II-1 BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Distribusi Frekuensi Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data kedalam beberapa kategori yang menunjukkan banyak data dalam setiap kategori dan setiap data tidak dapat dimasukkan dua atau lebih kategori (Supranto, 1977). Bagian-bagian dalam distribusi frekuensi adalah sebagai berikut: 1. Kelas Kelompok nilai data atau variabel dari hasil pengukuran dan perhitungan yang dibatasi dengan nilai terendah dan nilai tertinggi, kualitatif ataupun kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap. 2. Batas Kelas Nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dengan kelas yang lainnya, sehingga kelas tersebut dipisahkan oleh batasnya masing-masing yang tertera dalam distribusi frekuensi. Batas kelas terdiri atas dua bagian, antara lain: a. Batas kelas bawah yaitu terdapat di deretan sebelah kiri setiap kelas atau nilai yang berada di posisi awal kelas. b. Batas kelas atas yaitu terdapat di deretan sebelah kanan setiap kelas atau nilai yang berada di posisi akhir kelas.
59
Embed
BAB II STUDI LITERATUR - Rayvel Wakulu | Personal Blog · keakuratan penelitian data, sehingga rumus titik tengah adalah sebagai berikut: Titik Tengah Kelas = 2 1 (batas atas + batas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data kedalam beberapa
kategori yang menunjukkan banyak data dalam setiap kategori dan setiap
data tidak dapat dimasukkan dua atau lebih kategori (Supranto, 1977).
Bagian-bagian dalam distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1. Kelas
Kelompok nilai data atau variabel dari hasil pengukuran dan perhitungan
yang dibatasi dengan nilai terendah dan nilai tertinggi, kualitatif ataupun
kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan
yang lengkap.
2. Batas Kelas
Nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dengan kelas yang lainnya,
sehingga kelas tersebut dipisahkan oleh batasnya masing-masing yang
tertera dalam distribusi frekuensi. Batas kelas terdiri atas dua bagian, antara
lain:
a. Batas kelas bawah yaitu terdapat di deretan sebelah kiri setiap kelas
atau nilai yang berada di posisi awal kelas.
b. Batas kelas atas yaitu terdapat di deretan sebelah kanan setiap kelas
atau nilai yang berada di posisi akhir kelas.
II-2
3. Tepi Kelas
Batas kelas yang tidak memiliki lubang untuk angka tertentu antara kelas
yang satu dengan kelas yang lain, sehingga kelas tersebut akan memiliki
batas yang saling berhubungan. Tepi kelas terdiri dari dua bagian, antara
lain:
a. Tepi kelas bawah yaitu batas kelas bawah yang sebenarnya yang
berada di posisi awal kelas.
b. Tepi kelas atas yaitu batas kelas atas yang sebenarnya yang berada di
posisi akhir kelas.
Tepi kelas bergantung pada keakuratan pencatatan data, sehingga rumus
tepi kelas adalah sebagai berikut:
Tepi Bawah Kelas = Batas bawah kelas – 0,5
Tepi Atas Kelas = Batas atas kelas – 0,5
4. Titik Tengah Kelas
Angka atau nilai data yang tepat terletak ditengah suatu kelas yang
tertera dalam distribusi frekuensi. Titik tengah kelas bergantung pada
keakuratan penelitian data, sehingga rumus titik tengah adalah sebagai
berikut:
Titik Tengah Kelas = 21 (batas atas + batas bawah) kelas
5. Interval Kelas
Selang yang memisahkan kelas yang satu dengan kelas yang lain dengan
kelas adalah intervalnya.
II-3
6. Panjang Interval Kelas
Merupakan jarak dari sebuah kelas yang terletak antara tepi atas kelas
dan tepi bawah kelas.
7. Frekuensi Kelas
Banyaknya data yang termasuk kedalam kelas tertentu.
2.1.1 Penyusunan Distribusi Frekuensi
Data kuantitatif yang dikumpulkan dari lapangan (data mentah),
nilainya tidak selalu sama atau seragam tetapi bervariasi dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain, misalnya data hasil produksi, data
hasil penjualan, data tingkat konsumsi, dan lain-lain. Data hasil pengamatan
di lapangan mempunyai jumlah yang besar maka data mentah tersebut perlu
diolah dengan cara meringkas data tersebut dan didistribusikan ke dalam
kelas atau kategori (Supranto, 1977).
Tabel yang berisi susunan data yang terbagi ke dalam beberapa
frekuensi kelas disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Penyajian
data dalam bentuk distribusi frekuensi maka akan memudahkan bagi pihak
yang berkepentingan terhadap data tersebut untuk melakukan analisis data,
dibandingkan jika data yang disajikan masih berupa data mentah dan dalam
jumlah yang banyak. Penyusunan suatu tabel adalah sebagai berikut:
1. Mengurutkan Data dari yang Terkecil Sampai yang Terbesar
Data yang diteliti dalam sebuah penelitian biasanya data mentah dan data
yang diberikan masih tidak teratur. Data yang tidak teratur tersebut sangat
menyulitkan untuk membuat sebuah distribusi frekuensinya, sehingga agar
memudahkan pembuatan data tersebut digunakan cara mengurutkan data
dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar.
II-4
2. Menentukan Jangkauan dari Data (R)
Data yang ada memiliki nilai yang bermacam-macam data tersebut
setelah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar maka memiliki
nilai tersendiri. Nilai tersebut dari data yang telah tersusun hanya
menggunakan dua nilai yaitu data yang terkecil dan data yang terbesar,
sehingga rumus jangkauan adalah sebagai berikut:
Jangkauan = Data terbesar – data terkecil
3. Menentukan Banyaknya Kelas (k)
Banyaknya kelas sebaiknya paling banyak adalah 5 sampai dengan 20
kelas. Semakin besar jumlah data yang tersedia, semakin banyak kelas yang
harus digunakan. Jumlah kelas terlalu sedikit, maka mungkin akan
menyembunyikan ciri-ciri yang paling penting dari data karena adanya
pengelompokkan. Memiliki terlalu banyak kelas, maka akan timbul kelas
yang kosong dan distribusi itu tidak akan ada artinya. Jumlah kelas harus
ditetapkan dari banyaknya data yang tersedia dan keseragaman data. Sampel
yang terkecil memerlukan lebih sedikit kelas, sehingga mencari banyaknya
kelas digunakan rumus sebagai berikut:
3,31k + log n
Keterangan:
k : Banyaknya kelas.
n : Banyaknya data.
II-5
4. Menentukan Panjang Interval Kelas (i)
Interval kelas memiliki aturan umum untuk menetapkan panjang kelas
atau lebar kelas, bagilah selisih-selisih antara pengukuran terbesar dan
pengukuran terkecil dengan jumlah kelas yang diinginkan dan tambahkan
secukupnya pada hasil bagi sehingga mencapai angka yang cocok untuk
panjang kelas. Semua kelas, mungkin dengan pengecualian untuk kelas yang
terkecil dan yang terbesar, harus mempunyai lebar yang sama.
Memungkinkan untuk mengadakan perbandingan yang seragam terhadap
frekuensi kelas. Mencari panjang interval kelas digunakan rumus adalah
sebagai berikut:
kRi
Keterangan:
i : Panjang Interval Kelas.
R : Jangkauan.
k : Banyaknya kelas.
Menentukan interval kelas memiliki beberapa aturan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam interval, antara lain:
a. Banyaknya kelas sebaiknya antara 7 dan 15, paling banyak 20 (tidak
ada aturan umum yang menentukan jumlah kelas). Seorang bernama
H.A. Strugess pada tahum 1926 memiliki artikel dengan judul “the
choice of a class interval” dalam journal of the american statistical asosiation
mengemukanan suatu rumus untuk menentukan banyaknya kelas
adalah sebagai berikut:
k = 1 + 3,322 log n
Keterangan:
k : Banyaknya kelas.
II-6
n : Banyaknya nilai observasi.
b. Kelas Interval tidak Perlu Sama
Pembuatan kelas interval sangat tergantung kepada tujuan. Misalnya
kalau hanya tertarik kepada rincian perusahaan yang mempunyai
modal antara 50–70 dan dibawah 50 serta 70 atau lebih, maka bentuk
tabel frekuensinya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Kurang dari atau Lebih Besar dari
Batas Kelas Modal F
< 50 5
50 – 59 11
60 – 69 20
≥ 70 64
(Sumber : Statistik teori dan aplikasi, 1977)
Keterangan:
< : Kurang dari atau lebih kecil dari.
≥ : Sama atau lebih besar dari.
c. Datanya diskrit (= hasil pengumpulan data dari variabel diskrit), maka
pembuatan kelas intervalnya seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 2.2. Karyawan Suatu Perusahaan menurut
Tingkat Upah Mingguan
Upah Mingguan (Rp) Banyaknya karyawan (F)
< 1.000 2.918
1.000 – 1.999 5.327
2.000 – 2.999 6.272
3.000 – 3.999 7.275
4.000 – 4.999 7.117
5.000 – 5.999 6.363
II-7
Tabel 2.2. Karyawan Suatu Perusahaan menurut
Tingkat Upah Mingguan (lanjutan)
Upah Mingguan (Rp) Banyaknya karyawan (F)
6.000 – 7.499 6.940
7.500 – 9.999 5.186
10.000 – 14.999 3.107
≥ 15.000
(Sumber : Statistik teori dan aplikasi, 1977)
5. Menentukan Batas Kelas
Mulailah dengan kelas yang terendah sehingga pengukuran terendah
tercukup. Menambahkan kelas-kelas yang masih tinggal batas-batas kelas
harus dipilih sehingga suatu pengukuran tidak mungkin jatuh pada suatu
batas.
2.1.2 Frekuensi Relatif, Kumulatif, dan Grafik
Sering kali untuk keperluan analisis, selain dibuat tabel frekuensi juga
dibuat tabel frekuensi relatif dan kumulatif (untuk analisis tabel), kemudian
dibuat grafiknya (untuk analisis grafik). Grafik yang berupa gambar pada
umumnya lebih mudah diambil kesimpulannya secara cepat dari pada tabel.
Sebuah data dalam bentuk grafik itulah yang menyebabnya maka sering kali
data disajikan dalam bentuk grafik (Supranto, 1977). Dasarnya, bentuk tabel
frekuensi relatif dan kumulatif adalah sebagai berikut:
II-8
Tabel 2.3. Frekuensi Relatif dan Kumulatif
X f rf kf kf
1x 1f nf1 1f ki ffff ......21
2x 2f nf 2 21 ff ki fff ......2
. . . . .
. . . . .
ix if nf i ifff ...21 ki ff ...
. . . . .
. . . . .
kx kf nf k ki ffff ......21 kf
Jml
k
ii nf
1 1
nf i
(Sumber : Statistik teori dan aplikasi, 1977)
Jumlah pengukuran yang masuk dalam suatu kelas tertentu, dengan
kelas i, disebut frekuensi kelas dan ditentukan oleh simbol if . Frekuensi
kelas diberikan dalam kolom kelima dari tabel 2.3. Kolom terakhir dari tabel
menyajikan dari jumlah keseluruhan pengukuran yang masuk dalam setiap
kelas. Data ini disebut frekuensi relatif kelas. Data di atas n menunjukkan
jumlah seluruh pengukuran, misalnya dengan n=25 maka frekuensi relatif
untuk kelas ke-i adalah if dibagi dengan n, dengan rumus sebagai berikut:
II-9
Frekuensi Relatif = nf i
Penyusunan tabel yang disajikan dapat dinyatakan secara grafik
dalam bentuk suatu histogram frekuensi, seperti dalam gambar 2.1. Grafik
dalam suatu histogram frekuensi, persegi panjang didirikan diatas setiap
interval kelas, tingginya sebanding dengan pengukuran (frekuensi kelas)
yang masuk dalam setiap interval kelas pada histogram frekuensi.
Histogram frekuensi adalah himpunan batang persegi panjang yang
alasnya disumbu datar, lebarnya sama dengan panjang selang kelas, dan
luasnya sebanding dengan frekuensi kelas (Sumartojo, 1993).
0
2
4
6
8
10
12
14
68,5 79,5 90,5 101,5 112,5 123,5Lingkar Pinggang
Frek
uens
i
Gambar 2.1 Grafik Histogram
(Sumber: Statistik Teori dan Aplikasi, 1977)
Seiring lebih mudah untuk untuk mengubah histogram frekuensi
dengan menggambarkan frekuensi relatif kelas daripada frekuensi kelas.
Sebuah histogram frekuensi relatif disajukan dalam gambar 2.2. Para ahli
II-10
statistik jarang membuat pembedaan antara histogram frekuensi dan
histogram frekuensi relatif dan mengacu kedua-duanya sebagai suatu
histogram frekuensi atau hanya sebagai histogram. Nilai-nilai frekuensi dan
frekuensi relatif bersangkutan ditandai sepanjang sumbu-sumbu vertikal dari
grafik, maka histogram frekuensi dan frekuensi relatif adalah sama
(bandingkan gambar 2.1 dan gambar 2.2).
0,25
2,254,25
6,258,25
10,2512,25
14,25
68,5 79,5 90,5 102 113 124Lingkar Pinggang
Frek
uens
i
Gambar 2.2 Grafik Histogram Frekuensi Relatif
(Sumber: Statistik Teori dan Aplikasi, 1977)
Grafik poligon atau poligon frekuensi adalah himpunan ruas garis
yang menghubungkan titik tengah ujung batang histogram dan dihubungkan
dengan ruas garis dari titik tengah dan berujung ke sumbu datar (Sumartojo,
1993).
II-11
0
2
4
6
8
10
12
14
74 85 96 107 118 129
Lingkar Pinggang
Gambar 2.3 Grafik Poligon
(Sumber: Statistik Teori dan Aplikasi, 1977)
Grafik dapat dibuat analisis, khususnya dalam masalah pemerataan
pendapat, dikenakan suatu kurva yang disebut kurva lorenz (lorenz curve).
Kurva lorenz ini pada dasarnya juga merupakan kurva dari frekuensi
kumulatif. Data yang kemudian apabila sumbu tegak (vertical axis)
menunjukkan angka-angka kumulatif mengenai frekuensi, maka sumbu
mendatar (horizontal axis) menunjukkan kumulatif lingkar pinggang.
II-12
05
101520253035
74 85 96 107 118 129Lingkar Pinggang
Frek
uens
i
F.KumKurang Dari(<)F.Kum LebihDari (>)
Gambar 2.4 Grafik Ogif
(Sumber: Statistik Teori dan Aplikasi, 1977)
2.2. Ukuran Pemusatan
Definisi ukuran pemusatan adalah nilai tunggal yang mewakili suatu
kumpulan data dan menunjukan karakteristik dari data. Ukuran pemusatan
menunjukan pusat dari nilai data sembarang ukuran yang menunjukkan
pusat segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
atau sebaliknya dari terbesar sampai terkecil, serta data yang belum
diurutkan disebut ukuran lokasi pusat atau ukuran pemusatan (Yohana,
2007).
Memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data, baik
sampel maupun populasi, diperlukan ukuran-ukuran yang merupakan wakil
dari kumpulan data tersebut. Terdapat 3 macam ukuran yang biasa
digunakan orang dalam perhitungan. Pertama adalah ukuran pemusatan
(gejala pusat), kedua adalah ukuran letak dan yang ketiga adalah ukuran
II-13
simpangan (dispersi). Pembahasan ukuran pemusatan dapat dikelompokan
dalam dua bagian, yaitu:
1. Rata–rata (hitung, ukur, dan harmonik), median, modus data yang belum
berkelompok dan data yang sudah berkelompok.
2. Ukuran peletakan harus memiliki kuartil, desil, dan persentil untuk data
yang belum berkelompok dan sudah berkelompok.
1.2.1 Rata-rata Hitung
Rata–rata hitung adalah nilai yang di peroleh dengan menjumlahkan
semua nilai data dan membaginya dengan jumlah data, dengan demikian
rata–rata hitung menunjukan pusat nilai data dan merupakan nilai yang
dapat mewakili dari keterputusan data (Supranto, 1977). Memudahkan
pembahasan mengenai rata–rata hitung ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Rata–Rata Hitung Data yang Belum Berkelompok
Rata–rata hitung data yang belum berkelompok adalah nilai rata–rata
dari sekumpulan data yang di peroleh dengan cara menjumlahkan semua
nilai data dan membaginya dengan jumlah data (Walpole, 1995). Rumus
rata–rata hitung data belum berkelompok adalah sebagai berikut:
nX
X
Keterangan:
X : Nilai rata–rata hitung dari seluruh nilai pengamatan.
∑ X : jumlah nilai setiap data pengamatan.
n : Jumlah data pengamatan dalam sempel atau populasi.
II-14
2. Rata–Rata Hitung Data Berkelompok
Rata–rata hitung data berkelompok adalah nilai rata–rata dari data yang
berkelompok. Pengertian berkelompok disini adalah data dikelompokan
dalam bentuk distribusi frekuensi (Yohana, 2007).
Pengelompokan data dalam distribusi frekuensi akan mempermudah
pemahaman karena data yang berbeda dalam suatu kelas akan memiliki
karakteristik yang sama yang dicerminkan oleh nilai tengah kelasnya. Data di
dapat dengan cara menjumlahkan dahulu nilai dari titik tengah kelas dan
dikalikan dengan frekuensi kelas lalu dibagi dengan jumlah frekuensi data.
Rumus rata–rata hitung dengan data berkelompok adalah sebagai berikut:
nXf
X i .
Keterangan:
X : Nilai rata-rata dari data kelompok.
F : Frekuensi dari tiap kelas.
Xi : Nilai tengah dari tiap kelas.
∑ FXi : Jumlah dari seluruh hasil perkalian antara frekuensi dan nilai
tengah dari tiap kelas.
n : Jumlah data pengamatan dalam sampel atau populasi.
Metode Pengkodean didapat dengan cara mengambil titik tengah kelas
yang bernilai nol ditambah dengan interval kelas lalu dikalikan dengan
jumlah kode titik tengah kelas dikali dengan frekuensi kelas lalu dibagi
dengan jumlah frekuensi data. Metode tersebut apabila dituliskan kedalam
bentuk rumus adalah sebagai berikut:
II-15
inF
XX a .
Keterangan:
X : Rata-rata sampel.
aX : Frekuensi yang paling besar.
F : Frekuensi.
µ : Kode frekuensi pada kelas besar.
n : Jumlah frekuensi data sample atau populasi.
i : Panjang interval kelas.
3. Rata–Rata Hitung Tertimbang
Rata–rata hitung yang telah dijelaskan di atas, data yang dianggap
memiliki bobot yang sama, pada kenyataan cukup banyak data yang
memiliki bobot yang berbeda walaupun nilainya sama. Rumus rata–rata
hitung bertimbang adalah sebagai berikut:
wX.w)(
Xw
keterangan:
X w : Rata rata hitung tertimbang.
X : Nilai data pengamatan.
W : Nilai bobot atau timbangan dari suatu data.
2.2.2 Rata-Rata Ukur (Geometrik Mean)
Rata-rata ukur digunakan untuk menggambarkan keseluruhan data,
khususnya bila data tersebut mempunyai ciri tertentu, yaitu banyak nilai
data yang satu sama lain saling berkelipatan sehingga perbandingan tiap dua
II-16
data yang berurutan tetap atau hampir tetap. Kegunaan rata-rata ukur antara
lain menghitung rata-rata terhadap persentase atau rasio perubahan suatu
gejala pada data tertentu (Walpole, 1995).
Rata-rata ukur mempunyai beberapa cara untuk melakukan
perhitungan sehingga akan memperoleh hasil yang baik. Perhitungan rata-
rata ukur dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Rata-rata ukur untuk data tidak berdistribusi, digunakan untuk
menentukan tiap gejala yang terjadi dalam bentuk persentase dan
banyaknya data atau dengan kata lain masih dalam data yang mentah
dan baru akan diolah. Rumus untuk rata-rata untuk data tidak
terdistribusi adalah sebagai berikut:
100..... 21 nnXXXRU
Keterangan:
X : Titik tengah tiap kelas.
2. Rata-rata ukur untuk data berdistribusi, diperoleh dengan cara
menentukan rata-rata dengan titik tengah dan frekuensinya telah
diketahui, sehingga mempermudah untuk proses pengolahan data. Rata-
rata ukur distribusi apabila dituliskan dalam bentuk rumus adalah
sebagai berikut:
nxF
LogRUlog.
Keterangan:
F : Frekuensi data.
X : Titik tengah tiap kelas.
n : Jumlah frekuensi data.
II-17
3. Rata-rata ukur sebagai pengukuran tingkat pertumbuhan, digunakan
untuk menghitung tingkat pertumbuhan manusia mulai dari kelahiran
hingga kematian, dapat menggunakan penghitungan rata-rata ukur. Data
yang diukur dalam pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan
pertumbuhan dan kematian yang terjadi sehingga dapat diteliti sensus
penduduknya.
2.2.3 Rata-Rata Harmonik (Harmonik Mean)
Cara lain yang dipakai untuk menentukan ukuran pemusatan data
adalah dengan rata-rata harmonik, khususnya bila suatu kelompok data
mempunyai ciri-ciri tertentu yang merupakan bilangan pecahan atau
bilangan dalam harmonik. Rata-rata harmonik ialah proses mencari nilai
rata-rata dengan cara menjumlahkan data dibagi dengan jumlah satu
persetiap data (Walpole, 1995). Rata-rata harmonik data tunggal ialah proses
perhitungan untuk mencari rata-rata dengan cara banyaknya data dibagi
dengan 1 per nilai tiap data atau harga tiap data. Perhitungan rata-rata
harmonik dengan data tunggal adalah sebagai berikut:
nXn
XX111
21
Keterangan:
X : Harga atau nilai tiap data.
n : Banyaknya data.
2.2.4 Median
Median termasuk dengan nilai median adalah nilai yang berada
ditengah–tengah data setelah data di urutkan. Kegunaan median adalah
II-18
untuk menutupi kelemahan rata–rata hitung dimana rata–rata hitung sering
memiliki data-data yang berbeda secara ekstrem. Pengertian median secara
lengkap adalah median adalah titik tengah dari semua nilai yang telah
diurutkan dari nilai terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya dari yang
besar sampai yang terkecil (Supranto, 1977). Median ini dibagi menjadi dua
data, yaitu:
1. Data Belum Berkelompok
Median dengan data belum berkelompok dapat di bagi menjadi dua
yaitu jumlah datanya (n) ganjil dan jumlah datanya genap. Langkah untuk
mencari median adalah sebagai berikut:
a. Tentukan letak median dengan cara jumlah n di tambah 1 lalu di
bagi 2 dengan cara ( n + 1 ) / 2.
b. Urutkan data dari yang terkecil sampai terbesar atau sebaliknya.
c. Tentukan nilai median, untuk data n yang ganjil nilai median adalah
data yang terletak ditengah sedangkan untuk jumlah data yang
genap nilai median adalah dua data yang terletak di tengah di
jumlahkan lalu di bagi 2.
2. Data Sudah Berkelompok
Pengertian median dengan data sudah berkelompok adalah sama dengan
median data belum berkelompok yaitu nilai yang letaknya ada di tengah data
sehingga data berada setengahnya diatas dan setengahnya di bawah.
Membedakan median dengan data berkelompok median data tidak
berkelompok adalah karakteristik masing-masing data tidak dapat di
identifikasi lagi yang dapat di ketahui hanya karakter dari kelas atau
intervalnya. Langkah untuk menentukan median dengan data berkelompok
adalah sebagai berikut:
II-19
a. Tentukan letak kelas dimana nilai, median berada letakan median
adalah n /2 dimana n adalah jumlah frekuensi.
b. Lakukan interpolasi di kelas median berada untuk mendapatkan
nilai median rumus interpolasi adalah sebagai berikut:
i.f
FK -n 21
L Md
Keterangan:
Md : Nilai median.
L : Batas bawah atau tepi kelas dimana median berada.
FK : Frekuensi komulatif sebelum kelas median berada.
f : Frekuensi dimana kelas median berada.
i : Besarnya interval kelas (jarak antara batas atas kelas dengan
batas bawah kelas).
2.2.5 Modus
Modus dari suatu kelompok nilai adalah nilai dari kelompok tersebut
yang mempunyai frekuensi tertinggi. Nilai yang paling banyak terjadi di
dalam suatu kelompok nilai untuk lebih mudah disingkat dengan mod
(Supranto, 1977).
Suatu distribusi tidak mempunyai mod, mungkin mempunyai dua
mod atau lebih. Distribusi disebut unimodal, kalau mempunyai satu mod,
sedangkan bimodal mempunyai dua mod atau multimodal apabila mempunyai
lebih dari dua mod.
Terdapat dua cara mencari dan menghitung modus baik untuk data
yang belum berkelompok maupun untuk data yang sudah berkelompok,
yaitu:
II-20
1. Data yang belum berkelompok maka modus adalah nilai yang paling
sering muncul atau frekuensi yang paling banyak .
2. Data yang sudah berkelompok maka modus di cari dan di tentukan
dengan rumus sebagai berikut:
i.d d
d L Mo21
1
Keterangan:
Mo : Nilai Modus.
L : Batas bawah atau kelas dimana modus berada.
1d : Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
2d : Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya.
i : Besarnya interval kelas.
2.2.6 Kuartil
Kuartil adalah ukuran letak yang membagi data yang telah di urutkan
atau data yang berkelompok menjadi 4 bagian yang sama besar masing
masing 25% (Supranto, 1977). Kuartil dibagi menjadi 3 buah kuartil yaitu
kuartil 1, kuartil 2, dan kuartik 3. Kuartil 1 membagi data atas dua bagian
dengan 25% dibawahnya. Kuartil 2 menbagi data atas dua bagian dengan
50% dibawahnya. Kuartil 3 membagi data atas dua bagian dengan 75%
dibawahnya. Letak bagian pertama dari kuartil pada suatu data disebut
kuartil 1 atau 1K bagian kedua di sebut:
II-21
Tabel 2.4. Kuartil Ukuran Letak
Ukuran Letak
Rumus Ukuran Letak
Data Tidak
Berkelompok Data Berkelompok
Kuartil ( 1K ) (1 ( n + 1 ) /4) 1 n / 4
Kuartil ( 2K ) (2 ( n + 1 ) /4) 2 n / 4
Kuartil ( 3K ) (3 ( n + 1 ) /4) 3 n / 4
(Sumber: Statistik teori dan aplikasi, 1977)
Menghitung Kuartil untuk data berkelompok pada dasarnya sama
dengan menghitung data tidak berkelompok, Perbedaanya hanya pada
mencari nilai Kuartil yang menggunakan Rumus interpolasi. Langkah
mencari kuartil untuk data berkelompok adalah sebagai berikut:
a. Tentukan letak data kuartil dengan rumus yang telah dijelaskan di atas.
b. Hitung nilai kuartil dengan menggunakan rumus interpolasi sebagai
berikut.
Kuartil untuk data berkelompok adalah sebagai berikut:
CiF
FKni
LNK .)
4(
Keterangan:
NK : Nilai kuartil ke–i dimana i = 1,2,3.
L : Tepi kelas dimana kuartil berada.
n : Jumlah data atau frekuensi total.
ni4 : Rumus mencari letak kuartil.
II-22
FK : Frekuensi komulatif sebelum kelas kuartil.
F : Frekuensi pada kelas kuartil.
Ci : Interval kelas kuartil.
2.2.7 Desil
Kelompok data dimana n ≥ 10 tentukan 9 nilai yang membagi
kelompok data tersebut menjadi 10 bagian yang sama misalnya 1D , 2D , .....
9D , artinya setiap bagian mempunyai jumlah observasi yang sama,
sedemikian rupa sehingga 10% observasi nilainya sama atau lebih kecil dari
1D , 20% nilainya sama dengan atau lebih kecil dari 2D dan seterusnya. Nilai
tersebut dinamakan desil pertama, desil ke dua dan seterusnya sampai desil
ke sembilan. Kelompok data tersebut nilainya sudah diurutkan nilai dari
yang terkecil (= 1X ) sampai yang terbesar (= nX ).
Rumus–rumus yang di pakai dalam desil pada dasarnya juga sama
dengan rumus dalam mencari kuartil yang berbeda hanya pembagiannya
yaitu desil dibagi 10. Rumus–rumus untuk desil adalah sebagai berikut: Tabel 2.5. Desil Ukuran Letak
Ukuran Letak
Rumus Ukuran Letak
Data Tidak
Berkelompok Data Berkelompok
Desil 1 ( 1D ) ( 1 ( N + 1 ) / 10 ) 1 N / 10
Desil 2 ( 2D ) ( 2 ( N + 1 ) / 10 ) 2 N / 10
II-23
Tabel 2.5. Desil Ukuran Letak (Lanjutan)
Ukuran Letak
Rumus Ukuran Letak
Data Tidak
Berkelompok Data Berkelompok
Desil 3 ( 3D ) ( 3 ( N + 1 ) / 10 ) 3 N / 10
. . .
Desil 9 ( 9D ) ( 9 ( N + 1 ) / 10 ) 9 N / 10
(Sumber: Statistik teori dan aplikasi, 1977)
Desil untuk data berkelompok adalah sebagai berikut:
CiF
FKniLND .)10/.(
Keterangan:
ND : Nilai desil ke–i dimana i = 1, 2, 3, ....., 9.
L : Tepi kelas dimana letak desil berada.
n : Jumlah data atau frekuensi total.
(i.n / 10 ) : Rumus mencari data desil.
FK : Frekuensi komulatif sebelum kelas desil.
F : Frekuensi pada kelas desil.
Ci : Interval kelas desil.
2.2.8 Persentil
Persentil adalah kelompok data dimana n ≥ 100, tentukan 99 nilai, 1P ,
2P , ...., 99P yang disebut persentil pertama, kedua dan ke-99, yang membagi
kelompok data tersebut menjadi 100 bagian masing–masing bagian dengan
II-24
jumlah observasi yang sama, sedemikian rupa, sehingga 1% dari observasi
mempunyai nilai yang sama atau lebih kecil dari 1P 2% observasi
mempunyai nilai yang sama atau lebih kecil dari 2P dan seterusnya. Rumus-