11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perbankan 2.1.1. Pengertian Bank Tessa Aulia Rahman et. al. (2016) seperti dikutip dari Kasmir (2015) mendefinisikan bank merupakan Lembaga Keuangan dengan kegiatan operasional menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Fungsi-fungsi yang dilakukan Bank Umum antara lain menghimpun dana masyarakat, memberikan kredit, melakukan mekanisme pembayaran, menciptakan uang giral, menfasilitasi perdagangan luar negeri, memberi jasa trust, dan menyediakan jasa yang bersifat off balance sheet (Darmawi., 2006 dalam Tessa Aulia Rahman et. al., 2016). Dalam Booklet Perbankan Indonesia tahun 2014 yang dimaksud dengan perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
41
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/301/2/BAB II.pdfPengertian Bank Tessa Aulia Rahman et. al. (2016) seperti dikutip dari Kasmir (2015)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perbankan
2.1.1. Pengertian Bank
Tessa Aulia Rahman et. al. (2016) seperti dikutip dari Kasmir
(2015) mendefinisikan bank merupakan Lembaga Keuangan dengan
kegiatan operasional menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa bank
lainnya. Fungsi-fungsi yang dilakukan Bank Umum antara lain
menghimpun dana masyarakat, memberikan kredit, melakukan
mekanisme pembayaran, menciptakan uang giral, menfasilitasi
perdagangan luar negeri, memberi jasa trust, dan menyediakan jasa
yang bersifat off balance sheet (Darmawi., 2006 dalam Tessa Aulia
Rahman et. al., 2016).
Dalam Booklet Perbankan Indonesia tahun 2014 yang dimaksud
dengan perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan Indonesia dalam
menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
12
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunaan dan hasil-
hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan Indonesia
memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan
pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan
perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
(Tuti Alawiyah, 2016).
Jika dilihat dari segi katanya maka bank itu berasal dari bahasa
Italia yaitu banco yang artinya kursi. Menurut Undang-Undang
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank
adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat (Irham Fahmi, 2014).
Berdasarkan pengertian bank menurut beberapa ahli di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa bank adalah salah satu kegiatan Lembaga
Keuangan yang memiliki tugas melakukan perantara lalu lintas uang
yang akan dikelola. Perantara lalu lintas uang bank ini termasuk
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari memiliki kelebihan uang
akan disimpan di bank dalam bentuk simpanan dan masyarakat yang
kekurangan/ membutuhkan uang dalam kehidupan sehari-hari akan
meminjam uang di bank dalam bentuk kredit dengan diharapkan
13
kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan taraf hidup rakyat
banyak.
2.1.2. Jenis dan Usaha Bank
Jenis dan usaha bank ini dipelajari oleh pihak-pihak yang
berkepentingan karena sesuatu yang menjadi bagian utama dalam
peristiwa penting dalam kehidupan kita. Kita dalam kehidupannya,
kita menemukan berbagai jenis-jenis bank yang didirikan juga kita
terlibat secara langsung kegiatan bank dalam menghimpun dana,
menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Sebagian
waktu yang dimiliki kita dapat dipakai untuk mendefinisikan dan
memikirkan masalah tentang peran bank, wawancara yang berkaitan
dengan kegiatan bank yang didirikan, mengenali jenis-jenis bank
yang didirikan, serta melihat dan mendiskusikan dengan teman
masalah kegiatan usaha bank dan jenis-jenis bank didirikan.
Mengacu pada pendapat Meidita Kartikasari (2014) seperti
dikutip dari Kasmir (2003) Jenis perbankan ditinjau dari berbagai
segi adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi fungsinya
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 maka jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari
Bank Umum. Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau berdasarkan prinsip
14
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan Bank Umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah. Bank Umum sering disebut Bank Komersial
(Commercial Bank). Misalnya: Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan
dengan kegiatan Bank Umum.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai
berikut:
a. Bank Milik Pemerintah
Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki
oleh pemerintah pula.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh
atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya diambil oleh swasta pula.
15
c. Bank Milik Asing
Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada
diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah
asing suatu negara.
d. Bank Milik Campuran
Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.
Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang
oleh Warga Negara Indonesia.
3. Dilihat dari segi status
Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status dibagi ke
dalam dua macam, yaitu:
a. Bank Devisa
Bank yang Berstatus Devisa atau Bank Devisa merupakan
bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
travelers cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of Credit
(C/ L), dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk
menjadi Bank Devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia
setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan.
16
b. Bank Non Devisa
Bank dengan status Non Devisa atau Bank Non Devisa
merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai Bank Devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya Bank Devisa.
Jadi, Bank Non Devisa merupakan kebalikan dari Bank
Devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-
batas suatu negara.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam
menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi
dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini
adalah Bank yang Berorientasi pada Prinsip Konvensional. Hal
ini disebabkan tidak terlepasnya dari sejarah bangsa Indonesia
dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam mencari
keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya,
Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional menggunakan
dua metode, yaitu:
1) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito.
Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya
17
(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread
based.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya Perbankan Konvensional
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau presentase tertentu seperti biaya administrasi,
biaya provisi, sewa, iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sistem
pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Penentuan harga Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
terhadap produknya sangat berbeda dengan Bank Berdasarkan
Prinsip Konvensional. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain dalam hal untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan menjelaskan bahwa usaha Bank Umum meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
18
4. Membeli, menjual atau meminjam atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan/ atau perintah nasabah.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam
dana kepada bank lain, baik menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat
berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di Bursa
Efek Indonesia.
11. Membeli melalui pelelangan guna baik semua maupun sebagian
dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban kepada bank,
dengan ketentuan argumen yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.
12. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat.
19
13. Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
dapat juga melakukan usaha berdasarkan prinsip syariah (Meidita
Kartikasari, 2014).
2.1.3. Sumber Dana Bank
Menurut Sandhy Dharmapermata Susanti (2015) menyatakan
bahwa sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Mengacu pada
pendapat Sandhy Dharmapermata Susanti (2015) seperti dikutip dari
Ismail (2010) Dana bank yang digunakan sebagai alat untuk
melakukan aktivitas usaha dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Dana sendiri
a. Modal disetor
Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh
pemilik pada saat awal bank didirikan.
b. Cadangan
Sebagian dari laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan
modal dan lainnya yang akan digunakan untuk menutup
timbulnya risiko di kemudian hari.
c. Sisa laba
Merupakan akumulasi dari keuntungan yang diperoleh oleh
bank setiap tahun.
20
2. Dana pinjaman
a. Pinjaman dari bank lain di dalam negeri.
b. Pinjaman dari bank atau Lembaga Keuangan di luar negeri.
c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan bukan bank.
3. Dana pihak ketiga
a. Simpanan Giro
Simpanan Giro merupakan simpanan yang diperoleh dari
masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah
dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan Cek dan Bilyet
Giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan.
b. Tabungan
Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh
pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak ketiga.
c. Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan antara bank dengan nasabah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan berbagai sumber
dana bank meliputi jenis penggunaan dana, apakah ada kesempatan
untuk memperoleh dana dari pasar dana, filosofi manajemen bank
yang bersangkutan, jenis sumber dana, hubungan biaya dana dan
penghasilan, ramalan tingkat bunga, dan lamanya (duration) dana itu
21
bisa dipakai. Sumber dana bank ini dipengaruhi 7 faktor tersebut,
membangun mekanisme dan kekuatan manajemen perbankan.
2.2. Laporan Keuangan Bank
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Bank
Menurut Irham Fahmi (2011) mendefinisikan Laporan Keuangan
merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan
suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hal itu
sesuai dengan yang diungkapkan Irham Fahmi (2011) seperti dikutip
dari Munawir (2002) Laporan Keuangan merupakan alat yang sangat
penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Dengan begitu Laporan Keuangan diharapkan akan
membantu bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat finansial.
Menurut Sandhy Dharmapermata Susanti (2015) Perusahaan
baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu)
akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Hal itu sesuai
dengan yang diungkapkan Sandhy Dharmapermata Susanti (2015)
seperti dikutip dari Kasmir (2012) menyatakan bahwa Laporan
Keuangan Bank adalah Laporan Keuangan yang menunjukkan
kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini dapat
22
diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya. Laporan ini
juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode.
Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat
memperbaiki kekurangan yang ada serta mempertahankan
keunggulan yang dimilikinya.
Mengacu pada pendapat Santi Budi Utami (2015) seperti dikutip
dalam Ikatan Akuntansi Indonesia menyebutkan bahwa Laporan
Keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada pihak ekstern (luar
perusahaan) harus disusun sedemikian rupa sehingga:
1. Memenuhi keperluan untuk:
a. Memberikan informasi keuangan secara kuantitatif mengenai
perusahaan tertentu, guna memenuhi keperluan para pemakai
dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi.
b. Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi
keuangan dan perubahan kekayaan bersih perusahaan.
c. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para
pemakai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari
perusahaan.
d. Menyajikan informasi lain yang diperlukan mengenai
perubahan dalam harta dan kewajiban, serta mengungkapkan
informasi lain yang sesuai dengan keperluan para pemakai.
23
2. Mencapai mutu sebagai berikut:
a. Relevan, agar relevan Laporan Keuangan harus memiliki nilai
prediksi dan nilai umpan balik serta harus disajikan tepat
waktu, baik untuk Laporan Interim maupun untuk Laporan
Tahunan.
b. Jelas dan dapat dimengerti, informasi yang disajikan dapat
dimengerti dengan mudah bagi rata-rata pengguna Laporan
Keuangan.
c. Dapat diuji kebenarannya, informasi harus dapat diuji
kebenarannya. Dapat diuji kebenaran informasi akuntansi
berdasarkan pada keobyektifan dan konsensus.
d. Mencerminkan keadaan perusahaan menurut waktunya secara
tepat.
e. Dapat dibandingkan, informasi keuangan dapat dibandingkan
antara Lembaga Keuangan Syariah dan diantara dua periode
akuntansi yang berbeda bagi Lembaga Keuangan yang sama.
f. Lengkap, lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
g. Netral, harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan
bukan untuk pihak tertentu saja.
2.2.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank
Proses penyusunan Laporan Keuangan Bank ini akan diberikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan,
24
seperti pemegang saham, pemerintah, manajemen, karyawan, dan
masyarakat luas. Laporan Keuangan Bank ini setelah selesai disusun
Laporan Keuangan Bank akan diterbitkan bank. Laporan Keuangan
Bank diterbitkan ini diharapkan dapat memiliki keuntungan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, pihak-pihak yang
berpentingan juga memiliki tugas, tujuan, dan tanggung jawab dari
Laporan Keuangan Bank yang diterbitkan bank.
Nur Artyka (2015) seperti dikutip dari Taswan (2008) Jenis
Laporan Keuangan Bank terdiri dari:
1. Laporan Keuangan Bulanan
a. Laporan Keuangan Bulanan Bank Umum yang disampaikan
oleh bank kepada Bank Indonesia untuk posisi bulan Januari
sampai dengan Desember akan diumumkan pada home page
Bank Indonesia.
b. Format yang digunakan untuk Laporan Keuangan publikasi
Bulanan tersebut sesuai format pada Laporan Keuangan
Bulanan.
c. Laporan Keuangan Bulanan merupakan Laporan Keuangan
Bank secara individu yang merupakan gabungan antara kantor
pusat bank dengan seluruh kantor bank.
2. Laporan Keuangan Triwulan
Laporan Keuangan Triwulan disusun antara lain untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau
25
hasil usaha bank serta informasi keuangan lainnya kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha
bank. Laporan Keuangan Triwulan yang wajib disajikan adalah:
a. Laporan Keuangan Triwulanan Posisi Akhir Maret dan
September.
b. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Juni.
c. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Akhir Desember.
3. Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Keuangan Tahunan Bank dimaksudkan untuk
memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara
menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank.
Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Perbankan.
2.2.3. Komponen-Komponen Laporan Keuangan Bank
Mengacu pada pendapat Nur Artyka (2015) seperti dikutip Ikatan
Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1
(2007) menyatakan bahwa Laporan Keuangan lengkap terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu
perusahaan pada tanggal tertentu.
26
2. Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha
dan biaya-biaya selama suatu periode akuntansi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan
sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode
menjadi ekuitas pada akhir periode.
4. Laporan Arus Kas, menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang
dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus
kas pendanaan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan, berisi informasi keuangan yang
tidak dicantumkan dalam Laporan Keuangan tetapi informasi
tersebut merupakan bagian integral dari Laporan Keuangan.
2.2.4. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Bank
Laporan Keuangan Perbankan yang telah disusun dan disajikan
memiliki beberapa tujuan menyediakan informasi yang dapat
digunakan pihak-pihak berkepentingan untuk menentukan dan
mengambil keputusan yang tepat sasaran dan rasional. Informasi
yang disajikan dan disusun dalam Laporan Keuangan memiliki
karakteristik dapat dipahami, relevansi, dapat dipercaya, dan dapat
dibandingkan oleh pihak-pihak berkepentingan yang menggunakan
Laporan Keuangan adalah deposan, kreditur, pemegang saham,
otoritas pengawasan, Bank Indonesia, pemerintah, Lembaga
Pinjamin Simpanan, dan masyarakat. Selain itu, Laporan Keuangan
27
juga memberikan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan,
kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu bank pada suatu
periode.
Menurut Tuti Alawiyah (2016) menyatakan bahwa tujuan
Laporan Keuangan Bank adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kas yang dapat dipercaya mengenai posisi
keuangan perusahaan (termasuk bank) pada suatu saat tertentu.
2. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
3. Memberikan informasi yang dapat membantu pihak-pihak yang
berkepentingan untuk menilai atau menginterpretasikan kondisi
dan potensi suatu perusahaan.
4. Memberikan informasi penting yang lainnya yang relevan dengan
kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan dengan Laporan
Keuangan yang bersangkutan.
Laporan Keuangan Perbankan memiliki beberapa tujuan yang
telah diungkapkan dari Tuti Alawiyah (2016) tersebut. Selain itu,
Laporan Keuangan Perbankan juga memberikan manfaat kepada
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Bank.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Bank
ini berbeda dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
Laporan Keuangan Perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap Laporan Keuangan Bank adalah pemegang saham,
28
pemerintah, manajemen, karyawan, dan masyarakat luas. Sedangkan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
Perusahaan adalah kreditur, investor, akuntan publik, karyawan
perusahaan, bapepam, underwriter, konsumen, pemasok, Lembaga
Penilai, asosiasi perdagangan, pengadilan, akademis dan peneliti,
pemda, pemerintah pusat, pemerintah asing, dan organisasi
internasional.
Mengacu pada pendapat Santi Budi Utami (2015) seperti dikutip
dari Muhammad (2005) menyatakan bahwa manfaat informasi yang
disajikan dalam Laporan Keuangan antara lain meliputi:
1. Untuk pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan.
2. Untuk menilai prospek arus kas baik penerimaan maupun
pengeluaran kas di masa datang.
3. Mengenal sumber daya ekonomi (economic resources) bank,
kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada
entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya
transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan
sumber daya tersebut.
4. Mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, termasuk
pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta
penggunaannya.
29
5. Untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikan
pada tingkat keuntungan investasi terikat.
6. Mengenal pemenuhan fungsi sosial bank termasuk pengelolaan
dan penyaluran zakat.
2.3. Tingkat Kesehatan Bank
Khisti Minarrohmah et. al. (2014) seperti dikutip dari Kasmir (2008)
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Tingkat kesehatan suatu bank jika dilihat dari
pendapat tersebut dapat dikatakan sehat atau tidak. Laporan Keuangan suatu
Bank dapat mencerminkan kondisi dan kinerja bank tersebut. Bank wajib
menjaga tingkat kesehatannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank.
Tingkat kesehatan bank adalah kondisi keuangan dan manajemen bank
diukur melalui rasio-rasio hitung (Heidy Arrvida Lasta et. al., 2014). Heidy
Arrvida Lasta et. al. (2014) seperti dikutip dari Sunarti (2011) Tingkat
kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, yaitu pemilik
dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia
selaku pembina dan pengawas bank-bank yang ada di Indonesia.
30
Tessa Aulia Rahman et. al. (2016) seperti dikutip dari Siamat (2005)
menyatakan bahwa penilaian kesehatan bank dibagi menjadi penilaian
kuantitatif yaitu penilaian tentang kondisi keuangan bank dan penilaian
kualitatif tentang manajemen dan kepatuhan bank. Perbankan harus dinilai
kesehatannya agar tetap prima dalam melayani nasabahnya. Penilaian
kesehatan bank dilakukan setiap tahun untuk melihat adanya peningkatan
atau penurunan kesehatan.
2.4. Profil Risiko (Risk Profile)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 menyebutkan
bahwa penilaian terhadap faktor profil risiko sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 Huruf a merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas
penerapan manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan