BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Kerja Istilah motivasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu motivus, yang artinya adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Dalam prakteknya istilah motivasi dipergunakan silih berganti dengan istilah- istilah lainnya seperti kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls (Thoha, 2001). Gerungan (2012) mendefinisikan motivasi sebagai dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tindakan manusia. Sementara menurut Danim (2004) motivasi pada prinsipnya merupakan kemudi yang kuat dalam membawa seseorang melaksanakan kebijakan manajemen yang biasanya terjelma dalam bentuk perilaku antusias, berorientasi pada tujuan, dan memiliki target kerja yang jelas, baik secara individual maupun kelompok. Porter dan Miles, sebagaimana dikutip Stoner (dalam Swasto, 1996) mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi, yaitu perbedaan karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik organisasi. Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
28
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Kerjarepository.ump.ac.id/2906/3/IKA ANISA BAB II.pdf · Sementara menurut Danim (2004) motivasi pada prinsipnya ... sebagaimana dikutip Stoner
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Kerja
Istilah motivasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu motivus, yang artinya
adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk
berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.
Dalam prakteknya istilah motivasi dipergunakan silih berganti dengan istilah-
istilah lainnya seperti kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls (Thoha,
2001).
Gerungan (2012) mendefinisikan motivasi sebagai dorongan, keinginan,
hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk
melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tindakan
manusia. Sementara menurut Danim (2004) motivasi pada prinsipnya
merupakan kemudi yang kuat dalam membawa seseorang melaksanakan
kebijakan manajemen yang biasanya terjelma dalam bentuk perilaku antusias,
berorientasi pada tujuan, dan memiliki target kerja yang jelas, baik secara
individual maupun kelompok.
Porter dan Miles, sebagaimana dikutip Stoner (dalam Swasto, 1996)
mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi dalam
organisasi, yaitu perbedaan karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan
karakteristik organisasi.
Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
1. Karakteristik individu meliputi berbagai jenis kebutuhan, sikap terhadap diri
dan pekerjaannya, serta minat pekerjaan. Perbedaan-perbedaan tersebut
dibawa ke dunia kerja sehingga motivasi setiap individu di dalam organisasi
bervariasi. Apabila manajer tidak dapat memahami perbedaan itu, maka ia
tidak akan dapat memotivasi bawahannya secara efektif.
2. Karakteristik pekerjaan yang berbeda memerlukan kecakapan, identitas
tugas, signifikansi tugas serta derajat otonomi yang berbeda. Perbedaan
karakteristik yang melekat pada pekerjaan akan memerlukan tipe-tipe
pekerja sesuai dengan spesifikasi yang ada.
3. Karakteristik organisasi ditunjukkan dengan kebijaksanaan dan kultur yang
berbeda dari masing-masing organisasi, serta hubungan antar masing-masing
individu dalam organisasi. Untuk mencapai kinerja yang optimal, manajer
organisasi harus mempertimbangkan hubungan faktor-faktor tersebut dan
pengaruhnya terhadap perilaku individu para karyawan.
Bagi karyawan motivasi sangat penting untuk mendukung keberhasilan
pencapaian kerja yang memuaskan. Karyawan hendaknya memiliki motivasi
untuk meraih prestasi kerja yang sebaik-baiknya. Secara teoritis, hal ini sejalan
dengan teori kebutuhan berprestasi (need for achievement atau N-Ach) yang
dikembangkan oleh David McClelland. Menurut McClelland, seseorang
dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan
untuk melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya
orang lain. McClelland percaya bahwa kebutuhan untuk berprestasi adalah
sesuatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Lebih penting lagi, kebutuhan berprestasi ini dapat diisolasikan dan diuji pada
Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
setiap kelompok. Menurut McClelland, seseorang dianggap mempunyai
motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu
karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. (Thoha, 2001;
Danim, 2004)
Menurut McClelland dan Atkinson motivasi berprestasi merupakan ciri
seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada
ketakutan kegagalan. Motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang
dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu
standar prestasi (Pujiastuti, 2012).
Ada tiga kebutuhan manusia terkait dengan motivasi berprestasi, yaitu
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan untuk kekuasaan.
Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Need for Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan
refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.
2. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,
tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasan yang merupakan refleksi
dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap
orang lain.
Ketiga kebutuhan ini terbukti merupakan unsur-unsur yang amat penting
dalam menentukan prestasi karya seseorang dalam bekerja. Ciri-ciri perilaku
karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland
adalah :
Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
1. Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan masalah.
2. Cenderung menetapkan target yang sulit dan berani mengambil resiko.
3. Memiliki tujuan yang jelas dan realistik.
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.
5. Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya.
6. Senang dengan tugasnya dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna.
Berdasarkan riset empiris, David McClelland (dalam Thoha, 2001) telah
menemukan bahwa pada usahawan, ilmuwan dan para ahli mempunyai tingkat
motivasi prestasi di atas rata-rata. Motivasi prestasi seorang usahawan, tidak
hanya semata-mata hanya untuk mencari keuntungan, tetapi karena dia
mempunyai keinginan yang kuat untuk berprestasi. Kebutuhan prestasi (need for
achievement), tercermin pada keinginan dia mengambil tugas yang dia dapat
bertanggungjawab secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya, dia menentukan
tujuan yang wajar dengan memperhitungkan resiko-resikonya, dia mendapatkan
umpan balik atas perbuatan-perbuatannya, dan dia berusaha melakukan segala
sesuatu secara kreatif dan inovatif.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya
manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker (dalam
Uno, 2007) membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi menjadi
beberapa kategori. Hal tersebut dapat diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
a. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan.
Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor
motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar
manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Menurut Herzberg bahwa motivasi diberikan jika digunakan
motivator yang berfungsi. Teori ini disebut juga teori penelitian motivasi di
mana ada dua macam situasi yang berpengaruh terhadap semua individu
yaitu kelompok satisfiers atau motivation dan kelompok dissatisfrers atau
hygiene factors. Satisfers adalah situasi atau faktor-faktor yang merupakan
kepuasan kerja sedangkan dissatisfiers adalah faktor-faktor yang menjadi
sumber ketidakpuasan. Hal tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.1 Model Motivasi Kerja Dua Faktor Herzberg No. Faktor Higiene Motivator 1. Gaji Kemajuan 2. Kondisi kerja Perkembangan 3. Kebijakan perusahaan/organisasi Tanggung jawab 4. Penyeliaan Prestasi
Sumber: Robbin (2003, Masmuh, 2008).
c. Achievement Theory
Teori Achievement yang dikemukakan Mc Clelland menyatakan bahwa
ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
1) Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
2) Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama
dengan social need-nya Maslow)
3) Need for Power (dorongan untuk mengatur/kekuasaan)
Wahyusumijo (2003) mengungkapkan bahwa di dalam motivasi terdapat
rangkaian interaksi antara berbagai faktor antara lain: (1) Individu, misalnya
keterampilan, pengalaman, kemampuan, sikap dan sistem nilai yang dianut. (2)
Situasi di mana individu bekerja misalnya persepsi individu terhadap pekerja,
harapan dan cita-cita di dalam bekerja dan kecakapan di dalam bekerja. (3)
Proses penyesuaian setiap individu terhadap pelaksanaan pekerjaan artinya
setiap individu harus dapat menyesuaikan diri dengan syarat-syarat pekerjaan
dan keinginan pimpinan. (5) Pengaruh yang datang dari berbagai pihak, bisa
berasal dari sesama rekan pekerja bisa pula dari hubungan di luar pekerjaan. (6)
Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu artinya apabila segala sesuatu
benar-benar sesuai dengan yang diinginkan maka akan meningkatkan rasa harga
diri dan prestasi kerja. (7) Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan dan prestasi
kerja. (8) Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan, cita-cita dan tujuan
baru.
B. Lingkungan Kerja
Menurut Supardi (2001, dalam Ekaningsih, 2012) lingkungan kerja
merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang
dapat memberikan kesan menyenangkan mengamankan, menentramkan dan
Pengaruh Lingkungan Kerja..., Ika Anisa, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
kesan kerasan atau betah bekerja dan lain sebagainya. Menurut Ahwari (2007,
dalam Ekaningsih, 2012) lingkungan kerja adalah suatu lingkungan dimana
kerja bekerja sedangkan kondisi kerja merupakan kondisi dimana pegawai
tersebut bekerja. Kondisi kerja termasuk salah satu unsur lingkungan kerja,
sebab lingkungan kerja di dalam organisasi/kelembagaan bukan hanya terdiri
dari kondisi kerja sama, tetapi bila kondisi kerja ditambah beberapa aspek lain
maka akan membentuk lingkungan kerja.
Menurut Nitisemito (2001) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar pegawai yang mempengaruhi hasil tugas-tugas yang dibebankan.
Faktor-faktor yang dapat termasuk lingkungan kerja yang harus diketahui dan
diperhatikan yang berpengaruh besar terhadap semangat dan kegairahan kerja