15 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Supply Chain Secara mendasar, Supply Chain menurut Chaffey dan Woods (2005), adalah pengaturan dari seluruh aktivitas pengadaan oleh sebuah organisasi dari pemasoknya dan pengiriman produk ke konsumennya. Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2006), Supply Chain ialah perpanjangan sistem yang mencakup Value Chain dari sebuah organisasi beserta pemasok, distributor dan konsumennya (lihat gambar 2.1). Gambar 2.1. Supply Chain menurut Romney dan Steinbart. Sumber: Accounting Information Systems. 10th Edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
24
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0013-bab2.pdforganisasi dari pemasoknya dan pengiriman produk ke konsumennya. Sedangkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Supply Chain Secara mendasar, Supply Chain menurut Chaffey dan Woods
(2005), adalah pengaturan dari seluruh aktivitas pengadaan oleh sebuah
organisasi dari pemasoknya dan pengiriman produk ke konsumennya.
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2006), Supply Chain
ialah perpanjangan sistem yang mencakup Value Chain dari sebuah
organisasi beserta pemasok, distributor dan konsumennya (lihat gambar
2.1).
Gambar 2.1. Supply Chain menurut Romney dan Steinbart.
Sumber: Accounting Information Systems. 10th Edition. Upper Saddle River,
NJ: Prentice Hall.
16
2.2. Supply Chain Management (SCM) Pada penerapannya, Supply Chain kemudian berkembang menjadi
sebuah fungsi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dimana fungsi ini harus
dapat mendukung kebutuhan perusahaan, serta dapat dipantau dengan
baik. Hal ini dirasakan oleh perusahaan yang memiliki kebutuhan untuk
melakukan perpindahan barang atau bahan baku pendukung kegiatan
perusahaan. Bila dahulu fungsi ini sering disebut dengan logistic - maka
dalam pengembangannya - disadari tidak hanya sebatas cakupan pada
logistic saja (perpindahan secara fisik), tapi terhubung dengan disiplin
ilmu lainnya. Sehingga kemudian muncul terminologi Supply Chain
Management (SCM) yang kini diadopsi secara luas.
Menurut Whitten, Bentley dan Dittman (2004), Supply Chain
Management ialah sebuah aplikasi perangkat lunak yang mengoptimalkan
proses bisnis pengadaan bahan baku sampai kepada distribusi barang jadi,
dengan mengintegrasikan secara langsung sistem informasi logistik yang
dikelola oleh organisasi dengan sistem yang ada pada pemasok dan
distributor.
Sedangkan menurut Turban, Rainer dan Potter (2002), SCM ialah
perencanaan dan pengendalian arus asal barang dan material, sampai
dengan produksi dan pengirimannya ke konsumen, sehingga dapat
mencapai tujuan untuk sampai ke pasar lebih cepat, mengurangi tingkat
persediaan, biaya yang lebih rendah dan meningkatkan layanan bagi
pelanggan.
17
Adapun menurut Balou (2007), Supply Chain Management
merupakan perkembangan dari penggabungan fungsi logistik, Material
Management, Purchasing, Transportation. Konvergensi fungsi-fungsi ini
baru dirasakan pada tahun 2000an, yang kemudian dikenal sebagai Supply
Chain Management (lihat gambar 2.2).
Gambar 2.2. Evolusi Konvergensi Disiplin Ilmu ke dalam SCM.
Sumber: European Business Review (2007) Vol. 19 No. 4, pp. 332-348.
Pendapat ini mendukung perumusan sub proses yang telah disusun
oleh Lambert dkk (1998), dimana di dalam SCM harus terdapat sub proses
sebagai berikut:
1. Customer Relationship Management;
2. Customer Service Management;
3. Demand Management;
18
4. Order Fulfillment;
5. Manufacturing Flow Management;
6. Supplier Relationship Management;
7. Product Development and Commercialization; and
8. Returns Management.
SCM pada penerapannya SCM mencakup integrasi antara Supplier,
Customer dan perusahaan berserta fungsi di dalamnya sebagai satu
kesatuan, dengan berbagai alternatif cakupan sebagai berikut (Fawcett &
Magnan, 2002):
Gambar 2.3. Cakupan SCM menurut Fawcett dan Magnan.
Sumber: International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management (2002) Vol. 32 No. 5, pp. 339-61
19
Dengan semakin luasnya cakupan SCM, maka tidak hanya terbatas
pada sisi Supplier maupun konsumen saja, tetapi juga bagi kedua belah sisi
dan pihak yang terkait dengan masing-masing sisi tersebut. Makin luasnya
cakupan, akan semakin meningkatkan tingkat kerumitan integrasi SCM.
Kolaborasi antar unsur Supply Chain merupakan inti
keberlangsungan SCM saat ini dan di masa yang akan datang, untuk itu,
diperlukannya beberapa fitur dalam SCM guna mendukung kolaborasi
tersebut, yaitu:
1. Pembagian informasi bersama dan semangat untuk
bekerjasama;
2. Sistem informasi yang melibatkan setiap unsur SCM;
3. Metriks yang diterima tiap organisasi yang berada pada SCM;
4. Cara pandang yang sama terhadap identifikasi manfaat; dan
5. Cara pembagian keuntungan dari hasil kerjasama.
2.3. Posisi SCM dalam E-Business Application Architecture
Pada penerapannya, SCM tidak lepas dari fungsi teknologi (baik itu
TI/SI) sebagai enabler. Teknologi mendorong berkembangnya batas-batas
maupun kesempatan baru dalam menjalankan model usaha dari suatu
perusahaan. Dimana kini teknologi dituntut tidak hanya mendukung
operasional perusahaan (internal), namun juga mampu untuk
menghubungkan perusahaan dengan entitas lain yang berada di luar
organisasinya (eksternal), bahkan sampai tingkatan pelanggan.
20
Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan konsep E-Business. Dalam
E-Business Application Architecture, Kalakota dan Robinson (2001)
memetakan applikasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan
(Decision Support) dan integrasi antar perusahaan (Enterprise
Integration), ke dalam dua bagian besar (lihat gambar 2.4).
Pertama, dimana Supply Chain Management sebagai bagian
perpanjangan dari ERP. Dimana fungsi logistik, distribusi dan produksi
telah termasuk ke dalamnya. Fungsi ini akan mengintegrasikan antara
pemasok, distributor dan reseller ke dalam satu sistem, yaitu Supply Chain
Management.
Kedua, sebagai bagian dari Customer Relatioship Management
yang mencakup fungsi Marketing, Sales dan Customer Services. Dimana
fungsi ini merupakan penghubung antara perusahaan dengan Konsumen
dan Reseller sebagai bagian dari Selling Chain Management.
Dengan berjalannya pengambilan putusan dan integrasi antar
perusahaan, maka akan membawa dampak secara internal bagi perusahaan.
Pertama, adalah peningkatan pengendalian administratif berupa
pengelolaan sumber daya manusia, sebagai penghubung dengan pihak
pegawai. Kedua, adalah untuk meningkatkan pengendalian manajemen
terhadap kinerja keuangan, akuntansi dan audit, sebagai penghubung
dengan pihak Stakeholder (lihat gambar 2.4).
21
Gambar 2.4. Pemetaan SCM dalam E-Business Application Architecture.
(Kalakota dan Robinson, 2001).
Sumber: E-Business 2.0: Roadmap for Success. Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
Kemampuan untuk menghubungkan berbagai pihak melalui peran
SCM, diharapkan mampu memenuhi tujuan (goals) dari segi perusahaan
dengan menjalankan E-Business maupun ekspektasi daripada konsumen.
Kedua hal tersebut harus disertai dengan penyesuaian secara
internal dari perusahaan. Sehingga baik dari sisi konsumen boleh
diyakinkan akan efektivitas proses yang ada di dalam SCM (indikator
harga dan waktu kirim), dan dari sisi perusahaan akan memiliki rasa
22
tanggung jawab untuk dapat menyediakan layanan yang terbaik (lihat
gambar 2.5).
Gambar 2.5. Pemenuhan Tujuan Perusahaan dan Ekspektasi Konsumen.
(Kalakota dan Robinson, 2001).
Sumber: E-Business 2.0: Roadmap for Success. Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
Dengan TI/SI sebagai “Enabler” SCM, maka menurut Chaffey dan
Woods (2005) perusahaan akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Increased efficiency of individual processes
Mengurangi siklus waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah proses beserta sumber dayanya
Keuntungan: Mengurangi siklus waktu dan biaya per order
2. Reduced complexity of the supply chain
Proses disintermediasi dari siklus waktu dan sumber daya pada
Supply Chain, dimana perusahaan dapat secara langsung
memesan dari Supplier tanpa melalui perantaraan distributor
23
dan memampukan konsumen untuk memesan langsung secara
online.
Keuntungan: Mengurangi biaya dari saluran distribusi dan
penjualan
3. Improved data integration between elements of the supply
chain
Sebuah perusahaan dapat berbagi informasi dengan Supplier
sesuai dengan kebutuhan produk untuk mengoptimalkan proses