BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian a. Tuberculosis pulmonalis (Tuberculosis) adalah suatu penyakit paru yang serius yang disebabkan oleh kuman bernama “Mycobacterium Tuberculosis” atau singkatnya “Basil Tuberculosis” (Dr. John F. Knight, 1995) b. Tuberculosis adalah suatu infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan lebih lengkapnya hipersensitifitas seluler (Braunwald, 1991) c. Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airbone) (Niluh Gde Yasmin Asih, S.Kp). d. Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan Sudarth, 2001)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Tuberculosis pulmonalis (Tuberculosis) adalah suatu penyakit paru
yang serius yang disebabkan oleh kuman bernama “Mycobacterium
Tuberculosis” atau singkatnya “Basil Tuberculosis” (Dr. John F. Knight,
1995)
b. Tuberculosis adalah suatu infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan lebih lengkapnya
hipersensitifitas seluler (Braunwald, 1991)
c. Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang
ditularkan melalui udara (airbone) (Niluh Gde Yasmin Asih, S.Kp).
d. Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru (Bruner dan Sudarth, 2001)
e. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (Sylvia A. Price, 1999).
2. Anatomi Fisiologi Pernapasan
a. Anatomi jalan napas atas
1) Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian
eksternal menonjol dari wajah di sangga oleh tulang hidung dan
kartilaga nares anterior (Lubang hidung) merupakan osteum
sebelah luar dari rongga hidung.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari
paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang di hirup ke dalam
paru-paru.
2) Sinus Paranasal
Sinus-sinus paranasal termasuk empat pasang rongga bertulang
yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar. Bertingkat
semu yang bersilia. Sinus-sinus di sebutkan berdasarkan
tempatnya. Sebut saja sinus frontalis, etmoidalis, spenoidalis dan
makilaris. Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai bilik
personansi saat berbicara, sinus merupakan tempat umum
terjadinya infeksi.
3) Tulang Turbinasi (Konka)
Seperti siput, arus udara yang memasuki lubang hidung di
arahkan ke atas depan ke langit-langit hidung dan mengikuti rute
sirkuit sebelum udara mencapai naso faring.
4) Faring Tonsil dan Adenoid
Faring atau tenggorokan adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring di bagi
menjadi tiga region : nasal, oral dan laring Adenoid, atau tonsil
faring terletak di dalam langit-langit nasal faring, tenggorokan
dikelilingi oleh tonsil adenoid dan jaringan limfoid lainnya. Fungsi
faring adalah menyediakan saluran pada fraktus respiratorius dan
digestif
5) Laring
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruktif
sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis. : daun katup, kartilago yang menutupi osteum kearah
laring selama menelan
- Glottis : osteum antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun (Adam’s Apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit
dalam laring
- Pita suara : Ligamen yang dikontra oleh gerakkan otot yang
menghasilkan bunyi suara.
b. Anatomi paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar
thoraks.
Bagian-bagian paru antara lain :
a. Pleura
Bagian tertular di kelilingi oleh membran halus, licin, yaitu
pleura, antara kedua pleura terdapat ruang, yaitu di sebut spasium
pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan
keduanya bergeser dengan bebas.
b. Mediastirium
Adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua
bagian mediastirium terbentuk dari dua lapisan pleura.
c. Lobus
Setiap paru di bagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari
lobus kiri dan atas, paru kanan mempunyai lobus atas tengah dan
bawah.
d. Bronkus dan Bronkiolus
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua
pada paru kiri) Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental
(10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri). Bronkus memiliki arteri,
limfatik, dan saraf. Bronkus subsegmental kemudian membentuk
percabangan menjadi bronkiolus. Bronkus dan bronkiolus juga
dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “Rambut”
pendek yang disebut “Silla”. Bronkiolus kemudian membentuk
percabangan menjadi bronkiolus terminalis tidak mempunyai
kelenjar lendeir dan silia. Pertukaran oksigen dan karbondioksida
terjadi dalam alvoli.
e. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta elveoli yang tersusun
dalam kluster antara 15 sampai 20 alveoli, terdapat tiga jenis sel-
sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel-sel epitel yang
membentuk dinding alveolar, tipe II sel-sel aktif secara metabolic,
mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang besar yang
memakan beberapa benda asing (mis : bacteria) dan bacteria
sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
c. Fisiologi pernapasan.
Pernapasan melalui paru-paru / eksterna, oksigen di ambil melalui
mulut dan hidung saat bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea
sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmoner
alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida
merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler
dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan
hidung.
1) Proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
- Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
- Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen
masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh
masuk ke paru-paru
- Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan
jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
- Difusi gas yang menembus membran alveoli dari kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
2) Daya muat paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500-5.000 ml
(4.5-5 Lt) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan
espirasi) hanya 10%- kurang lebih 500 ml disebut juga udara
pasang surut (tidal air) yaitu yang di hirup dan yang dihembuskan
pada pernapasan biasa.
Ada empat macam volume paru yang bila dijumlahkan sama
dengan volume maksimum pengembangan paru-paru
- Tidal Volume : volume udara yang diinspirasikan dan
diekspresikan pada setiap pernapasan normal.
- Volume cadangan inspirasi : volume udara tambahan yang
dapat diinspirasikan diatas tidal volume paru normal.
- Volume cadangan ekspirasi : jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi
tidal yang normal.
- Volume residual : volume udara yang masih tersisa dalam paru-
paru setelah ekspirasi.
Dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung
udara sebanyak + 5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru masih
tertinggal + 3 liter udara. Saat kita bernapas biasa udara masih
masuk ke dalam paru 2.600 cm3 atau kurang lebih 2½ liter.
Jumlah pernapasan dalam keadaan normal
- orang dewasa : 16-18 x/menit
- anak-anak : kira-kira 24 x/menit
- Bayi : kira-kira 30 x/menit.
d. Macam-macam pernapasan
1. Pernapasan dada
Pada waktu seseorang bernapas rangka dada terbesar bergerak,
maka pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.
2. Pernapasan Perut
Pada waktu seseorang bernapas diafragma turun naik, maka corak
ini dinamakan pernapasan perut.
3. Etiologi
Mycobacterium Tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat yang sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Basil tuber Tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm. Ukuran ini lebih
kecil dari satu sel darah merah. Droplet di keluarkan selama batuk,
tertawa, bersin, bernyanyi, lalu kemudian terhirup oleh individu lain.
4. Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita Tuberculosis dapat bermacam-
macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.
Keluhan yang terbanyak adalah :
1. Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza, tapi kadang-
kadang panas badan seterusnya 40-41oC. serangan demam pertama
dapat sembuh kembali begitu seterusnya hilang timbul demam
influenza.
2. Batuk purulen
Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar.
3. Sesak napas
Akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru
4. Nyeri dada (dyspnoe)
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
reading sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
5. Malaise
Gejala malaise sering menimbulkan anoreksia, tidak ada nafsu
makan. Badan makin kurus 9berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul tidak teratur.
6. Hemaptoe
Batuk darah akan terjadi, bila pembuluh darah pecah. Bergantung
pada besarnya pembuluh darah yang pecah, maka akan terjadi batuk
darah ringan, sedang dan berat.
7. Terdengar suara tambahan seperti Ronchi dan wheezing
5. Patofisiologi
Individu rentan menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi
bakteri yang dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana
mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga
dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
(ginjal, tulang, korteks, serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi
fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik –
tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini menyebabkan penumpukan eksudat dalam Alveoli
menyebabkan bronko pneumonia. Infeksi awal biasanya 2-10 minggu
setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granuloma, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag
yang membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut Tuberkel
Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk masa
seperti keju. Masa ini dapat mengalami klasifikasi. Membentuk skar
kolagenosa bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif
karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respon sistem imun.
Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman.
Dalam kasus ini Tuberkel yang memecah, melepaskan bahan seperti
keju ke dalam bronchi bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah,
menyembuh, membentuk jaringan perut. Paru yang terinfeksi menjadi
lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih
lanjut, pembentukan Tuberkel, dan selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan
lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke
lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai
oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan
periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10 % individu yang
awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.
Patofisiologi (Bruner dan Suddarth, 2001, hal 585)
Micobacterium Tuberculosis(Basil Tuberculosis)
Terhirup dari udara masuk ke paru
Tinggal di alveoli
Memperbanyak diri
Basil dipindahkan ke sistem limfa dan aliran darah
Inflamasi
Sistem Muskuloskeltal
Sistem Pernapasan
Sistem Pencernaan
Sistem Syaraf
Invasif tulang
Merangsang perkembangan
tulang
Defisiensi tulang
Pengapuran tulang
Keropos tulangTBC Tulang
Limfosit (sel T) Melisis basil dan jaringan normal
Penumpukan eksudat
Sekret kental dan tebal
Batuk terus menerus
Ketidakefektifan jalan napasGangguan
pemenuhan OksigenNyeri dada
Batuk terus menerus
Asupan nutrisi kurang
Metabolisme protein terganggu
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Invasif basil
Mengenai lapisan otak
Meningitis
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap akhir penyakit.
b. Tes kulit (mantoux) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermol
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi.
c. Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada
daerah paru atas.
d. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk Granuloma TB :
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
e. Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi.
f. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/ fibrosis. Kehilangan jaringan paru, dan penyakit
peural (TB paru kronis luas).
g. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster,
biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
7. Cara Penularan
Cara penularan penyakit Tuberculosis Paru ada 2 cara:
a. Secara langsung
Penularan secara langsung yaitu melalui percikan ludah/ bersin
penderita.
b. Tidak langsung
Penularan secara tidak langsung yaitu melalui udara, makanan
dan alat-alat yang dipakai penderita.
8. Gambaran radiologist penderita
a. Lesi padat yang tersebar. Tepi ireguler.
b. Bercak padat yang beraktivitas
c. Pembesaran kelenjar hilus (didapatkan pada anak)
d. Pleural effusion.
9. Pada pemeriksaan fisik
a. Pernapasan Ronchi, wheezing serta fleural frictionula pada
apeks
b. Penderita kurus, dada bagian atas mendatar terutama pada sisi
yang sakit
c. Pada inspirasi dalam gerakan bagian paru yang sakit berkurang
bila dibandingkan dengan bagian yang normal
d. Bunyi perkusi pada bagian atas paru yang terkena redup
sedangkan bagian bawa sonor.
10.Penatalaksanaan
a. Medis
1) Rifampisin, dengan dosis 10 – 15 mg/kg BB/hari diberikan 1 kali
sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong,
diberikan selama 6 – 9 bulan.
2) INH (isonoazid) bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil di dalam makrofag.
Dosis 10 – 20 mg/kg BB/hari per oral. Lama pemberiannya
sampai 18 – 24 bulan.
3) Strptomisin, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang
tumbuh aktif ekstraseluler. Cara memberikannya inframuskuler
dengan dosis 30 – 50 mg/kg BB/hari maksimum 750 mg/hari.
Diberikan setiap hari selama 1 – 3 bulan, dilanjutkan 2 – 3 kali
seminggu selama 1 – 3 bulan lagi.
4) Pirasinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil infraselular.
Dosis 30 – 35 mg/kg BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4 – 6
bulan.
5) Etambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik)
dosis 20 mg/kg BB/hari dalam keadaan lambung kosong 1 kali
sehari selama 1 tahun.
6) PAS (Para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200
– 300 mg/kg BB/hari, secara oral 2 – 3 kali sehari. Obat ini
jarang dipakai karena dosisnya tinggi, kurang menyenangkan
pasien. Jika diberikan lamanya 3 tahun. Sekarang pemberian
obat yang terbaik adalah kombinasi INH dan rimfasin atau
etambukol dan INH dengan/tanpa streptomisin tergantung
derajad penyakit.
7) Koritikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis
8) Yang masih sensitif. Diberikan dalam bentuk kortison dengan
dosis 10 – 15 mg/kg BB/ hari. Bila dalam bentuk prednison
dosis 1 – 3 mg/kg BB/ hari. Kortikosteroid diberikan sebagai anti
antiflogistik dan ajaran pada Tuberkulosis milier meningitis