7 BAB II. TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II.1.1 Pengertian Perpustakaan Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah “perpustakaan”(berasal dari kata Sansekerta pustaka ) artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris, pembaca tentu mengenal istilah library (berasal dari kata Latin liber atau libri ) artinya buku. Dari kata Latin tersebut terbentuklah istilah librarus yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Belanda bibliotheek , Jerman bibliothek , Perancis bibliothrquo, Spanyol bibliotheca, dan Portugal bibliotheca. Semua istilah itu (berasal dari bahasa Yunani biblia ) artinya tentang buku, kitab. Dari istilah-istilah diatas diperoleh batasan perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskripsi dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan atau kesenangan ( Webster's Third Edition International Dictionary ,1961). Batasan pengertian perpustakaan tersebut juga merupakan pandangan dari masyarakat tentang perpustakaan. Padahal dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini maka akan berpengaruh besar terhadap perkembangan perpustakaan, tentunya ini juga akan mengubah pengertian perpustakaan. Sehingga International Federation of Library Association and Institutions mambatasi perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. Batasan tersebut sesuai dengan fakta saat ini. Perpustakaan tidak hanya berisi buku- buku namun juga terdapat majalah, jurnal luar negeri dan dalam negeri, koran, peta, floppy disc program dan CD-ROM. Selain koleksi-koleksi tersebut juga terdapat koleksi skripsi
48
Embed
BAB II. TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2NoPass/2007-1-00025-AR-Bab 2.pdf · BAB II. TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II. TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1 Pengertian Perpustakaan
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah “perpustakaan”(berasal dari kata Sansekerta
pustaka ) artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris, pembaca tentu mengenal istilah
library (berasal dari kata Latin liber atau libri ) artinya buku. Dari kata Latin tersebut
terbentuklah istilah librarus yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Belanda bibliotheek ,
Jerman bibliothek , Perancis bibliothrquo, Spanyol bibliotheca, dan Portugal bibliotheca.
Semua istilah itu (berasal dari bahasa Yunani biblia ) artinya tentang buku, kitab.
Dari istilah-istilah diatas diperoleh batasan perpustakaan merupakan kumpulan
buku, manuskripsi dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau
bacaan, kenyamanan atau kesenangan ( Webster's Third Edition International Dictionary
,1961).
Batasan pengertian perpustakaan tersebut juga merupakan pandangan dari
masyarakat tentang perpustakaan. Padahal dengan kemajuan teknologi informasi yang
sangat pesat saat ini maka akan berpengaruh besar terhadap perkembangan perpustakaan,
tentunya ini juga akan mengubah pengertian perpustakaan. Sehingga International
Federation of Library Association and Institutions mambatasi perpustakaan adalah
kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer
yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai.
Batasan tersebut sesuai dengan fakta saat ini. Perpustakaan tidak hanya berisi buku-
buku namun juga terdapat majalah, jurnal luar negeri dan dalam negeri, koran, peta, floppy
disc program dan CD-ROM. Selain koleksi-koleksi tersebut juga terdapat koleksi skripsi
8
dan memiliki fasilitas ruang workstations. Dimana pengguna perpustakaan dapat
memanfaatkan komputer-komputer yang disediakan untuk akses internet dan pengerjaan
tugas-tugas kuliah yang memerlukan komputer. Diruang ini pengguna dapat juga
memanfaatkan komputer multimedia untuk keperluan belajar.
Dengan adanya koleksi dan fasilitas – fasilitas yang disediakan oleh perpustakan,
diharapkan pengguna perpustakaan terutama mahasiswa merasa tertarik dan mau
memanfaatkan pelayanan tersebut untuk menunjang studinya.
(http://www.usd.ac.id/lomba_menulis/juara3.htm)
II.1.2 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan
Pada dasarnya perpustakaan merupakan wadah pengumpulkan buku-buku dan
bahan pustaka lainnya yang diorganisir untuk memberikan pelayanan informasi, ilmu
pengetahuan, dan rekreasi dengan tujuan untuk mempertinggi ilmu pengetahuan pribadi
dan ilmu pengetahuan sosial.
Fungsi perpustakaan pada dasarnya adalah tempat untuk mencari informasi yang
tersedia untuk menunjang sarana pendidikan dan pengetahuan bagi siswa, mahasiswa
maupun masyarakat, tempat menyewa buku-buku untuk dibaca di tempat atau dibawa
pulang dalam jangka waktu tertentu. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi
informasi, perpustakaan dapat berfungsi lebih dari sekedar tempat mencari dan meminjam
buku – buku, melainkan sebagai tempat acara pameran buku – buku, seminar, tempat
berdiskusi dengan pengarang buku atau sastrawan, tempat penyelenggaraan berbagai forum
penerangan dan pembahasan tentang masalah-masalah aktual.
9
Sedangkan Tujuan dari perpustakaan ini adalah memberikan kemudahan bagi para
siswa, mahasiswa dan masyarakat dalam mendapat informasi yang di inginkannya,
meningkatkan kontinuitas belajar siswa dan mahasiswa agar mutu pendidikan dapat
ditingkatkan, serta dapat menyediakan tempat yang mempunyai suasana tenang dan
nyaman dalam proses belajar.
II.1.3 Sekilas Sejarah Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu pranata sosial yang telah ada sejak zaman
purba. Dalam perjalanannya yang panjang perpustakaan mengalami berbagai perubahan
sosial budaya, misalnya perkembangan Renaisans, Pencerahan, Penjajahan, perkembangan
teknologi informasi dan kini Internet. Dalam perkembanganya selama hampir 3000 tahun
itu berkembang berbagai prinsip kepustakawanan yang mewarnai keberadaan
perpustakaan.
Foto 1 : Ibrahim Nafie, Courtesy Bibliotheca Alexandrina east view
10
Foto 2 : Ibrahim Nafie, Courtesy Bibliotheca Alexandrina north view
Perpustakaan Alexandria yang didirikan oleh Ptolemeus terbakar semasa
pemerintahan Julius Caesar pada tahun 48 S.M. Pada awal perkembangan agama Kristen,
orang-orang Roma yang menyembah kaisar sebagai dewa membakar buku tentang agama
Kris-ten. Sebaliknya kemudian terjadi, penganut agama Kristen membakar buku
penyembah berhala. Di Inggris ketika raja Henry VIII berkuasa, biara diperintahkan ditutup
sedangkan bukunya disita. Pada tahun 1930 an kita menyaksikan pembakaran buku
karangan orang Yahudi oleh Hitler. Pada tahun 1948 tatkala tentera Belanda menyerbu
Yogyakarta, para dokter yang menjadi dosen fakultas kedokteran menyelamatkan koleksi
buku perpustakaan dengan mengungsikannya ke Klaten. Di Indonesia pada tahun 1960an
terjadi pem-bakaran oleh PKI terhadap majalah dan buku yang dianggap ciptaan
neokolonialisme dan imperialisme maupun karya pengarang yang tergabung dalam
kelompok Manifesto Kebudayaan.
11
Jadi sepanjang sejarah selalu ada usaha untuk menghancurkan buku yang disimpan
di perpustakaan. Sebaliknya pula, masyarakat pun berusaha mengamankan perpustakaan.
Secara fisik, pengamanan perpustakaan kuno dilakukan dengan menempatkan perpustakaan
(baca buku) di bagian yang aman, pada sebuah kuil atau istana. Kuil atau istana
merupakan bangunan yang kokoh sehingga buku akan lebih aman disimpan di tempat
tersebut daripada tempat lain. Dalam berbagai gejolak sosial maupun revolusi, keberadaan
perpus-takaan selalu tidak dilupakan masyarakat. Semasa puncak revolusi Perancis, semua
perpustakaan milik lembaga keagamaan disita, kemudian koleksinya ditempatkan di
berbagai pusat penyimpanan yang tersebar di seluruh Perancis. Semuanya itu
mempunyai hikmah karena beberapa tahun kemudian setelah revolusi berakhir, buku sitaan
dijadikan cikal bakal perpustakaan nasional Prancis. Semasa revolusi Rusia serta pasca
revolusi (sekitar tahun 1918- 1923) sejumlah besar buku, bahkan seluruh buku milik
perpustakaan pribadi Czar, dipindah ke perpustakaan yang ditunjuk penguasa baru. Koleksi
ini nantinya berkembang menjadi Perpustakaan Negara Lenin yang tidak lain daripada
perpustakaan nasional Uni Soviet. Di Indonesia, semasa pendudukan Jepang (1942-1945),
tindakan per-tama balatentera Jepang ialah mengamankan koleksi Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschap di Batavia (kini Jakarta) yang berada di
lingkungan markas besar Kempeitai (polisi rahasia Jepang). Koleksi ini kelak menjadi inti
Perpustakaan Nasional Republik In-donesia. Sebelum itu ketika Majapahit runtuh,
bangsawan maupun biarawan menyelamatkan berbagai naskah kuno ke tempat lain. Maka
pembaca akan sering menjumpai bahwa berbagai manuskrip seperti Negarakertagama
justru ditemukan di Bali atau Lombok.
12
Dari uraian di atas nyatalah bahwa kekuasaan di luar perpus-takaan dapat
merupakan kekuatan yang dapat menghancurkan perpus-takaan. Sebaliknya pula,
masyarakat (merupakan kekuatan di luar perpustakaan namun perpustakaan merupakan
bagian darinya) pulalah yang menciptakan sekaligus memelihara perpustakaan.
Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan merupakan satu- satunya pranata ciptaan
manusia tempat manusia dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas
ruang lingkupnya. Masyarakat selalu mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai efek
sosial,ekonomi, politik dan edukatif. Karena imbas tersebut, maka timbul kontra efek
berupa perusakan dan pembakaran perpustakaan. Hal yang disebut terakhir initerjadi juga
dalam sejarah manusia. Bila perpustakaan hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan
buku saja, bukannya juga menyebarkan ilmu pengetahuan, maka imbas dan efeknya tidak
akan sedramatis seperti yang kita saksikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Bila
ilmu pengetahuan hanya disim-pan saja, tidak disebarluaskan, maka ilmu pengetahuan akan
man-dek. Ilmu itu mungkin akan tumbuh lagi kemudian namun hal ter-sebut memerlukan
waktu yang lama, pengorbanan waktu, tenaga, uang. Ibaratnya kita tidak perlu menemukan
roda lagi. Karena itu ilmu yang disimpan dalam wujud buku harus disebarluaskan. Contoh
khas terjadi pada kemampuan operasi bedah otak pada orang Mesir kuno. Kemampuan ini
hanya dikuasai oleh segelintir ahli yang terkungkung dalam tembok kuil, tidak disebarkan,
malahan dirahasiakan. Alhasil kemampuan itu bukannya berkembang justru membeku
untuk pada akhirnya dirintis lagi oleh orang Eropa pada abad ke 18.
Perpustakaan merupakan tempat belajar di samping sekolah. Sejarahwan Gibbon
pernah mengatakan bahwa pendidikan yang diberikan oleh seseorang pada dirinya melalui
otodidak jauh lebih penting daripada pendidikan yang diperolehnya dari seorang guru.
13
Kecenderungan penggunaan perpustakaan umum sebagai tempat belajar menimbulkan
istilah "modern library movement" artinya pengembangan perpustakaan sebagai badan
pendidikan umum, tidak terhambat oleh tradisi dan kendala waktu sebelumnya serta
memberikan inspirasi untuk kegiatan di luar semua visi sebelumnya. Di AS untuk hal
tersebut diberikan contoh "social library" yang didirikan Benjamin Franklin. Pemerintah RI
mendirikan Taman Pustaka Rakjat 2) pada tahun 1952, tujuan perpustakaan ialah
membantu pendidikan masyarakat.
II.1.4. Jenis - jenis Perpustakaan
Dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa perpustakaan dapat dikategorikan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan ini merupakan perpustakaan yang menekankan koleksinya pada suatu
bidang khusus, atau bidang-bidang yang berhubungan. Misalnya koleksi khusus bidang
geologi, sejarah purbakala, lingkungan hidup, dan lain-lain. Dapat juga digolongkan khusus
karena bentuk koleksi yang disimpannya seperti peta, guntingan surat kabar, pita rekaman,
lontar, dan sebagainya. Lazimnya perpustakaan khusus merupakan bagian pada suatu
lembaga penelitian, badan-badan seperti bank, asuransi, asosiasi profesi, perusahaan,
museum, dan lain-lain. Masyarakat yang dilayaninya juga tergolong khusus, yaitu terutama
kepada tenaga-tenaga yang bekerja di lingkungan badan tempat perpustakaan bernaung,
atau kepada mereka yang bekerja dalam bidang yang merupakan pokok tugasnya. Dalam
sejarah perkembangannya mungkin menjurus menjadi pusat dokumentasi atau pusat
informasi. Bila ini terjadi, maka lingkup / jasanya menjadi luas yaitu bertugas
14
menyebarluaskan informasi secara tepat dan cepat. Menyebarluaskan sari karangan,
bibliografi, kesiagaan jasa informasi, jasa konsultasi, dan sebagainya.
Contoh perpustakaan khusus yang telah berkembang memperoleh tugas-tugas
nasional ialah Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional-LIPI, Lembaga Perpustakaan Biologi
dan Pertanian (Bibliotheca Bogoriensis – Departemen Pertanian), Bagian Dokumentasi
Ilmiah dan Pengolahan Data (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan -
Departemen Kesehatan). Ketiga pusat di atas memperoleh tugas sebagai pusat informasi
literature, masing-masing dalam bidang ilmu dan teknologi, biologi dan pertanian,
kesehatan dan kedokteran. Dari jenis perpustakaan khusus, terdapat beberapa
perpustakaan/pusat yang berkembang terus, antara lain Perpustakaan Direktorat Geologi
(kemudian disebut Bidang Dokumentasi dan Publikasi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi), Bandung. Pusat ini kuat dalam koleksi (buku, majalah, peta)
bidang geologi dan ilmu-ilmu yang berhubungan.
Di Jakarta kita kenal Perpustakaan Museum Pusat, didirikan 1778. Kuat dalam
bidang ilmu-ilmu, sosial, sejarah, dan bahasa. Sebelum perang, perpustakaan ini menjadi
depot dari terbitan-terbitan baru Indonesia. Tercatat 224.000 majalah baru. Tergolong baru
ialah perpustakaan Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional-LIPI, didirikan pada tahun 1965.
Perpustakaan ini menyimpan 40.720 buku, 5.719 majalah terjilid, dan 836 judul majalah
baru. Kuat dalam koleksi bidang ilmu dan teknologi, dan mulai memupuk koleksi dalam
bentuk mikrofilm dan mikrofis.
2. Perpustakaan Museum
Ini merupakan nama yang lazim untuk menyebut perpustakaan Lembaga
Kebudayaan Indonesia di Jakarta yang didirikan tahun 1778. Koleksi bukunya diperkirakan
15
300.000 jilid, sesuai dengan tujuan dan program lembaga tersebut. Di antaranya semua
koleksi surat kabar yang pernah dan telah terbit di Indonesia, dari awal penerbitannya;
majalah ilmiah dan popular, dan setiap buku yang diterbitkan di Indonesia. Juga koleksi
naskah terdiri dari + 5.000 buku asli Indonesia dari berbagai daerah, yang tertulis di atas
macam-macam bahan seperti lontar, kulit kayu, bambu, kertas; tertulis dalam huruf Jawa,
Bali, Makassar, Bugis, Batak, Rejang, Arab, dan lain-lain.
3. Perpustakaan Negara
Pepustakaan Negara merupakan perpustakaan umum yang didirikan di tiap ibukota
Daerah Tingkat I di Indonesia. Diselenggarakan oleh Biro Perpustakaan Departemen
Pendidikan. Umumnya berisi buku-buku tingkat pengetahuan sekolah menengah ke atas.
Saat ini yang terbesar terletak di Yogyakarta, dengan 70.000 buku, dan didirikan pada masa
revolusi kemerdekaan.
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sebagai warisan waktu yang lalu, jasa informasi di kalangan masyarakat perguruan
tinggi dilakukan oleh masing-masing fakultas atau jurusan. Program-program
pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan. Hal-hal seperti pembinaan koleksi, pembinaan
sumber tenaga, standarisasi, pembiayaan, dan sebagainya memperoleh perhatian penuh dari
Satuan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Contoh adalah Perpustakaan Pusat Satya Wacana di Salatiga, yang sejak
pendiriannya pada tahun 1956 memusatkan administrasi dan pengelolaan perpustakaannya
untuk melayani seluruh kampus. Kemudian Perpustakaan Airlangga di Surabaya, membagi
perpustakaan menjadi dua, yaitu Perpustakaan Eksakta dan Perpustakaan Non Eksakta.
16
5. Perpustakaan Rakyat
Ini merupakan sistem perpustakaan umum di Indonesia. Diselenggarakan oleh
Direktorat pendidikan masyarakat, bagian Urusan Perpustakaan Rakyat dalam lingkungan
Departemen Pendidikan. Tugas bagian ini adalah menyediakan bacaan umum dari tingkat
lulusan pemberantasan buta huruf sampai kepada tingkat pengetahuan sekolah menengah.
Tujuannya adalah menghidupkan dan memelihara hasrat masyarakat untuk belajar sendiri
dengan jalan membaca, serta meluaskan pengetahuan, kecerdasan, dan kesadaran
masyarakat.
6. Perpustakaan Sekolah
Di Indonesia, belum semua sekolah dilengkapi dengan perpustakaan. Saat ini
jumlahnya tercatat sekitar 84.000 Sekolah Dasar dan sekitar 13.000 sekolah lanjutan
(sensus 1997). Pengembangan perpustakaan Sekolah mendapat bimbingan dan pengarahan
dari Pusat Pengembangan Perpustakaan, Departemen Pendidikan.
7. Perpustakaan Umum
Pada umumnya perpustakaan umum di tingkat propinsi dikelola oleh Departemen
Pendidikan bersama dengan pemerintah Daerah. Usaha-usaha antara dua badan tersebut
masih terus dilaksanakan untuk mengembangkan sistem perpustakaan umum, ditunjang
dengan beberapa buah mobil sebagai sarana perpustakaan keliling. Di samping itu tercatat
juga tumbuhnya taman bacaan yang didirikan oleh usaha-usaha pribadi atau rukun
kampung. Usaha-usaha tadi sekalipun dalam bentuk sangat sederhana, sangat menolong
akan kekurangan jasa perpustakaan umum.
17
II.1.4. Pembagian Kategori Pustaka
Salah satu metode klasifikasi yang lazim digunakan oleh perpustakaan adalah Dewey
Decimal Classification (DDC). Berikut adalah sebagian dari DDC :
No. Klasifikasi Keterangan Kategori
000 Computers, Internet & Systems (Komputer dan Umum)
100 Philosophy (Filsafat)
200 Religion (Agama)
300 Social sciences, Sociology & Anthropology (Ilmu Sosial)