7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja 2.1.1. Pengertian Penilaian Kinerja (Mangkunegara, 2017) menyatakan bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Menurut Mengginson dalam (Mangkunegara, 2017) menyatakan bahwa “Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”. Menurut Mathis dan Jackson dalam (Fahmi, 2016) menyatakan bahwa “Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut”. 2.1.2. Tujuan Penilaian Kinerja Tujuan penilaian atau evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari sumber daya manusia organisasi. Secara spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto dalam (Mangkunegara, 2017) adalah:
19
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id filekerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang ... Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penilaian Kinerja
2.1.1. Pengertian Penilaian Kinerja
(Mangkunegara, 2017) menyatakan bahwa “kinerja karyawan (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”.
Menurut Mengginson dalam (Mangkunegara, 2017) menyatakan bahwa
“Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses yang digunakan
pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”.
Menurut Mathis dan Jackson dalam (Fahmi, 2016) menyatakan bahwa
“Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan
mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan
kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut”.
2.1.2. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian atau evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari sumber daya
manusia organisasi. Secara spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana
dikemukakan Sunyoto dalam (Mangkunegara, 2017) adalah:
8
1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja karyawan, sehingga mereka termotivasi
untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama
dengan prestasi yang terdahulu.
3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap
pekerjaan yang diembannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui
rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja
(Fahmi, 2016) Bagi pihak manajemen perusahaan ada banyak manfaat
dengan dilakukannya penilaian kinerja. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu penggambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
9
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.1.4. Sasaran Penilaian Kinerja
Sasaran-sasaran dan evaluasi kinerja karyawan yang dikemukakan
Sunyoto dalam (Mangkunegara, 2017) sebagai berikut:
1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan dan
periodik, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.
2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui audit
keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan kemampuan
dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat menyelenggarakan
program pelatihan dengan tepat.
3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan tanggung
jawab perorangan dan kelompok sehingga untuk periode selanjutnya jelas apa
yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus dicapai,
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
4. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi dan kalau
mendasarkan diskusi antara karyawan dengan pimpinanya itu untuk
menyusun suatu proposal mengenai sistem bijak (merit system) dan sistem
promosi lainnya, seperti imbalan yaitu (reward system recommendation).
10
2.1.5. Prinsip Dasar Penilaian Kinerja
(Mangkunegara, 2017) secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip
dasar evaluasi kinerja sebagai berikut:
1. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan semata-mata
menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan dan karyawan mampu
menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap saat, setiap ada persoalan
baru. Jadi yang penting adalah kemampuannya.
2. Selalu didasarkan atas sesuatu pertemuan pendapat, misalnya dari hasil
diskusi antara karyawan dengan penyelia langsung, suatu diskusi yang
kontruktif untuk mencari jalan yang terbaik dalam meningkatkan mutu dan
baku yang tinggi.
3. Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan kesan
terpaksa, namun dimasukkan secara sadar kedalam corporate planning,
dilakukan secara periodik, terarah dan terprogram, bukan kegiatan yang
hanya setahun sekali atau kegiatan yang dilakukan jika manajer ingat saja.
2.1.6. Metode Penilaian Kinerja
Untuk melakukan suatu penilaian kinerja dibutuhkan metode penilaian
yang memiliki tingkat dan analisa yang representative. Menurut Griffin dalam
(Fahmi, 2016) menyatakan bahwa, dua katagori dasar dari metode penilaian yang
sering digunakan dalam organisasi adalah metode objektif dan metode
pertimbangan.
11
1. Metode objektif (objective methods) menyangkut dengan sejauh mana
seseorang bisa yang dimilikinya. Bagi banyak pihak metode objektif bisa
memberikan hasil yang tidak begitu akurat atau mengandung bias karna bisa
saja seorang karyawan memiliki kesempatan yang bagus maka ia terlihat
mampu bekerja dengan sangat baik dan penuh semangat, sedangkan ada
karyawan yang tidak memiliki kesempatan dan ia tidak bisa menunjukkan
kemampuannya secara maksimal.
2. Metode pertimbangan (judgemental methods) adalah metode penilaian
berdasarkan nilai rangking yang dimiliki oleh seorang karyawan, jika ia
memiliki nilai rangking yang tinggi maka artinya ia memiliki kualitas kinerja
yang bagus, dan begitu pula sebaliknya. Sistem penilaian rangking ini
dianggap memiliki kelemahan jika seorang karyawan ditempatkan dalam
kelompok kerja yang memiliki rangking yang bagus maka penilaiannya akan
mempengaruhi posisinya sebagai salah satu karyawan yang dianggap baik,
begitu pula sebaliknya jika seorang ditempatkan dalam kelompok dengan
rangking buruk maka otomatis rangkingnya juga tidak bagus.
2.1.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapain Kinerja
Menurut Simamora dalam (Mangkunegara, 2017) kinerja (performance)
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu:
1. Faktor individual yang terdiri dari:
a. Kemampuan dan keahlian
b. Latar belakang
c. Demografi
12
2. Faktor psikologis yang terdiri dari:
a. Persepsi
b. Attitude
c. Personality
d. Pembelajaran
e. Motivasi
3. Faktor organisasi yang terdiri dari:
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Penghargaan
d. Struktur
e. Job design
2.2. Motivasi Kerja
2.2.1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan
yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.
Munurut Stokes dalam (Kadarisman, 2013) dalam konsepnya
mengemukakan “Motivasi kerja adalah sebagai pendorong bagi seseorang
untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, juga merupakan faktor
yang membuat perbedaan antara sukses dan gagalnya dalam banyak hal
dan merupakan tenaga emosional yang sangat penting untuk sesuatu
pekerjaan baru”.
Menurut Robbins dalam (Sutrisno, 2015) mengemukakan “motivasi
sebagai suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan
13
organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha memuaskan beberapa
kebutuhan individu”.
2.2.2. Tujuan Motivasi Kerja
Tujuan motivasi menurut Hasibuan dalam (Hartatik, 2014) adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4. Meningkatkan kedisiplinan Karyawan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasa dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
2.2.3. Prinsip-Prinsip dalam Memotivasi Kerja
Menurut Mangkunegara dalam (Hartatik, 2014) terdapat beberapa prinsip
dalam memotivasi kerja karyawan, yaitu:
1. Prisip Partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut
berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
14
2. Prinsip Komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
usaha pencapaian tugas. Dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih
mudah dimotivasi kerjanya.
3. Prinsip Pengakuan Andil Bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil dalam
usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih
mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip Pendelegasian Wewenang
Pemimpin memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai untuk
sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang
dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi
termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan pemimpin.
5. Prinsip Memberi Perhatian
Pemimpin yang membrikan perhatian terhadap apa yang diiginkan pegawai,
akan memotivasi pegawai tersebut dalam bekerja sesuai dengan harapan
pemimpin.
2.2.4. Bentuk-Bentuk Motivasi
(Fahmi, 2016) motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu:
1. Motivasi ekstrinsik (dari luar)
Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian selanjutnya
mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat
15
motivasi pada diri orang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang dimiliki
olehnya saat ini kearah yang lebih baik.
2. Motivasi Intrinsic (dari dalam diri seseorang atau kelompok)
Motivasi Intrinsic adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta
berkembang dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya kemudian
mempengaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai dan berarti.
2.2.5. Teori - Teori Motivasi
(Mangkunegara, 2017), teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu:
1. Teori motivasi dengan pendekatan isi (Content Theory)
Teori motivasi pendekatan dengan isi lebih banyak menekankan pada faktor
yang membuat karyawan melakukan suatu tindakan tertentu.
2. Teori motivasi dengan pendekatan proses (Process Theory)
Teori motivasi dengan pendekatan proses tidak hanya menekankan pada
faktor apa yang membuat karyawan bertindak, tetapi juga bagaimana
karyawan tersebut termotivasi.
3. Teori motivasi dengan pendekatan penguat (Reinforcement Theory)
Teori motivasi dengan pendekatan penguat lebih menekankan pada faktor-
faktor yang dapat meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yang dapat
mengurangi suatu tindakan.
16
2.2.6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. (Sutrisno, 2015) faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas
faktor internal dan eksternal yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Intern
Faktor internal yang dapat memengaruhi pemberian motivasi pada seseorang
antara lain:
a. Keinginan untuk dapat hidup
b. Keinginan untuk memperoleh penghargaan
c. Keinginan untuk memperoleh pengakuan
d. Keinginan untuk berkuasa
2. Faktor Ekstern
Faktor-faktor ekstern itu antara lain:
a. Kondisi lingkungan kerja
b. Kompensasi yang memadai
c. Supervisi yang baik
d. Adanya jaminan pekerjaan
e. Status dan tanggung
f. Peraturan yang fleksibel
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-kisi Operasional Variabel
(Siregar, 2015) “variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya telah diberi
angka (kuantitatif) atau juga dapat diartikan variabel adalah konsep yang
17
mempunyai bermacam-macam nilai berupa kuantitatif maupun kualitatif yang
dapat berubah-ubah nilainya”. Kisi-kisi operasional variabel Penilaian Kinerja dan
Motivasi Kerja yang penulis gunakan adalah, sebagai berikut:
1. Variabel Bebas/X (Penilaian Kinerja)
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab atau
merubah atau memengaruhi variabel lain (variabel dependent). Berikut ini
adalah indikator yang penulis paparkan dalam variabel Penilaian Kinerja
menurut Hasibuan dalam (Hartatik, 2014).
Tabel II.1
Tabel Dimensi dan Indikator Variabel X (Penilaian Kinerja)
Variabel X Dimensi Indikator
Penilaian Kinerja Kesetiaan Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan
karyawan menjaga dan membela organisasi
di dalam maupun luar pekerjaan
Prestasi Kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan oleh karyawan dari uraian
pekerjaannya
Kejujuran Melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian, baik bagi dirinya maupun
terhadap orang lain
Kedisiplinan Karyawan dalam mematuhi peraturan-
peraturan yang ada dan mengerjakan
pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang
diberikan kepadanya
Kreativitas Kemampuan karyawan dalam
mengembangkan kreativitasnya untuk
menyelesaikan pekerjaan, sehingga bekerja
lebih berdaya dan berhasil
Kerjasama Partisipasi dan kerja sama seorang
karyawan, baik vertikal maupun horizontal
di dalam maupun luar pekerjaan
Kepemimpinan Kemampuan karyawan untuk memimpin,
mempengaruhi, dan mempunyai pribadi
yang kuat, di hormati, berwibawa dan dapat
memotivasi orang lain
18
Kepribadian Sikap, perilaku, kesopanan, periang,
disukai, memberi kesan menyenangkan,
memperhatikan sikap yang baik dan
penampilan yang simpatik serta wajar dari
karyawan tersebut
Prakarsa Kemampuan berpikir seorang karyawan
dengan didasarkan pada inisiatif untuk
menganalisis, menilai, menciptakan,
memberikan alasan, mendapatkan
kesimpulan dan membuat keputusan
masalah yang dihadapi
Tanggung
Jawab
Kesediaan karyawan dalam
mempertanggung jawabkan kebijaksanaan,
pekerjaan, hasil kerja, sarana dan prasarana
yang digunakan Sumber : (Hartatik, 2014)
2. Variabel Terikat/Y (Kinerja Karyawan)
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel lain (variabel bebas). Berikut adalah indikator yang
penulis paparkan dalam variabel Motivasi Kerja menurut Hasibuan dalam
(Hartatik, 2014).
Tabel II.2
Tabel Dimensi dan Indikator Variabel Y (Motivasi Kerja)
Variabel Y Dimensi Indikator
Motivasi Kerja Tujuan Menetapkan terlebih dahulu
tujuan organisasi
Mengetahui Kepentingan Hal yang penting dalam proses
motivasi adalah mengetahui
keinginan karyawan
Dalam proses motivasi tidak
hanya melihat dari sudut
kepentingan pimpinan atau
perusahaan
19
Komunikasi Efektif Dalam proses motivasi harus
dilakukan komunikasi yang baik
dengan bawahan
Bawahan harus mengetahui apa
yang diperoleh dan syarat yang
harus dipenuhinya supaya insentif
tersebut dapat diperoleh
Integrasi Tujuan Proses motivasi diperlukan untuk
menyatukan tujuan organisasi dan
kepentingan karyawan
Tujuan organisasi dan tujuan
karyawan harus disatukan, karena
itu penting adanya penyesuaian
motivasi
Fasilitas Memberikan bantuan fasilitas
kepada organisasi dan individu
karyawan yang akan mendukung
kelancaran pelaksanaan pekerjaan
Team Work Membentuk team work yang
terkoordinasi dengan baik
sehingga bisa mencapai tujuan
perusahaan
Sumber : (Hartatik, 2014)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah dan menginterpresentasikan informasi yang diperoleh dari
para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.
1. Uji Validitas
(Siregar, 2015) menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur
apa yang ingin diukur (a valid measure if it successfully measure the
phenomenon). Dalam suatu penelitian baik yang bersifat deskriptif, maupun
20
yang eksplanatif yang melibatkan variabel atau konsep yang tidak bisa diukur
secara langsung, masalah validitas tidak sederhana, didalamnya juga
menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoretis sampai empiris
(indikator), namun bagaimana tidak suatu instrumen penelitian harus valid
agar hasilnya dapat dipercaya.
2. Uji Reliabilitas
(Siregar, 2015) adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji
reliabilitas alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal, pengunjian dapat dilakukan test-retest, equivalent dan
gabungan keduanya. Secara internal, reliabilitas alat ukur dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik
tertentu.
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Konsep dasar perhitungan yang digunakan dalam penyusunan penelitian
ini adalah, sebagai berikut:
1. Populasi dan Sampel
(Sugiyono, 2016) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
21
(Sugiyono, 2016) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi”.
Menurut Gay dalam (Umar, 2013) menyatakan bahwa “ukuran minimal
sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang
digunakan, yaitu sebagai berikut : Metode deskriptif, minimal 10 % populasi,
untuk populasi relative kecil minimal 20 % populasi, metode deskriptif-
korelasional minimal 30 subjek, metode ex post facto minimal 15 subjek
perkelompok, metode eksperimental minimal 15 subjek perkelompok.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 karyawan yang
bekerja di PT Lotte Mart Indonesia Jakarta. Populasi ini bersifat heterogen
(keadaan berbagai unsur yang berbeda sifat atau berlainan jenis) yang dapat
dilihat dari beragamnya usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama bekerja.
Teknik pengambilan sempel, penulis menggunakan teknik sempel random
sampling. Adapun untuk menghitung jumlah sempel menggunakan rumus
slovin dalam (Siregar, 2015). Rumus yang digunakan adalah, sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : perkiraan tingkat kesalahan
2. Skala Likert
(Siregar, 2015) “Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau
fenomena tertentu”. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi
𝑛 = 𝑁
1 + 𝑁𝑒2
22
dijabarkan menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan menjadi sub-
indikator yang dapat diukur. Akhirnya sub-indikator dapat dijadikan tolak
ukur untuk membuat suatu pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden. Skala likert mempunyai gradasi sebagai berikut:
Tabel II.3
Skala Likert
Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (ST) 4
Ragu-Ragu (RG) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: (Siregar, 2015)
3. Uji Koefisien Korelasi
(Siregar, 2015) “Koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat menentukan
arah dari kedua variabel”. Berikut adalah rumus perhitungan uji koefisien
korelasi yaitu:
Rumus:
Keterangan:
n : Responden
r : Koefisien korelasi
X : Jumlah variabel bebas (Penilaian Kinerja)
Y : Jumlah variabel terikat (Motivasi Kerja)
𝑟 = 𝑛 ( 𝑋𝑌) − ( 𝑋)( 𝑌)
[𝑛( 𝑋2) − ( 𝑋)2] [𝑛( 𝑌2) − ( 𝑌)2]
23
Tabel II.4
Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 0,100 Sangat Kuat
Sumber: (Siregar, 2015)
4. Uji Koefisien Determinasi
(Siregar, 2015) “Koefisien determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan
atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan
oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat)”.
Adapun rumus uji koefisien determinasi adalah, sebagai berikut:
Rumus :
Keterangan:
KD : Koefisien Determinasi
r : Koefisien Korelasi
5. Uji Persamaan Regresi
(Siregar, 2015) mengemukakan “Regresi linier dibagi kedalam dua kategori,
yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi linier
sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan satu
variabel tak bebas (dependent), sedangkan regresi linier berganda digunakan
untuk satu variabel tak bebas (dependent) dan dua atau lebih variabel bebas
𝐾𝐷 = (𝑟)2 X 100 %
24
(independent). Tujuan penerapan kedua metode ini adalah untuk meramalkan
atau memprediksi besaran nilai variabel tak bebas (dependent) yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (independent). Rumus regresi linier
sederhana adalah sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan:
Y : Subyek dalam variabel dependent yang diprediksikan
a : Harga Y bila X = 0 (harga konstanta)
b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependent yang didasarkan pada variabel
independent. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.
X : Subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
6. Kerangka Pemikiran
Salah satu tujuan penilaian kinerja (Hartatik, 2014) adalah untuk
meningkatkan motivasi kerja, yang berpegaruh pada prestasi kerja karyawan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Untuk indikator dari variabel x (penilaian kinerja) bersumber dari
(Hartatik, 2014) dan untuk indikator dari variabel y (motivasi kerja)
bersumber dari (Hartatik, 2014).
𝑌 = 𝑎 + 𝑏.𝑋
25
Sumber: dalam (Hartatik, 2014) Sumber: dalam (Hartatik, 2014)
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa kerangka pemikiran. Pengaruh
penilaian kinerja terhadap motivasi kerja bersumber (Hartatik, 2014) yang berupa
salah satu tujuan penilaian kinerja adalah untuk meningkatkan motivasi kerja yang
berpengaruh pada prestasi kerja karyawan. Indikator yang menjadi dasar
kuesoiner untuk variabel penilaian kinerja bersumber (Hartatik, 2014) sedangkan
indikator yang menjadi dasar kuesioner untuk variabel motivasi kerja menurut