5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dan pekerja merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan. Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555. K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa pekerja tambang merupakan setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha pertambangan. Kerja merupakan aspek evaluative yang bersifat menilai sesuatu hal.Pekerja dalam pekerjaannya selalu mendapatkan pengaruhmdari lingkungan kerjanya. Agar seorang pekerja dapat berprestasi secara optimal maka disamping pekerja tersebut sehat juga bekerja dalam lingkungan kerja serta dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan kerja baik secara fisik maupun mental (Geertz, 1979).
23
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa pekerja tambang merupakan ... tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak bergerak, dimana tenaga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pekerja
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Dan pekerja merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan.
Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555.
K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa pekerja tambang merupakan
setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha pertambangan.
Kerja merupakan aspek evaluative yang bersifat menilai sesuatu
hal.Pekerja dalam pekerjaannya selalu mendapatkan pengaruhmdari
lingkungan kerjanya. Agar seorang pekerja dapat berprestasi secara
optimal maka disamping pekerja tersebut sehat juga bekerja dalam
lingkungan kerja serta dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan
kerja baik secara fisik maupun mental (Geertz, 1979).
6
2. Tempat Kerja
a. Pengertian
Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa tempat kerja merupakan tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak
bergerak, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja
untuk keperluan suatu usaha dan diman terdapat sumber bahaya.
Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555.
K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa tempat usaha
pertambangan merupakan setiap tempat yang bertujuan atau
berhubungan langsung dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan, pengangkutan,
penjualan, bahan galian golongan a, b, dan c termasuk sarana
prasarana penunjang yang di atas maupun di bawah tanah. Baik yang
berada dalam satu wilayah atau pada tempat yang terpisah.
b. Kondisi tempat kerja
Menurut Aztanti dalam Sugeng Budiono A.M dkk (2003)
menjelaskan bahwa penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya
kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor
dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang
tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
7
lingkungan kerja sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya
kelelahan kerja.
3. Pekerjaan
Secara garis besar pekerjaan merupakan beban bagi pekerja. Beban
tersebut dapat berupa beban fisik, psikis, dan sosial dalam kehidupan
individu untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu
agar kelangsungan hidup individu dapat dipertahankan, dan taraf
kehidupan lebih baik dapat dicapai oleh pekerja yang bersangkutan.
Terdapat tiga kategori pekerjaan (Kurniawan, 1977), antara lain :
a. Pekerjaan yang terutama memerlukan tenaga pikiran.
b. Pekerjaan yang terutama memerlukan tenaga fisik.
c. Pekerjaan yang memerlukan tenaga pikiran maupun tenaga fisik.
4. Faktor Bahaya
Bahaya merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan penyakit akibat
kerja (OHSAS 18001, 2007).
Menurut PERMENAKERTRANS NO. 13 Tahun 2011, faktor
lingkungan kerja merupakan potensi-potensi bahaya yang kemungkinan
terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja. Adapun
faktor bahaya menurut PERMENAKERTRANS NO. 13 Tahun 2011
antara lain :
8
a. Faktor fisika adalah faktor di tempat kerja yang bersifat fisika yang
terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar
ultra ungu, dan medan magnet.
b. Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia
yang terdiri dari partikel atau padatan, gas, kabut, aerosol, dan uap
yang berasal dari bahan-bahan kimia.
Berdasarkan Suma’mur (2014) terdapat empat faktor bahaya di
tempat kerja, antara lain :
a. Faktor fisis yang terdiri dari getaran, iklim kerja, kebisingan, tekanan
udara, penerangan, dan bau-bauan.
b. Faktor biologi yang terdiri dari virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing,
kutu, pinjal dan mungkin tumbuhan atau hewan besar.
c. Faktor kimia
d. Faktor psikologi
Menurut Tarwaka (2008), Potensi bahaya terdapat hampir disetiap
tempat dimana dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun
di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak di kendalikan
dengan tepat, maka akan menyebabkan kelelahan, sakit, cedera, dan
bahkan kecelakaan yang serius. Upaya untuk mencegah dan mengurangi
risiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan perlu segera dilakukan.
Melalui hazard management procces, risiko yang mungkin timbul dapat
9
diidentifikasikan, dinilai dan dikendalikan sedini mungkin melalui
pendekatan preventif, inovatif dan partisipatif.
Harrington dan Gill (1983) mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Terdapat empat fakor yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor
biologi dan faktor ergonomi.
5. Kelelahan Kerja
a. Pengertian kelelahan kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada
susunan saraf terdapat sistem aktivasi dan inhibisi, istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap
individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010).
Kelelahan merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot.
Sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab
mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993).
Kelelahan adalah kondisi akut, yang dimulai rasa letih yang
kemudian mengarah pada kelelahan mental atau fisik dan dapat
10
menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam
batas normal. Perasaan lelah ini lebih dari sekedar perasaan letih dan
mengantuk, perasaan lelah terjadi ketika seseorang telah sampai batas
kondisi fisik atau mental yang dimilikinya (Australan Safety and
Compentation Counsil, 2006).
Kelelahan kerja menurut Suma’mur (2009), merupakan reaksi
fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang di pengaruhi
oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat dan sistem
penggerak tetapi semuanya bermuara kepada pengurangan kapasitas
kerja dan ketahanan tubuh.
Kelelahan kerja menurut Grandjean (1985), kelelahan kerja
adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaaan.
Kelelahan kerja tidak dapat di definisikan secara jelas tetapi
dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja diserta adanya
perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan
kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk
mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah
gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang
merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Lientje, 2011).
b. Jenis kelelahan kerja
Berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan dibagi menjadi dua
macam yaitu : kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu
11
organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kerja kronis,
terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan.
Dalam hal ini kelelahan terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan
(Grandjean dan Kogi, 1971)
Berdasarkan penyebabnya kelelahan dibagi menjadi dua yaitu
kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis
disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja yaitu suhu dan kebisingan.
Sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh faktor
psikologis(Singleton, 1972)
Kelelahan pada setiap orang berbeda-beda dalam pengungkapan
dan gejalanya biasanya bersifat subyektif tetapi kelelahan dalam hal
ini yaitu berupa penurunan efisiensi dan ketahanan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Kelelahan umum dapat berupa keadaan sakit, apabila
kelelahan tersebut bersifat medis dan disertai dengan adanya gejala
yang ditemukan pada tenaga kerja berupa sakit kepala, berdebar-debar,