24 BAB II LANDASAN TEORI II. A. Emosi II. A. 1. Definisi emosi Kata emosi berasal dari bahasa Prancis emotion, dari kata emouvoir, yang berarti kegembiraan. Selain itu emosi juga berasal dari bahasa Latin emovere yang berarti “luar” dan movere yang berarti “bergerak”. Lahey (2003) mengatakan emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang menyebabkan munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun hanya dapat dilihat dari ekspresinya dan perilaku saja. Menurut Prezz dalam Syukur (2011) emosi merupakan reaksi tubuh saat menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi sangat berkaitan erat dengan aktivitas kognitif (berfikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi yang dialaminya. Reaksi manusia terhadap hadirnya emosi, disadari atau tidak memiliki dampak yang bersifat membangun atau merusak. Dengan demikian bisa dikatakan emosi tidak hanya merupakan reaksi terhadap kondisi diri sendiri maupun luar diri sendiri, tetapi juga upaya pencapaian ke arah pembentukan diri menuju hidup yang transendental (spiritual). Sementara itu, menurut Lazarus (dalam Gross, 2002) menyatakan bahwa emotions represent the ‘wisdom of the ages” – emosi-emosi mengambarkan “kebijaksanaan usia”, membutuhkan respon-respon yang telah teruji waktu terhadap masalah-masalah adaptif yang berulang. Hal yang penting, bagaimanapun, emosi-emosi tidak memaksa kita untuk berespon dalam suatu cara Universitas Sumatera Utara
36
Embed
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Emosi II. A. 1. Definisi emosirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39822/4/Chapter II.pdf · Perkembangan regulasi emosi . ... Pada saat bayi mulai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
24
BAB II
LANDASAN TEORI
II. A. Emosi
II. A. 1. Definisi emosi
Kata emosi berasal dari bahasa Prancis emotion, dari kata emouvoir, yang
berarti kegembiraan. Selain itu emosi juga berasal dari bahasa Latin emovere yang
berarti “luar” dan movere yang berarti “bergerak”. Lahey (2003) mengatakan
emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang menyebabkan
munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun hanya dapat dilihat
dari ekspresinya dan perilaku saja.
Menurut Prezz dalam Syukur (2011) emosi merupakan reaksi tubuh saat
menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi sangat berkaitan erat
dengan aktivitas kognitif (berfikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi
yang dialaminya. Reaksi manusia terhadap hadirnya emosi, disadari atau tidak
memiliki dampak yang bersifat membangun atau merusak. Dengan demikian bisa
dikatakan emosi tidak hanya merupakan reaksi terhadap kondisi diri sendiri
maupun luar diri sendiri, tetapi juga upaya pencapaian ke arah pembentukan diri
menuju hidup yang transendental (spiritual).
Sementara itu, menurut Lazarus (dalam Gross, 2002) menyatakan bahwa
emotions represent the ‘wisdom of the ages” – emosi-emosi mengambarkan
“kebijaksanaan usia”, membutuhkan respon-respon yang telah teruji waktu
terhadap masalah-masalah adaptif yang berulang. Hal yang penting,
bagaimanapun, emosi-emosi tidak memaksa kita untuk berespon dalam suatu cara
Universitas Sumatera Utara
25
tertentu, emosi-emosi hanya membuat kita lebih berkemungkinan untuk
mengambil tindakan tertentu. Hal inilah yang membuat kita mampu untuk
mengatur emosi kita. Saat merasa takut, kita bisa saja lari, namun tidak selalu
akan berlari. Saat marah, kita bisa saja menghantam sesuatu, tetapi juga tidak
selalu. Bagaimana kita meregulasi emosi kita merupakan suatu persoalan dari
bagaimana kesejahteraan (well-being) tidak mungkin dipisahkan dari kaitannya
dengan emosi kita.
Menurut Frijda (dalam Nyklicek, Vingerhoets, Zeelenberg, 2011) emosi
adalah fenomena dasar dari fungsi manusia, secara normalnya memiliki nilai
adaptif untuk meningkatkan keefektifan kita dalam hal mencapai tujuan kita
dalam arti yang lebih luas. Pada level antar individu, emosi membantu
menginformasikan kepada orang lain mengenai emosi yang mendasari dan
maksud suatu perilaku. Pertukaran informasi antar masing-masing orang
merupakan hal yang penting bagi suatu hubungan antar manusia, hal yang
menentukan dari kesejahteraan sosial dan psikologis. Selain itu juga berfungsi
sebagai intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri. Seperti dalam hal
memperoleh insight kedalam nilai personal seseorang yang penting untuk
mengambil suatu keputusan.
Berdasarkan dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
emosi adalah respon kognitif, perasaan, dan perilaku yang muncul akibat stimulus
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
26
II. A. 2. Ciri-ciri utama emosi
Tiga ciri utama dari emosi menurut Gross (2007) merupakan prototype
yang berhubungan dari penyebab awal adanya emosi, respon terhadap emosi, dan
hubungan antara penyebab awal adanya emosi dan respon terhadap emosi. Ketiga
ciri-ciri utama tersebut adalah:
1. Emosi-emosi akan mencul saat seseorang berada pada suatu situasi dan
melihat sesuatu yang berhubungan dengan tujuannya. Apapun tujuannya,
dan apapun sumber makna dari situasinya bagi seseorang, hal ini
memberikan arti bagi seseorang, dan arti ini bisa membangkitkan emosi
seseorang. Berdasarkan arti tersebut terjadi perubahan dari waktu ke waktu
(baik perubahan berarti dalam situasi itu sendiri maupun perubahan pada
arti situasinya), maka emosi juga akan berubah.
2. Emosi itu berbagai jenis.
3. Emosi lebih menekankan pada pentingnya kualitas – hal ini seperti yang
dikemukakan Frijda (1986) yang membuat istilah “ control precedence” –
berarti bahwa emosi-emosi bisa menginterupsi apa yang sedang kita
lakukan dan memaksa masuk kedalam kesadaran kita. Bagaimanapun,
emosi sering bersaing dengan respon lain yang juga dihasilkan dari
lingkungan sosial dimana emosi itu berperan. Kemampuan emosi untuk
berubah sudah ditekankan oleh William James (1884), yang menyatakan
bahwa emosi sebagai respon kecenderungan yang bisa dihasilkan dari
berbagai cara. Aspek ketiga dari emosi inilah yang menjadi hal penting
untuk analisa regulasi emosi karena ciri ini membuat regulasi bisa
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
27
Berdasarkan dari ketiga ciri emosi diatas dapat disimpulkan bahwa emosi
dapat muncul saat seseorang melihat tujuannya, emosi itu terdiri dari berbagai
jenis dan emosi itu dapat diubah dan diregulasi. Ciri yang ketiga bahwa emosi
dapat diregulasi atau diatur ini yang menjadi dasar dari analisa regulasi emosi.
II.A.3. Bagian-Bagian Emosi
Secara umum emosi yang terdapat di dalam diri manusia terdiri dari dua
bagian yaitu emosi positif dan emosi negatif. Hal-hal positif dan negatif memang
sellau datang silih berganti dalam kehidupan kita. Terkadang, kita terlalu egois
dalam menyikapi kondisi yang di alami, karena ingin semua hal yang terjadi
berjalan positif atau mungkin juga kita tidak mampu bersabar menunggu waktu
datangnya hal positif setelah terjebak sekian lama dalam kondisi yang negatif.
a. Emosi Positif
Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan
positif terhadap seseorang yang mengalaminya. Hill (dalam
Syukur, 2011) mengatakan bahwa terdapat tujuh macam emosi
yang masuk dalam emosi positif, diantaranya adalah hasrat,
keyakinan, cinta, seks, harapan, romansa dan antusiasme. Ketujuh
emosi tersebut merupakan bentuk emosi yang paling dominan,
kuat, dan paling umum digunakan dalam usaha kreatif. Jenis emosi
ini dapat menunjang keberhasilan karir dan dianggap tidak
merugikan orang lain. Seberapa besar keberhasilan dari emosi
positif ini tergantung dari batas kewajaran yang digunakannya.
Universitas Sumatera Utara
28
Dari kenyataan yang sering terjadi, energi emosi positif lebih baik
digunakan dalam proses mengingat jika dibandingkan dengan
energi emosi negatif. Emosi yang positif akan menghadirkan
perasaan senang, sebab emosi ini dapat membuat otak ingin
mengenang kembali bayangan tersebut. selain itu emosi positif
juga dapat menumbulkan sebuah motivasi karena memang
memiliki unsur motivasi yang luar biasa kuat. Untuk
menumbuhkan emosi positif ini kita harus mampu mengalahkan
energi yang terkandung dalam muatan emosi negatif.
b. Emosi Negatif
Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan
perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan
negatif pada orang yang mengalaminya. Biasanya emosi negatif ini
berada di luar batas kewajaran, seperti marah-marah yang tidak
terkendali, berkelahi, menangis meraung-raung, tertawa keras dan
terbahak-bahak bahkan timbulnya tindakan kriminal. Umumnya,
emosi negatif menimbulkan permasalahan yang dapat menganggu
orang yang mengalaminya, bahkan berdampak pada orang lain dan
masyarakat secara luas. Biasanya, orang yang mengalami emosi
negatif cenderung lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai
negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik,
prasangka, takut, curiga dan lain sebagainya. Emosi semacam itu
akan berdampak buruk bagi yang mengalaminya dan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
29
1. II.A.4. Jenis-jenis emosi
Hurlock (1993) mengatakan bahwa ada 5 jenis emosi pada anak,
diantaranya adalah :
a. Marah
Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai
permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak
lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang
ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat
atau memukul orang lain.
b. Takut
Kebiasaan atau ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan
berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita,
gambar – gambar, acara televisi, radio maupun film yang mengandung
unsur yang menakutkan. Biasanya reaksi awal anak untuk rasa takut adalah
panik, kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar,
bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
c. Cemburu
Anak menjadi cemburu apabila ia menginar bahwa minat dan perhatian
orangtuanya beralih kepada orang lain di dalam keluarga. Biasanya
kehadiran adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat
mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya
dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pura –
pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik
perhatian.
Universitas Sumatera Utara
30
d. Gembira atau senang
Anak merasa gembira biasanya dikarenakan mendapatkan nilai yang bagus,
hadiah, dan pujian. Anak mengungkapkan kegembiraanya dengan
tersenyum dan tertawa, melompat – lompat atau memeluk benda atau orang
yang dapat membuatnya bahagia.
e. Sedih
Anak – anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang
dicintainya atai sesuatu yang dianggap penting bagi dirinya apakah itu
orang, binatang atau benda mati seperti mainan. Secara khas anak
mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan
minat terhadap kegiatan normalnya termasuk makan.
Berdasarkan lima jenis emosi yang biasanya terjadi pada anak maka dalam
penelitian ini juga akan diteliti mengenai emosi-emosi tersebut yaitu marah, sedih,
cemburu, takut dan senang atau gembira.
II. A. 5. Fungsi Emosi
Bagi manusia, dalam teori Coleman dan Hammen dalam Syukur (2011),
emosi tidak hanya berfungsi untuk mempertahankan diri atau sekedar
mempertahankan hidup. Emosi pada manusia seperti yang dikemukakan oleh
Martin dalam buku Psikologi Belajar, juga memberikan fungsi sebagai
pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam hidup manusia. Emosi
juga berfungsi sebagai messenger artinya adalah emosi yang terjadi dalam diri
seseorang dapat membawa pesan atau informasi. Emosi memberitahukan kita
bagaimana keadaan orang-orang yang berada di sekitar kita, terutama orang yang
Universitas Sumatera Utara
31
kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu
yang tepat dengan kondisi tersebut.
Dalam konteks ini, emosi bukan hanya pembawa informasi (messenger)
dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga dalam komunikasi interpersonal.
Lebih dari itu, emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
Setiap emosi yang ada dalam diri kita memberikan rangsangan terhadap
pemikiran, khayalan baru dan tingkah laku yang baru.
II.B.6. Ekspresi Emosi
Emosi adalah keadaan internal yang memiliki perwujudan secara
ekstrenal. Meskipun yang bisa merasakan emosi adalah orang yang
mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi
terekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi dapat diekspresikan dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Syukur (2011) mengatakan bahwa ada beberapa jenis
ekspresi emosi yang menunjukkan kepribadian seseorang, diantaranya adalah:
a. Ekspresi wajah
Semua emosi yang dialami manusia akan diekspresikan melalui
raut wajah. Hanya dengan melihat wajah seseorang, kita bisa
dengan tepat menebak emosi yang sedang dialami oleh orang lain
tersebut. Kita paham wajah orang yang sedang marah, sedih,
bahagia, takut atau terkejut. Dalam hal ini, wajah saat marah dan
sedih pastilah berbeda.
Universitas Sumatera Utara
32
b. Ekspresi vokal
Nada suara seseorang akan berubah seiring dengan emosi yang
sedang dialaminya. Seseorang yang sedang marah, nada suaranya
pasti akan terdengar meninggi. Demikian juga seseorang yang
sedang bahagia, ia akan berbicara dengan lepas dan lancar.
Sementara itu, seseorang yang sedang mengalami gangguan jiwa
dan mengalami kesedihan, kemungkinan besar nada suaranya akan
terbata-bata, bahkan tidak berbicara.
c. Perubahan fisiologis
Saat kita merasakan perubahan sebuah emosi, terdapat perubahan
fisiologis yang mengiringinya, baik yang bisa kita rasakan atau
tidak. Saat takut, kita akan merasakan detak jantung yang
meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar. Selain itu,
kita juga merasakan bulu kuduk merinding, otot wajah menegang,
berkeringat, kencing di celana, dan lain sebagainya. Bahkan,
perubahan tersebut jarang juga diketahui oleh orang lain.
d. Gerak dan isyarat tubuh
Sering kali, emosi emosi seseorang akan diekspresikan melalui
gerak dan isyarat tubuh. Terkadang, kita cukup mengetahui
seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa
tubuhnya. Ia akan menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan
gerakan yang tidak perlu, sering melakukan kesalahan berkeringan
dan lain sebagainya. Orang yang jatuh cinta menatap yang
Universitas Sumatera Utara
33
dicintainya lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih
lebar dan lain-lain.
e. Tindakan-tindakan emosional
Banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengekspresikan emosi yang dialaminya. Ketika emosi marah
melanda, terkadang seseorang hanya diam. Diam dianggap sebagai
salah satu tindakan yang mencerminkan keadaan emosionalnya.
Namun, tidak jarang kira melihat emosi seseorang yang sedang
marah dengan membentak, memaki bahkan memukul. Sementara
itu, saat seseorang sedang dirundung kesedihan, ia hanya sanggup
mengapresiasikannya dengan menangis.
II. A. 7. Perkembangan regulasi emosi
Dodge dan Garber (1991) menyatakan bahwa regulasi dari sistem-sistem
respon sering dianggap sebagai suatu prestasi perkembangan karena hal ini
merupakan koordinasi yang tidak diperoleh langsung saat kita dilahirkan sehingga
biasanya diperoleh pada masa-masa awal kehidupan. Kopp (1989) menyatakan
bahwa regulasi awalnya diperoleh dari lingkungan eksternal (pengasuh) dan tugas
perkembangan hubungan antara bayi dan pengasuh adalah untuk mentransfer
kontrol tersebut pada bayi. Pada bulan pertama kehidupan, peristiwa-peristiwa
yang terjadi tanpa disadari, seperti mengisap, memutar kepala, dan pergerakan
tangan ke mulut merupakan hasil pembelajaran terhadap adanya stimulus negatif
(negative arousal states). Cicchetti, Ganiban, dan Barnett (dalam Dodge dan
Garber, 1991) memandang adanya kontribusi dari sistem-sistem saraf pada bulan-
Universitas Sumatera Utara
34
bulan pertama kehidupan, yang membuat bayi mampu memiliki kendali atas
respon-respon motorik dan fisiologis. Selain itu, menurut Malatesta dan Walden
adanya fungsi pengaturan dari interaksi antara bayi dan pengasuh, yang kemudian
nantinya akan menjadi sumber informasi yang akan menjadi kontrol perilaku yang
tidak nampak terutama pada hal-hal yang negatif.
Pada saat bayi mulai matang, kemampuan kognitifnya mulai berkembang
(seperti diskriminasi, perencanaan, dan selective attention) membuat mereka
sudah mulai bisa untuk melakukan regulasi emosi. Seluruh kegiatan ini didukung
dan dimonitor oleh pengasuh. Diantara yang paling penting pada pencapaian
perkembangan dikaitkan dengan munculnya regulasi emosi adalah pencapaian
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Menangis menjadi sangat
komunikatif, membuat bayi mampu untuk menunjukkan isyarat kepada pengasuh
saat regulasi eksternal diperlukan. Dan menangis berubah menjadi sinyal-sinyal
nonverbal, seperti melihat kepada ibunya saat dipaparkan stimulus yang baru atau
ambigu, kemudian dengan munculnya bahasa.
II. B. Anak Tunarungu
II. B. 1. Definisi anak tunarungu
Menurut Heward (1998) tunarungu (hearing impairment) adalah suatu
istilah genetik yang mencakup ketidakmampuan mendengar (hearing disabilities)
dari rentang ringan hingga parah (mild to profound), sehingga meliputi anak-anak
yang tuli (deaf) dan mengalami kesulitan pendengaran (hard of hearing). Ketulian
(deaf) adalah mereka yang tidak mampu mendengar untuk mengerti sebuah
percakapan, walaupun mereka menerima beberapa suara. Terkadang walaupun
Universitas Sumatera Utara
35
memakai alat bantu dengar, kehilangan pendengaran yang sangat besar tidak bisa
membuat mereka bisa mengerti sebuah percakapan jika hanya mengandalkan
telinganya saja. Hal ini berbeda dengan seseorang yang mengalami kesulitan
pendengaran (hard of hearing) yaitu seseorang yang memiliki kehilangan
pendengaran yang signifikan sehingga memerlukan adapatasi khusus. Berg (1986)
menjelaskan bahwa masih ada kemungkinan anak yang memiliki kesulitan
pendengaran dapat merespon percakapan dan stimulus auditori lainnya. Dengan
kata lain, kemampuan bahasa dan berbicara anak yang mengalami kesulitan
pendengaran yang mengalami penurunan atau keterlambatan bisa berkembang
dengan saluran suara (auditory channel). Anak-anak yang mengalami kesulitan
pendengaran mampu menggunakan pendengaran mereka memahami suatu
percakapan, terutama jika menggunakan bantuan alat bantu dengar.
Somantri (2007) menyatakan bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai
suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.
Batasan pengertian anak tunarungu banyak diungkapkan oleh para ahli. Seperti
menurut Dwidjosumarto (dalam Somantri, 2007) yang mengemukakan bahwa
seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu.
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low of hearing). Tuli atau tunarungu adalah mereka yang indera
pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran
tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera
pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk
mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar atau
Universitas Sumatera Utara
36
hearing aids. Selain itu Salim (dalam Somantri, 2007) juga menyimpulkan bahwa
anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus
untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian
(hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya
tidak berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
II. B. 2. Klasifikasi tunarungu
Menurut Somantri (2007) klasifikasi tunarungu dibagi menjadi dua, yaitu
secara etiologis dan menurut tarafnya:
a. Klasifikasi secara etiologis
Yaitu pembagian yang berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab
ketunarunguan ada beberapa faktor, yaitu:
1. Sebelum dilahirkan
a) Salah satu atau kedua orang tua menderita tunarungu atau
mempunyai gel sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominan
gen, resesif gen, dan lain-lain.
b) Karena penyakit; sewaktu ibu mengandung terserang suatu
penyakit terutama penyakit-penyakit yang diderita saat-saat
Universitas Sumatera Utara
37
kehamilan tri semester pertama, yaitu pada saat pembentuka ruang
telinga. Penyakit itu adalah rubella, moribili, dan lain-lain.
c) Karena keracunan obat-obatan, pada suatu kehamilan ibu
meminum obat-obatan terlau banyak, ibu seorang pencandu
alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya, sehingga
dia meminum obat penggugur kandungan, hal ini akan dapat
menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.
2. Saat kelahiran
a) Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan
dibantu dengan penyedotan.
b) Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
3. Setelah kelahiran (post natal)
a) Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak
(meningitis) atau infeksi umum, seperti difteri, morbili, dan lain-
lain.
b) Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
c) Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran
bagian dalam, misalnya jatuh.
b. Klasifikasi menurut tarafnya
Menurut Heward (1995) ada beberapa tingkatan dari kerusakan
pendengaran dan berbagai pengaruhnya pada anak. Tidak ada dua anak yang
benar-benar memiliki pola pendengaran yang sama. Anak-anak mendengar suara
dengan derajat kejelasan yang berbeda dan anak yang memiliki kemampuan
Universitas Sumatera Utara
38
mendengar sama bervariasi dari hari ke hari. Beberapa tingkatan dari kerusakan
pendengaran adalah sebagai berikut:
a. Gangguan pendengaran lebih ringan (27-40 dB)
Anak dengan gangguan pendengaran slight loss bisa memiliki kesulitan
mendengar samar-samar atau pidato yang jauh dan anak-anak ini biasanya
tidak memiliki kesulitan dalam situasi sosial.
b. Gangguan pendengaran ringan (41-55 dB)
Anak dengan gangguan pendengaran ringan masih bisa memahami
percakapan dengan jarak 3-5 kaki (face to face) dan bisa kehilangan
sekitar 50% diskusi di kelas jika suaranya samar-samar atau tidak sejajar
dengan garis penglihatan. Bisa memiliki keterbatasan kosakata dan
ketidakteraturan dalam berbicara.
c. Gangguan pendengaran sedang (56-70 dB)
Anak yang mengalami gangguan pendengaran sedang hanya bisa mengerti
percakapan dengan suara keras, kesulita dalam diskusi kelompok semakin
meningkat, berkemungkinan adanya gangguan berbicara, kesulitan dalam
penggunaan pemahaman bahasa dan berkemungkinan memiliki kosakata
yang terbatas.
d. Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
Anak yang mengalami gangguan pendengaran berat hanya bisa mendengar
suara dengan jarak 1 kaki dari telinga mereka dan mampu untuk
mengidentifikasi suara-suara pada lingkungan, mampu untuk membedakan
huruf hidup tetapi tidak dengan konsonan (huruf mati). Kemampuan
berbahasa dan berbicara bisa mengalami gangguan atau penurunan dan
Universitas Sumatera Utara
39
tidak bisa berkembang secara spontan jika kehilangan pendengaran
dimulai pada sebelum usia 1 tahun.
e. Gangguan pendengaran sangat berat (91 dB atau lebih)
Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran pada tahap sangat
berat, mereka bisa mendengar beberapa suara keras tetapi lebih
menggunakan sensasi getaran dibandingkan dengan gaya suara. Lebih
menekankan pada penglihatan dibandingkan dengan pendengaran untuk
berkomunikasi. Kemampuan berbahasa dan berbicara berkemungkinan
besar mengalami kerusakan dan kemampuan ini tidak berkembang secara
spontan jika kehilangan pendengaran pada masa prelingual.