BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN DAN LANDASAN TEORI
2.1. TINJAUAN PERUSAHAAN 2.1.1. Profil Perusahaan PT. Mertju
Buana Rice Milling Unit Sumedang merupakan perusahaan yang
melakukan produksi beras dengan dua kegiatan utama, yaitu
penggilingan beras dan budidaya padi. PT. Mertju Buana Rice Milling
Unit Sumedang beralamat di Jalan Raya Sumedang Majalengka Desa
Tolengas Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang. PT. Mertju Buana Rice
Milling Unit Sumedang memiliki visi dan misi sebagai berikut :
1. Visi Perusahaan a. PT. Mertju Buana Rice Milling Unit
Sumedang, membanguan suatu perusahaan yang saling menguntungkan
dan
berkesinambungan dengan mitra petani dan petani padi. b. PT.
Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang, memberikan pengarahan dan
pedoman teknis kepada mitra petani yang bekerjasama agar dapat
meningkatkan hasilnya sehingga dapat menaikkan pendapatan dan
kesejahteraan petani mitranya. c. PT. Mertju Buana Rice Milling
Unit Sumedang, dalam perkembangan berusaha memberikan produk
terbaiknya yang nantinya dapat dijangkau oleh segala kalangan
konsumen.
2. Misi Perusahaan a. PT. Mertju Buana Rice Milling Unit
Sumedang, menghasilkan beras yang berkualitas dan higenis. b. PT.
Metju Buana Rice Milling Unit Sumedang, membantu untuk ketersedian
beras yang dibutuhkan untuk negara dengan menjalin kerjasama dengan
Bulog.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis
memproduksi beras berkualitas yang diresmikan pada tanggal 15
Juli 2007. PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang dibangun
dengan tujuan memenuhi kebutuhan beras berkualitas di daerah
Sumedang, Majalengka, Cirebon dan sekitarnya juga membangun
kemitraan dengan petani padi di daerah Sumedang.
2.1.2. Denah Wilayah Perusahaan PT. tepatnya Mertju Buana berada
di Kabupaten Sumedang
di Kecamatan Tomo. Kabupaten Sumedang termasuk
wilayah Propinsi Jawa Barat bagian timur, dengan luas wilayah
1.522,21 km. Kabupaten Sumedang terletak pada posisi 1071410821
Bujur Timur dan 6040-7083 Lintang Selatan. Secara geografis
Kabupaten Sumedang berbatasan dengan : Sebelah Utara Sebelah Timur
Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Indramayu dan Kabupaten
Subang : Kabupaten Majalengka : Kabupaten Garut : Kabupaten
Bandung
Bentuk wilayah Kabupaten Sumedang sangat variatif dari permukaan
yang datar sampai yang bergunung, sedangkan
ketinggiannya secara keseluruhan terletak antara 20 sampai
dengan lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (DPL).
Berdasarkan rata-rata, 43,73 persen dari keseluruhan wilayah
Kabupaten Sumedang terletak pada ketinggian 501-1000 meter di atas
permukaan laut. Letak PT. Mertju Buana sangat stategis dikarenakan
berdekatan dengan jalan utama yang menghubungkan Sumedang,
Majalengka, dan Cirebon. Pabrik pengolahan terletak di sisi
belakang sehingga tidak mengganggu aktifitas kantor. Pada saat
bahan baku masuk, truk akan langsung menemui timbangan mobil
sehingga perkerjaan akan sistematis seperti terlihat pada gambar
berikut.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
6
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
7
8
6
5
3
4
1 2
Gambar 2.1 Denah Perusahaan Keterangan : 1. Jalan raya 2.
Gerbang 3. Gudang 4. Kantor 5. Kantin 6. Timbangan 7. Pabrik 8.
Silo Sekam
LAPORAN KERJA PRAKTEK
7
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
2.1.3.Tata Letak Pabrik PT. Mertju Buana Rice Milling Unit
Sumedang mengatur fasilitas-fasilitas yang dimilikinya pada tata
letak pabrik yang baik yakni menurut urutan kegiatan produksi.
Dengan tata letak yang baik dapat bermanfaat untuk mengefisiensikan
kegiatan proses produksi. Pada PT. Mertju Buana Rice Milling Unit
Sumedang lay out yang dipakai adalah product lay out. Berikut pada
(Gambar 12) adalah denah yang menggambarkan tata letak pabrik pada
PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang:
Gambar 2.2 Tata Letak Pabrik
LAPORAN KERJA PRAKTEK
8
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1 Kalor Kalor adalah energi yang
dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur atau suhu pada suatu
benda. Secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah, sehingga terjadi percampuran suhu
dari kedua benda itu. Q = m.c. ( )
....................................................................................(2.1)
Dimana : Q m c ( ) = kalor yang dibutuhkan (J) = massa benda (kg) =
perubahan suhu (oC) (t2 t1) = kalor jenis (J/kg oC)
Kalor dapat dibagi dengan tiga macam cara yaitu : 1. Pancaran,
sering juga dinamakan radiasi. 2. Hantaran, sering juga disebut
konduksi. 3. Aliran, sering juga disebut konveksi
1. Radiasi Proses perpindahan panas secara radiasi (pancaran)
adalah suatu proses perpindahan energi panas yang terjadi dari
benda yang bertemperatur tinggi menuju benda dengan temperatur yang
lebih rendah tanpa melalui suatu medium perantara. Untuk dapat
melakukan penghitungan laju perpindahan energi panas secara radiasi
dipergunakan persamaan laju
perpindahan panas radiasi atau disebut hukum Stefan-Boltzmann
sebagai berikut : Qradisi =
.A.T4...........................................................................
(2.2) dimana : qrad = laju perpindahan panas secara radiasi (Watt).
= konstanta Stefan-Boltzmann (5,67.10 W/m .K )LAPORAN KERJA
PRAKTEK-8 2 4
9
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
A = luas bidang permukaan perpindahan panas radiasi (m ) T =
temperatur total (T1-T2) (K) Persamaan 2.2 hanya berlaku untuk
radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Radasi netto antara dua
permukaan berbanding dengan suhu absolut pangkat empat, artinya.
(T41-T42).........................................................
(2.3)
2
Dimana:
q = laju perpindahan panas secara radiasi (Watt). = konstanta
Stefan-Boltzmann (5,67.10 W/m .K ) T1 = temperatur permukaan (K) T2
= temperatur lingkungan (K) Ada beberapa jenis radiasi
elektromagnetik, radiasi termal hanyalah salah satu diantaranya.
Apa pun jenis radiasi itu, ia akan selalu merambat dengan kecepatan
cahaya, 31010 cm/s. Kecepatan ini sama dengan hasil pekalian
panjang gelombang dengan frekuensi radiasi, c= dimana : c =
kecepatan cahaya (cm/s) = panjang gelombang (cm) = frekuensi (Hz)
Satuan boleh boleh centimeter, angstrom ( = 10-8cm ), atau
..............................................................................(2.4)-8
2 4
mikrometer (1m = 10-6 m ). Radiasi termal terletak dalam rentang
antara 0,1 100 m, sedangkan bahagian cahaya tampak dalam spektrum
itu sangat sempit, yaitu terletak antara kira kira 0,35 0,75 m.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
10
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
1.1 Sifat Sifat Radiasi Bila energi radiasi menimpa permukaan
suatu bahan, maka sebagian radiasi itu dipantulkan (refleksi),
sebagian diserap (absorpsi), dan sebagian lagi diteruskan
(transmisi).
Gambar 2.3 Bagan menunjukan pengaruh radiasi datang
Jika +
disebut refleksifitas,
disebut absorptivitas,
disebut transmitivitas, maka hubungan ketiganya adalah + =1
Karena benda padat tidak meneruskan radiasi termal, maka
transmisivitas dianggap nol. Sehingga +=1
Ada dua fenomena refleksi yang dapat diamati bila radiasi
menimpa suatu permukaan. Jika sudut jatuhnya sama dengan sudut
refleksi, maka dapat dikatakan refleksi itu spekular (specular). Di
lain pihak, apabila berkas yang jatuh itu tersebar merata ke segala
arah sesudah refleksi maka refleksi itu disebut baur (diffuse).
Gambar 2.4 Refleksi cahaya Spekular
LAPORAN KERJA PRAKTEK
11
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
Gambar 2.5. Refleksi cahaya baur Releksi spekular memberikan
bayangan cermin dari sumber itu kepada pengamat. Tetapi tidak ada
permukaan yang sebenarnya yang hanya spekular atau baur. Sebuah
cermin biasa tentu bersifat spekular untuk cahaya tampak tetapi
belum tentu bersifat spekular untuk keseluruhan rentang panjang
gelombang radisi termal.Biasanya, permukaan kasar lebih menunjukkan
sifat baur dari pada permukaan yang mengkilap.
1.2 Daya Emisi dan Emisivitas Benda Daya emisi (emissive power)
E suatu benda ialah energi yang dipancarkan benda itu persatuan
luas per satuan waktu. Dalam suatu ruangan tertutup terbuat dari
benda hitam sempurna yaitu yang menyerap seluruh radisi yang
menimpanya, ruang itu juga akan memancarkan radiasi. Besarnya fluks
radiasi yang diterima ruangan itu ialahi
W/m2. Jika suatu benda ditempatkan
di ruangan tersebut dan dibiarkan mencapai kesetimbangan, maka
energi yang diserap benda itu mesti sama dengan energi yang
dipancarkan; sebab, jika tidak, tentu ada energi yang mengalir
masuk atau keluar benda itu dan menyebabkan suhunya naik atau turun
atau yang disebut dengan hukum kesetimbangan energi. = Pada
kesetimbangan dapat ditulis
...........................................................................(2.5)
= Emisivitas
Dimana:
E = Daya emisi (W/m2) A = Luas permukaan (m2)i = Fluks
radiasi (W/m2)
LAPORAN KERJA PRAKTEK
12
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
Jika dalam ruangan itu diganti dengan benda hitam sempurna yang
bentuk dan ukurannya sama, dan benda hitam itu di biarkan mencapai
kesetimbangan dengan ruang itu pada suhu yang sama, maka Eb A =
Dimana: Eb= Daya emisi benda hitam (W/m) Jika persamaan (2.5)
dibagi dengan persamaan (2.6), diperoleh =
......................................................................................(2.7)
=i
A (1)
.................................................................(2.6)
Sehingga Dimana:
= Emisivitas benda
1.3 Radiasi surya Radiasi surya (solar radiation) merupakan
suatu bentuk radiasi thermal yang mempunyai distribusi panjang
gelombang khusus. Intensitasnya sangat bergantung dari kondisi
atmosfer, saat dalam tahun, dan sudut timpa (angle of incidence)
sinar matahari dipermukaan bumi. Pada batas luar atmosfer, iradiasi
surya total ialah 1395 W/m2 bilamana bumi berada pada jarak
rata-ratanya dari matahari. Angka ini disebut konstanta surya
(solar constant). Tidak seluruh energi yang disebutkan dalam
konstanta surya mencapai permukaan bumi, karena terdapat absorpsi
yang kuat dari karbondioksida dan uap air di atmosfer. Radiasi
surya yang menimpa permukaan bumi juga bergantung dari kadar debu
dan zat pencemar lainnya dalam atmosfer. Energi surya yang maksimum
akan mencapai permukaan bumi bilamana berkas sinar itu langsung
menimpa permukaan bumi, karena terdapat bidang pandang yang lebih
luas terhadap fluks surya yang datang dan berkas sinar surya
menempuh jarak yang lebih pendek di atmosfer, sehingga
mengalami
LAPORAN KERJA PRAKTEK
13
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
absorpsi lebih sedikit daripada jika sudut timpanya miring
terhadap normal.surya = 4 4 suhu rendah(T 1-T
2)........................................................
(2.8)
Dimana: q = laju perpindahan panas secara radiasi (Watt). =
konstanta Stefan-Boltzmann (5,67.10 W/m .K ) A = luas bidang
permukaan perpindahan panas radiasi (m ) T1 = temperatur permukaan
(K) T2 = temperatur lingkungan (K)= 2 -8 2 4
absorptivitas
Tabel 2.1 perbandingan absorptivitas berbagai permukaan terhadap
radiasi surya dan radiasi termal suhu rendah absorptivitas
permukaan Untuk radiasi surya Untuk radiasi suhu rendah 25oc
Aluminium, Diupam Sangat Tembaga,Diupam Sangat Pudar Besi Cor 0.15
0.18 0.65 0.94 0.04 0.03 0.75 0.21 0.60 0.95 0.90 0.93 0.85 0.95
0.90 0.95
Baja Tahan Karat, No 301, Diupam 0.37 Pualam Putih Aspal Bata
Merah Kerikil Lak Hitam Rata Cat Putih, Berbagai Jenis Pigmen 0.46
0.90 0.75 0.29 0.96 0.12 0.16
LAPORAN KERJA PRAKTEK
14
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
2. Konduksi Yang dimaksud dengan hantaran (konduksi) ialah
pengangkutan kalor melalui satu jenis zat atau suatu medium
padat atau fluida yang diam. Sehingga perpindahan kalor secara
hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses
perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Pada
perpindahan panas secara konduksi, kalor/panas mengalir tanpa
disertai gerakan zat, tetapi melaui satu jenis zat. Arah aliran
energi kalor dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuh rendah.
Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Dan Difusi Energi Akibat
Aktivitas Molekul Persamaan umum laju konduksi untuk perpindahan
panas dengan cara konduksi dikenal dengan hukum Fourier (Fouriers
Law) yang dirumuskan seperti dibawah. qk = - kA dimana : qk = laju
perpindahan panas konduksi (Watt) k = konduktivitas termal bahan
(W/m. K) A =luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas
(m )2
...................................................................................(2.9)
LAPORAN KERJA PRAKTEK
15
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
=gradien suhu (perubahan temperatur terhadap arah x) (K/m).
Tanda negatif (-) diselipkan dalam hukum Fourier yang menyatakan
bahwa panas berpindah dari media bertemperatur tinggi ke media yang
bertemperatur lebih rendah. Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan
dapat menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya
seorang tukang hembus kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang
beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan itu adalah demikian
panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah. Akan tetapi seorang
pandai tempa harus memegang benda yang akan ditempa dengan sebuah
tang. Bahan yang dapat menghantar ka1or dengan baik dinamakan
konduktor. Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang
digunakan untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu
isolator atau konduktor ialah koefisien konduksi terma. Apabila
nilai koefisien ini tinggi, maka bahan mempunyai kemampuan
mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan isolator, koefisien ini
bernilai kecil. Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus
listrik dengan sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga
untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang
besi atau sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya diulurkan
ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan
dari ujung yang panas ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang
logam tadi menerima energi kalor dari api, energi ini akan
memindahkan sebahagian energi kepada molekul dan elektron yang
membangun bahan tersebut. Moleku1 dan elektron merupakan alat
pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses perpindahan kalor
konduksi. Dengan demikian dalam proses pengangkutan kalor di dalam
bahan, aliran elektron akan memainkan peranan penting. Persoalan
yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar alir
energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan
molekul dan juga atom di dalam setiap bahan adalah
LAPORAN KERJA PRAKTEK
16
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
berbeda. Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun
rapat, berbeda dengan satu bahan berfasa gas seperti udara. Molekul
udara adalalah renggang seka1i. Tetapi dibandingkan dengan bahan
padat seperti kayu, dan besi , maka molekul besi adalah lebih rapat
susunannya daripada molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari gabungan
bahan kimia seperti karbon, uap air, dan udara yang terperangkat.
Besi adalah besi. Kalaupun ada bahan asing, bahan kimia unsur besi
adalah lebih banyak.
1 Aliran (Konveksi) Yang dimaksud dengan aliran ialah
pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses
perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena
permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi
dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting.
Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan
permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan
termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu permukaan
bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan
suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling adalah T2 dengan
Tl>T2. Kini terdapat keadaan suhu tidak seimbang diantara bahan
dengan sekelilingnya. Persamaan perpindahan panas konveksi dikenal
sebagai hukum Newton untuk pendinginan (Newtons Law of Cooling)
yang dirumuskan sebagai berikut: Jika Ts>T :
qKonv=h.A(TsT)..............................................(2.10)
Dimana : qKonv= Laju perpindahan panas konveksi h = Koefisien
perpindahan panas konveksi (W/m .K)2 2
A = Luas permukaan perpindahan panas (m ) Ts = Temperatur
permukaan (K)
LAPORAN KERJA PRAKTEK
17
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
T = Temperatur fluida (K) Besarnya perpindahan panas konveksi
juga ditentukan oleh besarnya koefisien perpindahan panas konveksi
(h) yang tergantung dari dimensi dan kondisi aliran. Kondisi aliran
untuk konveksi alami ditentukan dari Rayleigh Number (RaL) yaitu
perkalian antara Grashof Number (GrL) dengan Prandtl Number (Pr) ,
sehingga secara matematis dapat ditulis :( ) 32
.............................................................................(2.11)
dimana: g = Percepatan gravitasi (m/s ) = Koefisien ekspansi
volume (1/ K) Ts = Temperatur permukaan (K) T= Temperatur dari
fluida (K) Lc = Panjang karakteristik (m) v = Viskositas kinematik
fluida (m /s). Apabila RaL > 10 aliran adalah turbulen RaL 10
kondisi kritis RaL< 10 aliran adalah laminar Perpindahan kalor
dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi
hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk
pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada
pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan
tidak sekaligus di bawa kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu
bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh
masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin.
Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhimya
tersebar pada seluruh zat.9 9 9 2 2
LAPORAN KERJA PRAKTEK
18
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi. (a) Konveksi Paksa, (b)
Konveksi Alamiah, (c) Pendidihan, (d) Kondensasi Pada perpindahan
kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena
pengaliran fluida melibatkan pengangkutan masa, maka selama
pengaliran fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang panas,
suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang
seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang
mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum
yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya
akan bertambah. Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini
fluida menerima energi kalor. Fluida yang panas karena menerima
kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat
masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang
bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari
permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas
permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula
oleh masa
LAPORAN KERJA PRAKTEK
19
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini akan berlangsung
berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor
yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses
tersebut adalah perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi
maka keadaan tidak stabil terma akan terjadi. Keadaan tidak stabil
ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor. Dalam
pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama
terletak pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat.
Nilai koefisien ini tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor
yang dipindahkan, bergantung pada nilai h. Jika cepatan medan
tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida
bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila
kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau
peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi merupakan proses
perpindahan kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua proses ini
adalah dari nilai koefisien h-nya. Perpindahan kalor konveksi dapat
dikelompokan 2 bagian yaitu : a) Konveksi bebas / alamiah b)
Konveksi paksa
a) Konveksi bebas / alamiah Konveksi alamiah terjadi tanpa
adanya aliran yang dipaksakan terhadap fluida dengan kata lain
konveksi tersebut terjadi tanpa bantuan alat apapun . Untuk
perpindahan panas konveksi alami pada plat datar Nu = 0.825 +
[1+(0.429/ vertikal Nusselt Number ditentukan dengan rumus :0.387
)916]82716
2
......................................(2.12)
Sedangkan untuk perpindahan panas konveksi alami pada plat datar
horizontal penentuan harga Nusselt Number dibagi menjadi dua
:LAPORAN KERJA PRAKTEK
20
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN & LANDASAN TEORI
Nu = 0.54.RaL1/ 4 untuk 10