Top Banner
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian a. Tuberculosis pulmonalis (Tuberculosis) adalah suatu penyakit paru yang serius yang disebabkan oleh kuman bernama “Mycobacterium Tuberculosis” atau singkatnya “Basil Tuberculosis” (Dr. John F. Knight, 1995) b. Tuberculosis adalah suatu infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan lebih lengkapnya hipersensitifitas seluler (Braunwald, 1991) c. Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airbone) (Niluh Gde Yasmin Asih, S.Kp). d. Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan Sudarth, 2001)
43

BAB II TBC Landasan Teori

Aug 12, 2015

Download

Documents

nuryant1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TBC Landasan Teori

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

a. Tuberculosis pulmonalis (Tuberculosis) adalah suatu penyakit paru

yang serius yang disebabkan oleh kuman bernama “Mycobacterium

Tuberculosis” atau singkatnya “Basil Tuberculosis” (Dr. John F. Knight,

1995)

b. Tuberculosis adalah suatu infeksi bakteri menahun yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan

granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan lebih lengkapnya

hipersensitifitas seluler (Braunwald, 1991)

c. Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang

ditularkan melalui udara (airbone) (Niluh Gde Yasmin Asih, S.Kp).

d. Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru (Bruner dan Sudarth, 2001)

e. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis (Sylvia A. Price, 1999).

Page 2: BAB II TBC Landasan Teori

2. Anatomi Fisiologi Pernapasan

a. Anatomi jalan napas atas

1) Hidung

Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian

eksternal menonjol dari wajah di sangga oleh tulang hidung dan

kartilaga nares anterior (Lubang hidung) merupakan osteum

sebelah luar dari rongga hidung.

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan

menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang

sempit, yang disebut septum.

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari

paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan

melembabkan serta menghangatkan udara yang di hirup ke dalam

paru-paru.

2) Sinus Paranasal

Sinus-sinus paranasal termasuk empat pasang rongga bertulang

yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar. Bertingkat

semu yang bersilia. Sinus-sinus di sebutkan berdasarkan

tempatnya. Sebut saja sinus frontalis, etmoidalis, spenoidalis dan

makilaris. Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai bilik

personansi saat berbicara, sinus merupakan tempat umum

terjadinya infeksi.

Page 3: BAB II TBC Landasan Teori

3) Tulang Turbinasi (Konka)

Seperti siput, arus udara yang memasuki lubang hidung di

arahkan ke atas depan ke langit-langit hidung dan mengikuti rute

sirkuit sebelum udara mencapai naso faring.

4) Faring Tonsil dan Adenoid

Faring atau tenggorokan adalah struktur seperti tuba yang

menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring di bagi

menjadi tiga region : nasal, oral dan laring Adenoid, atau tonsil

faring terletak di dalam langit-langit nasal faring, tenggorokan

dikelilingi oleh tonsil adenoid dan jaringan limfoid lainnya. Fungsi

faring adalah menyediakan saluran pada fraktus respiratorius dan

digestif

5) Laring

Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakea

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya

vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruktif

sebagai kotak suara dan terdiri atas :

- Epiglotis. : daun katup, kartilago yang menutupi osteum kearah

laring selama menelan

- Glottis : osteum antara pita suara dalam laring

- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari

kartilago ini membentuk jakun (Adam’s Apple)

Page 4: BAB II TBC Landasan Teori

- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit

dalam laring

- Pita suara : Ligamen yang dikontra oleh gerakkan otot yang

menghasilkan bunyi suara.

b. Anatomi paru

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar

thoraks.

Bagian-bagian paru antara lain :

a. Pleura

Bagian tertular di kelilingi oleh membran halus, licin, yaitu

pleura, antara kedua pleura terdapat ruang, yaitu di sebut spasium

pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan

keduanya bergeser dengan bebas.

b. Mediastirium

Adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua

bagian mediastirium terbentuk dari dua lapisan pleura.

c. Lobus

Setiap paru di bagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari

lobus kiri dan atas, paru kanan mempunyai lobus atas tengah dan

bawah.

Page 5: BAB II TBC Landasan Teori

d. Bronkus dan Bronkiolus

Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua

pada paru kiri) Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental

(10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri). Bronkus memiliki arteri,

limfatik, dan saraf. Bronkus subsegmental kemudian membentuk

percabangan menjadi bronkiolus. Bronkus dan bronkiolus juga

dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “Rambut”

pendek yang disebut “Silla”. Bronkiolus kemudian membentuk

percabangan menjadi bronkiolus terminalis tidak mempunyai

kelenjar lendeir dan silia. Pertukaran oksigen dan karbondioksida

terjadi dalam alvoli.

e. Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta elveoli yang tersusun

dalam kluster antara 15 sampai 20 alveoli, terdapat tiga jenis sel-

sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel-sel epitel yang

membentuk dinding alveolar, tipe II sel-sel aktif secara metabolic,

mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan

dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. tipe III adalah

makrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang besar yang

memakan beberapa benda asing (mis : bacteria) dan bacteria

sebagai mekanisme pertahanan yang penting.

Page 6: BAB II TBC Landasan Teori

c. Fisiologi pernapasan.

Pernapasan melalui paru-paru / eksterna, oksigen di ambil melalui

mulut dan hidung saat bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea

sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmoner

alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran,

diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung

dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida

merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler

dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan

hidung.

1) Proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :

- Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

- Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen

masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh

masuk ke paru-paru

- Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan

jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.

- Difusi gas yang menembus membran alveoli dari kapiler

karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

2) Daya muat paru

Page 7: BAB II TBC Landasan Teori

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500-5.000 ml

(4.5-5 Lt) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan

espirasi) hanya 10%- kurang lebih 500 ml disebut juga udara

pasang surut (tidal air) yaitu yang di hirup dan yang dihembuskan

pada pernapasan biasa.

Ada empat macam volume paru yang bila dijumlahkan sama

dengan volume maksimum pengembangan paru-paru

- Tidal Volume : volume udara yang diinspirasikan dan

diekspresikan pada setiap pernapasan normal.

- Volume cadangan inspirasi : volume udara tambahan yang

dapat diinspirasikan diatas tidal volume paru normal.

- Volume cadangan ekspirasi : jumlah udara yang masih dapat

dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi

tidal yang normal.

- Volume residual : volume udara yang masih tersisa dalam paru-

paru setelah ekspirasi.

Dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung

udara sebanyak + 5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru masih

tertinggal + 3 liter udara. Saat kita bernapas biasa udara masih

masuk ke dalam paru 2.600 cm3 atau kurang lebih 2½ liter.

Jumlah pernapasan dalam keadaan normal

Page 8: BAB II TBC Landasan Teori

- orang dewasa : 16-18 x/menit

- anak-anak : kira-kira 24 x/menit

- Bayi : kira-kira 30 x/menit.

d. Macam-macam pernapasan

1. Pernapasan dada

Pada waktu seseorang bernapas rangka dada terbesar bergerak,

maka pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.

2. Pernapasan Perut

Pada waktu seseorang bernapas diafragma turun naik, maka corak

ini dinamakan pernapasan perut.

3. Etiologi

Mycobacterium Tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang

tumbuh dengan lambat yang sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.

Basil tuber Tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm. Ukuran ini lebih

kecil dari satu sel darah merah. Droplet di keluarkan selama batuk,

tertawa, bersin, bernyanyi, lalu kemudian terhirup oleh individu lain.

4. Gejala Klinis

Page 9: BAB II TBC Landasan Teori

Keluhan yang dirasakan penderita Tuberculosis dapat bermacam-

macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.

Keluhan yang terbanyak adalah :

1. Demam

Biasanya sub febris menyerupai demam influenza, tapi kadang-

kadang panas badan seterusnya 40-41oC. serangan demam pertama

dapat sembuh kembali begitu seterusnya hilang timbul demam

influenza.

2. Batuk purulen

Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena iritasi pada

bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang

keluar.

3. Sesak napas

Akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru

4. Nyeri dada (dyspnoe)

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi

reading sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

5. Malaise

Gejala malaise sering menimbulkan anoreksia, tidak ada nafsu

makan. Badan makin kurus 9berat badan turun), sakit kepala, meriang,

nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat

dan terjadi hilang timbul tidak teratur.

Page 10: BAB II TBC Landasan Teori

6. Hemaptoe

Batuk darah akan terjadi, bila pembuluh darah pecah. Bergantung

pada besarnya pembuluh darah yang pecah, maka akan terjadi batuk

darah ringan, sedang dan berat.

7. Terdengar suara tambahan seperti Ronchi dan wheezing

5. Patofisiologi

Individu rentan menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi

bakteri yang dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana

mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga

dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya

(ginjal, tulang, korteks, serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi

fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik –

tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi

jaringan ini menyebabkan penumpukan eksudat dalam Alveoli

menyebabkan bronko pneumonia. Infeksi awal biasanya 2-10 minggu

setelah pemajanan.

Masa jaringan baru, yang disebut granuloma, yang merupakan

gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag

yang membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa

jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut Tuberkel

Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk masa

Page 11: BAB II TBC Landasan Teori

seperti keju. Masa ini dapat mengalami klasifikasi. Membentuk skar

kolagenosa bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif

karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respon sistem imun.

Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri

dorman.

Dalam kasus ini Tuberkel yang memecah, melepaskan bahan seperti

keju ke dalam bronchi bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,

mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah,

menyembuh, membentuk jaringan perut. Paru yang terinfeksi menjadi

lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih

lanjut, pembentukan Tuberkel, dan selanjutnya.

Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan

lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke

lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai

oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan

periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10 % individu yang

awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

Patofisiologi (Bruner dan Suddarth, 2001, hal 585)

Micobacterium Tuberculosis(Basil Tuberculosis)

Terhirup dari udara masuk ke paru

Tinggal di alveoli

Memperbanyak diri

Basil dipindahkan ke sistem limfa dan aliran darah

Inflamasi

Sistem Muskuloskeltal

Sistem Pernapasan

Sistem Pencernaan

Sistem Syaraf

Invasif tulang

Merangsang perkembangan

tulang

Defisiensi tulang

Pengapuran tulang

Keropos tulangTBC Tulang

Limfosit (sel T) Melisis basil dan jaringan normal

Penumpukan eksudat

Sekret kental dan tebal

Batuk terus menerus

Ketidakefektifan jalan napasGangguan

pemenuhan OksigenNyeri dada

Batuk terus menerus

Asupan nutrisi kurang

Metabolisme protein terganggu

Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Invasif basil

Mengenai lapisan otak

Meningitis

Page 12: BAB II TBC Landasan Teori

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kultur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada

tahap akhir penyakit.

Page 13: BAB II TBC Landasan Teori

b. Tes kulit (mantoux) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau

lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermol

antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi.

c. Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada

daerah paru atas.

d. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk Granuloma TB :

adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis

e. Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan

beratnya infeksi.

f. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital,

peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan

penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi

parenkim/ fibrosis. Kehilangan jaringan paru, dan penyakit

peural (TB paru kronis luas).

g. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster,

biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.

7. Cara Penularan

Cara penularan penyakit Tuberculosis Paru ada 2 cara:

a. Secara langsung

Page 14: BAB II TBC Landasan Teori

Penularan secara langsung yaitu melalui percikan ludah/ bersin

penderita.

b. Tidak langsung

Penularan secara tidak langsung yaitu melalui udara, makanan

dan alat-alat yang dipakai penderita.

8. Gambaran radiologist penderita

a. Lesi padat yang tersebar. Tepi ireguler.

b. Bercak padat yang beraktivitas

c. Pembesaran kelenjar hilus (didapatkan pada anak)

d. Pleural effusion.

9. Pada pemeriksaan fisik

a. Pernapasan Ronchi, wheezing serta fleural frictionula pada

apeks

b. Penderita kurus, dada bagian atas mendatar terutama pada sisi

yang sakit

c. Pada inspirasi dalam gerakan bagian paru yang sakit berkurang

bila dibandingkan dengan bagian yang normal

d. Bunyi perkusi pada bagian atas paru yang terkena redup

sedangkan bagian bawa sonor.

10.Penatalaksanaan

a. Medis

Page 15: BAB II TBC Landasan Teori

1) Rifampisin, dengan dosis 10 – 15 mg/kg BB/hari diberikan 1 kali

sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong,

diberikan selama 6 – 9 bulan.

2) INH (isonoazid) bekerja bakterisidal terhadap basil yang

berkembang aktif ekstraseluler dan basil di dalam makrofag.

Dosis 10 – 20 mg/kg BB/hari per oral. Lama pemberiannya

sampai 18 – 24 bulan.

3) Strptomisin, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang

tumbuh aktif ekstraseluler. Cara memberikannya inframuskuler

dengan dosis 30 – 50 mg/kg BB/hari maksimum 750 mg/hari.

Diberikan setiap hari selama 1 – 3 bulan, dilanjutkan 2 – 3 kali

seminggu selama 1 – 3 bulan lagi.

4) Pirasinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil infraselular.

Dosis 30 – 35 mg/kg BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4 – 6

bulan.

5) Etambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik)

dosis 20 mg/kg BB/hari dalam keadaan lambung kosong 1 kali

sehari selama 1 tahun.

6) PAS (Para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200

– 300 mg/kg BB/hari, secara oral 2 – 3 kali sehari. Obat ini

jarang dipakai karena dosisnya tinggi, kurang menyenangkan

pasien. Jika diberikan lamanya 3 tahun. Sekarang pemberian

obat yang terbaik adalah kombinasi INH dan rimfasin atau

Page 16: BAB II TBC Landasan Teori

etambukol dan INH dengan/tanpa streptomisin tergantung

derajad penyakit.

7) Koritikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat

antituberkulosis

8) Yang masih sensitif. Diberikan dalam bentuk kortison dengan

dosis 10 – 15 mg/kg BB/ hari. Bila dalam bentuk prednison

dosis 1 – 3 mg/kg BB/ hari. Kortikosteroid diberikan sebagai anti

antiflogistik dan ajaran pada Tuberkulosis milier meningitis

serosa Tuberkulosis penyebaran bronkogen, atelektasis

Tuberkulosa yang buruk.

b. Keperawatan :

Agar terhindar dari Tuberkulosis adalah dengan

menjalankan pola hidup sehat, yaitu:

1. Menutup mulut sewaktu batuk

bersin.

2. Tidak meludah di sembarang

tempat.

3. Berolahraga secara teratur.

4. Tidak merokok dan minum

minuman beralkohol.

5. Meningkatkan daya tahan tubuh

dengan gizi seimbang.

Page 17: BAB II TBC Landasan Teori

6. Ventilasi rumah yang baik agar

udara dan sinar matahari masuk ke dalam rumah.

7. Tidur dan istirahat yang cukup.

11.Cara pencegahan

a. Pencegahan terhadap orang yang belum pernah menderita

Tuberculosis.

1) penyakit Tuberculosis dapat dicegah dengan

kekebalan/imunisasi BCG

2) Suntikan kekebalan bagi penyakit tuberculosis harus

dilaksanakan sedini mungkin, yaitu sejak masih bayi

3) Semakin kekebalan dapat diperoleh di Posyandu,

puskesmas dan sakit

4) Kebersihan lingkungan diperhatikan misalnya :

a. Rumah dan lingkungan

b. Tempat tidur harus bersih dan cukup

pencahayaan

5) Peningkatan gizi keluarga misalnya makan-makanan yang

mengandung tinggi kalori dan tinggi protein

6) Menjaga kebersihan badan agar tidak mudah terserang

satu penyakit

7) Menjaga jarak dengan penderita untuk menghindari

penularan.

Page 18: BAB II TBC Landasan Teori

b. Pencegahan penularan penyakit pada orang lain ;

1) menutup mulut waktu batuk/bersin

2) Menganjurkan agar penderita tidak meludah di sembarang

tempat tetapi di tempat-tempat tertentu seperti dikaleng yang

diisi dengan sabun, Lysol atau karbon.

3) Tidur terpisah dari orang lain/keluarga untuk menghindari

terjadinya kontak langsung.

4) Mengusahakan agar sinar matahari yang mask ke dalam

rumah, terutama kamar tidur harus cukup karena kuman

tuberculosis akan mati bila terkena sinar matahari.

5) Menjemur alat-alat tidur seperti kasur, bantal guling dan lain-

lain untuk membunuh kuman penyakit paling kurang

seminggu sekali.

6) Menghindari diri untuk mencium anak-anak untuk mencegah

penularan secara langsung pada anak-anak.

7) Alat-alat yang sudah dipakai penderita harus didesinfeksi

dengan larutan Lysol 3-5% untuk mematikan kuman-kuman

tuberculosis.

8) Perawat yang merawat harus memakai masker dan schort

supaya tidak terjadi penularan pada perawat.

Page 19: BAB II TBC Landasan Teori

12.Komplikasi

a. Batuk darah (haemoptoe) pada kasus-kasus parah

b. Pnemothoraz spontan paru mengecil karena kerusakan ini

disebabkan oleh Tuberculosis)

c. Adanya cairan pleura, bila cairan tidak terlalu banyak, keadaan

klinis dapat membaik setelah pengobatan standar.

d. Insufisiensi cardio pulmonary (penyakit jantung dan paru-paru

menyebabkan pulmonale)

e. Bronchietasis fibrosis pada paru-paru (merupakan akibat

penyakit tuberculosis paru yang luas, dan hanya terapi

symtomatis nodulus, tulang dan sendi, limpha, traktus

urogential, sistem syaraf, dan sebagainya.

13.Penyuluhan Kesehatan

a. Ajarkan kepada klien untuk menampang sputum dalam pot

sputum yang diisi dengan lysol 3%/desinfektan

b. Jika batuk/bersin tutup mulut dengan tissue

c. Makan makanan yang bergizi

d. Hindari kontak langsung dengan anak-anak dalam waktu lama

e. Anjurkan klien agar minum obat teratur, jika habis kontrol ke

dokter

f. Istirahat yang cukup untuk meringankan gejala, memperbaiki

kondisi badan

Page 20: BAB II TBC Landasan Teori

g. Alat-alat makan disendirikan, jika dicuci direndam dengan lysol

3-5% terlebih dahulu.

B. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan

dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan

kesehatan. Untuk sampai pada hal ini profesi keperawatan telah

mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen

yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling

relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah ”(Shore

1998)”. (Doenges, Maricynn E, 1999).

I. Pengkajian

Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (Nursalam, 2001).

Dasar Data Pasien

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara

pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan

laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya (Doenges,

Marilynn E, 2001).

Aktivasi / Istirahat

Page 21: BAB II TBC Landasan Teori

Gejala : kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek, kesulitan

tidur atau demam malam hari, menggigil dan atau

berkeringat

Tanda : dispnea, takipnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak.

Integritas ego

Gejala : adanya/faktor stress lama, masalah keuangan, rumah,

perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Tanda : menyangkal, Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan

berat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering, kulit bersisik, kehilangan

otot/hilang lemak subkutan.

Nyeri / Kenyamanan

Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda : Berhati-hati pada daerah yang sakit, perilaku distraksi,

gelisah.

Pernapasan

Gejala : Batuk produktif atau produktif, napas pendek.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan. Perkusi pekak dan

penurunan fremitus pengembangan pernapasan tak

simetri (efusi pieural).

Page 22: BAB II TBC Landasan Teori

Karakteristik sputum : hijau/purvien, mukoid kuning atau bercak

darah.

Bunyi napas : menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral.

Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker,

Tes HIV positif.

Tanda : demam rendah atau sakit panas akut.

Interaksi sosial

Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular

perubahan pola biasa dalam tanggung jawab.

Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status

kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB.

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola). Dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

memberikan dan mengidentifikasi intervensi secara pasti untuk menjaga

kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (A

Carpenito, 2000).

Page 23: BAB II TBC Landasan Teori

Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan

Tuberculosis Paru menurut (Doenges Marilynn E, 1999) adalah sebagai

berikut :

1. Gangguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan penumpukan

sekret.

2. Tak efektif kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekret

purulen.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake inadekuat.

5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

untuk menghindari pemajanan patogen.

III. Perencanaan

Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan

yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi

masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga

dalam membuat suatu proses keperawatan (Hidayat, A. Azis Alimul,

2002).

Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun di atas, maka rencana

tindakan keperawatan menurut (Doenges Marilynn E, 1999) adalah

sebagai berikut :

Page 24: BAB II TBC Landasan Teori

a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

untuk menghindari pemajanan patogen :

a) Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko

penyebaran infeksi

b) Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk

meningkatkan lingkungan yang aman

1. Kaji patologi penyakit (aktif fase tidak aktif :Desimilasi infeksi

melalui bronkus unuk membatasi jaringan atau melalui aliran

darah/sistem limfatik)

Rasional : Membantu pasien menyadari/menerima perlunya

mematuhi program pengobatan untuk mencegah

penyakit berulang/komplikasi

2. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh, anggota rumah

sahabat karib/teman

Rasional : Orang-orang yang terpajan ini perlu program

terapi obat untuk mencegah

penyebaran/terjadinya infeksi

3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada

tissu dan menghindari meludah

Rasional : Perilaku yang diperlukan untuk mencegah

penyebaran infeksi

Page 25: BAB II TBC Landasan Teori

4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau

isolasi pernapasan

Rasional : Dapat menurunkan rasa terisolasi pasien

5. Awasi suhu sesuai indikasi

Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut

6. Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang

Tuberkulosis.

Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien

untuk mengubah pola hidup dan

menghindari/menurunkan insiden iksaserbasi

7. Tekankan pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodik

terhadap sputum

Rasional : Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah

kemoterapi awal

8. Kolaborasi

- Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh : etam butal

(muambutol)

- Rifapin (RMP/Rifadin)

b. Tak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental

kriteria hasil :

- Mempertahankan jalan napas pasien

- Mengeluarkan sekret tanpa bantuan

Page 26: BAB II TBC Landasan Teori

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan

bersihan jalan napas

1. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan,

irama, dan kedalam dan penggunaan otot asesetori

Rasional : Penurunan bunyi napas, dapat menunjukkan

atelektasiskoki, mengi menunjukkan akumulasi

sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan

jalan napas.

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif,

catat karakter jumlah sputum dan homoptisis

Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret tebal (mis. Efek

infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi)

3. Berikan posisi semi fowler, bantu pasien untuk batuk dan

latihan napas dalam

Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru

dan menurunkan upaya pernapasan

4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea: penghisapan sesuai

keperluan.

Rasional : Mencegah obsruktif/ aspirasi penghisapan dapat

diperlakukan bila pasien tidak mampu

mengeluarkan sekret

Page 27: BAB II TBC Landasan Teori

5. Kolaborasi :

Lembabkan udara/ oksigen inspirasi

Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa,

membantu pengenceran sekret

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

Kriteria hasil

- Menunjukkan berat badan meningkat dengan bebas tanda hormon

- Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk

meningkatkan/mempertahankan berat badan yang tepat

Intervensi

1. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tidak disukai

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi

kebutuhan/kekuatan khusus.

2. Awasi masukan berhubungan dengan kurang pengetahuan

pemajanan patogen.

Rasional : Berguna dalam mengatur keefektifan nutrisi dan

dukungan cairan.

3. Perhatikan anoreksia, mual dan muntah

Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet

4. Perhatikan kebersihan mulut yang baik.

Page 28: BAB II TBC Landasan Teori

Rasional : Menurunkan rasa tekanan

5. Anjurkan makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi protein

dan karbohidrat.

Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi.

6. Anjurkan orang terdekat membawa makanan dari rumah.

Rasional : Menurunkan rasa tekanan

d. Kurangan pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Kriteria hasil :

- Menyatakan pemahaman proses penyakit

- Melakukan pola hidup sehat

- Klien tidak banyak bertanya

Intervensi

1. Kaji kemampuan klien untuk belajar

Rasional : belajar tergantung emosi dan kesehatan fisik

2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat (contoh, nyeri

dada, dan kesulitan bernapas)

Rasional : dapat menunjukkan kemajuan dan pengaktifan

penyakit.

3. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan

karbohidrat

Rasional : memenuhi kebutuhan metabolik

Page 29: BAB II TBC Landasan Teori

4. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian dan alasan pengobatan

lama

Rasional : meningkatkan kerjasama dengan program

pengobatan.

5. Kaji profesional efek samping pengobatan (contoh, mulut kering,

gangguan penglihatan dan sakit kepala)

Rasional : menurunkan ketidaknyamanan berhubungan dengan

terapi dan kerja sama dalam program

6. Berikan demonstrasi dan materi tertulis tentang penyakit tersebut

Rasional : meningkatkan pengenalan dan pemahaman tentang

penyakit klien

7. Kaji bagaimana Tuberculosis ditularkan

Rasional : pengetahuan dapat menurunkan resiko penularan

IV. Pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan

tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien, perawat

secara mandiri, atau bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Dalam hal

ini perawat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan yaitu

memberikan pelayanan perawatan dengan menggunakan proses

keperawatan terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan

dokumentasi.

Page 30: BAB II TBC Landasan Teori

Pada tahap persiapan, perawat harus memiliki keterampilan khusus

dan pengetahuan untuk menghindari kesalahan dalam memberikan

tindakan keperawatan pada pasien. Sebelum dilakukan tindakan

keperawatan, perawat terlebih dahulu memberitahukan dan menjelaskan

tentang maksud dan tujuan serta akibat tindakan yang akan dilakukan.

Tahap pelaksanaan merupakan tindakan yang akan dilakukan sesuai

dengan rencana dalam rangka mengatasi masalah keperawatan yang

ada.

V. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor ”kealpaan” yang terjadi

selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan

tindakan (Ignatavicius dan Bayne, 1994).

Menurut Grifith dan Chistensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang

direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan

klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu

tujuan maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan.

Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,

evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses

keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah

Page 31: BAB II TBC Landasan Teori

perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosa juga perlu dievaluasi

dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dari intervensi di

evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai

secara efektif. (Nursalam, 2001)

Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu:

a. Masalah teratasi

Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah

laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi

Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan

dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi jika pasien sama sekali tidak menunjukkan

perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul

masalah yang baru.