11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Renang Gaya Crawl a. Pengertian Renang Gaya Crawl Renang gaya crawl menyerupai cara berenang seekor binatang, oleh sebab itu disebut dengan “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan asli dari gaya ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau dikenal juga dengan “renang anjing” (dog-style). Gaya crawl ini juga disebut dengan gaya rimau, yang berasal dari kata “harimau”. Renang gaya crawl ini adalah gaya dalam renang yang paling sering digunakan dalam perlombaan renang nomor renang gaya bebas, karena renang gaya crawl adalah gaya dalam renang yang paling cepat jika dibandingkan dengan gaya lainnya. Indik karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa “dalam renang gaya ini memiliki koordinasi gerak yang baik dan hambatannya paling minim. Ciri khas dari renang gaya ini adalah gerakan lengannya berputar mirip dengan gerakan baling-baling pesawat dan gerakan tungkai tungkainya naik turun secara menyilang”. Ermat Suryatna & Adang Suherman (2004:67) mengatakan hasil catatan sejarah kompetisi renang Olimpiade menunjukan bahwa tidak ada stroke lain yang sebanding dengan stroke gaya bebas ini, bila dilihat dari kecepatan luncuran yang dihasilkan. Gaya crawl oleh sebagian orang disebut gaya bebas. Istilah ini kurang tepat, sebab gaya bebas merupakan nama pada nomor perlombaan renang, sedangkan gaya crawl merupakan salah satu teknik renang. Pada setiap perlombaan nomor gaya bebas hampir semua perenang memilih gaya crawl oleh sebab itu gaya crawl sering disebut sebagai gaya bebas. Dalam aturan FINA (Federation Internationale De Natation) (2013:193) disebutkan bahwa gaya bebas (freestyle) berarti nomor perlombaan yang memungkinkan perenang menggunakan berbagai macam gaya, kecuali pada nomor gaya ganti atau
71
Embed
BAB II - Sebelas Maret Universitybaling-baling pesawat dan gerakan tungkai tungkainya naik turun secara menyilang”. Ermat Suryatna & Adang Suherman (2004:67) mengatakan hasil catatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Renang Gaya Crawl
a. Pengertian Renang Gaya Crawl
Renang gaya crawl menyerupai cara berenang seekor binatang, oleh
sebab itu disebut dengan “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan asli dari gaya
ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau dikenal juga dengan
“renang anjing” (dog-style). Gaya crawl ini juga disebut dengan gaya rimau, yang
berasal dari kata “harimau”.
Renang gaya crawl ini adalah gaya dalam renang yang paling sering
digunakan dalam perlombaan renang nomor renang gaya bebas, karena renang
gaya crawl adalah gaya dalam renang yang paling cepat jika dibandingkan dengan
gaya lainnya. Indik karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa “dalam renang gaya ini
memiliki koordinasi gerak yang baik dan hambatannya paling minim. Ciri khas
dari renang gaya ini adalah gerakan lengannya berputar mirip dengan gerakan
baling-baling pesawat dan gerakan tungkai tungkainya naik turun secara
menyilang”. Ermat Suryatna & Adang Suherman (2004:67) mengatakan hasil
catatan sejarah kompetisi renang Olimpiade menunjukan bahwa tidak ada stroke
lain yang sebanding dengan stroke gaya bebas ini, bila dilihat dari kecepatan
luncuran yang dihasilkan.
Gaya crawl oleh sebagian orang disebut gaya bebas. Istilah ini
kurang tepat, sebab gaya bebas merupakan nama pada nomor perlombaan
renang, sedangkan gaya crawl merupakan salah satu teknik renang. Pada setiap
perlombaan nomor gaya bebas hampir semua perenang memilih gaya crawl
oleh sebab itu gaya crawl sering disebut sebagai gaya bebas. Dalam aturan
FINA (Federation Internationale De Natation) (2013:193) disebutkan bahwa
gaya bebas (freestyle) berarti nomor perlombaan yang memungkinkan perenang
menggunakan berbagai macam gaya, kecuali pada nomor gaya ganti atau
12
individu, gaya bebas berarti bebas menggunakan gaya selain gaya punggung
(backstroke), gaya dada (breaststroke) atau gaya kupu-kupu (butterfly).
Renang gaya crawl merupakan cara berenang dengan badan telungkup
kemudian lengan bergerak menjangkau jauh kedepan secara bergantian seperti
baling-baling dan gerakan kaki yang bergerak mencambuk air naik turun secara
bergantian.
b. Teknik Renang Gaya Crawl
1) Posisi Badan
Untuk bisa berenang gaya crawl secara efisien ternyata terdapat
beberapa kunci utamanya, yaitu dengan memperkecil tahanan air (drag) dan
memperbesar gaya dorong (propulsi). Anandita (2010:33) mengatakan bahwa
“jika memperbesar gaya dorong kita bisa berenang lebih efisien hingga 30%,
sedangkan jika memperkecil tahanan air, kita bisa berenang lebih efisien
hingga 70%.”
Menurut Anandita (2010:33) bahwa untuk memperkecil tahanan air
ada beberapa kunci, yang pertama adalah body strime line yaitu posisi badan
dengan memasukkan kepala ke dalam air dan arahkan pandangan ke dalam
kolam, maka tungkai kita akan bisa mengapung dengan mudah. Kedua, jadikan
tubuh kita lebih panjang, cara agar tubuh kita bisa menjadi lebih panjang
adalah dengan menyorongkan lengan ekstensi kita sejauh-jauhnya ke depan.
Jadi begitu tangan masuk kedalam air jangan langsung mengayun tapi julurkan
beberapa saat sejauh mungkin ke depan. Ketiga, miringkan tubuh kita (body
rolling) ke sisi kiri dan ke sisi kanan. Kemiringan ini bukan hanya dada,
melainkan seluruh tubuh, tahanan air akan lebih kecil ketika tubuh kita
miringkan.”
Sedangkan Indik Karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa dalam
bernapas sikap kepala harus menoleh kearah samping, bukan mengangkat
kepala, jadi gerakan kepala harus pada axis garis sepanjang badan, bukan axis
garis kiri atau kanan. Kepala merupakan sebuah kemudi, apabila kita
mengangkat kepala keatas saat mengambil napas, maka Hukum Newton akan
berlaku yang mengakibatkan tubuh bagian bawah akan turun yaitu pinggang
13
dan tungkai. Dalam melakukan dayungan juga akan mempengaruhi sikap
badan yang strime line, apabila terlalu melakukan dorongan yang keras kearah
bawah saat melakukan dayungan akan mengakibatkan tubuh terdorong ke atas
sebagaimana Hukum Newton ke III aksi reaksi.
Jadi posisi badan dalam melakukan gerakan renang gaya crawl adalah
mengapung, telungkup, horizontal dengan permukaan air (strime line), dan
ketika melakukan gerakan mengayun memperkecil dorongan kearah bawah dan
atas sehingga tubuh tidak naik dan turun (stabil) dan ketika mengambil napas
kepala tidak diangkat namun ditolehkan kearah samping. Semua hal tersebut
dimaksudkan untuk memperkecil tahanan.
Gambar 2.1 Posisi Badan Strime Line pada Renang Gaya Crawl
(Ermat Suryatna & Adang Suherman, 2004:72)
2) Gerakan lengan
Ermat Suryatna dan Adang Suherman (2004:67) mengatakan bahwa
Sumber penghasil power yang utama dalam gaya bebas datangnya dari
kayuhan kedua lengan, yang secara bergantian melaukukan recovery di udara
dan melakukan dorongan keseimbangan terhadap gerakan lengan dengan cara
melakukan gerakan kebawah dan atas di dalam udara. Hal serupa juga
diungkapkan Sukintoto dan Sukarno (1983:91) dalam renang gaya crawl
gerakan maju sebagian besar ditentukan oleh gerakan lengan, sedangkan
gerakan kaki terutama berfungsi sebagai alat keseimbangan dan alat untuk
menjaga agar kaki tetap tinggi untuk memperoleh posisi datar.
Indik karnadi (2008:2.11) menjelaskan bahwa dalam melakukan
gerakan lengan gaya crawl kedua lengan secara bergantian bergerak
mendayung kearah depan mirip dengan gerakan baling-baling pesawat. Siklus
gerakan lengan dalam gaya crawl ini dimulai dengan entry (masuk dalam air),
pull-push (tarikan dan dorongan) dan recovery (pengembalian).
14
a) Entry, yaitu gerakan masuknya lengan dan tangan ke dalam air, yang
masuk terlebih dahulu adalah jari kelingking, dan gerakannya dilakukan
dengan halus tidak dipukulkan. Entry dilakukan oleh ujung jari masuk
terlebih dahulu kedalam air kira-kira 30 cm di depan kepala. Siku masih
tertekuk dan masih tinggi, tangan masuk kedalam air secara menusuk.
Gambar 2.2 Gerakan Lengan Masuk ke Dalam Air (Entry)
(Indik Karnadi, 2008:2.11)
b) Pull-push, setelah entry dimulai lengan diusahakan lurus, posisi siku
lebih tinggi dari telapak tangan. kemudian dimulailah tarikan lengan
(pull), tarikan dilakukan dibawah badan dengan cara membengkokan
siku ke arah dalam dengan sudut bengkok sekitar 45-90 derajat, tarikan
dimulai dari dari pelan kearah cepat sehingga menghasilkan dorongan
yang efektif. Tangan terus menekan air dan membentuk huruf “S”
sepanjang tarikan dan berhenti sewaktu tangan melewati bawah bahu dan
dada, dimana tekanan siku mencapai maksimal. Setelah telapak tangan
mencapai garis bahu dimulailah dorongan lengan (push) dengan
mengubah arah telapak tangan tertuju pada paha, dorongan berakhir
ketika ibu jari mencapai paha.
Gambar 2.3 Gerakan Lengan Mendayung Menyerupai Huruf “S”
(Indik Karnadi, 2008:2.13)
c) Recovery, dilakukan dengan mengangkat siku keluar dari permukaan air
dan mengarahkan kedepan, lengan bawah dan telapak tangan mengikuti
15
gerakan siku. Gerakan ini di lakukan dengan rileks dan tidak
diperkenankan melempar lengan ke arah kanan atau kiri tetapi ke arah
depan. Jika lengan mengarah ke arah kanan atau kiri badan akan
menyebabkan renang berbelok-belok.
Gambar 2.4 Gerakan Lengan Saat Recovery
(Indik Karnadi, 2008:2.15)
Urutan gerakan lengan gaya crawl seperti pada gambar 2.5 dengan
urutan yaitu pertama posisi lengan kiri pada saat permulaan recovery, dengan
mulai mengangkat siku yang tinggi. Sedangkan lengan kanan telah melakukan
entry dan mulai bergerak pada tarikan lengan (pull). Kemudian posisi tangan
kiri tepat berada recovery, disini terlihat urutan siku paling tinggi sedangkan
jari-jari tangan tarikan paling bawah, dimana lengan membengkokkan ke arah
dalam. Lalu posisi lengan kiri berada pada entry dengan jari-jari masuk lebih
dahulu, sedangkan posisi lengan kanan pada tahap akhir dari tarikan.
Kemudian posisi lengan kiri pada permulaan tarikan lengan, sedang posisi
lengan kanan berada pada tahap dorongan, telapak tangan berubah dari arah
diagonal ke arah paha kanan. Kecepatan dayungan mencapai maksimal. Posisi
lengan kiri masih pada permulaan tarikan lengan. Dengan arah telapak tangan
agak ke luar. Sedangkan posisi lengan kanan pada akhir dari dorongan, di mana
jari telah menyentuh paha. Pada dayungan bebas. Dari entry jari-jari tangan,
tarikan di mana lengan dari keadaan lurus kemudian dibengkokkan dengan ke
arah dalam, dan dorongan lengan di mana telapak tangan mengarahkan ke luar.
Telapak tangan mula-mula menghadap ke luar, kemudian menghadap ke dalam
dan akhirnya menghadap ke luar lagi.
16
Gambar 2.5 Urutan Gerakan Lengan Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:2.16)
3) Gerakan Tungkai
Dalam renang gaya crawl fungsi gerakan tungkai adalah sebagai
stabilisator dan membantu untuk gerakan tubuh kedepan. Dalam renang gaya
crawl sumber utama gerakan maju perenang adalah luncuran dan gerakan
dayungan lengan, namun gerakan dari tungkai juga memberikan kontribusi
untuk gerakan maju perenang. Anandita (2010:34) mengatakan bahwa
“gerakan tungkai seperlunya, sekedar untuk mengimbangi gerakan tubuh
lainnya. Kecuali pada perlombaan sprint, kita bisa mempercepat gerakan
17
tungkai untuk menambah dorongan”. Dalam beberapa penelitian yang di kutip
Indik Karnadi (2008:2.6) menyebutkan bahwa :
a) Pemakaian energi pada renang gaya crawl dengan menggunakan tungkai
saja lebih banyak dari pada renang dengan lengan saja atau renang
dengan memakai lengan dan tungkai.
b) Pemakaian energi pada renang dengan lengan saja, kurang kurang
daripada dengan lengan dan tungkai pada kecepatan renangan rendah.
Akan tetapi pada kecepatan tinggi, pemakaian energi renang yang
menggunakan lengan saja menjadi lebih banyak dibandingkan dengan
renang yang menggunakan lengan dan tungkai.
Jadi sebaiknya untuk nomor perlombaan renang gaya bebas yang
menggunakan gaya crawl pada sprint sebaiknya menggunakan perpaduan
gerakan tungkai dan lengan secara maksimal. Gerakan kaki haruslah dilakukan
dengan frekuensi tinggi atau pada umumnya dilakukan dengan 6 kali
tendangan untuk setiap satu kali putaran lengan. Sedangkan pada nomor jarak
menengah atau jauh (800 meter dan 1500 meter) menggunakan 2 kali
tendangan setiap satu kali putaran lengan, karena kemampuan jantung untuk
menyalurkan darah pada lengan dan tungkai secara bersamaan dan dengan
kebutuhan yang tinggi terbatas.
Gerakan tungkai kaki gaya crawl dilakukan naik turun bergantian
secara menyilang, gerakannya mirip dengan gerakan sewaktu berjalan, seperti
pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.6 Gerakan Tungkai Gaya Crawl Mirip Gerakan Berjalan
(Indik Karnadi : 2008:2.7)
Gerakan tungkai dalam renang gaya crawl sebagai berikut :
a) Gerakan kaki dilakukan dengan naik turun pada bidang vertikal,
bergantian antara tungkai kanan dan kiri.
18
b) Gerakan dimulai dari pangkal paha dan pada gerakan menendang
(kebawah) tertekuk pada lutut, untuk kemudian diluruskan pada akhir
tendangan.
c) Pada saat tendangan dilakukan, telapak kaki bergerak , tungkai lurus dan
telapak kaki bengkok pada akhir dari tendangan. Jadi gerakan telapak
kaki dari plantar flexi dorsal flexi.
d) Gerakan tungkai ke atas dilakukan dengan sikap yang lurus. Amplitudo
gerakan yaitu jarak antara satu tungkai maksimal di atas dan tungkai
yang lain maksimal dibawah kira-kira 25 sampai 40 cm. Sedang ritme
atau kecepatan gerakan, tergantung dari masing-masing perenang.
e) Mengenai kekuatan atau kecepatan gerakan tungkai adalah sebagai
berikut : pada gerakan ke bawah atau gerakan tendangan dilakukan
dengan keras (kekuatan penuh), sedangkan pada waktu gerakan kaki ke
atas dilakukan dengan agak pelan (rileks).
Urutan gerakan tungkai dan kaki dalam gaya crawl seperti pada
gambar 2.7 berikut ini :
Gambar 2.7 Urutan Gerakan Tungkai Renang Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:2.8-2.10)
1
3
2
4
5 6
8 7
19
Kesalahan umum dalam melakukan gerakan tungkai dalam renang
gaya crawl antara lain :
a) Poros gerakan tungkai kaki tidak mempergunakan sendi panggul, tetapi
sendi lutut. Akibatnya tidak ada cambukan tetapi gerakannya seperti
mendayung sepeda.
b) Gerakan kaki ditekuk terlampau tinggi, sehingga keluar dari permukaan
air. Hal ini akan menghasilkan gerakan mencebu-cebur atau geraknnya
terlampau kecil (amplitudonya sempit) dan menghasilkan gerakan kaki
yang menggelepar.
c) Gerakan tungkai kaki kuat sebelah, hal ini akan menghasilkan cambukan
yang tidak seimbang.
4) Pernapasan
Kemampuan mengendalikan napas dalam renang gaya crawl sangat
diperlukan, jika tidak dapat melakukan teknik pengambilan napas dengan baik
dapat menggangu atau merusak gerakan renang keseluruhan dan mengurangi
kecepatan. Sukintoko & Sukarno (1983:99) menjelaskan bahwa “dalam
pengambilan napas dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan
pengambilan napas secara eksplosif dan ritmis, pengambilan napas eksplosif
dilakukan dengan pengambilan napas melalui mulut dan hidung ketika kepala
ditolehkan kesamping keluar dari permukaan air dan napas dibuang di luar air
sesaat sebelum pengambilan napas, sedangkan pengambilan napas ritmis
dilakukan dengan mengambil napas melalui mulut dan hidung ketika kepala
ditolehkan kesamping dan membuang napas secara perlahan melalui mulut dan
hidung ketika berada di dalam air.”
Menurut anandita (2010:33) “ada beberapa kunci agar renang gaya
crawl dapat lebih efisien, salah satunya dengan menjaga ritme pernapasan dan
sebisa mungkin melakukan pernapasan dua sisi (bilateral breathing), yakni
dengan mengambil napas setiap tiga kali dayungan lengan sehingga akan
bergantian ke sisi kanan dan kiri dengan harapan tubuh kita akan tetap
seimbang”.
20
Pernapasan dalam renang gaya crawl akan sangat mempengaruhi
posisi badan untuk strime line. Putaran kepala untuk mengambil napas harus
dilakukan dengan axis (sumbu putar) garis sepanjang badan sehingga kepala
tidak akan naik terlalu tinggi dari permukaan air dan sesuai hukum Newton III
maka tubuh bagian bawah akan turun sehingga posisi badan sudah tidak strime
line lagi.
Dalam melakukan pernapasan dilakukan ketika lengan kanan masuk
kedalam air (entry) dan melakukan dayungan (push) kepala menoleh ke sisi
kanan dan mengambil napas melalui mulut lebar lebar pada ketinggian
permukaan air yang ditimbulkan oleh kepala. Dan ketika lengan kanan
melakukan recovery kepala ditolehkan kebawah dan mata melihat arah kolam.
Pengeluaran napas tepat sebelum kepala diputar untuk mengambil napas.
Anandita (2010:93) mengatakan bahwa pada perenang jarak pendek
(sprint) dengan jarak 50 meter dan 100 meter biasanya perenang menahan
nafas selama mungkin karena kecepatan mereka akan berkurang ketika
mengambil napas, baru ketika tidak mampu lagi mereka akan mengambil
napas.
5) Koordinasi gerakan
Koordinasi gerakan gaya crawl adalah serangkaian gerakan yang
terpadu dari semua unsur gerakan yang ada pada gaya crawl yaitu mulai dari
meluncur yang dilanjutkan dengan gerakan tungkai, lengan, pernapasan dengan
seksama sehingga terwujudlah suatu gaya crawl yang baik. Yang perlu
diperhatikan pertama adalah setelah melakukan luncuran membuat posisi tubuh
untuk menjadi strime line, kemudian melakukan gerakan koordinasi antara
lengan dan tungkai yang seirama, apakah menggunakan 6 kali tendangan setiap
satu kali dayungan lengan kemudian mengkoordinasikan dengan gerakan
pernapasan.
David G.Thomas.MS (2007:16) menjelaskan bahwa ada berbagai
variasi dalam pola koordinasi tungkai lengan yang sering digunakan oleh
perenang kelas dunia, ada yang menggunakan pola klasik 6-hitungan, terutama
21
para perenang cepat dan ada yang menggunakan pola 4 atau 2-hitungan
terutama perenang jarak jauh.
c. Mekanika Fluida dan Prinsip Dalam Renang Gaya Crawl
Tubuh manusia pada dasarnya dirancang untuk kegiatan di daratan,
sehingga butuh banyak adaptasi untuk melakukan kegiatan/gerakan di dalam air
seperti viskositas air, tekanan di dalam air, gesekan dengan air, tahanan dan
sebagainya.
Di dalam olahraga renang terdapat suatu prinsip mengeluarkan tenaga
sekecil-kecilnya dan memperoleh laju seoptimal mungkin. Untuk
mengimplementasikan prinsip tersebut, maka diperlukan suatu penerapan
pengetahuan khususnya tentang teori mekanika fluida renang. Fluida merupakan
zat alir seperti contonya adalah udara dan air. Dalam mekanika zat cair dikenal
adanya gaya apung dan gaya dinamis. McGinnis (2005:194) mengatakan bahwa
ada dua macam gaya yang bekerja pada benda yang berada dalam zat cair, yaitu
gaya apung karena perendaman dalam cairan dan gaya dinamis fluida karena
gerak relatif dalam cairan.
Gambar 2.8 Tekanan pada Zat Cair
(McGinnis, 2005:196)
Dalam hubungannya dengan gaya apung terdapat faktor yang menjadi
penyebabnya, yaitu tekanan dan berat jenis. Menurut McGinnis (2005:194)
mengatakan bahwa air memberikan tekanan, tekanan air bekerja pada semua arah
dengan besar yang sama selama pada level yang sama, semakin dalam posisi di
dalam air maka semakin besar pula tekanannya. Oleh karena itu posisi perenang
22
adalah sedatar mungkin dengan permukaan air, sehingga tekananya akan semakin
kecil. Semakin dalam posisi perenang di dalam air maka semakin besar pula
tekanan yang akan diterima oleh perenang termasuk tekanan dari arah depan
tubuh perenang yang akan menghambat gerakan maju perenang. Tekanan
didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. 1 meter3 air besarnya gaya 97800 N,
sehingga tekanan dalam air pada kedalaman 1 meter adalah 9800N/m3.
Selanjutnya besarnya gaya apung sama dengan besarnya volume air yang
dipindahkan oleh objek. McGinnis (2005:196) untuk sebuah objek dapat
mengapung, maka gaya apung harus sama besarnya dengan berat objek tersebut.
Selain berat sebuah objek yang dapat mempengaruhi gaya apung di dalam air
adalah massa jenis. Pada tubuh seorang perenang otot dan tulang memiliki massa
jenis yang lebih besar dari pada air (massa jenis air 1000 kg/m3), namun lemak
memiliki massa jenis lebih kecil dari massa jenis air. Seseorang yang memiliki
lebih sedikit lemak akan lebih mudah mengapung karena paru-paru dan rongga-
rongga tubuh lainnya memungkinkan untuk terisi oleh udara dan gas lain yang
memiliki massa jenis lebih kecil dari air. Sehingga menambah kapasitas tubuh
tesebut untuk dapat mengapung.
Gaya dinamis fluida disebabkan karena gerak relatif, bisa terjadi ketika
air yang bergerak dan melewati sebuah objek yang diam, maupun sebuah objek
yang bergerak di dalam air yang diam. Besarnya gaya tarik/drag ini sebanding
dengan percepatan/perlambatan dari molekul zat cair saat sebuah objek bergerak.
Gaya dinamis fluida sebanding dengan kepadatan cairan, luas permukaan objek
yang tenggelam dalam cairan, dan kuadrat yang sama dari kecepatan relatif dari
objek untuk cairan. Gaya dinamis fluida ini dihasilkan dari dua komponen yaitu
gaya tarikan/drag dan gaya dorongan. Gaya tarikan/drag dihasilkan oleh dua cara
yang berbeda yaitu gaya tarikan/drag permukaan dan bentuk tarikan/drag. Gaya
tarikan permukaan sering disebut sebagai gaya gesek, yaitu gaya gesekan antara
permukaan dengan molekul zat cair. Gaya gesek permukaan sebanding dengan
total massa molekul yang diperlambat oleh gaya gesek dan rata-rata perubahan
kecepatan dari molekul tersebut.
Bentuk hambatan merupakan salah satu dari yang menyebabkan
hambatan, bentuk hambatan ini terjadi ketika sebuah molekul yang bergerak
23
kemudian menabrak sebuah objek kemudian memantul dan mendorong molekul-
molekul lain. Bentuk dari gerakan molekul-molekul tersebut cenderung mengikuti
bentuk objek yang bergerak di dalam air tersebut. McGinnis (2005:201)
menggambarkan contoh aliran laminar (mulus) dan aliran air yang menimbulkan
turbulensi, seperti pada gambar 2.9 berikut :
Gambar 2.9 Contoh Aliran Dalam Air
(McGinnis, 2005:201)
Seperti halnya dengan gaya hambatan permukaan/gaya gesek, bentuk
hambatan juga dipengaruhi oleh tekstur permukaan. Permukaan kasar akan
menyebabkan aliran turbulen dengan kecepatan lebih rendah dari permukaan
halus. Telah sampaikan di atas bahwa besarnya gaya tarik dipengaruhi oleh
koefisien gaya tarik, kepadatan fluida, area objek dan kecepatan relative objek
sehubungan dengan cairan.
Tidak seperti halnya dengan lumba-lumba yang dapat berenang tanpa
menimbulkan turbulensi sebesar manusia karena manusia menggunakan gerakan
lengan dan tungkai untuk menghasilkan gerakan kedepan dalam berenang. Untuk
mengurangi turbulensi maka perenang dapat memperkecil hambatan dan gesekan
dengan cara memposisikan badan sedatar mungkin dengan permukaan air (stream
line) dan memperkecil gesekan permukaan tubuh dengan air dengan memakai
pakaian renang yang khusus, bahkan mencukur bulu pada tubuhnya untuk
memperkecil gesekan.
24
Setiap pergerakan maju dalam gerakan renang merupakan hasil dari dua
kekuatan, yaitu kekuatan tahanan dan dorongan. Kekuatan yang pertama adalah
kekuatan yang disebut tahanan atau hambatan yaitu kekuatan yang menahan
perenang untuk bergerak maju yang disebabkan oleh air di depan perenang yang
menahan untuk bergerak maju. Kemudian kekuatan yang kedua adalah dorongan
yaitu kekuatan yang menyebabkan perenang bergerak maju yang dihasilkan oleh
gerakan lengan dan tungkai dalam berenang. Kedua kekuatan tersebut
mempengaruhi dalam gerakan berenang ke depan, maka perenang harus
memahami dan mampu mengembangkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk dapat
memaksimalkan pergerakan renangnya untuk mencapai prestasi renang yang baik
dimana perenang harus mampu mengurangi dan melawan tahanan serta
memperbesar dorongan.
1) Prinsip Tahanan
Terdapat tiga jenis tahanan dalam berenang, yaitu :
a) Tahanan Depan
Menurut Indik Karnadi (2008,1.15) tahanan depan adalah tahanan
yang secara langsung menahan badan perenang. Tahanan ini disebabkan
oleh air yang berada di depan perenang. Sedangkan Sukintoko dan
Sokarno (1983,74) berpendapat bahwa hambatan depan ialah hambatan
terhadap gerakan maju yang ditimbulkan oleh air yang ada di depan
perenang atau di depan setiap bagian tubuhnya. Jadi tahanan depan adalah
tahanan yang disebabkan oleh air yang berada di depan perenang atau air
yang berada di depan dari luas permukaan tubuh perenang secara vertikal
yang menghalangi gerakan maju dari perenang. Tahanan depan ini besar
sehingga perenang perlu memperhatikan bagaimana untuk memperkecil
hambatan depan ini, salah satu caranya adalah dengan memperkecil luas
permukaan tubuh perenang secara vertikal.
b) Tahanan geseran air
Tahanan geseran air disebabkan oleh gerakan air yang melewati
atau melalui tubuh perenang. Air yang bergeseran dengan tubuh perenang
ini menghasilkan hambatan atau tahanan bagi perenang. Namun tahanan
25
yang dihasilkan sangat kecil, sehingga hanya sedikit berpengaruh terhadap
gerakan maju dari perenang.
c) Tahanan Pusaran Air
Tahanan pusaran air adalah tahanan yang disebabkan oleh air
yang tidak cepat mengisi di belakang bagian-bagian yang kurang datar
sehingga badan harus menarik sejumlah molekul-molekul air.
Di dalam berenang posisi badan perenang di dalam air dapat
diubah menjadi sedemikian rupa sehingga mendapatkan bentuk yang
mempunyai tahanan yang sangat kecil. Posisi badan yang paling baik dan
mempunyai tahanan sangat kecil adalah posisi badan strime line, yaitu
posisi badan atau bentuk bdan yang sangat datar atau sejajar dengan
permukaan air sehingga tahanan depan menjadi kecil.
Gambar 2.10 Tahanan dalam Renang Gaya Crawl
(Sukintoko & Sukarno, 1983:76)
2) Prinsip Dorongan
Dorongan adalah kekuatan yang mendorong perenang maju kedepan.
Dorongan dihasilkan oleh lengan maupun tungkai perenang yang melakukan
gerakan menekan air kebelakang. Prinsip yang selalu digunakan dalam teknik
setiap gaya adalah hukum Newton III yaitu hukum aksi reaksi. Dalam hukum
tersebut menyatakan bahwa setiap aksi akan menimbulkan reaksi yang
besarnya sama dengan besar aksi dan berlawanan arah dengan aksi.
Pada renang gaya crawl tendangan tungkai dan dayungan lengan
(aksi) akan mengakibatkan badan perenang maju ke depan (reaksi), sehingga
makin kuat tendangan tungkai dan dayungan lengan makin kuat atau besar
pula pergerakan maju perenang.
26
Gambar 2.11 Aksi Reaksi Dalam Renang Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:1.20)
Hukum Aksi dan reaksi juga bekerja pada kecepatan dayungan
lengan, kecepatan dayungan renang bertujuan untuk mempercepat gerakan
maju tubuh perenang. Pada gambar 2.12 berikut tergambarkan posisi gerakan
dalam dayungan lengan dan hukum aksi reaksi yang bekerja.
Gambar 2.12 Aksi Reaksi Dayungan Lengan Dalam Renang Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:1.22)
Pada gerakan lengan yang mengarah ke bawah (A) harus dilakukan
dengan gerakan yang rileks/tidak kuat, karena apabila dilakukan dengan kuat
maka akan timbul reaksi yang kuat pula, sesuai dengan hukum Newton aksi
reaksi yang akan mengakibatkan tubuh bagian depan terdorong ke atas dan
bagian tubuh belakang turun, tenaga yang dikeluarkan tidak menghasilkan
gerakan maju namun justru keatas dan membuat posisi badan menjadi tidak
strime line. Kemudian pada gerakan mendayung ke arah belakang (B),
merupakan gerakan dorongan ke belakang, sesuai dengan hukum Newton
aksi reaksi maka apabila kita melakukan dorongan kebelakang akan muncul
reaksi yang mendorong kita kedepan, maka semakin memperbesar tekanan ke
belakang akan memperbesar pula dorongan yang akan mengakibatkan tubuh
Aksi Reaksi Aksi
27
bergerak maju. Dan kemudian pada gerakan menarik ke atas (C) harus
dilakukan dengan rileks agar tidak mengakibatkan tubuh tertekan ke bawah
dan menjadi tidak strime line.
Dorongan juga dapat diberikan oleh gerakan tangan, dimana posisi
tangan yang paling baik adalah tangan dalam posisi datar, kelima jari-jari
tidak rapat da tidak terbuka lebar. Tangan dan jari-jari tangan dalam keadaan
rileks. Sebuah penelitiaan menyatakan bahwa sikap tangan datar dengan jari-
jari sedikit terbuka memberikan tahanan yang paling besar atau dengan kata
lain posisi tersebut mendorong air lebih banyak. Pada kecepatan tertentu air
tidak mudah melewati lubang diantara jari-jari tangan, dengan demikian maka
penampang tangan dan jari-jarinya menjadi lebih luas sehingga air yang di
dorong kebelakang lebih banyak.
Mekanika dorongan dari gaya dalam renang harus menggunakan
prinsip kelangsungan gerakan. Penggunaan dorongan maju yang teratur
adalah lebih efektif dari pada penggunaan yang tak teratur untuk mendorong
tubuh kedepan. Inilah salah satu sebab gaya crawl merupakan gaya yang
lebih cepat dibanding dengan gaya kupu-kupu (butterfly) atau dada
(breaststroke). Dalam melaksanakan dorongan harus selalu diingat prinsip
gerakan yang berkelanjutan (the contunuity of moment). Dalam melakukan
dayungan lengan maupun tendangan tungkai adalah lebih efisien gerakan
yang terus-menerus daripada gerakan lengan yang besar tetapi terputus-putus.
d. Prestasi Renang Gaya Crawl 50 meter
Secara umum prestasi olahraga merupakan hasil yang dicapai oleh atlet
pada cabang olahraga tertentu, setelah mengikuti dan memenangkan suatu
perlombaan/pertandingan. Dalam olahraga renang prestasi renang adalah
kemampuan seorang perenang melakukan gerakan renang dalam menempuh jarak
tertentu dengan waktu yang secepat-cepatnya. Jadi dalam perlombaan renang gaya
crawl 50 meter prestasinya adalah perenang yang mampu berenang dengan
menggunakan gaya apa saja selain gaya punggung (backstroke), gaya dada
(breaststroke) dan gaya kupu-kupu (butterfly) sejauh 50 meter dalam waktu yang
secepat-cepatnya.
28
Menurut Magill (1993:258) . Jadi faktor genetik dan nongenetik dalam
hubunganya dengan kemampuan gerak individu seperti luas persegi panjang yang
di tentukan oleh panjang dan lebar. Dan kemampuan gerak individu yang baik
menjadi sebuah modal dasar dan modal yang besar untuk pencapaian prestasi
olahraga yang maksimal.
Gambar 2.13 Penampilan Prestasi Olahraga
(M Furqon H, 1995:7)
M. Furqon H (1995:5) menjelaskan bahwa, prestasi olahraga adalah
tindakan yang sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor, kondisi,
dan pengaruh-pengaruh lain. Selanjutnya Martin dalam M. Furqon H (1995:5)
menetapkan unsur-unsur prestasi olahraga sebagai berikut:
1) Keterampilan dan teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai, dan
dimantapkan (diotomatisasikan).
2) Kemampuan-kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan
latihan penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan
koordinasi.
3) Tingkah laku yang memadai untuk situasi sportif tertentu, misalnya
perubahan kompetitif atau kondisi-kondisi latihan, stress, kekalahan dan
sebagainya.
4) Pengembangan strategi (taktik)
Prestasi
Olahraga
Unsur-unsur
prestasi
psikologis
Unsur prestasi
dari luar Unsur-unsur
prestasi
gerakan
Tingkah laku
taktis Unsur-unsur
prestasi
kondisional
Unsur-unsur
prestasi
koordinatif
29
5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial.
Prestasi olahraga merupakan gabungan dari watak pribadi, kemampuan
dan bakat yang bearsal dari dalam (Inner factor) yang kurang lebih bisa
dipengaruhi dengan latihan, sedangkan faktor lain juga disebut (outer factor)
seperti faktor lingkungan, berupa unsur-unsur seperti perlengkapan, fasilitas,
lawan, penonton, cuaca, iklim dan sebagainya.
Prestasi olahraga mampu tercapai dengan baik akibat dari latihan yang
terprogram, teratur, dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
teknologi. Selain itu M. Anwar Pasau dalam Sajoto (1988:3) berpendapat bahwa
faktor-faktor penentu pencapaian prestasi prima dalam olahraga dikelompokkan
dalam 4 aspek :
1) Aspek biologis
a) Kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill)
b) Fungsi organ tubuh
c) Postur dan organ tubuh
d) Gizi
2) Aspek psikologis
a) Intelektual
b) Motivasi
c) Kepribadian
d) Koordinasi kerja otot dan saraf
3) Aspek lingkungan
a) Sosial
b) Prasarana dan sarana olahraga
c) Cuaca iklim sekitar
d) Orang tua keluarga dan masyarakat
4) Aspek penunjang
a) Pelatih yang berkualitas
b) Program yang tersusun secara sistematis
c) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
30
2. Karakteristik Usia 10-15 Tahun
Pada perempuan umur 10-15 tahun merupakan periode masa remaja.
Gallahue dan Ozmun (1998:337) mengatakan Pada mulanya masa remaja terjadi
pada rentang umur 13-18 tahun, namun sekarang terjadi lebih awal yakni pada
rentang umur 10-20 tahun atau lebih. Hal serupa dikatakan oleh sugiyanto (1998:48)
yang dipaparkan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Periodisasi perkembangan berdasarkan umur kronologis.
Periode Perkembangan Perkiraan Umur Kronologis
Fase sebelum lahir :
Awal
Embrio
Janin
Selama 9 bulan 10 hari
Saat pembuahan sampai 2 minggu
2 sampai 8 minggu
8 minggu sampai menjelang lahir
Bayi :
Neonatal
Saat lahir sampai 1 atau 2 tahun
Saat lahir sampai 4 minggu
Anak-anak :
Anak kecil
Anak besar
1 atau 2 sampai 6 tahun
6 sampai 10 tahun
Adolesensi :
Perempuan
Laki-laki
10 sampai 18 tahun
12 sampai 20 tahun
Dewasa:
Dewasa muda
Dewasa madya
Dewasa tua
18 atau 20 sampai 40 tahun
40 tahun sampai 60 tahun
60 tahun lebih
Sugiyanto (1998:176) mengatakan bahwa adolesensi atau masa remaja
adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Adolesensi dimulai
dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual,
kemudian timbul fase perlambatan dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan
31
lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa. Berikut di paparkan Sugiyanto (1998:176)
mengenai karakteristik yang terjadi pada masa adolesensi :
a. Ukuran dan proporsi tubuh
Perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih ceapat di awal
masa adolesensi dibanding laki-laki, akan tetapi keadaan itu tidak akan lama,
dan kemudian pertumbuhan laki-laki akan mengungguli pertumbuhan
perempuan, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar bahu, lebar pinggul,
ukuran lengan dans ebagainya. Kematangan organ reproduksi juga sudah di
mulai pada masa adolesensi ini, dimana pada perempuan sudah mulai
mengalami menstruasi, tumbuhnya buah dada, rambut kemaluan, rambut ketiak,
dan pada laki-laki percepatan pertumbuhan kantung kemaluan dan testis, tumbuh
rambut kemaluan dan ketiak, tumbuh jakun dan sebagainya.
Peningkatan yang pesat pada perempuan terjadi pda rentang umur 11
hingga 13,5 tahundengan pertambhan tinggi rata-rata 3,25 inchi (8,25 cm) setiap
tahun, sedangkan pada laki-laki antara usia 13 hingga 15,5 tahun dengan
pertambhan rata-rata 4 inchi (10,16 cm) setiap tahun.
b. Pertumbuhan jaringan tubuh
Pertumbuhan jaringan tubuh berkaitan dengan bertambahnya tulang dan
jaringan lemak yang sejalan dengan penambahan tinggi dan berat
badan.pertumbuhan tulang dan otot sama antara laki-laki dan perempuan, namun
penurunan volume jaringan lemak lebih nampak pada laki-laki, sehingga
perempuan menjadi lebih berlemak dan laki-laki berotot.
c. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiolgis yang terjadi pada masa adolesensi baik pada laki-
laki maupun perempuan adalah berangsur –angsur menurunya denyut nadi basal.
Penururnan denyut nadi tersebut lebih besar pada laki-laki setelah umur 12 tahun
dan ketika memasuki dewasa perempuan memiliki denyut nadi istirahat lebih
besar 10% dibanding dengan laki-laki.
d. Perkembangan Gerak
Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi
cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan dan
fungsi fisiologis. Peningkatan perkembangan gerak terjadi secara terus menerus
32
pada perempuan, namun stelah masa mentruasi justru terjadi penurunan.
Perempuan mencapai kecepatan maksimal hingga usia 13 tahun dan terjadi
penurunan pada kemampuan melempar dan melompat. Pada usia 12-14 tahun
terjadi kemampuan maksimal pada perempuan dalam kemampuan keseimbangan
tubuh.
Gallahue dan Ozmun (1998:337) mengatakan pada masa remaja ini
merupakan masa yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Pada masa
ini juga terjadi percepatan pertumbuhan yang sangat pesat (growth spurt), pada
perempuan Growth spurt terjadi dimulai dari usia 9 tahun kemudian puncak
kecepatan pada usia 11 tahun dan berujung pada usia kira-kira 13 tahun.
Dari beberapa pendapat tersebut telah diketahui berbagai macam
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan khususnya perempuan pada masa
adolesensi atau remaja. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berbeda-beda
tentunya pada setiap individu yang dipengaruhi oleh faktor ketururnan (genetik),
faktor asupan makanan, faktor aktivitas fisik, dan lingkungan.
3. Kondisi Fisik
a. Pengertian Kondisi Fisik
Menurut Sajoto (1988:57) Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan maupun
pemeliharaanya, artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus
mengembangkan seluruh komponen tersebut. Kondisi fisik adalah salah satu
prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang
atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga
prestasi.
Sedangkan Djoko Pekik I (2002:65) menjelaskan bahwa kualitas fisik
sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang olahragawan untuk meraih prestasi
sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan lebih lanjut jika
memiliki kualitas fisik yang baik. Sasaran latihan fisik adalah meningkatkan
kualitas sistem otot dan kualitas energi yakni melatih unsur gerak atau biomotor.
M Furqon H (1995:1) mengatakan bahwa kondisi fisik dalam olahraga
33
didefinisikan sebagai kapasitas penampilan atlet. Ungkapan atau pernyataan yang
digunakan untuk kondisi fisik dalam domain penampilan olahraga yang tinggi
adalah kesegaran jasmani (physical fitness).
Harsono (1988:153), menjelaskan bahwa, kondisi fisik atlet memegang
peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi
fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh
sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang
lebih baik. Lebih lanjut, Harsono (1988), mengemukakan bahwa, kondisi fisik
yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan organisme tubuh, diantaranya:
1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
2) Akan ada peningkatan dalam kekutan, kelentukan, stamina, dan komponen
fisik lainnya.
3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.
5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu
respon demikian diperlukan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai definisi dari kondisi fisik,
maka kondisi fisik dapat didefinisikan sebagai kualitas atau kemampuan tubuh
dalam melakukan penampilan olahraga yang terdiri dari berbagai macam
komponen-komponen gerak fisik.
Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian yang
berbentuk tes dan pengukuran. Tes ini dapat dilakukan di dalam laboratorium
ataupun lapangan. Meskipun tes yang dilakukan dilaboratorium memerlukan tes
tersebut hendaknya dilakukan agar hasil penilaian benar-benar objektif. Kondisi
fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak usia dini dan
dilakukan secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi fisik
bukan merupakan pekerjaan mudah, harus secara terus menerus. Karena untuk
mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus
mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu
34
membina perkembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek
dikemudian hari. Kondisi fisik yang baik mempunyai keuntungan diantaranya
atlet mampu dan mudah mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah
lelah saat mengikuti latihan maupun pertandingan, program latihan dapat
diselesaikan tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan
yang berat.
Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa di
dukung oleh kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi puncak akan
mengalami banyak kendala, dan mustahil dapat berprestasi tinggi. Dalam hal ini
dikenal empat macam kelengkapan yang perlu dimiliki, apabila seseorang akan
mencapai suatu prestasi yang optimal. Sekarang ini, telah berkembang suatu
istilah yang lebih populer dari physical build-up, yaitu physical conditioning yaitu
pemeliharaan kondisi fisik/keadaan fisik.
Kondisi fisik adalah prasarat yang sangat diperlukan dalam usahan
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan
dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Kondisi fisik adalah suatu
kesatuan komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik
peningkatan maupun pemeliharaanya. Artinya, bahwa didalam usaha peningkatan
kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Menurut
Sajoto (1988 : 57), bahwa komponen kondisi fisik meliputi :
1) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.
2) Daya tahan (endurance), ada dua macam daya tahan, yaitu :
a) Daya tahan umum (general endurance), adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran
darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
b) Daya tahan khusus (local endurance), adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus
menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
35
3) Daya tahan otot (muscular power), yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
4) Kecepatan (speed), yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-
singkatnya.
5) Fleksibilitas (flexibility), yaitu efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri
untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
6) Kelincahan (agility), yaitu kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam
kecepatan yang tinggi dan dengan koordinasi yang baik, maka dapat
dikatakan bahwa kelincahannya cukup baik.
7) Koordinasi (coordination), yaitu kemampuan seseorang melakukan
bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal
secara efektif.
8) Keseimbangan (balance), yaitu kemampuan seseorang mengandalkan
organ-organ saraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai
keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian tergelincir.
Dalam olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlet dalam masalah
keseimbangan, baik dalam menghilangkan maupun mempertahankan
keseimbangan.
9) Ketepatan (accuracy), yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan
gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu
jarak atau subjek langsung yang harus dikenali dengan salah satu bagian
tubuh.
10) Reaksi (reaction), yaitu kemampuan seseorang untuk segera bertindak
secepatnya dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui indera,
syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola
yang harus ditangkap dan lain-lain.
36
Gambar 2.14 Ilustrasi Interdependensi Antara Kemampuan Gerak
(Bompa, 1994:260)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik
Kondisi fisik merupakan faktor yang utama yang harus dimiliki oleh
seroang atlet walaupun tidak meninggalkan aspek lain seperti teknik, taktik dan
aspek mental. Kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet berbeda-beda, untuk dapat
memiliki, memelihara dan meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Kusriyanti (2004) yang dikutip oleh Nur Subekti (2014:75)
menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik yaitu :
1) Faktor latihan
Menurut Harsono (1992) yang dikutip oleh James Tangkudung
(2012:42) latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau
yang dilakukan berulang-ulang dengan kian hari kian meningkat jumlah
beban latihan serta intensitas latihannya. Sedangkan menurut Dietrich
Martin yang di kutip oleh M Furqon H (1995:2) menyatakan bahwa latihan
olahraga adalah suatu program yang direncanakan yang mengembangkan
penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, tindakan-
tindakan organisasional yang sesuai dengan maksud dan tujuan.
Latihan harus ditekankan kepada komponen-komponen fisik seperti
daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya ledak
(power), stamina dan lain-lain faktor yang penting guna pengembangan fisik
Strenght Endurance Speed Co-Operation Flexibility
Muscular Endurance
Speed Endurance
Max Strengt
Agility Mobility
Power
Anaerobic Endurance
Aerobic Endurance
Max Speed
Perfect Coordination
Full Range of
Flexibility
37
secara keseluruhan atlet. Menurut Harsono (1992) yang dikutip oleh James
Tangkudung (2012:42) bahwa tujuan serta sasaran utama dari latihan atau
training adalah membantu atlet meningkatkan keterampilan atau prestasi
semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu ada empat aspek latihan yang
perlu diperhatikan dan dilatih secara saksama oleh atlet, yaitu :
a) Latihan fisik (physical training)
Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh sangat penting,
oleh karena tanpa kondisi yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti
latihan-latihan dengan sempurna. Beberapa komponen kondisi fisik yang
perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan
kardiovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan otot (strength),