5 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab landasan teori akan membahas referensi atau pustaka yang akan digunakan untuk menganalisis dan mengolah data. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing bagian. 2.1. Pengendalian Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Kualitas merupakan aspek penting bagi perkembangan perusahaan. Saat ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang mengubah strateginya untuk menghasilkan produk atau jasa yang sesuai kebutuhan konsumen, agar dapat bersaing dan menguasai pasar domestik dan maupun luar negeri. Sementara itu, untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan konsumen, perlu dilakukan pengendalian kualitas (Quality Control) atas aktivitas proses yang dijalani. Maka dari itu, perlu menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas produk dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Oleh karena itu organisasi atau perusahaan perlu mengenal konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya. Ada banyak definisi kualitas, yang sebenarnya definisi tersebut hampir sama antara yang satu dengan yang lain. Definisi kualitas menurut beberapa ahli antara lain (Ariani, 2004): 1) Juran (1962), “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. 2) Crosby (1979), “Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness”. 3) Deming (1982), “Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang”. 4) Feigenbahum (1991), “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan
21
Embed
BAB II LANDASAN TEORI Pengendalian Kualitas Definisi Kualitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab landasan teori akan membahas referensi atau pustaka yang akan
digunakan untuk menganalisis dan mengolah data. Berikut penjelasan lebih lanjut
mengenai masing-masing bagian.
2.1. Pengendalian Kualitas
2.1.1. Definisi Kualitas
Kualitas merupakan aspek penting bagi perkembangan perusahaan. Saat
ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang mengubah strateginya untuk
menghasilkan produk atau jasa yang sesuai kebutuhan konsumen, agar dapat
bersaing dan menguasai pasar domestik dan maupun luar negeri. Sementara itu,
untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan
tuntutan konsumen, perlu dilakukan pengendalian kualitas (Quality Control) atas
aktivitas proses yang dijalani. Maka dari itu, perlu menciptakan sistem yang dapat
mencegah timbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah
terjadi tidak terulang lagi. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu
perusahaan adalah kualitas produk dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang
berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumennya. Oleh karena itu organisasi atau perusahaan perlu mengenal
konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya.
Ada banyak definisi kualitas, yang sebenarnya definisi tersebut hampir
sama antara yang satu dengan yang lain. Definisi kualitas menurut beberapa ahli
antara lain (Ariani, 2004):
1) Juran (1962), “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”.
2) Crosby (1979), “Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi
availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness”.
3) Deming (1982), “Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan
sekarang dan di masa mendatang”.
4) Feigenbahum (1991), “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk
dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan
6
maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”.
5) Elliot (1993), “Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang
berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan
tujuan”.
6) Scherkenbach (1991), “Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan
menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya
pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut”.
7) Goetch dan Davis (1995), “Kualitas adalah kondisi dinamis yang berkaitan
dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melibihi harapan pelanggan”.
Dari beberapa definisi kualitas tersebut secara garis besar kualitas adalah
keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa yang tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Selain itu, kualitas memerlukan
suatu proses perbaikan yang terus menerus (continous improvement process) yang
dapat diukur, baik secara individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja.
Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang
dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Karena itu lebih
baik apabila perhatian pada kualitas bukan hanya pada produk akhir, melainkan
proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in process),
sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan
demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak
ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk tersebut harus
dibuang atau dilakukan proses pengerjaan ulang (rework).
2.1.2. Pengendalian kualitas
Pengendalian kualitas merupakan teknik penyelesaian masalah yang
digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelolah, dan
memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik (Ariani,
2004 hal 54). Pengendalian kualitas statistik (Statistical quality control) sering
disebut sebagai pengendalian proses statistik (Statistical process control). Dengan
7
mengunakan pengendalian proses statistik ini maka dapat dilakukan analisis dan
meminimasi penyimpangan atau kesalahan, mengkuantifikasikan kemampuan
proses, menggunakan pendekatan statistik dengan dasar Six Sigma dan membuat
hubungan antara konsep dan teknik yang ada untuk mengadakan perbaikan proses.
Sasaran pengendalian proses statistik adalah mengurangi penyimpangan
karena penyebab khusus (assignable cause) dalam proses dan dengan cara
mencapai stabilitas dalam proses. Apabila stabilitas tercapai, kemampuan proses
dapat diperbaiki dengan mengurangi penyimpangan karena sebab umum (common
cause) seperti penyimpangan dalam bahan baku, kondisi emosional karyawan,
penurunan kinerja mesin, penurunan suhu udara, dsb (Antony et al., 2000)
(dikutip dalam Ariani 2004). Pengendalian proses statistik memiliki berbagai
manfaat bagi organisasi atau perusahaan yang menerapkannya. Menurut Antony
et al. (2000) (dikutip dalam Ariani, 2004) ada beberapa manfaat pengendalian
proses statistik yaitu:
1) Tersedianya informasi bagi karyawan apabila akan memperbaiki proses.
2) Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan sebab khusus terjadinya
kesalahan.
3) Tersedianya Bahasa yang umum dalam kinerja proses untuk berbagai pihak.
4) Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk mencapai
konsistensi dan kinerja yang lebih baik.
5) Pengertian yang lebih baik mengenai proses.
6) Pengurangan waktu yang berarti dalam penyelesaian masalah kualitas.
7) Pengurangan biaya pembuangan produk cacat, pengerjaan ulang terhadap
produk cacat, inspeksi ulang, dan sebagainya.
8) Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan produk
dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.
9) Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik dari pada hanya
berupa asumsi saja.
10) Perbaikan proses sehingga kualitas produk menjadi lebih baik, biaya lebih
rendah, dan produktivitas meningkat.
8
2.2. Six Sigma
2.2.1. Sejarah Six Sigma
Menurut Gaspersz (2002) Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik
pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang diterapkan oleh perusahaan
Motorola sejak tahun 1986. Metode ini merupakan terobosan baru dalam bidang
manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas menyatakan bahwa metode
Six Sigma Motorola dikembangkan dan diterima secara luas oleh dunia industri,
karena manajemen industri frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas
yang ada tidak mampu melakukan peningkatan kualitas menuju tingkat kegagalan
nol. Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six Sigma Motorola
mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan Motorola selama kurang
lebih 10 tahun setelah implementasi konsep Six Sigma telah mampu mencapai
tingkat kualitas 3,4 DPMO (Defects per Million Opportunities).
Setelah Motorola memenangi perhargaan MBNQA (Malcolm Baldrige
National Quality Award) pada tahun 1988, rahasia kesuksesan mereka menjadi
pengetahuan publik dan sejak saat itu program Six Sigma yang diterapkan
Motorola menjadi sangat terkenal di Amerika Serikat. Banyak perusahaan-
perusahaan kelas dunia, seperti General Electric, Alliedsignal, Dupont Chemical
Kodak, dan lain-lain mulai melakukan revolusi dalam sistem manajemen kualitas
mereka mengikuti prinsip-prinsip Six Sigma.
2.2.2. Definisi Six Sigma
Menurut Pande dan Holpp (2002) Six Sigma adalah sebuah cara untuk
mengelolah sebuah bisnis atau departemen untuk mengedepankan pelanggan dan
menggunakan fakta dan data untuk mendapatkan solusi-solusi yang lebih baik.
Target utama six sigma adalah meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi
waktu siklus, dan mengurangi defect (cacat). Menurut Hidayat (2007) Six Sigma
adalah suatu metodologi bisnis yang bertujuan meningkatkan nilai-nilai
kapabilitas dari aktivitas proses bisnis.
Tujuan Six Sigma adalah meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi
berbagai variasi proses yang merugikan, mereduksi kegagalan produk/proses,
9
menekan cacat-cacat produk, meningkatkan keuntungan, mendongkrak moral
personil/karyawan dan meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang
maksimal. Istilah Sigma diambil dari terminologi statistika, di mana sigma (σ)
adalah standar deviasi. Standar deviasi adalah cara statistikal untuk
mengambarkan banyak variasi yang terjadi dalam sekumpulan data, sekelompok
item, atau sebuah proses (Pande dan Hollp, 2002 hal 10). Standar deviasi dalam
distribusi normal dengan probabilitas ± 6 (enam) atau sama dengan Pvalue =
0,999996 atau efektivitas sebesar 99,996%.
2.2.3. Konsep Six Sigma
Apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kualitas Six
Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 DPMO (Defects per Million
Opportunities) atau mengharapkan bahwa 99,99966 % dari apa yang diharapkan
pelanggan akan ada dalam produk itu. Target dari pengendalian kualitas Six Sigma
sebesar 3,4 DPMO tidak diinterpretasikan sebagai 3,4 unit output yang cacat dari
sejuta unit output yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit
produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karakteristik
CTQ adalah hanya 3,4 DPMO. Atau dalam arti lain, dalam satu juta unit/proses
hanya diperkenankan mengalami kegagalan atau cacat sebanyak 3,4 unit/proses.
Maka dari itu derajat konsistensi Six Sigma sangat tinggi dengan standar deviasi
yang sangat rendah (Hidayat, 2007 hal 29). Dengan demikian Six Sigma dapat
dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu
proses. Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan
semakin baik. Konversi yield (probabilitas tanpa cacat) ke nilai DPMO dan nilai
sigma dapat dilihat pada tabel berikut:
10
Tabel 2.1 Tabel konversi Six Sigma
Yield Defect per Million Opportunities (DPMO) Sigma
30,8538% 691.462 (sangat tidak kompetitif) 1-sigma
69,1462% 308.548 (rata-rata industri Indonesia) 2-sigma
93,3193% 66.807 3-sigma
99,3790% 6.210 (rata-rata industri USA) 4-sigma
99,9767% 233 5-sigma
99,99966% 3.4 (industri kelas dunia) 6-sigma (Sumber: Gaspersz 2002)
Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep
Six Sigma yaitu (Gaspersz, 2002 hal 9):
1) Identifikasi pelanggan.
2) Identifikasi produk .
3) Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan .
4) Definisikan proses.
5) Hindari kesalahan dalam proses dan hilangkan semua pemborosan yang ada.
6) Tingkatkan proses secara terus menerus menuju target Six Sigma.
Apabila konsep Six Sigma akan diterapkan dalam bidang manufacturing,
perhatikan enam aspek berikut:
1) Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan (sesuaikan
kebutuhan dan ekspetasi pelanggan).
2) Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical to
Quality)
3) Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan melalui pengendalian
material, mesin, proses kerja, dll.
4) Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang
diinginkan pelanggan (menentukan nilai USL dan LSL dari setiap CTQ).
5) Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan nilai
maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ).
6) Mengubah desain produk atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai
nilai target Six Sigma, yang berarti memiliki indeks kemampuan proses , Cpm
minimum sama dengan dua (Cpm ≥ 2).
11
2.2.4. Tahap Pengendalian Kulitas Six Sigma DMAIC
Tahap Six Sigma dapat dilakukan menggunakan pendekatan DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, and Control). DMAIC merupakan proses
untuk peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma. Berikut tahapan-
tahapan DMAIC:
1. Define
Define merupakan langkah operasional pertama dalam peningkatan kualitas
Six Sigma. Pada tahap ini perlu mendefinisikan beberapa hal yang berkaitan
dengan (Gaspersz, 2002 hal 31):
1) Kriteria pemilihan proyek Six Sigma.
Kata kunci dalam hal ini adalah prioritas, artinya harus menetapkan
prioritas utama tentang masalah-masalah peningkatan kualitas mana yang
akan ditangani terlebih dahulu. Pemilihan proyek terbaik adalah berdasarkan
pada identifikasi proyek yang terbaik sepadan dengan kebutuhan, kapabilitas
dan tujuan organisasi yang sekarang.
2) Peran dan tanggung jawab dari orang-orang yang akan terlibat dalam proyek
Six Sigma.
Terdapat beberapa orang atau kelompok orang dengan peran serta gelar
yang umum dipakai dalam program Six Sigma. Deskripsi pekerjaan dari
orang-orang yang terlibat dalam peningkatan program Six Sigma yaitu sebagai
berikut:
a) Dewan Kepemimpinan.
Komite pengarah Six Sigma atau senior champions merupakan orang-
orang yang berada pada posisi manajer puncak (top management) dari
organisasi. Peran dalam posisi ini adalah menetapkan visi, peran, dan
infrastruktur dari Six Sigma, memilih proyek-proyek spesifik Six Sigma
dan mengalokasikan sumber-sumber daya, serta meninjau kemajuan
proyek Six Sigma.
b) Champions.
Champions merupakan pemimpin dari unit bisnis strategis, pemimpin tim
manajemen proyek yang berada dilokasi pembangunan proyek atau
12
kepala dari fungsi-fungsi utama dalam organisasi. Champions
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, memilih, mengeksekusi, dan
menindaklanjuti proyek-proyek Six Sigma yang ditangani oleh Black
Belts.
c) Master Black Belts.
Master Black Belts merupakan individu-individu yang dipilih oleh
champions untuk bertindak sebagai tenaga ahli atau konsultan dalam
perusahaan untuk menyebarluaskan pengetahuan-pengetahuan strategis
yang bersifat terobosan-terobosan Six Sigma ke seluruh organisasi. Master
Black Belts melatih Black Belts dan Green Belts, serta
mengkominikasikan status dan kemajuan secara keseluruhan dari proyek
Six Sigma di dalam area tanggung jawab mereka.
d) Black Belts.
Black Belts merupakan para peserta pelatihan yang dilatih secara intensif
dalam hal solusi masalah statistik. Peran Black Belts adalah menerapakan
dan menyebarluaskan konsep-konsep Six Sigma dari suatu proyek ke
proyek yang lain.
e) Green Belts.
Green Belts merupakan individu-individu yang bekerja paruh waktu (part
time) dalam area spesifik atau mengambil tanggung jawab pada proyek-
proyek kecil dalam lingkup proyek Six Sigma yang ditangani oleh Black
Belts.
3) Kebutuhan pelatihan orang-orang yang terlibat dalam proyek Six Sigma.
Orang-orang yang akan terlibat dalam proyek Six Sigma yang telah dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria pemilihan proyek Six Sigma yang ditetapkan
harus memperoleh pelatihan tentang Six Sigma.
4) Proses-proses kunci dalam proyek Six Sigma
Mendefiniskan proses-proses kunci, sekuens proses beserta interaksinya,
serta pelanggan yang terlibat dalam setiap proses itu. Sebelum mendefinisikan
proses kunci beserta pelanggan dalam proyek Six Sigma, perlu mengetahui
model proses “SIPOC (Suppliers-Inputs-Processes-Outputs-Customers)”.
13
SIPOC merupakan suatu alat yang berguna dan paling banyak dipergunakan
dalam manajemen dan peningkatan proses. Nama SIPOC merupakan akronim
dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu:
a) Suppliers
Merupakan orang atau kelompok orang yang memberikan informasi kunci,
material atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari
beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya dapat dianggap sebagai
pemasok internal (internal suppliers).
b) Inputs
Merupakan segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (suppliers)
kepada proses.
c) Processes
Merupakan sekumpulan langkah yang mentransfromasi dan secara ideal,
menambah nilai kepada inputs (proses transformasi nilai tambah kepada
inputs). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub proses.
d) Outputs
Merupakan produk (barang atau jasa) dari suatu proses.
e) Customers
Merupakan orang atau kelompok orang, atau sub proses yang menerima
outputs.
(Sumber: Tannady, 2015)
Gambar 2.1 Diagram SIPOC
5) Kebutuhan spesifik dari pelanggan.
Langkah pertama dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan
adalah memahami dan membedakan di antara dua kategori persyaratan kritis,
yaitu persyaratan output dan persyaratan pelayanan. Persyaratan output dan
14
persyaratan pelayanan itu kemudian didefinisikan melalui karakteristik
kualitas, yang selanjutnya akan menjadi CTQ (Critical to Quality) dalam
proyek Six Sigma.
6) Pernyataan tujuan proyek Six Sigma.
Mendefinisikan isu-isu, nilai-nilai, dan sasaran atau tujuan dari proyek Six
Sigma. Pernyataan tujuan yang benar adalah apabila mengikuti prinsip SMART
Sebagai berikut:
a) Specific
Tujuan proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus bersifat spesifik yang
dinyatakan secara tegas.
b) Measurable
Tujuan proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus dapat diukur
menggunakan indikator yang tepat guna mengevaluasi keberhasilan,
peninjauan ulang, dan tindakan perbaikan di waktu mendatang.
c) Achievable
Tujuan proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus dapat dicapai melalui
usaha-usaha yang menantang (challenging efforts).
d) Result-oriented
Tujuan proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus berfokus pada hasil-
hasil berupa pencapaian target-target kualitas yang ditetapkan, yang
ditunjukkan melalui DPMO, dll.
e) Time-bound
Tujuan proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus menetapkan batas
waktu pencapaian tujuan itu dan harus dicapai secara tepat waktu.
2. Measure
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam peningkatan kualitas
Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam tahap Measure
yaitu (Gaspersz, 2002 hal 72):
15
1) Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ)
Critical to Quality (CTQ) merupakan atribut-atribut dari suatu produk atau
proses yang sangat penting diperhatikan karena berkaitan langsung dengan
kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2) Mengembangkan rencana pengumpulan data
Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga
tingkat, yaitu:
a) Pengukuran pada tingkat proses
Mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam proses dan karakteristik
kualitas input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang
mengendalikan dan mempengaruhi karakteristik kualitas output yang
diinginkan. Contoh pengukuran pada tingkat proses adalah cycle time.
b) Pengukuran pada tingkat ouput
Mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses
dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristik kualitas yang diinginkan
oleh pelanggan. Contoh pengukuran pada tingkat output adalah banyaknya
unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan (banyak
produk cacat).
c) Pengukuran pada tingkat outcome
Mengukur bagaimana baiknya suatu produk (barang atau jasa) itu
memenuhi kebutuhan spesifik dan ekspetasi rasional dari pelanggan.
Contoh pengukuran pada tingkat outcome adalah tingkat kepuasan