntansi, tujuan dari Sistem Pengendalian Internal diantaranya adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi.
Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan atau hancur
karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan
pengendalian yang memadai. Begitu juga dengan kekayaan perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik seperti piutang dagang akan rawan oleh kekurangan
jika dokumen penting dan catatan tidak dijaga.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Manajemen memerlukan informasi keuangan yang diteliti dan andal untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi akuntansi yang digunakan
oleh manajemen untuk dasar pengambilan keputusan penting. Pengendalian
internal dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data
II-24
akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal karena
data akuntansi mencerminkan perubahan kekayaan perusahaan.
3. Mendorong efesiensi.
Pengendalian internal ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak
perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk
mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efesien.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen metapkan kebijakan dan
prosedur. Pengendalian internal ini ditujukan untuk memberikan jaminan yang
memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan.
Tujuan sistem pengendalian intern juga dijelaskan oleh Mahmudi (2010:20)
yang menyatakan bahwa secara umum tujuan dibangunnya sistem pengendalian
internal adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi aset (termasuk data) negara 2. Untuk memelihara catatan secara rinsi dan akurat 3. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal 4. Untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku (Standar Akuntansi Pemerintah/SAP) 5. Untuk efisiensi dan efektivitas operasi 6. Untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan perundangan
yang berlaku.
COSO (1992) yang dikutip dalam Susanto (2013: 95) menyebutkan pula
bahwa tujuan sistem pengendalian intern adalah efisiensi dan efektivitas operasi,
penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya dan ketaatan terhadap undang-
undang dan aturan yang berlaku.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan sistem
pengendalian intern mencakup empat hal pokok, yaitu:
1. Tujuan operasi yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi, bahwa
pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dari semua operasi perusahaan sehingga dapat mengendalikan biaya yang
bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Tujuan pelaporan, bahwa pengendalian intern dimaksudkan untuk
meningkatkan keandalan data akuntansi dalam bentuk laporan keuangan dan
II-25
laporan manajemen sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan serta dapat
diuji kebenarannya.
3. Tujuan mengamankan aset perusahaan/organisasi, bahwa pengendalian intern
dimaksudkan untuk mengamankan harta suatu organisasi yang ada.
4. Tujuan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, bahwa
pengendalian intern dimaksudkan untuk meningkatkan ketaatan
perusahaan/organisasi terhadap hukum-hukum dan peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah, pembuat aturan terkait, maupun kebijakan-kebijakan
entitas itu sendiri.
Berdasarkan keempat tujuan sistem pengendalian intern tersebut, keandalan
merupakan salah satu tujuan diadakannya sistem pengendalian intern guna
mencapai tujuan perusahaan. Keandalan laporan keuangan merupakan salah satu
karakteristik kualitatif agar laporan keuangan berkualitas. Karakteristik laporan
keuangan lainnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah adalah relevan, dapat dibandingkan dan dapat
dipahami. Laporan keuangan yang berkualitas dapat membantu para pemakai
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang mengambil topik
yang sama, yaitu:
Tabel II.1
Penelitian Terdahulu
No.
Nama
Peneliti
dan Tahun
Judul
Tujuan dan
Hasil
Penelitian
Perbedaan
1 Faishol (2016)
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sistem pengendalian
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada studi kasus untuk penelitian ini dilakukan di Kota Bandung.
II-26
Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan)
intern terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota Bandung, Mengetahui Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung, dan Mengetahui Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak yaitu seluruh dinas.
2 Tuti Herawati (2014)
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh indikator sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan Hasil penelitian menunjukkan sistem
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini dilakukan pada Kota Bandung. Selain itu, penelitian ini tidak meneliti per masing-masing indikator sistem pengendalian intern Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota
II-27
pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Bandung, Mengetahui Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung, dan Mengetahui Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner.
3 Wila (2016)
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas terhadap Keandalan Laporan Keuangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan serta Aset Daerah (Pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian intern penerimaan kas berpengaruh terhadap keandalan laporan keuangan di dinas pendapatan pengelolaan keuangan serta aset daerah. Hasil penelitian menunjukkan Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini dilakukan pada Kota Bandung. Selain itu, penelitian ini variabel Y adalah kualitas laporan keuangan Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota Bandung, Mengetahui Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung, dan Mengetahui Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota
II-28
berpengaruh secara signifikan terhadap Keandalan Laporan Keuangan
Bandung. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini lebih besar yaitu seluruh dinas.
4 Rahmawati, Rini (2015)
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Bandung
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan secara signifikan pada α = 5%.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini dilakukan pada Kota Bandung. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota Bandung, Mengetahui Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung, dan Mengetahui Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung. Indikator yang digunakan dalam mengukur Sistem Pengendalian Intern adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.
5 Lugiyan (2015)
Peranan Sistem Pengendalian Intern terhadap kualitas laporan keuangan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kememadaian
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian, dimana pada
II-29
pemerintah daerah (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah Pemerintah Kota Tasikmalaya Tahun 2015)
sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah Kota Tasikmalaya). Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Kota Tasikmalaya berdasarkan hasil jawaban responden memadai yaitu senilai 72.86%
penelitian ini dilakukan pada Kota Bandung. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota Bandung, Mengetahui Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung, dan Mengetahui Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner.
6 Jonny M Situmorang (2016)
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Suatu Studi Pada DISPENDA dan INSPEKTORAT Pemerintah Kota Cimahi)
Penelitian ini bertujuan adalah mengetahui dan membuktikan pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini dilakukan pada Kota Bandung. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota Bandung, Mengetahui Bagaimana Kualitas
II-30
pemerintah daerah pada pemerintah Kota Cimahi. Hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dengan arah hubungan yang positif. Baiknya sistem pengendalian intern mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Cimahi. Besarnya pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan berada pada kriteria sangat tinggi.
Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung, dan Mengetahui Bagaimana Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bandung. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini lebih besar yaitu seluruh dinas.
II-31
2.5 Perumusan Model Penelitian
2.5.1 Kerangka Berfikir dan Paradigma Penelitian
Seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia, berbagai upaya dalam rangka pemberdayaaan daerah guna menunjang
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang
dimiliki telah dilakukan, salah satunya adalah dengan diberlakukannya otonomi
daerah. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Dengan terbitnya
kebijakan otonomi daerah pada tahun 2001, presiden melimpahkan tanggungjawab
pengelolaan keuangan daerah kepada walikota/bupati seperti halnya yang tercermin
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah yang terbagi
menjadi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memiliki kewenangan yang
sangat luas dalam mengatur urusan daerahnya masing-masing termasuk dalam
mengatur urusan keuangan daerahnya.
Dalam hal memantau keuangan yang dipercayakan kepada pemerintah
daerah, maka masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memerlukan
laporan pertanggungjawaban keuangan akan penggunaan keuangan yang ada.
Dengan demikian, kepala daerah wajib memberikan laporan keuangan pemerintah
daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai bentuk akuntabilitas
publik.
Laporan keuangan pemerintah daerah memuat informasi yang akan
digunakan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam proses
pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disampaikan pemerintah daerah
harus menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
dan membuat keputusan. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah menegaskan bahwa laporan keuangan harus
memenuhi karakteristik: relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara harus dinilai untuk
menjamin keandalan laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang mengatakan bahwa Badan
II-32
Pemeriksa Keuangan bertugas memeriksa keuangan negara. Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah akan mendapatkan suatu penilaian yang
dikenal dengan opini.
Pemberian opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menurut Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) mempertimbangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Daerah untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan. Untuk itu Sistem Pengendalian Intern sangat
diperlukan dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan Mahmudi (2007:27) bahwa untuk
menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan proses dan tahap-
tahap yang harus dilalui yang diatur dalam sistem akuntansi pemerintah daerah.
Sistem akuntansi di dalamnya mengatur tentang sistem pengendalian intern (SPI),
kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh bagus tidaknya sistem
pengendalian intern yang dimiliki pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah menjelaskan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara melalui efektivitas dan efisiensi, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan. Dengan adanya pengendalian intern yang baik, maka tujuan
organisasi akan tercapai. Agar pengendalian intern berjalan dengan baik, maka
kelima komponen pengendalian intern harus dilaksanakan secara terus-menerus
dan maksimal dalam kegiatan organisasi, antara lain:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan
Susanto (2013:95) menyatakan bahwa pengendalian intern dirancang untuk
memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai, salah satunya
II-33
melalui penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya. Selain itu, sistem
pengendalian intern yang baik mampu melindungi organisasi dari kelemahan
manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan atau ketidakberesan yang akan
terjadi (Hartadi, 1999: 2). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa untuk mencapai
tujuan organisasi, dalam hal ini yaitu menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas, sangat dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur tertentu
yang dapat membantu para pengelola keuangan dalam mengelola sumber daya yang
ada. Pengendalian intern membantu meminimalisir kemungkinan kesalahan yang
dapat terjadi, sehingga informasi dalam laporan keuangan tidak menyesatkan para
pemakai laporan keuangan karena terbebas dari kesalahan yang mungkin
mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat ditarik suatu
kesimpulan dalam sebuah bagan sebagai berikut:
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukan hubungan
antar variabel yang akan diteliti. Sebagai variabel independen adalah sistem
pengendalian intern pemerintah. Variabel independen ini akan diprediksi
pengaruhnya terhadap variabel dependen, dimana variabel dalam penelitian ini
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah
KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN
II-34
adalah kualitas laporan keuangan. Berdasakan hal ini maka model penelitian dapat
dibuat dalam paradigma seperti dibawah ini :
Gambar II.2
Paradigma Penelitian
2.6 Pengajuan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010:93) mengungkapkan bahwa pengertian hipotesis
adalah sebagai berikut:
“hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan”.
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dalam rumusan
masalah, kerangka pemikiran serta adanya hubungan antara sistem pengendalian
intern terhadap kualitas laporan keuangan, maka penelitian menggunakan analisis
regresi sederhana.
Rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut: terdapat pengaruh positif
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan.