Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit parkinson adalah gangguan neurodegerative yang progresif dari
sistem saraf pusat. Penyakit Parkinson merupakan gejala kompleks yang
dimanifestasikan oleh 6 tanda utama : tremor saat beristirahat, kekakuan,
bradikinesia-hipokinesia, posisi tubuh fleksi, kehilangan refleks postural,
freezing phenomena. 1
Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-
neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra
yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga
parkinsonisme idiopatik atau primer. 2
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural, atau
disebut juga sindrom parkinsonisme.1,2
2.2 Epidemiologi
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanita hampir seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit
parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata
menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia
pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat
dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. 3
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar
200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan
rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di
Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar
3
Page 2
negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.1,3
2.3 Etiologi
Usia
Peran penuaan yang mungkin dalam patogenesis parkinson adalah
sering terjadi pada usia pertengahan-akhir dan prevalensi semakin
meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, sampai sekarang masih
belum jelas peran yang tepat dari penuaan sehingga bermain
dipatogenesis.4
Faktor lingkungan
Tahun 1983 ditemukan kalau N-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-
tetrahydropyridine(MPTP) berpotensi menginduksi parkinson pada
manusia. Banyak studi telah menunjukkan asosiasi antara tinggal di
pedesaan, terpapar herbisida/pestisida beresiko berkembang menjad
parkisnson. Akan tetapi, masih sulit dipahami peran suatu senyawa
terhadap parkinson.1,3
Genetik
Selama bertahun-tahun, faktor genetik dianggap tidak mungkin untuk
memainkan peran penting dalam patogenesis parkinson. Namun, dalam
penelitian baru-baru ini mutasi telah diidentifikasi spesifik penyebab
parkinson, sehingga memungkinkan untuk pertama kalinya untuk mulai
menjelajahi patogenesis pada tingkat molekuler.1,2,3
2.4 Klasifikasi
Parkinson dapat dibagi atas 3 bagian besar :4
1. Primer atau paralisis agitans
Bentuk sindrom parkinson yang kronis yang paling sering
dijumpaiyang disebut juga paralisi agitans. Kira-kira 7-8 kasus parkinson
termasuk jenis ini.
4
Page 3
2. Sekunder atau simptomatis
Penyababnya belum diketahui. Beragam kelainan atau penyakit dapat
menyebabkan sindrom parkinson adiantaranya arteriosklerosis, anoksia, obat-
obatan, zat toksik, penyakit infeksi diotak.
3. Parkinson plus
Gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan.
2.5 Patofisiologi
Secara umum dapat dikatakan bahwa Penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia
nigra sebesar 40 – 50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik
( Lewy bodies ) .Lewy bodies adalah inklusi sitoplasmik eosinofilik konsentrik
dengan halo perifer dan dense cores . Adanya Lewy bodies dengan neuron pigmen
dari substansia nigra adalah khas , akan tetapi tidak patognomonik untuk Penyakit
Parkinson , karena terdapat juga pada beberapa kasus parkinsonism atipikal.
Untuk lebih memahami patofisiologi yang terjadi perlu diketahui lebih dahulu
tentang ganglia basalis dan sistem ekstrapiramidal.1,3
1. Ganglia Basalis
Dalam menjalankan fungsi motoriknya , inti motorik medula spinalis
berada dibawah kendali sel piramid korteks motorik , langsung atau lewat
kelompok inti batang otak . Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat
traktus piramidalis , sedangkan yang tidak langsung lewat sistem
ekstrapiramidal, dimana ganglia basalis ikut berperan.Komplementasi kerja
traktus piramidalis dengan sistem ekstapiramidal menimbulkan gerakan otot
menjadi halus , terarah dan terprogram. 1,3,4
Ganglia Basalis ( GB )tersusun dari beberapa kelompok inti , yaitu :
1. Striatum ( neostriatum dan limbic striatum )
Neostriatum terdiri dari putamen ( Put ) dan Nucleus Caudatus ( NC )
5
Page 4
2. Globus Palidus ( GP )
3. Substansia Nigra ( SN )
4. Nucleus Subthalami ( STN )
Pengaruh GB terhadap gerakan otot dapat ditunjukkan lewat peran
sertanya GB dalam sirkuit motorik yang terjalin antara korteks motorik dengan
inti medula spinalis . Terdapat jalur saraf aferen yang berasal dari korteks
motorik, korteks premotor dan supplementary motor area menuju ke GB lewat
Putamen. Dari putamen diteruskan ke GPi ( Globus Palidus internus ) lewat jalur
langsung ( direk ) dan tidak langsung ( indirek ) melalui GPe ( Globus Palidus
eksternus ) dan STN. Dari GPe diteruskan menuju ke inti – inti talamus ( antara
lain : VLO : Ventralis lateralis pars oralis , VAPC : Ventralis anterior pars
parvocellularis dan CM : centromedian ). Selanjutnya menuju ke korteks dari
mana jalur tersebur berasal. Masukan dari GB ini kemudian mempengaruhi
sirkuit motorik kortiko spinalis ( traktus piramidalis ).Kelompok inti yang
tergabung didalam ganglia basalis berhubungan satu sama lain lewat jalur saraf
yang berbeda – beda bahan perantaranya (neurotransmitter/NT).
Terdapat tiga jenis neurotransmitter utama didalam ganglia basalis ,
yaitu: Dopamine ( DA ) ,Acetylcholin ( Ach ) dan asam amino ( Glutamat dan
GABA)
2. Patofisiologi Ganglia Basalis
Agak sulit memahami mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan di
ganglia basalis oleh karena hubungan antara kelompok – kelompok inti disitu
sangat kompleks dan saraf penghubungnya menggunakan neurotransmitter yang
bermacam –macam . Namun ada dua kaidah yang perlu dipertimbangkan untuk
dapat mengerti perannya dalam patofisiologi kelainan ganglia basalis. 1,4
1. Satu unit fungsional yang dipersarafi oleh lebih dari satu sistem saraf
maka persarafan tersebut bersifat reciprocal inhibition ( secara timbal
balik satu komponen saraf melemahkan komponen yang lain ). Artinya
6
Page 5
yang satu berperan sebagai eksitasi dan yang lain sebagai inhibisi
terhadap fungsi tersebut. Contoh klasik reciprocal inhibition adalah
dalam fungsi saraf otonom antara saraf simpatik dengan NT
noradrenalin ( NA ) dan saraf parasimpatik dengan NT asetilkolin ( Ach
). 1,2
2. Fungsi unit tersebut normal bilamana kegiatan saraf eksitasi sama atau
seimbang dengan saraf inhibisi . Bilamana oleh berbagai penyakit atau
obat terjadi perubahan keseimbangan tersebut maka timbul gejala
hiperkinesia atau hipokinesia tergantung komponen saraf eksitasi atau
inhibisi yang kegiatannya berlebihan. 2,3
Patofisiologi GB dijelaskan lewat dua pendekatan , yaitu berdasarkan
cara kerja obat menimbulkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik
dengan saraf kolinergik , dan perubahan keseimbangan jalur direk ( inhibisi ) dan
jalur indirek ( eksitasi ).2,3
Patofisiologi
SN bertindak sebagai akselerator pada basal ganglia dan kerusakan pada
bagian ini berakibat perlambatan. NST merupakan rem sehingga kerusakan pada
bagian ini berakibat pergerakan yang berlebihan.1,3
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika
otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel
saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut
dan mengatur perubahan sikap tubuh.
Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus,
yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak
besar. Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter
sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.1,4
7
Page 6
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan
sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf
dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung
diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidak memegang peran utama.
Didapatkan depresi aktivitas gamma dan peningkatan aktivitas alfa. saat
ini belum dapat diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya dopamin di
striatium dapat menyebabkan tremor, rigiditas, dan akinesia. Ganglia basal
berfungsi untuk menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam
melakukan gerakan dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai
pelaksanaan gerakan.
Tugas primer dari ganglia basal adalah mengumpulkan program untuk
gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan
yang terjadi sewaktu program gerakan di implementasikan. Salah satu gambaran
dari gangguan ekstrapiramidal ialah gerakan involuntar. Dasar patologinya
mencakup lesi di ganglia basal ( kaudatus, putamaen, palidum, nukleus
subtalamus ) dan batang otak ( substansia nigra, nukleus rubra, lokus
seruleus ).2,3
Karakteristik lesi pada Parkinson adalah penghancuran progresif dari
proyeksi dopaminergik dari substansia nigra pars compacta ke nucleus kaudatus
dan putamen, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara rangsangan dan
penghambatan neurotransmitter dopamine, asetilkolin, γ-aminobutyric acid dan
glutamate.
Penelitian PET menunjukkan penderita Parkinson telah secara signifikan
mengurangi serapan striatal untuk dopamine dibandingkan dengan orang yang
sehat, terutama di bagian posterior putamen (diukur berdasarkan (18F-dopa),
mengkonfirmasikan kehilangan dari persaraf nigrostriatal dopaminergik. Lebih
8
Page 7
dari 80% persarafan striatal dan 50% dari neuron nigral dopaminergik mungkin
sudah hilang sebelum timbulnya onset gejala klinis penyakit parkinson.3,4
Gambaran Patologi Anatomi pada Penyakit Parkinson
Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang
mengandung neuromelanin di dalam batang otak , khususnya di substansia nigra
pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang. 4,5
Gambar . Lesi Substasia Nigra pada Penyakit Parkinson
9
Page 8
Substansia nigra pada penderita penyakit Parkinson memperlihatkan
depigmentasi menyolok pada pars kompakta , menunjukkan degenerasi sel saraf
yang mengandung neuromelanin. 1,2
Dengan mikroskop elektron terlihat neuron yang bertahan hidup
mengandung inklusi eosinofilik sitoplasmik disertai halo ditepinya yang dikenal
sebagai Lewy Body. Lewy body ditemukan di nucleus batang otak tertentu
biasanya mempunyai diameter > 15 cm , berbentuk sferis dan inti hialin yang
padat.
Komponen struktural yang predominan pada Lewy body terlihat berupa
bahan filamen yang tersusun dalam pola sirkuler dan linear , kadang terjulur
kearah dari inti yang padat elektron. Lewy body bukan gambaran yang spesifik
pada penyakit Parkinson karena juga ditemukan pada beberapa penyakit
neurodegeneratif lain yang langka. 1,2,3
2.6 Gejala Klinis
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non
spesifik, yang didapat dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada
otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan ketrampilan,
kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau
depresi). Gambaran klinis penderita parkinson : 6
1. Tremor
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangeal, kadang kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil
rolling). Pada sendi tangan fleksi ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi
ekstensi, pada kepala fleksi ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup,
lidah terjulur tertarik tarik. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan frekuensi 4-
5 Hz dan menghilang pada saat tidur. Tremor disebabkan oleh hambatan pada
aktivitas gamma motoneuron.
10
Page 9
Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit gamma yang
mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus. Berkurangnya
kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang dipicu dari tingkat lain
pada susunan saraf pusat. Tremor pada penyakit Parkinson mungkin dicetuskan
oleh ritmik dari alfa motor neuron dibawah pengaruh impuls yang berasal dari
nukleus ventro-lateral talamus. Pada keadaan normal, aktivitas ini ditekan oleh
aksi dari sirkuit gamma motoneuron, dan akan timbul tremor bila sirkuit ini
dihambat. 5,6
2. Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot
protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot
protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa
motoneuron pada otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas yang
terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat. 5,6
3. Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang
misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan
pakaian atau mengkancingkan baju, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak bibir dan lidah menjadi lamban.
11
Page 10
Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan
gerakan spontan berkurang sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata
berkurang, menelan ludah berkurang sehingga ludah keluar dari mulut.
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik
sensorik, labirin , propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis.
Hal ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa
dan gamma motoneuron. 5,6
4. Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada
awal stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita
penyakit Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala
ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan
labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia
basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini
mengakibatkan penderita mudah jatuh. 5,6
5. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi
muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang,
disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut. 5
6. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi
kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini. 6
7. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala
difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung
kedepan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan. 6
12
Page 11
8. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan
bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan
volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara
mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban. 5,6
9. Disfungsi otonom
Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara
progresif neuron di ganglia simpatetik. Ini mengakibatkan berkeringat yang
berlebihan, air liur banyak (sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinensia
dan adanya hipotensi ortostatik yang mengganggu. 5
10. Gerakan bola mata
Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi menjadi
sulit, gerak bola mata menjadi terganggu. 5,6
11. Refleks glabela
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang. Pasien
dengan Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan.
Disebut juga sebagai tanda Mayerson’s sign.5
13
Page 12
12. Demensia
Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson. Penderita banyak
yang menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya.
Disfungsi visuospatial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan.
Degenerasi jalur dopaminergik termasuk nigrostriatal, mesokortikal dan
mesolimbik berpengaruh terhadap gangguan intelektual. 5,6
13. Depresi
Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi
disebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang
menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa
dikucilkan. Tetapi hal ini dapat terjadi juga walaupun penderita tidak merasa
tertekan oleh keadaan fisiknya. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya
endogen.
Secara anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson
terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron
norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi
neuron asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra. 5,6
2.7 Pemeriksaan Fisik
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada setiap kunjungan penderita :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor
dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh
menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran
konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan
untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
14
Page 13
2.8 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis,karena
tidak memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit
Parkinson. Pengukuran kadar NT dopamine atau metabolitnya dalam air
kencing , darah maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson
dibandingkan kontrol.Lebih lanjut , dalam keadaan tidak ada penanda
biologis yang spesifik penyakit, maka diagnosis definitive terhadap penyakit
Parkinson hanya ditegakkan dengan otopsi . Dua penelitian patologis terpisah
berkesimpulan bahwa hanya 76% dari penderita memenuhi kriteria patologis
aktual, sedangkan yang 24% mempunyai penyebab lain untuk parkinsonisme
tersebut. 3,4
Neuroimaging :
Magnetik Resonance Imaging ( MRI )
Baru – baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI , didapati bahwa
hanya pasien yang dianggap mempunyai atropi multi sistem
memperlihatkan signal di striatum.6
Positron Emission Tomography ( PET )
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah
memberi kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine
nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson.
Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa , khususnya di
putamen , dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit
Parkinson, bahkan pada tahap dini.Pada saat awitan gejala, penderita
penyakit Parkinson telah memperlihatkan penurunan 30% pada pengambilan
fluorodopa putamen.
Tetapi sayangnya PET tidak dapat membedakan antara penyakit
Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. PET juga merupakan suatu alat
untuk secara obyektif memonitor progresi penyakit, maupun secara obyektif
memperlihatkan fungsi implantasi jaringan mesensefalon fetus.5,6
15
Page 14
Gambar . PET pada penderita Parkinson pre dan prost transplantasi
Single Photon Emission Computed Tomography ( SPECT )
Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post
sinapsis oleh SPECT , suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara
sindroma Parkinson plus dan penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit
presinapsis murni. Penempelan ke striatum oleh derivat kokain [123]beta-
CIT, yang juga dikenal sebagai RTI-55, berkurang secara signifikan
disebelah kontralateral sisi yang secara klinis terkena maupun tidak terkena
pada penderita hemiparkinson.
Penempelan juga berkurang secara signifikan dibandingkan dengan
nilai yang diharapkan sesuai umur yang berkisar antara 36% pada tahap I
Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V. Marek dan yang lainnya telah
melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar 11% pada pengambilan
[123]beta-CIT striatum pada 34 penderita penyakit Parkinson dini yang
dipantau selama 2 tahun. Sekarang telah memungkinkan untuk
memvisualisasi dan menghitung degenerasi sel saraf nigrostriatal pada
penyakit Parkinson. 5,7
Dengan demikian, imaging transporter dopamin pre-sinapsis yang
menggunakan ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin terbukti berguna
dalam mendeteksi orang yang beresiko secara dini. Sebenarnya, potensi
SPECT sebagai suatu metoda skrining untuk penyakit Parkinson dini atau
bahkan presimptomatik tampaknya telah menjadi kenyataan dalam praktek.
16
Page 15
Potensi teknik tersebut sebagai metoda yang obyektif untuk memonitor
efikasi terapi farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki.1,4,7
2.9 Diagnosis
Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya
gejala motorik utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di
Indonesia adalah kriteria Hughes (1992) : 7
• Possible : didapatkan 1 dari gejala-gejala utama
• Probable : didapatkan 2 dari gejala-gejala utama
• Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya
penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr
(1967) yaitu : 4,7
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang
ringan, terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan
kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala
yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal,
sikap/cara berjalan terganggu
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai
terganggu saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya
untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri
sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak
mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.
2.10 Penatalaksanaan
17
Page 16
Penatalaksanaan penyakit parkinson dapat dikelompokan ,sebagai berikut : 2,3
I. Farmakologik
1. Bekerja pada sistem dopaminergik
2. Bekerja pada sistem kolinergik
3. Bekerja pada Glutamatergik
4. Bekerja sebagai pelindung neuron
5. Lain –lain .
II. Non Farmakologik
1. Perawatan
2. Pembedahan
3. Deep-Brain Stimulasi
4. Transplantasi
I. Farmakologik
1. Bekerja pada sistem dopaminergik
a. L-dopa
Penemuan terapi l-dopa pada tahun 1960 merupakan terobosan baru
pengetahuan tentang penyakit degenerasi .Meskipun sampai sekarang l-dopa
masih merupakan obat paling menjanjikan respon terbaik untuk penyakit
parkinson ,namun masa kerjanya yang singkat , respon yang fluktuatif dan efek
oxidative stress dan metabolitnya menyebabkan para peneliti mencari bahan
alternatif . Cara kerja obat kelompok ini dapat dijelaskan lewat alur metabolisme
dari dopamin sebagai berikut. Tyrosin yang berasal dari makanan akan diubah
secara beruntun menjadi l-dopa dan dopamin oleh enzimya masing-masing .
18
Page 17
Kedua jenis enzim ini terdapat diberbagai jaringan tubuh , disamping dijaringan
saraf . 2,3,5
Dopamin yang terbentuk di luar jaringan saraf otak , tidak dapat
melewati sawar darah otak . Untuk mencegah jangan sampai dopamin tersintesa
diluar otak maka l-dopa diberikan bersama dopa-decarboxylase inhibitor dalam
bentuk carbidopa dengan perbandingan carbidopa : l-dopa = 1 : 10 ( Sinemet )
atau benzerazide : l- dopa = 1 : 4 ( Madopar). Efek terapi preparat l-dopa baru
muncul sesudah 2 minggu pengobatan oleh karena itu perubahan dosis
seyogyanya setelah 2 minggu . Mulailah dosis rendah dan secara berangsur
ditingkatkan . Drug holiday sebaliknya jangan lebih lama dari 2 minggu , karena
gejala akan muncul lagi sesudah 2 minggu obat dihentikan. 2,3
b. MAO dan COMT Inhibitor
Pada umumnya penyakit parkinson memberi respon yang cepat dan
bagus dengan l-dopa dibandingkan dengan yang lain ,namun ada laporan bahwa
l-dopa dan dopamin menghasilkan metabolit yang mengganggu atau menekan
proses pembentukan energi dari mitokondria dengan akibat terjadinya oxidative
stress yang menuntun timbulnya degenerasi sel neuron. Preparat penghambat
enzim MAO ( monoamine oxydase ) dan COMT ( Catechol-O-methyl
transferase ) ditambahkan bersama preparat l-dopa untuk melindungi dopamin
terhadap degradasi oleh enzim tersebut sehingga metabolit berkurang
( pembentukan radikal bebas dari dopamin berkurang ) sehingga neuron
terlindung dari proses oxidative stress. 2,3
c. Agonis Dopamin
Preparat lain yang juga dapat menghemat pemakaian l-dopa adalah
golongan dopamin agonis . Golongan ini bekerja langsung pada reseptor
dopamin, jadi mengambil alih tugas dopamin dan memiliki durasi kerja lebih
lama dibandingkan dopamin. Sampai saat ini ada 2 kelompok dopamin agonis ,
19
Page 18
yaitu derivat ergot dan non ergot . Secara singkat reseptor yang bisa dipengaruhi
oleh preparat dopamin agonis adalah sebagai berikut: 2,5
Keuntungan terapi dengan agonis dopamin dibandingkan l-dopa antara lain :
1. Durasi kerja obat lebih lama
2. Respon fluktuatif dan diskinesia lebih kecil
3. Dapat dipilih agonis dopamin yang lebih specifik terhadap reseptor
dopamin tertentu disesuaikan kondisi penderita penyakit parkinson.
Kerugian terapi agonis dopamin adalah onset terapeutiknya rata – rata
lebih lama dibandingkan DA ergik.
2. Bekerja pada sistem kolinergik
Obat golongan antikolinergik memberi manfaat untuk penyakit parkinson
, oleh karena dapat mengoreksi kegiatan berlebihan dari sistem kolinergik
terhadap sistem dopaminergik yang mendasari penyakit parkinson . Ada dua
preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga
termasuk golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine ( disipal) dan
procyclidine (kamadrin). Golongan anti kolinergik terutama untuk
menghilangkan gejala tremor dan efek samping yang paling ditakuti adalah
kemunduran memori.2,3,5
3. Bekerja pada sistem Glutamatergik
Diantara obat – obat glutamatergik yang bermanfaat untuk penyakit
parkinson adalah dari golongan antagonisnya , yaitu amantadine , memantine,
remacemide. Antagonis glutamatergik diduga menekan kegiatan berlebihan jalur
dari inti subtalamikus sampai globus palidus internus sehingga jalur indirek
seimbang kegiatannya dengan jalur direk , dengan demikian out put ganglia
basalis ke arah talamus dan korteks normal kembali . Disamping itu, diduga
antagonis glutamatergik dapat meningkatkan pelepasan dopamin, menghambat
20
Page 19
reuptake dan menstimulasi reseptor dopamin. Obat ini lebih efektif untuk
akinesia dan rigiditas daripada antikolinergik. 2,3,5
4. Bekerja sebagai pelindung neuron
Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman
degenerasi akibat nekrosis atau apoptosis. Termasuk dalam kelompok ini
adalah:2,5
a. Neurotropik faktor , yaitu dapat bertindak sebagai pelindung neuron
terhadap kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan fungsi neuron .
Termasuk dalam kelompok ini adalah BDNF ( brain derived neurotrophic
factor ) , NT 4/5 ( Neurotrophin 4/5 ) , GDNT ( glia cell line-derived
neurotrophic factorm artemin ) , dan sebagainya . Semua belum dipasarkan.
b. Anti-exitoxin , yang melindungi neuron dari kerusakan akibat paparan
bahan neurotoksis ( MPTP , Glutamate ) . Termasuk disini antagonis reseptor
NMDA , MK 801 , CPP , remacemide dan obat antikonvulsan riluzole.
c. Anti oksidan , yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress
akibat serangan radikal bebas. Deprenyl ( selegiline ) , 7-nitroindazole ,
nitroarginine methyl-ester , methylthiocitrulline , 101033E dan 104067F ,
termasuk didalamnya . Bahan ini bekerja menghambat kerja enzim yang
memproduksi radikal bebas.Dalam penelitian ditunjukkan vitamin E ( -
tocopherol ) tidak menunjukkan efek anti oksidan.
d. Bioenergetic suplements , yang bekerja memperbaiki proses metabolisme
energi di mitokondria . Coenzym Q10 ( Co Q10 ) , nikotinamide termasuk
dalam golongan ini dan menunjukkan efektifitasnya sebagai neuroprotektant
pada hewan model dari penyakit parkinson.
e. Immunosuppressant , yang menghambat respon imun sehingga salah satu
jalur menuju oxidative stress dihilangkan . Termasuk dalam golongan ini
adalah immunophillins , CsA ( cyclosporine A ) dan FK 506 ( tacrolimu) .
21
Page 20
Akan tetapi berbagai penelitian masih menunjukkan kesimpulan yang
kontroversial.
5. Bahan lain
Diduga bermanfaat untuk penyakit parkinson , yaitu hormon estrogen
dan nikotin. Pada dasawarsa terakhir , banyak peneliti menaruh perhatian dan
harapan terhadap nikotin berkaitan dengan potensinya sebagai
neuroprotektan. Pada umumnya bahan yang berinteraksi dengan R nikotinik
memiliki potensi sebagai neuroprotektif terhadap neurotoksis, misalnya
glutamat lewat RNMDA, asam kainat, deksametason dan MPTP. Bahan
nikotinik juga mencegah degenerasi akibat lesi dan iskemia .
II. Non Farmakologik
Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini sering
terlupakan mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu canggih. 2,3,5
1. Perawatan Penyakit Parkinson
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula,
maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis ,
melainkan kepada semua orang yang ada di sekitarnya.
22
Page 21
a. Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita , keluarga dan care
giver tentang penyakit yang diderita.Hendaknya keterangan diberikan
secara rinci namun supportif dalam arti tidak makin membuat penderita
cemas atau takut. Ditimbulkan simpati dan empati dari anggota
keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi
maksimal.6
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
• Abnormalitas gerakan
• Kecenderungan postur tubuh yang salah
• Gejala otonom
• Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living – ADL )
• Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas apat dilakukan tindakan sebagai
berikut:
1. Terapi fisik : ROM ( range of motion )
• Peregangan
• Koreksi postur tubuh
• Latihan koordinasi
• Latihan jalan ( gait training )
• Latihan buli-buli dan rectum
• Latihan kebugaran kardiopulmonar
23
Page 22
• Edukasi dan program latihan di rumah
c. Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan
aktivitas kehidupan sehari-hari .
d. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program latihan
pernapasan diafragma , evaluasi menelan, latihan disartria , latihan bernapas
dalam sebelum bicara. Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume
berbicara , irama dan artikulasi. 2,3
e. Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi setelah
melakukan asesmen mengenai fungsi kognitif, kepribadian, status mental,
keluarga dan perilaku. 2,4
f. Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial lingkungan
dan finansial , untuk maksud tersebut perlu dilakukan kunjungan rumah/
lingkungan tempat bekerja. 2,3
g. Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami ketidakstabilan
postural , dengan membuatkan alat Bantu jalan seperti tongkat atau walker.
h. Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet
yang khusus , akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar
tidak terjadi kekurangan gizi , penurunan berat badan , dan pengurangan
jumlah massa otot , serta tidak terjadinya konstipasi . Penderita dianjurkan
24
Page 23
untuk memakan makanan yang berimbang antara komposisi serat dan air
untuk mencegah terjadinya konstipasi , serta cukup kalsium untuk
mempertahankan struktur tulang agar tetap baik . Apabila didapatkan
penurunan motilitas usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap
beberapa hari sekali . Hindari makanan yang mengandung alkohol atau
berkalori tinggi. 2,3
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan bila penderita
tidak lagi memberikan respon terhadap pengobatan / intractable , yaitu masih
adanya gejala dua dari gejala utama penyakit parkinson ( tremor , rigiditas ,
bradi/akinesia, gait/postural instability ) , Fluktuasi motorik , fenomena on-off ,
diskinesia karena obat, juga memberi respons baik terhadap pembedahan .
Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan :
a. Pallidotomi , yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala :
- Akinesia / bradi kinesia
- Gangguan jalan / postural
- Gangguan bicara
b. Thalamotomi , yang efektif untuk gejala :
- Tremor
- Rigiditas
- Diskinesia karena obat.
3. Stimulasi otak dalam
Mekanisme yang mendasari efektifitas stimulasi otak dalam untuk penyakit
parkinson ini sampai sekarang belum jelas , namun perbaikan gejala penyakit
parkinson bisa mencapai 80% . Frekwensi rangsangan yang diberikan pada
25
Page 24
umumnya lebih besar dari 130 Hz dengan lebar pulsa antara 60 – 90 s . Stimulasi
ini dengan alat stimulator yang ditanam di inti GPi dan STN.3,4
4. Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982
oleh Lindvall dan kawannya , menggunakan jaringan medula adrenalis yang
menghasilkan dopamin. Jaringan transplan ( graft ) lain yang pernah digunakan
antara lain dari jaringan embrio ventral mesensefalon yang menggunakan
jaringan premordial steam atau progenitor cells , non neural cells ( biasanya
fibroblast atau astrosytes ) , testis-derived sertoli cells dan carotid body epithelial
glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat
immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga
masa idup graft jadi lebih panjang. 3,4
Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit
parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 – 6 tahun sesudah
transplantasi. Sampai saat ini , diseluruh dunia ada 300 penderita penyakit
parkinson memperoleh pengobatan transplantasi dari jaringan embrio ventral
mesensefalon. 3,5
2.11 Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan
dapat menyebabkan kematian.
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah. 3,4
26
Page 25
Parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien
Parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita
Parkinson. Pada tahap akhir, Parkinson dapat menyebabkan komplikasi seperti
tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian. 3,4,5
Progresifitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih.
Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang
tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu.
Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien Parkinson dapat hidup
produktif beberapa tahun setelah diagnosis.1,3,6
27