BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DASAR TEORI
1. Definisi TuberculosisTuberkulosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yaitu sebagian
dari organisma kompleks termasuklah M. Bovis dan M. Africanum.
TuberkulosisParu sebagai salah satu emerging diseases yaitu
penyakit yang gawat dan memerlukan penanganan segera.
2. Situasi TB di Indonesia
Indonesia termasuk dalam high burden countries, menempati urutan
ketiga setelah India dan China. Jumlah penderita TB Paru BTA
positif diIndonesia secara nasional pada tahun 2005 adalah sebesar
158.640 orang. Sedangkan tahun 2008 angka penderita TB Paru BTA
positif mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 161.741 kasus
(Depkes RI, 2009). Laporan Triwulan Sub Direktorat Penyakit TB
menyebutkan estimasi kasus baru TB paru di Indonesia tahun 2010
sebesar 244 kasus/100.000 penduduk/tahun. Di Indonesia diperkirakan
setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintahan swasta, praktek swasta dan sisanya belum
terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB
diperkirakan 175.000 per tahun. Indonesia sekarang berada pada
ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi didunia. Estimasi
prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010).
Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia
merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di
wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB
untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006.
Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah
ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213
diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification
Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%).
Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun
terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai
91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian
program pengendalian TB nasional yang utama dan estimasi insidensi
berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. Prevalensi TB di
Indonesia pada tahun 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan
kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian,
total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus.
3. Penyebab Penyakit
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis
berbentuk batang lurus tidak berspora dan juga tidak berkapsul.
Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 mm dan panjang 1 4 mm. Dinding
M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang
cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis
ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa
dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids
yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak
berantai panjang (C60 C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan
oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri
tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu
komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.
tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi
monoklonal.4. Penularan
Transmisi basil Mycobacterium ini adalah melalui manusia,
kecuali untuk M. bovis (Varaine F., Henkens M. & Grouzard V.,
2010). Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Menurut
Rachmand Y.N. (2008) dan Schiffman. G (2010), sewaktu batuk atau
bersin, kuman akan tersebar ke udara dalam bentuk droplet ataupun
percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernapasan, orang lain dapat terinfeksi.
Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan,
kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas
atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari paru menentukan daya penularan dari
seorang penderita. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut menentukan kemungkinan seseorang
terinfeksi TB (Saroso S., 2005). Resiko penularan setiap tahun
(Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia
dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah
dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000
penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB. Hanya 10% dari yang
terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut
diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka
diantara 100.000 penduduk, rata-rata terjadi 100 penderita
tuberkulosis setiap tahun, dimana 50% penderita adalah BTA positif
(Saroso S., 2005).5. Patogenesis
Pada patogenesis Tuberkulosis primer, kuman Tuberkulosis akan
masuk melalui saluran napas dan akan bersarang di jaringan paru.
Kemudian, akan terbentuk suatu sarang pneumonik yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini bisa timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
primer, akan kelihatan peradangan saluran getah bening yang menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional).
Efek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenali
sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sama ada sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama
sekali ataupun sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara
lain sarang Ghon, garis fibrotic dan sarang perkapuran di hilus).
Ia juga bisa menyebar dengan cara perkontinuitatum yaitu menyebar
ke sekitarnya. Salah satu contohnya adalah epituberkulosis, yaitu
suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius
oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi
pada saluran napas yang bersangkutan dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat
ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus
yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
Selain itu, kuman ini bisa menyebar melalui penyebaran secara
bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau
tertelan. Ada juga yang menyebar secara hematogen dan limfogen.
Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan
virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa dan typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada
alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya (PDPI, 2005).Pada fase Tuberkulosis pasca primer,
dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam
antaranya adalah tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis
dan tuberkulosis menahun. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini,
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun
lobus inferior. Sarang dini ini pada awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonik kecil. Sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu
jalan sama melalui diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan
tidak meninggalkan cacat ataupun sarang tadi pada mulanya meluas,
tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan
fibrosis. selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar. Ada juga sarang pneumonik yang meluas, membentuk
jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan
dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding
tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik),
kaviti ini mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik
baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola. Perjalanan seperti
yang disebutkan diatas, ia dapat pula memadat dan membungkus diri
(encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur
dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
menjadi kaviti lagi. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh
yang disebut open healed cavity atau kaviti menyembuh dengan
membungkus diri lalu akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir
sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan
seperti bintang atau stellate shaped (PDPI, 2002).6. Gejala
klinis
Gejala-gejala umum untuk penyakit TB adalah demam tidak terlalu
tinggi yang berlangsung lama. Biasanya demam ini dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Penderita sering terbangun di malam
hari karena tubuhnya basah kuyup oleh keringat sehingga pakaian
atau bahkan sepreinya harus diganti. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala umum lain
adalah penurunan nafsu makan dan berat badan serta batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Bisa juga
dirasakan perasaan tidak enak atau malaise dan lemah (PDPI, 2002).
Gejala-gejala khusus atau khas pula tergantung dari organ tubuh
mana yang terkena. Bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, ia akan menimbulkan
suara "mengi" yaitu suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika
ada cairan dirongga pleura, ia dapat disertai dengan keluhan sakit
dada. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan keluar cairan
nanah. Pada anak-anak, dapat mengenai otak dan terjadinya
meningitis (radang selaput otak). Gejalanya seperti demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.7. Faktor Resiko
Tuberculosis1. Faktor Umur.Beberapa faktor resiko penularan
penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras,
asal negara bagian, serta infeksi AIDS.Dari hasil penelitian yang
dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang
gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur.
Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa
muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah
kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.2. Faktor Jenis
Kelamin.Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang
laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki
hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada
wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara
tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat
sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun
0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.3. Tingkat
PendidikanTingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan
pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai
perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan
seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.4.
PekerjaanJenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya
gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.Jenis
pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga
yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara
konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan
mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala
keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi
makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi
setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang
dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB
Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan
yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi
syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan
penyakit TB Paru.5. Kebiasaan MerokokMerokok diketahui mempunyai
hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker
paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker
kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena
TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di
Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih
rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480
batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan
(Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara
berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan
wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan
mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.6. Kepadatan hunian
kamar tidurLuas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk
penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut
harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload.Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain.Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya
dinyatakan dalam m2/orang.Luas minimum per orang sangat relatif
tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.Untuk
rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang.Untuk kamar tidur
diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan
penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak
dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di
bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan
juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.7. PencahayaanUntuk
memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai.Jika peletakan jendela kurang baik
atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.Cahaya ini
sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di
dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.Intensitas pencahayaan
minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux.,
kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup.Semua
jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya
proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya..Cahaya yang sama
apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh
kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca
berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar
matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta
sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan
sangat berkurang.8. Ventilasi Ventilasi mempunyai banyak fungsi.
Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah,
disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan
dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab
penyakit, misalnya kuman TB.Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah
untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama
bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang
terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar
tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang
ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi
permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil
(dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga
diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
ruangan. Umumnya temperatur kamar 22 30C dari kelembaban udara
optimum kurang lebih 60%.
9. Kondisi rumah Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor
resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat
menjadi tempat perkembang biakan kuman.Lantai dan dinding yag sulit
dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan
dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman
Mycrobacterium tuberculosis. 10. Kelembaban udara Kelembaban udara
dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana kelembaban yang
optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22 30C. Kuman TB Paru
akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
11. Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan
status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB
Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau
lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap
kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
12. Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat
dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses
terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat
menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi
makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila
status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.13.
PerilakuPerilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan
tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara
penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi
sumber penular bagi orang disekelilingnya.
8. Kepadatan hunian dan kondisi rumahKepadatan penghuni
merupakan suatu proses penularan penyakit. Semakin padat maka
perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan
semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang
menderita TB dengan BTA positif. Kepadatan hunian ditempat tinggal
penderita TB paru paling banyak adalah tingkat kepadatan
rendah.Suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian
dan ventilasi rumah. Kondisi kepadatan hunian perumahan atau tempat
tinggal lainnya seperti penginapan, panti-panti tempat penampungan
akan besar pengaruhnya terhadap risiko penularan. Di daerah
perkotaan (urban) yang lebih padat penderita TB lebih besar.
Sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil
kemungkinannya.Ventilasi cukup menjaga agar aliran udara di dalam
rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan
oleh penghuni rumah tetap terjaga. Ventilasi yang baik juga menjaga
dalam kelembaban (humidity) yang optimum.Kelembaban yang optimal
(sehat) adalah sekitar 4070%. Kelembaban yang lebih Dari 70% akan
berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di
dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban Ills merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri patogen (penyebab penyakit).Cahaya matahari
cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya matahari ini
dapat diperoleh dari ventilasi maupun jendela/genting kaca.Suhu
udara yang ideal dalam rumah antara 18-30C.Suhu optimal pertumbuhan
bakteri sangat bervariasi, Mycobacterium tuberculosis tumbuh
optimal pada suhu 37C.Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat
membunuh Mycobacterium tuberculosis.Bakteri tahan hidup pada tempat
gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang
gelap.9. Status sosial ekonomi keluarga
WHO tahun 2007 menyebutkan 90% penderita TB di dunia menyerang
kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin dan menurut Enarson TB
merupakan penyakit terbanyak yang menyerang negara dengan penduduk
berpenghasilan rendah. Sosial ekonomi yang rendah akan menyebabkan
kondisi kepadatan hunian yang tinggi dan buruknya lingkungan,
selain itu masalah kurang gizi dan rendahnya kemampuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak juga menjadi problem
bagi golongan sosial ekonomi rendah.
10. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan,
bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan
prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber
penular bagi orang di sekelilingnya.B. Rumah Sehat1.
PengertianDefinisi perumahan (housing) menurut WHO adalah : suatu
struktur fisik di mana orang menggunakannya untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga
semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang
baik untuk keluarga dan individu.Salah satu kendala dalam
pembangunan perumahan dan pemukiman yang terjadi di Indonesia
antara lain berupa, kondisi sosial ekonomi masyarakat, terutama
yang berpenghasilan rendah. Kondisi ini diperparah lagi dengan
kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkungan
yang bersih bagi kesehatan mereka. Persentase keluarga yang
menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat
2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2007, persentase rumah
sehat indonesia pada tahun 2007 adalah 50,79%. Jumlah ini masih
dibawah target yang ditetapkan untuk dicapai pada tahun 2007 yaitu
75%.
2.Rumah Sehat dan PersyaratannyaRumah disamping merupakan
lingkungan fisik manusia sebagai tempat tinggal, juga dapat
merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal ini akan terjadi
bila kriteria rumah sehat belum terpenuhi. Menurut angka statistik
kematian dan kesakitan paling tinggi terjadi pada orang orang yang
menempati rumah yang tidak memenuhi syarat dan terletak pada tempat
yang tidak sanitar. Bila kondisi lingkungan buruk, derajat
kesehatan akan rendah demikian sebaliknya. Oleh karena itu kondisi
lingkungan pemukiman harus mampu mendukung tingkat kesehatan
penghuninya.Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain :a. Memenuhi Kebutuhan
Physiologis1. Pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam maupun
buatan. Pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar 60 120 lux. Luas
jendela yang baik minimal 10 % - 20 % dari luas lantai.
Pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari (penerangan
alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan
buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.2. Perhawaan
(ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam ruangan.
Kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah
bertemperatur ruangan sebesar 18 30 C dengan kelembaban udara
sebesar 40 % - 70 %. Ukuran ventilasi yang memenuhi syarat yaitu 10
% luas lantai. Ventilasi alami adalah penggantian udara secara
alami (tidak melibatkan peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk
udara yang dikenal dengan air conditioner atau AC). Ventilasi alami
menawarkan ventilasi yang sehat, nyaman, dan tanpa energi tambahan.
Namun, untuk merancang ventilasi alami perlu dipikirkan syarat
awal, yaitu : (1) Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari
bau, debu dan polutan lain yang menganggu); (2) Suhu udara luar
tidak terlalu tinggi (maksimal 28C); (3) Tidak banyak bangunan
disekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal (sehingga
angin berhembus lancar); dan (4) Lingkungan tidak bising. Jika
syarat awal tidak dipenuhi, maka sebaiknya tidak dipaksakan memakai
ventilasi alami karena justru akan merugikan. Ventilasi alami
adalah proses pergantian udara ruangan oleh udara segar dari luar
ruangan tanpa bantuan peralatan mekanik. Pergantian udara per jam
(ACH, Air Change per Hour) adalah jumlah pergantian seluruh udara
dipotensi ke kotoran udara di suatu ruangan (misalnya laboratorium,
bengkel, toilet, dan dapur), semakin tinggi angka pergantian udara
per jam yang diharuskan. Setiap negara mempunyai standar ACH
sendiri-sendiri.3. Tidak terganggu oleh suara-suara yang berasal
dari dalam maupun dari luar rumah. Rumah tersebut harus dapat
melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan karena
dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun dalam
jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara
lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan
mental seperti mudah marah dan apatis.4.Cukup tempat bermain bagi
anak-anak dan untuk belajar. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar
pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain
di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang
membahayakan.b. Memenuhi Kebutuhan PhychologisRumah harus dibangun
sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan dasar psikologis
penghuninya, seperti:1. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing
penghuniAdanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing
penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur
di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah
dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak
boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai
kamar tidur sendiri.2. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai
ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog
langsung dengan orang tuanya. Dalam memilih letak tempat tinggal,
sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang
relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya
atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin.3. Dalam
meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu
lintas dalam ruangan 4. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus
ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang
tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi
tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain
atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau
kebun. 5. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman
hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara
secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang. c.
Melindungi dari penyakit Rumah tersebut harus dibangun sedemikian
rupa sehingga dapat melindungi penghuninya dari kemungkinan
penularan penyakit atau zat-zat yang membahayakan kesehatan. Dari
segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya
tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan seperti
sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai bocor sehingga
tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas
dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan
sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi
syarat kesehatan.d. Melindungi dari kemungkinan kecelakaanRumah
harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni
dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam
persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak
terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat
listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi
penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain
sebagainya.3. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah
SehatBerdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002),
lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen
rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni.1. Kelompok komponen
rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar
tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.2. Kelompok sarana sanitasi,
meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.3. Kelompok
perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka
jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang
tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat
sampah.
1. Bahan bangunanSyarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara
lain:a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari
150 g/m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah
hitam tidak melebihi 300 mg/kg.b. Tidak terbuat dari bahan yang
dapat memungkinkan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
patogen.2. Komponen Rumaha. LantaiLantai harus cukup kuat untuk
manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai biasanya digunakan
ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin,
stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan
lantai harus rata dan mudah dibersihkan, yang terdiri dari:1.
Lantai tanah stabilitasLantai tanah stabilitas terdiri dari
tanah,pasir, semen, dan kapur, seperti tanah tercampur kapur dan
semen, dan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya
lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah.2. Lantai papanPada
umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasanan lantai adalah :a. Sekurang-kurangnya
60 cm diatas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran air yang
baik.b. Lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama
lain,sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu
bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan
perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan
kelembaban yang naik dari dikolong rumah.c. Untuk kayu-kayu yang
tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk
konstruksi diatasnya agar digunakan lantai kayu yang telah
dikeringkan dan diawetkan.3. Lantai ubinLantai ubin adalah lantai
yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan karena : Lantai
ubin murah/tahan lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah
dirusak rayap.b. DindingAdapun syarat-syarat untuk dinding antara
lain:1. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri,
beban tekanan angin, dan bila sebagai dinding pemikul harus pula
dapat memikul beban diatasnya.2. Dinding harus terpisah dari
pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurangkurangnya 15 cm di
bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar
air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dindinga.
tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak
berlumut.3. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya
kurang dari 1 m dapat diberi susunan batu tersusun tegak diatas
batu,batu tersusun tegak diatas lubang harus dipasang balok lantai
dari beton bertulang atau kayu awet.1) Untuk memperkuat berdirinya
tembok bata digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari
plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.c.
Langit langitDibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang
penutup yang disebut langit-langit yang tujuannya antara lain:1.
Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar
tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan
bersih.2. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga
menahan tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap.3.
Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga
panas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.Adapun
persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:a. Langit-langit
harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap.b.
Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga
dengan konstruksi bebas tikus.c. Tinggi langit-langit
sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantaid. Langit-langit
kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40
m,dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari
1,75me. Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang
kurangnya sampai 2,40 m.d. AtapSecara umum konstruksi atap harus
didasarkan kepada perhitungan yang teliti dan dapat dipertanggung
jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tidak disyaratkan adanya
perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan atap adalah
untuk melindungi bagian-bagian dalam bangunan serta penghuninya
terhadap panas dan hujan, oleh karena itu harus dipilih penutup
atap yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. Rapat air serta
padat dan Letaknya tidak mudah bergeser2. Tidak mudah terbakar dan
bobotnya ringan dan tahan lama. Bentuk atap yang biasa digunakan
ialah bentuk atap datar dari konstruksi beton bertulang dan bidang
atap miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau asbes semen
gelombang. Pada bidang atap miring mendaki paling banyak digunakan
penutup/atap genteng karena harga rumah dan cukup awet.e. Pembagian
RuanganTelah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah
sehat harus mmpunyai cukup banyak ruangan-ruangan seperti : ruang
duduk/ruang makan, kamar tidur, kamar mandi, jamban, dapur, tempat
cuci pakaian, tempat berekreasi dan tempat beristirahat, dengan
tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat dan merasa betah
tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat pembagian ruangan
yang baik adalah sebagai berikut :1) Adanya pemisah yang baik
antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami istri) dengan
kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama
anak-anak yang sudah dewasa.2) Memilih tata ruangan yang baik, agar
memudahkan komunikasi dan perhubungan antara ruangan didalam rumah
dan juga menjamin kebebasan dan kerahasiaan pribadi masing-masing
terpenuhi.3) Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup
dengan luas lantai sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi
kebutuhan penghuninya untuk melakukan kgiatan kehidupan.4) Bila
ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak
boleh kurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2
orang, dalam hal ini harus dipisah.5) Dapur (a) Luas dapur minimal
14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2, (b) Bila penghuni tersebut lebih
dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2, (c) Di dapur
harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak,
tempat cuci peralatan dan air bersih, (d) Didapur harus tersedia
tempat penyimpanan bahan makanan. Atau makanan yang siap disajikan
yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan
lain-lain dan mencegah sinar matahari langsung.6) Kamar Mandi dan
jamban keluargaa. Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit
salah satu dari dindingnya yang berlubang ventilasi berhubungan
dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi
mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban
tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lainb. Pada setiap kamar
mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.c. Jamban harus
berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila jamban
tersebut terpisah dari kamar mandi.f. VentilasiVentilasi adalah
proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran
udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari
pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu
ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah (Sanropie, dkk, 1989) :1.
Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.2.
Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.3. Bau
pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.4.
Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh
badan manusia.5. kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah
karena penguapan air dan kulit pernafasan manusia.Dengan adanya
ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak
udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan
memasukkan kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalaui
jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor
dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang
berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai
terlalu besar dan keras, karena gerak angin atau udara angin yang
berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan
suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir
akan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan
memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang
biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara
lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan.
Gejala ini terutama terjai pada orang yang peka terhadap udara
dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini , maka jendela atau
lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula
terlalu sedikit. Agar dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya
terdapat satu atau lebih banyak jendela/lubang yang langsung
berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-rintangan, jumlah
luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnya sama 1/10
dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas
jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu
harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 diatas
permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluran angin pada ban
atau dekat permukaan langit-langit (ceiling) yang luas bersihnya
sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian
lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit bergua sekali
untuk mengluarkan udara panas dibagian atas dalam ruangan tersebut.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman
yang umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan
keadaan iklim daerah tersebut. Untuk daerah pengunungan yang
berhawa dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin
dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan. Sedangkan
untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan
basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus
diperbesar dan dapat mncapai 1/5 dari luas lantai ruangan. Jika
ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang
memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap,
maka diperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk
memperbaiki keadaan udara dalam ruangan, sistem mekanis ini harus
bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara
mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atau exhauster), atau
air conditioning.g. PencahayaanCahaya yang cukup kuat untuk
penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan
ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya
alam.
4. Parameter Penilaian Rumah SehatLingkup penilaian rumah sehat
dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan
perilaku penghuni, sebagai berikut : 3.1. Kelompok komponen rumah,
meliputi : 3.1.1. Langit-langit 3.1.2. Dinding3.1.4. Lantai3.1.5.
Jendela kamar tidur3.1.6. Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
3.1.7. Ventilasi 3.1.8. Sarana pembuangan asap dapur 3.1.9.
Pencahayaan 3.2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi : 3.2.1. Sarana
Air Bersih 3.2.2. Sarana Pembuangan Kotoran 3.2.3. Sarana
Pembuangan Air Limbah 3.2.4. Sarana Pembuangan Sampah 3.3. Kelompok
Perilaku Penghuni 3.3.1. Membuka jendela kamar tidur 3.3.2. Membuka
jendela ruang keluarga 3.3.3. Membersihkan rumah dan halaman
3.3.4.. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban 3.3.5. Membuang
sampah pada tempat sampah 4. Cara Penilaian Rumah Sehat4.1.
Penilaian rumah Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang
memenuhi kriteria sehat dan bobot pada kelompok komponen rumah,
sarana sanitasi dan perilaku penghuni. Nilai minimum yang memenuhi
kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut
: a. Nilai minimum dari kelompok komponen rumah adalah : 1)
Langit-langit = 22) Dinding = 23) Lantai = 24) Jendela kamar tidur
= 15) Jendela ruang keluarga = 16) Ventilasi = 17) Sarana
pembuangan asap dapur = 28) Pencahayaan = 2b. Nilai minimum dari
kelompok sarana sanitasi adalah : 1) Sarana air bersih (
SGL/SPT/PP/KU/PAH) = 32) Jamban ( sarana pembuangan kotoran ) = 23)
Sarana pembuangan air limbah ( SPAL ) = 24) Sarana pembuangan
sampah = 2
c. Perilaku Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena
perilaku sangat berperan untuk mencapai rumah sehat.
4.2. Pemberian Nilai a.Komponen rumah 1.Langit-langit 0 = Tidak
ada1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan 2 = Ada, bersih dan tidak
rawan kecelakaan 2.Dinding 1 = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman
bambu atau ilalang )2 = Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata
atau batu yang tidak kedap air3 =Permanen ( tembok, pasangan batu
bata atau batu yang diplester), papan kedap air. 3.Lantai 0 =
Tanah1 = Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang
retak/ berdebu2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4.Jendela kamar tidur 0 = Tidak ada 5 = Ada 5. Jendela ruang
keluarga 0 = Tidak ada1 = Ada 6.Ventilasi 0 = Tidak ada 1 = Ada,
tetapi luasnya < 10% luas lantai 2 = Ada, luas ventilasi 10%
luas lantai 7. Sarana pembuangan asap dapur 0 = Tidak ada 1 = Ada,
luas tabung ventilasi/asap dapur 10% dari luas lantai dapur 2 =
Ada, dengan lubang ventilasi 10% luas lantai dapur ( asap keluar
dengan sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang
sejenis ) 8.Pencahayaan 0 = Tidak terang, tidak bisa dipergunakan
untuk membaca 1 = Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
membaca normal2 = Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan
untuk membaca dengan normal b. Sarana Sanitasi 1) Sarana Air Bersih
( SGL/SPT/PP/KU ) 0 = Tidak ada1 = Ada, bukan milik sendiri dan
tidak memenuhi syarat kesehatan 2 = Ada, milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan 3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi
syarat kesehatan 4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat
kesehatan 2) Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )0 = Tidak ada 1 =
Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam
2 = Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke
sungai/kolam 3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank4 =
Ada, leher angsa, septic tank 3) Sarana Pembuangan Air Limbah (
SPAL ) 0 = Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman
rumah 1 = Ada, diresapkan mencemati sumber air ( jarak dengan
sumber air < 10 m)2 = Ada, dialirkan ke selokan terbuka 3 = Ada,
diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air
10 m) 4 = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk
diolah lebih lanjut4) Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)0 =
Tidak ada1 = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 2 =
Ada, kedap air dan tidak tertutup 3 = Ada, kedap air dan
bertutup
c. Perilaku Penghuni 1) Membuka jendela kamar tidur 0 = Tidak
pernah dibuka1 = Kadang-kadang2 = Setiap hari dibuka2) Membuka
jendela ruang keluarga 0 = Tidak pernah dibuka 1 = Kadang-kadang2 =
Setiap hari dibuka 3) Membersihkan rumah dan halaman 0 = Tidak
pernah 1 = Kadang-kadang 2 = Setiap hari 4) Membuang tinja bayi dan
balita ke jamban0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan1
= Kadang-kadang dibuang ke jamban2 = Setiap hari di buang ke
jamban5) Membuang sampah pada tempat sampah0 = Dibuang ke sungai /
kebun / kolam sembarangan1 = Kadang-kadang dibuang ke tempat
sampah2 = Setiap hari di buang ke tempat sampah
Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai
berikut:Hasil Penilaian Rumah = Nilai x Bobot
Hasil penilaian rumah didapat : Rumah Sehat = 1068 1200 Rumah
Tidak Sehat = < 1068
4.3. PembobotanPembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok
sarana sanitasi dan kelompok perilaku penghuni berdasarkan teori
Bloom, dimana diinterpretasikan terhadap :a. Lingkungan = 45%b.
Perilaku = 35%c. Pelayanan Kesehatan = 15%d. Keturunan = 5%Dalam
hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan
diabaikan, sedangkan untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat
dijelaskan sebagai berikut.Pemberian bobot penilaian rumah
diberikan pada masing-masing indikator :a. Bobot komponen rumah =
31 (25/80 x 100% = 31,25)b. Bobot Sarana Sanitasi = 25 (20/80 x
100% = 25)c. Bobot Perilaku Penghuni = 44 (35/80 x 100% =
43,75)