7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea adalah selaput mata tembus
cahaya yang terdapat di bagian anterior mata, lekuk melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi dan
diameternya sekitar 11,5 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yaitu
lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris), lapisan bowman, stroma, membran descement dan lapisan
endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar +
43 dioptri. Apabila kornea edema karena suatu sebab, maka kornea
juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga
penderita akan melihat halo.1
Gambar 2.1 Anatomi Mata
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam yaitu :31.
EpitelTebalnya 50m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih: satu lapis sel basal, sel poligonal dan
sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel. Sel muda
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke
depan menjadi sel gepeng, sel basa berikatan erat dengan sel basal
di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan
makula okluden, ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit
dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran
basal yang melekat erat kepadanya. Saat terjadi gangguan pada sel
basal akan menyebabkan erosi rekuren. Ujung saraf kornea berakhir
pada epitel sehingga gangguan epitel memberikan gangguan
sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal.2. Bowman
membraneBowman membrane terletak di bawah membran basal epitel
kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.3. Stroma
Stroma merupakan lapisan paling tebal dari kornea memiliki sifat
higroskopis yang menarik air. Lapisan ini terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur dan di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen ini
memakan waktu lama kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di
antara serat kolagen stroma. Keratosit diduga membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan emrio atau sesudah trauma.4.
Descemet MembraneDescemet membrane merupakan membran aselular
bersifat sangat elastik, kenyal, kuat, tidak berstruktur dan
bening, berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m. Membran
ini merupakan pelindung dan barrier infeksi dan masuknya pembuluh
darah.5. EndotelEndotel berasal dari mesotelium, berlapis satu,
berbentuk heksagonal dan besar 20-40m. Endotel melekat pada
descemet membrane melalui hemidesmosom dan zonula occludens.
Endotel terdiri atas sel yang tidak mengalami regenerasi yang
secara aktif memompa ion, air dari stroma untuk mengontrol hidrasi
dan transparansi kornea.Perbedaan antara kapasitas regenerasi
epitel dan endotel penting. Kerusakan lapisan epitel, misalnya
karena abrasi, dengan cepat diperbaiki. Endotel yang rusak karena
penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat beregenerasi.
Hilangnya fungsi sawar dan pompa menyebabkan hidarasi berlebihan,
distorsi bentuk regular serat kolagen, dan keruhnya kornea.
Gambar 2.2 Histologi Lapisan Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya
disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgescence.
Deturgescence atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada
epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema
lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel
telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea
berakibat film air mata menjadi hipertonik, proses tersebut dan
penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari
stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.
Penetrasi obat melalui kornea yang utuh terjadi secara bifasik.
Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi
larut air dapat melalui stroma yang utuh. Jadi agar dapat melalui
kornea, obat harus larut lemak sekaligus larut air. 1
2.2 Definisi Ulkus KorneaUlkus kornea adalah keadaan patologik
kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai
defect kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi
dari epitel sampai stroma.2Ulkus kornea karena jamur adalah ulkus
kornea yang disebabkan oleh jamur, biasanya karena trauma dengan
tumbuh-tumbuhan, tanah atau karena pemakaian kortikosteroid
sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea.2
Gambar 2.3 Ulkus Kornea e.c. Jamur
2.3 EpidemiologiDi Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan
masalah kesehatan mata sebab kelainan ini merupakan salah satu
penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur dan virus.
Keterlambat diagnosis atau terapi secara tidak tepat akan
mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang
luas.3Jaringan parut kornea merupakan penyebab umum kebutaan pada
komunitas berpenghasilan rendah dan bertanggung jawab terhadap
5-20% dari semua kebutaan. Penyebab penting kebutaan kornea
bilateral adalah trachoma, defisiensi vitamin A, oftalmia
neonatorum serta infeksi bakteri dan jamur. Prevalensi kebutaan
unilateral yang disebabkan oleh opasitas kornea dalam komunitas
berpenghasilan rendah diperkirakan berada di kisaran 5.000 hingga
20.000 orang per 1 juta penduduk.2,5Insiden ulkus kornea di
Indonesia tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara
lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak dan
kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.4 Infeksi jamur pada
kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode
1950 keratomikosis diperhatikan.5 Banyak laporan menyebutkan
peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan
penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif
dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112
kasus ulkus kornea 22 dengan etiologi jamur. Mortalitas atau
morbiditas tergantung komplikasi dari ulkus kornea seperti parut
kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan.
Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita
ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki.6 Hal ini
mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki
sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk
trauma kornea.
2.4 Etiologi 1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat
multiseluler dengan cabang-cabang hifa.21) Jamur bersepta :
Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp, Clodosporium sp,
Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp,
Altenaria sp.2) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp,
Absidia sp.1. Jamur ragi (yeast)Jamur uniselular dengan pseudohifa
dan tunas: Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.72.
Jamur difasik Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada
media perbiakan membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies
sp, Histoplasma sp, Sporothrix sp.7 Di Asia Tenggara penyebab yang
terbanyak adalah Aspergillus sp dan Fusarium sp.Gambar 2.7 Fusarium
Fungus Corneal UlcerGambar 2.6 Jamur DifasikGambar 2.5 Jamur
RagiGambar 2.4 Jamur Berfilamen
2.5 PatofisiologiKornea merupakan bagian anterior dari mata,
yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di
retina. Kornea jernih disebebakan oleh susunan sel dan seratnya
tertentu serta tidak ada pembuluh darah. Biasanya cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk
dan kejernihan kornea segera mengganggu pembentukan bayangan yang
baik di retina. Kelainan sekecil apapun di kornea dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah
pupil. 1Pertahanan pada waktu peradangan kornea tidak segera datang
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi
karena kornea bersifat avaskuler. Badan kornea, wandering cell dan
sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah
yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Setelah itu terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel
plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) sehingga mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu,
keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin.
Mekanisme ini akhirnya mengakibatkan kerusakan epitel dan
menyebabkan ulkus kornea.5,8Kornea mempunyai banyak serabut saraf
maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda
dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palpebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksinya
bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan
fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea
merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya
dilatasi pada pembuluh iris. 1Penyakit ini bersifat progresif,
regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan
limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar
kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superfisial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi
ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke bowman
membrane dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru
yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5
2.6 Stadium Ulkus Kornea Perjalanan ulkus kornea dibagi 4
stadium yaitu stadium infiltrasi progresif, stadium ulserasi aktif,
stadium regresif dan stadium penyembuhan/sikatrisasi.2.6.1 Stadium
Infiltrasi ProgresifMikroorganisme mengalami kesulitan untuk
melekat pada epitel, karena epitel mempunyai permukaan yang licin,
membran yang tidak dapat ditembus mikroorganisme, dan ditambah
dengan adanya refleks mengedip dari kelopak mata. Tetapi dengan
adanya penurunan alamiah ini maka kuman dapat melekat pada
permukaan epitel dan masuk ke dalam stroma melalui epitel yang
rusak dan melakukan replikasi.Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan
kornea, timbul reaksi radang yang diawali pelepasan faktor
kemotaktif yang merangsang migrasi sel polimorphonuclear (PMN) ke
stroma kornea. Apabila tidak terjadi infeksi maka sel PMN akan
menghilang dalam waktu 48 jam dan epitel pulih dengan cepat.Ciri
khas stadium ini adalah terdapatnya infiltrat dari leukosit PMN dan
limfosit ke dalam epitel dan stroma. Pada epitel terdapat kekeruhan
yang berwarna putih atau kekuning-kuningan, edema dan akhirnya
terjadi nekrosis. Keadaan tersebut tergantung pada virulensi kuman,
mekanisme pertahanan tubuh dan pengobatan
antibiotika.Mikroorganisme akan difagosit oleh sel PMN. Sel ini
akan mengeluarkan enzim enzim yang mencerna bakteri dan juga
merusak jaringan sekitarnya.
2.6.2 Stadium Ulserasi AktifPada epitel dan stroma terjadi
nekrosis, pengelupasan dan timbul suatu cekungan (defect). Jaringan
sekitarnya terdapat infiltrasi sel radang, dan edema. Saat
pemeriksaan klinis pada pasien, kornea tampak berwarna putih
keabuan dengan dasar ulkus yang nekrosis. Pada bilik mata depan
timbul reaksi radang ringan atau sampai terbentuk hipopion dan
blefarospasme pada kelopak mata. Penderita mengeluh rasa nyeri,
fotofobia, peningkatan pengeluaran air mata dan penurunan tajam
penglihatan. Ulkus meluas ke lateral atau ke lapisan yang lebih
dalam, sehingga menimbulkan descemetocele atau bahkan sampai
perforasi.
2.6.3 Stadium RegresiPada stadium ini terjadi regresi dari
perjalanan penyakit di atas, karena adanya mekanisme pertahanan
tubuh atau pengobatan. Ciri regresi tersebut antara lain,
berkurangnya keluhan rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi dan keluhan
keluhan lainnya. Secara klinis tampak infiltrat mengecil, batas
ulkus lebih tegas, daerah nekrotik mendangkal dan tanda tanda
radang berkurang.
2.6.4 Stadium Penyembuhan / SikatrisasiSaat penyembuhan timbul
epitelisasi dari semua sisi ulkus, fibroblast membentuk stroma baru
dan dilanjutkan dengan pengeluaran debris. Stroma baru terbentuk
dibawah epitel dan menebal, sehingga epitel terdorong ke depan.
Stroma tersebut mengisi seluruh defect, sehingga permukaan kornea
yang terinfeksi menjadi rata atau meninggalkan sedikit cekungan.
Pada stadium ini keluhan semakin berkurang serta tajam penglihatan
mulai membaik. Jaringan nekrotik mulai diganti dengan jaringan
fibrosa, pembuluh darah mulai timbul dan menutup ulkus dengan
membawa fibrosa. Ketika penyembuhan sudah selesai, pembuluh darah
mengalami regresi. Jaringan sikatrik yang terjadi tidak transparan,
tetapi lama kelamaan kepadatannya akan berkurang terutama pada
dewasa muda dan anak anak. Derajat sikatrisasi setelah ulkus
bermacam macam mulai dari nebula, makula dan leukoma.
2.7 Manifestasi KlinisGejala-gejala yang muncul akibat ulkus
kornea karena jamur meliputi sensasi benda asing, meningkatnya rasa
nyeri atau ketidaknyamanan pada mata, pandangan mendadak kabur,
mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa), kerusakan yang
luas dan keluarnya cairan dari mata serta meningkatnya sensitivitas
terhadap cahayaPenegakkan diagnosis klinik didasarkan pada analisis
faktor risiko dan karakteristik tampilan kornea. Tanda-tanda yang
paling sering ditemukan pada pemeriksan slit lamp tidak spesifik
dan meliputi injeksi konjungtiva, defect pada epitel, infiltrasi
pada stroma atau hipopion.Tampilan klinis yang spesifik pada
keratitis jamur meliputi suatu infiltrat dengan tepi berbulu, tepi
yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih-keabu-abuan,
lesi satelit, hipopion, plak endotel, dan tampilan cincin putih
pada kornea dan lesi satelit pada tepi fokus primer infeksi.
Gambar 2.8 Ulkus kornea dengan hipopionReaksi di atas timbul
akibat infeksi jamur pada kornea yang memproduksi mikotoksin,
enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea
dan reaksi radang yang cukup berat.
2.8 Diagnosis Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan
laboratorium.2.8.1 Anamnesis (gak boleh pakai huruf)Dari anamnesis
didapatkan adanya faktor risiko yang dimiliki, seperti:21) trauma
(misalnya, lensa kontak, benda asing). Dalam sebuah studi tentang
keratitis jamur dari Florida Selatan, trauma dengan terhadap
sayuran (tumbuhan) adalah faktor risiko utama pada 44% pasien,2)
penggunaan kortikostreroid topical,3) operasi kornea seperti
keratoplasti, operasi katarak clear cornea (tanpa benang), atau
laser in situ keratomileusis (LASIK),4) keratitis kronis karena
herpes simpleks, herpes zoster, atau konjungtivitis vernal,5)
laki-laki muda,6) riwayat trauma sebelumnya (terutama karena
tumbuhan),7) pekerjaan agricultural.Sedangkan faktor risiko untuk
keratitis Candida adalah :1) pasien tua,2) riwayat penyakit mata
sebelumnya,3) exposure keratopathy,4) keratitis kronis,5) pemakaian
steroid jangka panjang,6) penyakit immunosupresif.
2.8.2 Pemeriksaan Oftalmologi Pemeriksa ulkus kornea diperlukan
slit lamp atau kaca pembesar dan pencahayaan terang. Pantulan
cahaya saat menggerakkan cahaya di atas kornea, daerah yang kasar
menandakan defect pada epitel. Slit lamp dapat melihat adanya
injeksi siliaris, defect epitel, infiltrat dengan tepi yang
meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih keabu-abuan, plak
endotel, tampilan cincin putih pada kornea, lesi satelit pada tepi
fokus primer infeksi dan hipopion.Cara lain untuk melihat ulkus
adalah dengan fluorescein test. Pada fluorescein test kerusakan
epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijauGambar 2.9
Uji Fluoresein positif pada defect epitel 8Gambar 2.10 Infiltrat
Satelit
2.8.3 Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berguna
untuk diagnosis kausa dan juga penting untuk pemilihan terapi yang
tepat dengan hasil kultur kerokan.a. Melakukan Pemeriksaan Kerokan
KorneaPemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan
spatula kimura yaitu dari dasar, sedangkan tepi ulkus dengan
biomikroskop. Pemeriksaan lain yakni dilakukan pewarnaan KOH, Gram
untuk megidentifikasi ragi, Giemsa untuk mendeteksi elemen jamur
atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing
20-30%, 50-60%, 60-75% dan 80%.b. Biopsi Jaringan korneaBiopsi bisa
dilakukan bila hasil kultur negatif dalam waktu 48-72 jam pada
pasien yang diduga kuat memiliki infeksi jamur dan tidak juga
membaik dengan terapi antibakterial. Biopsi dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pasti. Pewarnaan menggunakan periodic acid
schiff atau methenamine silver.2.9 Penatalaksanaan Untuk
penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis
dari jamur. 91) Anti Jamur1. Belum diidentifikasi jenis jamur
penyebabnyaBerikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal
10 mg/ml, Natamycin > 10 mg / ml, golongan imidazole. (tanda
sambung dan atau)2. Jamur berfilamentopikal Amphotericin B,
Thiomerosal, Natamycin, imidazole.3. Ragi (yeast)Amphotericin B,
Natamycin, imidazole4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan
jamur sejatiGolongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.2) Siklopegik
sebagai salap atau larutanKebanyakan dipakai sulfas atropine karena
bekerja lama 1-2 minggu.Efek kerja sulfas atropine : (kayak gini
diminta ada , sama DR. Dahani)1. sedatif, menghilangkan rasa
sakit,2. dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang,3. menyebabkan
paralysis musculus ciliaris (M. Ciliaris) dan Musculus konstriktor
pupil (M. Konstriktor pupil).Jika M. siliaris lumpuh, mata tidak
mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat.
Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga
sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baruPemberian Amphotericin B
subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir. Steroid topikal
merupakan kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal. Terapi
bedah dilakukan bila tidak ada respon dengan pengobatan topikal dan
anti jamur.1. Debridement kornea2. Flap konjungtiva, partial atau
totalPenutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan
konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi
ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus
untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva
ini dapat dilepaskan kembali.3. KeratoplastiKeratoplasti adalah
jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan serta memenuhi beberapa kriteria yaitu : kemunduran
visus yang cukup menggangu aktivitas penderita, kelainan kornea
yang mengganggu mental penderita, kelainan kornea yang tidak
disertai ambliopia.
Gambar 2.11. Keratoplasti
2.10 Pencegahan Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan
segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata.
Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali
timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.1.
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam
mata2. Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata
tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu
dalam keadaan basah3. Jika memakai lensa kontak harus sangat
diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.
2.11 Komplikasi Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan
terlambat dapat menimbulkan komplikasi yaitu :1. terbentuk jaringan
parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata, 1. perforasi
kornea,1. iritis dan ridosiklitis,1. descemetocele,1. glaukoma
sekunder, 1. endoftalmitis atau panoftalmitis, 1. katarak.
2.12 Prognosis Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat
keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan
obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat
terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan
resistensi. 4Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus
disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat
sembuh dengan dua metode yaitu migrasi sekeliling sel epitel yang
dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari
konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat
melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu
adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk
jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
3