34
BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAANA. Landasan Teori1. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang disarankan untuk
dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan
pendidikan. Menurut Sanjaya (2008:127) KTSP adalah singkatan dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah,
karekteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan karekteristik peserta didik. Sekolah dan komite
sekolah atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas
kabupaten atau kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan SD,
SMP, SMA, dan SMK, serta departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.KTSP
merupakan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh
sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi atau yang kita kenal dengan KBK (kurikulum
2004). Hal ini dapat dilihat dari unsur yang melekat pada KTSP itu
sendiri, yakni adanya standar kompetensi dan kompetensi dasar serta
adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan kurikulum yakni yang
disebut dengan Kurikulum Berbasis sekolah (KBS) (Sanjaya, 2008:
127).Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15),
dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) (Sanjaya, 2008: 128). Ada
beberapa hal yang berhubungan dengan makna kurikulum operasional.
Pertama, sebagai kurikulum yang bersifat operasional, maka dalam
pengembangannya, KTSP tidak lepas dari ketetapan-ketetapan yang
telah disusun pemerintah secara nasional. Kedua, sebagai kurikulum
operasional, para pengembang KTSP, dituntut dan harus memperhatikan
ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum
didaerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi
unit-unit pelajaran, misalnya dalam mengembangkan strategi dan
metode pembelajaran (Sanjaya, 2008: 128-129).Secara umum tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP diharapkan dapat
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Sanjaya, 2008:
127).Secara khusus tujuan diterapkan KTSP menurut Sanjaya
(2008:132-133) adalah untuk : a. Meningkatkan mutu pendidikan
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan
pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Sanjaya (2008:139-140)
adalah:a. Berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik, dan lingkungannya.b. Beragam dan
terpaduc. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan senid. Relevan dengan kebutuhan kehidupane.
Menyeluruh dan berkesinambunganf. Belajar sepanjang hayatg.
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Menurut
Muhaimin )2008:33-34) KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan
pendidikan, terutama berkaitan dengan hal sebagai berikut:a.
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya yang tersedia untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
KTSP.b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya
input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik.c. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu
pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta
didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya
semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.d. Sekolah dapat meningkatkan
daya saing lembaganya masing-masing sesuai dengan tuntutan
perubahan dan perkembangan iptek.e. Sekolah dapat melakukan
persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.
2. Pembelajaran fisika dalam al-Quran Belajar menurut Skinner
dalam Ramayulis (2008:237) adalah suatu perilaku, pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia
tidak belajar, maka responnya menurun. Sedangkan menurut Syaiful
Bahri Djamarah dalam Ramayulis (2008:238) menjelaskan bahwa belajar
pada hakekatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2003) Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi, Pembelajaran adalah proses sosialisasi individu
siswa dengan lingkungan sekolah seperti guru, teman sesama siswa,
serta sumber atau fasilitas belajar.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula
berasal dari Bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal
dari kata dalam Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu.
Menurut Wahyana (1986) dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa
IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik,
dan dalam penggunaannya secara umum dan terbatas pada gejala-gejala
alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Hakikat
dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara
lain; (1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2)
Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan
konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan
hubungan antara sains dan teknologi. (3) Keterampilan dan kemampuan
untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan
observasi. (4) Sikap ilmiah (5) kebiasaan mengembangkan kemampuan
berfikir analitis deduktif dan induktif dengan menggunakan konsep
dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. (6)
Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi
(Trianto, 2010: 143).Hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal
dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting yaitu; konsep, prinsip, dan teori yang berlaku
secara universal ( Trianto, 2010: 137-138).Dalam al-Quran, Allah
telah mengarahkan perhatian kita kepada konsep pengetahuan alam dan
menjelaskan tentang alam semesta serta membuktikan bahwa tidak ada
jurang pemisah antara ilmu fisika dengan ilmu agama. Pembahasan
tentang Ilmu Pengetahuan Alam (fisika) banyak disebutkan dalam
al-Quran, salah satunya terdapat dalam surat An-Nur (24) ayat 40:
Artinya : atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya
(lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia
mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan)
Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah
Dia mempunyai cahaya sedikitpun.(Q.S. An-Nur : 40) (Depag, 2007
:350 )
Kata badhuhaa fawqa badhin selain diartikan berlapis-lapis juga
dapat diartikan sebagai berpusar. Hal ini layaknya badai di lautan
dengan awan yang tebal berpusar dan gelombang laut yang besar jika
berhembus ke darat dapat merusakkan daerah sekitarnya dengan
kerusakan yang besar. (Umar Juoro, 2011: 119)Gelombang laut yang
dinyatakan dalam ayat diatas menurut fisika merupakan contoh dari
gelombang yang terjadi pada permukaan air. Gelombang dalam fisika
adalah getaran yang merambat. Gelombang pada permukaan air termasuk
kepada gelombang tranversal, yaitu gelombang yang arah
perambatannya tegak lurus terhadap arah getarannya. Pada gelombang
transversal, yang merambat adalah bentuk bukit atau bentuk lembah.
(Kanginan, 2003 : 133) Pendidikan sains atau fisika dalam era
globalisasi ini mengemban dua tujuan, yaitu mengembangkan
intelektual dan meningkatkan kesiapan untuk hidup bermasyarakat.
Untuk tujuan tersebut, proses belajar mengajar fisika harus dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mensintesakan pengetahuan
fisika dengan isu di masyarakat dan mengambil keputusan yang
ilmiah, logis, dan dapat diterima masyarakat umum. 3. Pembelajaran
Aktif (Active Learning)Active learning menurut Sunartombs dalam
Silberman (2006:10) adalah suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses
pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan
menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan/dipraktikkan) dengan
menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan
dan senang melaksanakan kegiatan belajar.Pembelajaran aktif (active
learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik
dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Selain itu pembelajaran
aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar
tetap berpusat pada proses pembelajaran. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan
berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) dalam Silberman
menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan
pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia.
Sementara penelitian Mc Keachie (1986) dalam Silberman menyebutkan
bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai
70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada 20 menit terakhir.
(Silberman, 2006: 24)Kondisi di atas merupakan kondisi umum yang
sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya
terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan
anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera
pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di
kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang
diungkapkan Konfucius dalam Silberman (2006:23):What I hear, I
forget (Apa yang saya dengar, saya lupa)What I see, I remember (Apa
yang saya lihat, saya ingat)What I do, I understand (Apa yang saya
lakukan, saya paham)
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif
agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal
yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang
sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya
penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.Silberman (2006:
23) memodifikasi dan memperluas pernyataan Konfucius di atas
menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (aktif learning),
yaitu:Yang saya dengar, saya lupaYang saya dengar dan lihat, saya
sedikit ingatYang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau
didiskusikan dengan orang lain, saya mulai pahamiDari yang saya
dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan
keterampilanyang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa
kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah
satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara
kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan
apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar
100-200 kata permenit, sementara anak didik hanya mampu
mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang
dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru
sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder
yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu
yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu
mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak
juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian
tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Ini disebabkan
tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik (Silberman,
2006:24).Banyaknya masalah-masalah didalam proses pembelajaran
secara terus menerus, menurut David Roger Johson dan Kal Smith
dalam Silberman (2006:25) adalah:a. Kurangnya perhatian siswa
seiring berlalunya waktu.b. Ini hanya terjadi pada para siswa yang
hanya mengandalkan pendengaran.c. Ini cenderung mengarah pada
tingkat belajar lebih rendah dari informasi faktual.d.
Mengasumsikan bahwa semua siswa memerlukan informasi yang sama dan
pada langkah yang sama. e. Siswa cenderung tidak menyukainya.
Menurut penelitian Pike pada tahun 1989 dalam Silberman akan adanya
perbaikan pembelajaran sampai 200% ketika kosa kata diajarkan
menggunakan alat visual, dan waktu yang digunakan untuk
menyampaikan konsep berkurang hingga 40% (Silberman 2006:25).Untuk
memproses informasi secara efektif, otak (the brain) membantu
melaksanakan refleksi, baik secara eksternal maupun internal.
Dengan mendiskusikan dengan orang lain dan melaksanakan tanya jawab
maka otak akan melaksanakan tugas dengan baik bahkan menghasilkan
hasil dua kali lebih baik dibandingkan siswa yang tidak
mendiskusikan dan bertanya jawab dengan temannya. Adapun ciri-ciri
dari belajar aktif ini adalah:a. Penekanan proses pembelajaran
bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada
pengembangan keterampilan pemikiran analitis kritis terhadap topik
atau permasalahan yang dibahas.b. Anak tidak hanya mendengarkan
secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan
materi ajar.c. Anak lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi.d. Umpan balik terjadi pada
proses pembelajaran.Bentuk kegiatan serta komponen-komponen yang
dapat dilakukan dalam pendekatan belajar aktif ditampilkan pada
tabel di bawah ini:Tabel 2.1 Pendekatan Pembelajaran
AktifKomponen1Kegiatan Siswa2Kegiatan Guru3
Pengalaman Melakukan pengamatan, membacaMenggunakan pendekatan
belajar, mengamati kegiatan siswa, sesekali mengajukan
pertanyaan
Interaksi Diskusi, bekerja sama dalam kelompok.Meminta pendapat
orang lain, mengajukan pertanyaan, memberi komentarMembagi siswa
dalam kelompok (5-6 orang)Mencarikan permasalahan untuk
didiskusikan siswa, berkeliling ke kelompok
Komunikasi Menjelaskan jawaban (melaporkan pikiran secara
lisan)Mempertunjukkan jawaban ke depan kelasMelaporkan pendapat
secara tulisanMemajang hasil karyaMendengarkan/memberi
komentar/bertanya
Memperhatikan, memberikan komentar/pertanyaan
menantangMemperhatikan, memberi komentar/pertanyaanMembantu agar
tetap pajangan hasil karya dalam jangkauan baca siswa
Refleksi Memikirkan kembali hasil kerja/pikiran
sendiriMempertanyakan, meminta siswa lain untuk memberi
pendapat/komentar
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active
learning (pembelajaran aktif) dalam pembelajaran di sekolah.
Silberman (2006: 35) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan
dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan
yang diinginkan dapat dicapai oleh anak didik. Metode tersebut
antara lain: Trading Place (tempat-tempat perdagangan), Who is in
the Class? (siapa di kelas), Group Resume (resume kelompok),
Prediction (prediksi), Question Students Have (pertanyaan peserta
didik), dan lain sebagainya. Belajar aktif itu sangat diperlukan
oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Belajar
aktif merupakan salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru
kemudian menyimpannya di dalam otak, karena banyak faktor yang
menyebabkan informasi cepat dilupakan oleh faktor kelemahan otak
manusia.Salah satu dari metode belajar aktif menurut Silberman
adalah Strategi Question Students Have. Strategi Question Students
Have diartikan sebagai pertanyaan yang dimiliki siswa, artinya
dalam pembelajaran diminta partisipasi siswa untuk mengungkapkan
pertanyaan yang dimilikinya baik tentang materi pelajaran yang
kurang dipahami maupun tentang sifat dari pelajaran yang sedang
diikuti. Strategi ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan
dan harapan siswa sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang
mereka miliki. Strategi ini menggunakan sebuah teknik untuk
mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Silberman (2006:91),
menjelaskan bahwa strategi ini bisa menyemarakkan lingkungan
belajar aktif dengan memberi siswa kesempatan untuk bergerak secara
fisik, berbagai pendapat untuk mencapai sesuatu yang mereka
banggakan. Dari kutipan ini dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
ini bisa diperkirakan membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah strategi Question Students Have
menurut Silberman adalah sebagai berikut:a. Bagikan secarik kertas
kosong kepada siswa.b. Setiap siswa diminta menuliskan pertanyaan
yang dimiliki tentang materi pelajaran atau tentang situasi yang
sedang berlangsung (nama siswa tidak ditulis).c. Edarkan kertas itu
searah jarum jam (untuk setiap kelompok) ketika kertas tersebut
beredar kepada siswa berikutnya, dia harus membaca dan memberikan
tanda ceklis pada kertas yang berisi pertanyaan yang juga menjadi
permasalahan baginya.d. Ketika masing-masing kertas sudah kembali
pada pemiliknya, setiap orang telah membaca semua pertanyaan yang
muncul di dalam kelas. Sampai disini identifikasi pertanyaan yang
menerima paling banyak tanda ceklis. Responlah setiap pertanyaan
ini dengan (a) segera berikan jawaban singkat, (b) menunda
pertanyaan kemudian pada waktu yang tepat dalam pembelajaran atau
(c) memberi tahu mereka bahwa tidak menjawab semuanya (janjikan
respon secara pribadi bila memungkinkan).e. Mintalah beberapa siswa
secara sukarela berbagai penjelasan tentang pertanyaan mereka
sekalipun tidak menerima tanda ceklis terbanyak.f. Kumpulkan semua
kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin dijawab pada pertemuan berikutnyaKita juga dapat menberikan
variasi dengan cara sebagai berikut :a. Jika kelas terlalu besar
dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas
menjadi sub-kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau
kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab
salah satu pertanyaan.b. Meskipun meminta pertanyaan dengan kartu
indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka dan atau mengenai
kelas, topik yang akan dibahas atau alas an dasar untuk partisipasi
kelas yang akan mereka amati. (Silberman, 2006: 91-92)
Pelaksanaan strategi Question Students Have dapat juga
divariasikan. Lie (2002: 41) mengemukakan pendapat bahwa pada
pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang bersifat
heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa. Kertas itu beredar
secara bergantian dalam setiap kelompok dengan tujuan menghemat
waktu. Pemberian tugas membuat pertanyaan oleh siswa merupakan
salah satu cara agar siswa dapat memahami materi pelajaran. Dengan
adanya pertanyaan setiap siswa dalam kertas, maka setiap anggota
kelompok akan berusaha untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
seoptimal mungkin demi tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
Dalam menjawab pertanyaan yang memiliki tanda ceklis terbanyak,
guru menuliskan pertanyaannya di papan tulis, kemudian menyuruh
siswa dalam kelompok lain untuk menjawab atau menanggapinya. Jika
dalam kelompok lain juga tidak bisa memberikan respon atas
pertanyaan itu maka guru akan mengarahkan siswa dalam menemukan
jawabannya. Guru akan mengulang kembali menjelaskan materi yang
berhubungan dengan pertanyaan tersebut sampai siswa mengerti dan
menemukan jawaban dari pertanyaan yang dimaksud. Membuat pertanyaan
merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam
belajar.
Tabel 2.2. Langkah-langkah Pengelompokan SiswaLangkah
1.Mengurutkan siswa berdasar-kan kemampuan akademis.Langkah
2.Membentuk kelompok pertamaLangkah 3.Membentuk kelompok
selanjutnya
1. Ana2. Eko3. 4.5. 6. 7. 8.9. 10. Maulana11. Cici12. Rani13.
Bayu14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Wandi 25.
Diana1.Ana2.Eko3. 4.
Kelompok 1 5. 6. 7. 8. 9. 10. Maulana11. Cici12. Rani13. Bayu14.
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Wandi 25. Diana1. Ana2.
Eko3. 4. 5. Kelompok 2 6. 7. 8. 9. 10. Maulana11. Cici12. Rani13.
Bayu14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Wandi 25. Diana
(Sumber: Lie, 2002: 41) Dalam proses pelaksanaannya setelah
kertas beredar setiap anggota kelompok berusaha mencari jawaban dan
pemecahannya dengan cara berbagi pendapat, dengan demikian ini bisa
membantu siswa dalam menguasai materi yang diajarkan.4.
HandoutHandout dapat dikategorikan sebagai media pembelajaran yang
dapat membantu siswa, memahami penjelasan yang verbal. Kata media
berasal dari bahasa Latin Medius dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi atau
penyalur pesan. Media adalah segala bentuk perantara dan saluran
yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan belajar atau informasi
belajar. Media pada umumnya digunakan untuk memperlancar siswa
untuk belajar Media juga dapat digunakan sebagai perantara antara
guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa, sebagaimana menurut
Arsyad (2010:3) media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ( guru) kepada penerima (siswa) pesan. Media yang biasa
digunakan dalam proses belajar mengajar menurut Hamalik disebut
dengan media pendidikan yang diartikan sebagai alat, metode, atau
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Kehadiran media dalam proses belajar mengajar mempunyai
arti penting. Karena kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada
siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Siswa akan lebih
mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media. Peranan media
akan terlihat apabila sesuai dengan tujuan pengajaran.Pembagian
berbagai jenis media menurut Seel dan Gaslow dalam
http://www/akhmadsudrajat.wordpress.com/ dilihat dari segi
perkembangan teknologi dibagi dalam 2 kategori luas yaitu pilihan
media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir. Pilihan
media tradisional diantaranya adalah:
a. Visual diam yang diproyeksikanb. Visual yang tak
diproyeksikanc. Audiod. Penyajian multimediae. Visual dinamis yang
diproyeksikanf. Cetak :1) Buku teks2) Modul, teks terprogram3)
Workbook4) Majalah ilmiah5) Handout (lembaran lepas)Handout adalah
bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Termasuk pada media ajar cetak
(printed). Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti
informasi, berita atau surat lembaran. Handout termasuk media
cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas
untuk pengajaran dan informasi belajar. Handout adalah pertanyaan
yang telah disiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambil dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan, kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai
peserta didik. Handout disusun atas dasar kompetensi dasar yang
harus dicapai oleh peserta didik. Handout biasanya merupakan bahan
tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar
untuk mencapai kompetensinya.Bentuk-bentuk handout ada 3 yaitu:a.
Bentuk catatanb. Bentuk diagramc. Bentuk catan dan
diagramUnsur-unsur penyusunan handout adalah: 1. Standar
kompetensi2. Kompetensi dasar3. Ringkasan materi pelajaran4.
Soal-soalKeuntungan penggunaan media handout adalah:1. Dapat
menghemat waktu2. Dapat menggantikan catatan siswa3. Memiliki
kekonsistenan penyampaian materi dikelas oleh guru4. Siswa dapat
mengikuti struktur pembelajaran dengan baik5. Siswa akan mengetahui
pokok yang diberikan oleh guru5. Hasil BelajarHasil belajar adalah
suatu nilai yang diperoleh mengikuti suatu tes yang diberikan guru
mengenai materi yang telah dipelajari. Hasil belajar bisa berupa
angka atau huruf. Menurut Hamalik ( 2003 : 38 ) mengatakan bahwa:
hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan tingkah laku
manusia yang terdiri dari beberapa aspek. Adapun aspek tersebut
adalah: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap,
dan lain-lain. Evaluasi pendidikan menurut Sudijono (2008: 2)
adalah:a. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.b.
Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back)
bagi penyempurna pendidikan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkatan suatu prestasi belajar setelah seseorang
melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun hasil belajar yang dimaksud
disini adalah hasil belajar fisika berupa nilai yang didapat dalam
bentuk skor setelah diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi
yang telah diberikan.Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam
dunia pendidikan ditinjau dari tiga segi, yaitu: Segi psikologi,
didaktik, dan administratif. Secara psikologis, kegiatan evaluasi
bagi peserta didik sebagai pedoman dan pegangan batin kepada mereka
untuk mengenal kapasitas dan status dirinya di tengah-tengah
kelasnya atau teman-temanya. Sedangkan bagi pendidik sendiri,
evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati
kepada diri pendidik, sudah sejauh mana usaha yang telah
dilakukannya yang telah membawakan hasil, sehingga secara
psikologis memiliki pedoman atau pegangan yang dapat menentukan
langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya (Sudijono,
2008:10-14).Secara didaktik evaluasi pendidikan khususnya evaluasi
hasil belajar pada peserta didik, agar dapat memberikan dorongan
dan motivasi kepada peserta didik agar mereka dapat memperbaiki,
meningkatkan, dan mempertahankan prestasinya. Sedangkan bagi
pendidik, memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi)
yang telah dicapai oleh peserta didiknya, memberikan informasi yang
sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik
di tengah-tengah kelompoknya, memberikan bahan yang penting untuk
memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik, memberikan
pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik
yang memang memerlukannya, memberikan petunjuk tentang sudah sejauh
manakah program pengajaran yang telah ditentukan dapat
tercapai.Sedangkan secara administratif, fungsi dari evaluasi
pendidikan adalah memberikan laporan mengenai kemajuan dan
perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Juga memberikan
bahan-bahan keterangan (data) yang lengkap dan akurat, dan
memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam
proses pembelajaran tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar
para peserta didik setelah dilakukannya evaluasi hasil belajar.
(Sudijono, 2008: 10-14) Menurut Slameto (2010: 51-52) evaluasi
dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar.
Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan
hasil pelajaran yang dicapai, dan dapat member laporan tentang
siswa kepada siswa itu sendiri, serta orang tuanya. Sudjana
(2005:22-33) mengatakan bahwa: Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Terdapat 3 ranah yang menjadi objek
penilaian hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.a. Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.b. Ranah Afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.c.
Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah psikomotor, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tujuan dari evaluasi pendidikan secara umum adalah:a. untuk
menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan bukti
mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajaun yag dialami oleh
para peserta didik.b. untuk mengetahui tingkat efektivitas dari
metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.Adapun tujuan evaluasi
pendidikan secara khusus adalah, untuk merangsang kegiatan peserta
didik dalam menempuh program pendidikan, dan mencari serta
menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan
peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.Evaluasi terhadap
hasil belajar ini mencakup: (a). Evaluasi mengenai tingkat
penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin
dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas;
(b).Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap
tujuan-tujuan umum pengajaran. (Sudijono, 2008: 30)Manfaat evaluasi
bagi guru dan siswa adalah:a. Untuk memberikan umpan balik ( feed
back ) kepada guru.b. Membuat laporan baik kepada orang tua maupun
menentukan kenaikan kelas dan lulus atau tidaknya peserta didik.c.
Untuk mengukur kemampuan peserta didik.d. Untuk memecahkan
kesulitan-kesulitan belajar peserta didik.Ranah kognitif adalah
ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya ranah kognitif terdiri dari enam jenjang.B.
Penelitian TerkaitPenelitian yang relevan dengan penelitian ini
pernah dilakukan oleh Yesi Yulianita, dengan judul Penerapan
Pembelajaran Aktif tipe Question Students Have dalam upaya
meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa Kelas VIII MTsN Durian
Tarung. Penelitian ini membandingkan hasil belajar fisika siswa
setelah diberikan pembelajaran menggunakan strategi Question
Students Have. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil belajar
fisika siswa yang menerapkan pembelajaran aktif tipe Question
Students Have lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Dan
juga penelitian yang dilakukan oleh Denita Dikarina, dengan judul
Penerapan Strategi Question Students Have dalam Pembelajaran
Matematika di Kelas XI IA SMA Negeri 1 Solok Tahun Ajaran
2007/2008. Penelitian ini melihat perbedaan hasil belajar
matematika siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan
strategi Question Students Have. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang berarti hasil belajar matematika
siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Question Students
Have dengan Model Pembelajaran Langsung.Beda penelitian ini dengan
penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti diatas adalah
strategi ini diterapkan dalam pembelajaran fisika dan pada tahap
penilaiannya, peneliti menggunakan penilaian yang disertai dengan
pemberian Handout .Hal ini dilakukan untuk melengkapi penelitian
yang terdahulu yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar. C. Kerangka Konseptual
PembelajaranGuru dan Siswa dengan Kurikulum KTSP
Strategi Pembelajaran aktif tipe Question Student Have disertai
dengan pemberian HandoutPembelajaran aktif
Hasil BelajarHasil Belajardibandingkan
Pembelajaran aktif merupakan suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses
pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan
menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan/dipraktikkan) dengan
menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan
dan senang melaksanakan kegiatan belajar.Strategi Question Students
Have diartikan sebagai pertanyaan yang dimiliki siswa, artinya
dalam pembelajaran diminta partisipasi siswa untuk mengungkapkan
pertanyaan yang dimilikinya baik tentang materi pelajaran yang
kurang dipahami maupun tentang sifat dari pelajaran yang sedang
diikuti. Strategi ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan
dan harapan siswa sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang
mereka miliki. Strategi ini menggunakan sebuah teknik untuk
mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan.Pada kelas eksperimen
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Question Students Have
yang disertai dengan Handout, sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan strategi pembelajaran aktif tanpa disertai dengan
Handout. Dari kelas eksperimen dan kelas kontrol ini nanti akan
dilihat hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai.D.
HipotesisHipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :H1
: Hasil belajar yang diperoleh lebih baik pada penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe Question Students Have yang disertai dengan
pemberian Handout dibandingkan dengan pembelajaran aktif dalam
pembelajaran fisika siswa kelas VIII MTsN Koto Tangah Padang
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara penerapan
strategi pembelajaran aktif tipe Question Students Have yang
disertai dengan pemberian Handout dengan pembelajaran aktif dalam
pembelajaran fisika siswa kelas VIII MTsN Koto Tangah Padang10