Top Banner
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ - yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira(beli). 1 Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang dengan barang, kata bai’ yang artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang bersebrangan, seperti hal-halnya kata syira. 2 Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalm surat yusuf ayat 20 yang berbunyi: Artinya: Dan mereka menjualnya dengan harga rendah.3 Secara istilah (terminologi) berdasarkan pendapat para ulama antara lain sebagai berikut : a. Ulama Hanafiyah membagi definisi jual beli ke dalam dua macam, yaitu : 1) Definisi dalam arti umum, yaitu : 4 Artinya:“Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang khusus. 1 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Cet 1, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 101 2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Gema Insani, Jakarta, 2011, hlm. 25 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Penerbit Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 189 4 Adurrahman Al-Jazairy, Khitabul Fiqih ‘Alal Madzahib al-Arba’ah, Juz II, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1990, hlm. 134
50

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

Mar 29, 2019

Download

Documents

vandiep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ -

yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu

dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab digunakan

untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira’ (beli).1

Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar

menukar barang dengan barang, kata bai’ yang artinya jual

beli termasuk kata bermakna ganda yang bersebrangan,

seperti hal-halnya kata syira’.2 Hal tersebut sebagaimana

firman Allah SWT dalm surat yusuf ayat 20 yang berbunyi:

Artinya: “Dan mereka menjualnya dengan harga rendah.”3

Secara istilah (terminologi) berdasarkan pendapat para

ulama antara lain sebagai berikut :

a. Ulama Hanafiyah membagi definisi jual beli ke dalam

dua macam, yaitu : 1) Definisi dalam arti umum, yaitu :

4

Artinya:“Jual beli adalah menukar benda

dengan dua mata uang (emas dan perak) dan

semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang

atau semacamnya menurut cara yang khusus.

1 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Cet 1, Prenada

Media, Jakarta, 2005, hlm. 101 2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Gema

Insani, Jakarta, 2011, hlm. 25 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV.

Penerbit Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 189 4 Adurrahman Al-Jazairy, Khitabul Fiqih ‘Alal Madzahib al-Arba’ah,

Juz II, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1990, hlm. 134

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

14

2) Definisi dalam arti khusus, yaitu :

5

Artinya: “Jual beli adalah tukar menukar harta dengan

harta menurut cara yang khusus.”

b. Ulama Malikiyah membagi definisi jual beli ke dalam

dua macam, yaitu dalam arti umum dan arti khusus.

1) Definisi dalam arti umum, yaitu :

6 Artinya :“Jual beli adalah akad mu’awadhah

(timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula

untuk menikmati kesenangan.”

Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan

tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan atau

kenikmatan. Perikatan adalah akad yang mengikat

kedua belah pihak. Sesuatu yang bukan manfaat ialah

bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk),

ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan

manfaatnya atau hasilnya.7

2) Definisi dalam arti khusus, yaitu :

.8 Artinya : “Jual beli adalah akad mu’awadhah

(timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula

untuk menikmati kesenangan, bersifat mengalahkan

5 Ibid., hlm. 135

6 Syamsudin Muhammad ar-Ramli, Nihayah Al-Muhtaj, Juz III,

Beirut: Dar Al-Fikr, 2004, hlm. 204 7 Hendi Suhendi, ,Fiqih Muamalah, Jakarta, Rajawali Pers, 2010, hlm.

69 8 Syamsudin Muhammad ar-Ramli, Nihayah Al-Muhtaj, Juz III, Dar

Al-Fikr, Beirut, 2004, hlm. 372

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

15

salah satu imbalannya bukan emas dan bukan perak,

objeknya jelas bukan utang.”

Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-

menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan

pula kelezatan yang mempunyai daya tarik,

penukarannya bukan emas dan bukan pula perak,

bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak

ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu

ada di hadapan pembeli maupun tidak, barang yang

sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui

terlebih dahulu.9

c. Imam Syafi‟i memberikan definisi jual beli yaitu pada

prinsipnya, praktik jual beli itu diperbolehkan apabila

dilandasi dengan keridhaan (kerelaan) dua orang yang

diperbolehkan mengadakan jual beli barang yang

diperbolehkan.10

d. Menurut Ibnu Qudamah mendefinisikan

11

Artinya: “Pertukaran harta dengan harta (yang lain)

untuk saling menjadikan milik.”

e. Menurut Sayyid Sabiq

Dalam kitab Fiqih Sunnah mendefinisikan jual beli

adalah penukaran benda dengan benda lain dengan jalan

saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan

adanya penggantinya dengan cara yang dibolehkan.”12

Kata bai’ adalah pecahan dari kata baa’un (barang),

karena masing-masing pembeli dan penjual menyediakan

barangnya dengan maksud memberi dan menerima karena

keduanya berjabat tangan dengan lain. Atas dasar itulah,

9 Hendi Suhendi, Op.Cit., hlm. 70

10 Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan kitab

Al Umm, penerjemah: Imron Rosadi, Amiruddin dan Imam Awaluddin, Jilid

2, Jakarta: Pustaka Azzam, 2013, hlm. 1 11

Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz III, hlm. 559 12

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid ke 12, PT. Almaarif, Bandung,

hlm. 45

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

16

jual beli (bai’) dinamakan shafaqoh yang artinya transaksi

yang ditandai dengan berjabat tangan.

Maal ( harta dan barang) itu sendiri, menurut ulama

Hanafi adalah segala sesuatu yang disukai oleh tabiat

manusia dan bisa disimpan sampai waktu dibutuhkan. Akan

tetapi standar sesuatu itu disebut maal adalah ketika semua

orang atau sebagian dari mereka memperkaya diri dengan

maal tersebut. Berdasarkan hal inilah maka menurut ulama

Hanafi, manfaat dan hak-hak tidak termasuk kategori maal

(harta), sementara bagi mayoritas ahli fiqih hak dan manfaat

termasuk harta yang bernilai. Pasalnya menurut mayoritas

ulama, tujuan akhir dari kepemilikan barang adalah manfaat

yang ditimbulkannya.

Jual beli juga merupakan suatu perbuatan tukar

menukar barang dengan barang atau uang dengan barang,

tanpa tujuan mencari keuntungan. Hal ini karena alasan

orang menjual atau membeli barang adalah untuk suatu

keperluan, tanpa menghiraukan untung ruginya. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa setiap perdagangan dapat

dikatakan jual beli, tetapi tidak setiap jual beli dapat

dikatakan perdagangan.13

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar

benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di

antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda

dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau

ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.14

13

Ibnu Mas‟ud, et al, Fiqih Madzhab Syafi’i Edisi Lengkap

Muamalah, Munakahat, Jinayat, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1992, hlm.22 14

Hendi Suhendi,Fiqih Muamalah, Jakarta, Rajawali Pers, 2010,

hlm.69

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

17

B. Dasar Hukum Jual Beli

1. Al-Quran

.

Artinya: “…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba…”(Q.S. Al-Baqarah : 275)15

Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas dalam

bukunya yaitu jual beli adalah transaksi yang

menguntungkan. Keuntungan yang pertama diperoleh

melalui kerja manusia, yang kedua yang menghasilkan

uang bukan kerja manusia dan jual beli menuntut

aktivitas manusia.16

Riba adalah salah satu kejahatan jahiliyah yang

amat hina. Riba juga tidak sedikit juga dengan kehidupan

orang beriman. Kalau di zaman yang sudah-sudah ada

yang melakukan itu, maka sekarang karena sudah

menjadi muslim semua, hentikanlah hidup yang hina itu.

Kalau telah berhenti, maka dosa-dosa yang lama itu

habislah hingga itu, bahkan diampuni oleh Allah.17

Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia

(rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.” (Q.S. Al-

Baqarah : 198)18

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman!

Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan

15

Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 48 16

Quraish Shihab, Op.Cit, hlm. 721 17

Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-

Azhar, Juzu‟ 1-2-3, Yayasan Nurul Islam, hlm. 65 18

Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 47

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

18

yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama suka di antara kamu…”( Q.S. An-Nisa

: 29)19

Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas dalam

bukunya yaitu “Wahai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu memakan, yakni memperoleh harta yang

merupakan sarana kehidupan kamu, diantara kamu

dengan jalan yang batil, yakni tidak sesuai dengan

tuntunan syariat, tetapi hendaklah kamu memperoleh

harta itu dengan jalan perniagaan yang berdasarkan

kerelaan diantara kamu, kerelaan yang tidak melanggar

ketentuan agama.”20

2. As-Sunnah

Dalam hadits Rasulullah SAW juga disebutkan

tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits

Rasulullah yang menyatakan :

21 Artinya : Dari Rifa‟ah bin Rafi‟i RA bahwasanya

Nabi SAW pernah ditanya, “Pekerjaan apa yang paling

baik?”, maka Beliau menjawab : “Pekerjaan seseorang

dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik.”

(H.R. Al-Bazzar dan dianggap shahih menurut Hakim).

Hadits lain yang berkenaan dengan jual beli

adalah :

19

Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 84 20

Quraish Shihab, Op.Cit, hlm.497 21

Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatil

Ahkam, penerjemah Achmad Sunarto, Cetakan Pertama, Pustaka Amani,

Jakarta, 1995, hlm. 303

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

19

22 Artinya:“Mewartakan Qutaibah mewartakan

Laitsu dari Yazid bin Abi Habibi dari „Atha‟ bin Abi

Rabah dari Jabir bin Abdullah RA bahwasannya ia

mendengar Rasulullah SAW bersabda pada tahun

kemenangan di Mekah : “Sesungguhnya Allah dan

Rasul-Nya mengharamkan menjual minuman yang

memabukkan (khamar), bangkai, babi dan berhala. Lalu

ada orang bertanya, “ Ya, Rasulullah bagaimana tentang

lemak bangkai, karena dipergunakan mengecat perahu-

perahu supaya tahan air, dan meminyaki kulit-kulit, dan

orang-orang mempergunakannya untuk penerangan

lampu? beliau menjawab : “tidak boleh, itu haram”.

Kemudian diwaktu itu Rasulullah SAW bersabda : Allah

melaknat orang-orang Yahudi, sesungguhnya Allah

tatkala mengharamkan lemaknya bagi mereka, mereka

cairkan lemak itu kemudian dijualnya dan mereka makan

harganya.” (HR. Bukhari)

22

Abi Abdillah Muhammad bin Isma‟il, Shahih Bukhari, Jilid II,

Syirkah Almaktabah Litabi‟i Wan Nasr, tt, hlm. 59

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

20

Hadits lain yang berkenaan dengan jual beli

adalah :

,

23

Artinya : Dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW

bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT, jika

mengharamkan sesuatu, Dia juga mengharamkan

harganya .” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibn Hibban, al-

Baihaqi, ath-Thabrani dan ad-Daraquthni).

Menurut mazhab yang masyhur dari madzhab As-

Syafi'iyyah, maka seluruh kotoran hewan adalah najis

baik hewan yang haram untuk dimakan maupun hewan

yang halal dimakan. Oleh karenanya mereka

mengharamkan pula penjualan kotoran hewan karena hal

itu merupakan penjualan benda najis, dan penjualan

benda najis hukumnya haram. Al-Mawardi berkata:

24

Artinya : "Adapun apa yang merupakan najis 'aini

(najis secara dzatnya) seperti khamr, bangkai, darah, dan

kotoran-kotoran, serta kencing maka tidak boleh menjual

sesuatupun dari hal-hal ini."

3. Landasan Ijma’

23

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Zadul Maad, Jilid 5, Griya Ilmu, tt,

hlm. 746 24

Abul Hasan, Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri,

Al-Hawi Al-Kabir Fi Fiqhi Madzhabil Imam asy-Syafi'i, juz 5, Darul Kutub

Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon, 1994, hlm. 383

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

21

Para ulama fiqih dari dahulu sampai sekarang

telah bersepakat bahwa jual beli itu diperbolehkan, jika

di dalamnya telah terpenuhi rukun dan syarat. Alasannya

karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan

hidupnya tanpa bantuan orang lain.25

Alasan inilah yang

kemudian dianggap penting, karena dengan adanya

transaksi seseorang dapat dengan mudah memiliki

barang yang diperlukan dari orang lain.

Selain itu, berdasarkan dasar hukum sebagaimana

penjelasan di atas bahwa jual beli itu hukumnya adalah

mubah, yang artinya jual beli itu diperbolehkan asalkan

didalamnya memenuhi ketentuan yang ada dalam jual

beli. Oleh karena itu, praktik jual beli yang dilakukan

manusia sejak masa Rasulullah SAW, hingga saat ini

menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan

disyariatkannya jual beli.26

C. Syarat dan Rukun Jual Beli

1. Syarat Jual beli

Dalam jual beli terdapat beberapa syarat yang

mempengaruhi sah dan tidaknya akad tersebut.

Diantaranya adalah syarat yang diperuntukan bagi dua

orang yang melaksanakan akad dan syarat yang

diperuntukkan untuk barang yang akan dibeli. Jika

salah satu darinya tidak ada, maka akad jual beli

tersebut dianggap tidak sah.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam

akad jual beli sebagai berikut :

a. Syarat Terkait dengan Subjek Akad (aqid)

Aqid atau orang yang melakukan perikatan

yaitu penjual (pedagang) dan pembeli, transaksi jual

beli tidak mungkin terlaksana tanpa kedua belah

pihak tersebut. Seseorang yang berakad terkadang

orang yang memiliki hak dan terkadang wakil dari

25

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001,

hlm. 75 26

Sayid Sabiq, Op.Cit, hlm. 46

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

22

yang memiliki hak. Ulama fiqih sepakat bahwa

orang yang melakukan jual beli harus memenuhi

syarat sebagai berikut :

1) Aqil (Berakal)

Hendaknya dilakukan oleh orang yang

berakal atau tidak hilang kesadarannya, karena

hanya orang yang sadar dan sehat akalnya yang

sanggup melangsungkan transaksi jual beli secara

sempurna, ia mampu berfikir logis. Oleh karena

itu anak kecil yang belum tahu apa-apa dan orang

gila tidak dibenarkan melakukan transaksi jual

beli tanpa pengawasan dari walinya, dikarenakan

akan menimbulkan berbagai kesulitan dan akibat-

akibat buruk seperti penipuan dan sebagainya.

Dalam firman Allah :

Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada

orang yang belum sempurna akalnya...”(Q.S An-

Nisa : 5)27

Isi kandungan ayat di atas menjelaskan

bahwa janganlah kalian serahkan kepada orang-

orang yang belum sempurna akalnya, yang tidak

bisa mengatur harta benda, harta yang menjadi

hak milik mereka.

2) Kehendak Sendiri

Hendaknya transaksi ini didasarkan pada

prinsip-prinsip taradli (rela sama rela) yang

didalamnya tersirat makna muhtar, yakni bebas

melakukan transaksi jual beli dan terbebas dari

paksaan dan tekanan, jual beli yang dilakukan

bukan atas dasar kehendaknya sendiri adalah

tidak sah.28

Prinsip ini menjadi pegangan para

27

Departemen Agama, Op.Cit, hlm 115 28

Hamzah Ya‟qub, Kode Etik Dagang Menurut Hukum Islam, CV

Diponegoro, Bandung, 1992, hlm. 81

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

23

fuqaha, dengan mengambil sandaran firman

Allah SWT:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka

di antara kamu...” (Q.S An-Nisa : 29)29

Berdasarkan isi kandungan ayat di atas

menjelaskan bahwa larangan memakan harta

yang berada di tengah mereka dengan batil itu

mengandung makna larangan melakukan

transaksi atau perpindahan harta yang tidak

mengantar masyarakat kepada kesuksesan bahkan

mengantarkannya kepada kebejatan dan

kehancuran, seperti praktik-praktik riba,

perjudian, jual beli yang mengandung penipuan,

dan lain-lain.30

Penghalalan Allah SWT terhadap jual beli

itu mengandung dua makna, salah satunya adalah

bahwa Allah SWT mengahalalkan setiap jual beli

yang dilakukan oleh dua orang pada barang yang

diperbolehkan untuk diperjualbelikan atas dasar

suka sama suka.31

Maka dari itu, Allah

menganjurkan kita untuk melakukan perniagaan

atas dasar suka sama suka.

29

Departemen Agama RI, log. Cit, hlm. 65

30 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan, dan

Keserasian Al-Qur‟an), Cet. Ke-1, Penerbit Lentera hati,Ciputat 2000, hlm.

413 31

Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan kitab

Al Umm, penerjemah: Imron Rosadi, Amiruddin dan Imam Awaluddin, Jilid

2, Pustaka Azzam, Jakarta, 2013, hlm. 1

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

24

3) Tidak Pemboros ( Tidak Mubazir)

Tidak pemboros disini adalah para pihak

yang mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli

tersebut bukanlah manusia yang boros (mubazir),

sebab orang yang boros di dalam hukum Islam

dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap

bertindak, maksudnya dia tidak dapat melakukan

sendiri suatu perbuatan hukum walaupun

kepentingan hukum itu menyangkut

kepentingannya sendiri.

Orang boros (mubazir) di dalam perbuatan

hukum berada di bawah pengampunan atau

perwalian. Setiap yang melalukan perbuatan

hukum untuk keperluannya adalah

pengampunya/walinya.32

Sebagaimana terdapat

dalam Firman Allah SWT surat al- Isra; ayat 27:

Artinya:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu

adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu

adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S.Al-

Isra‟ : 27)33

Berdasarkan isi kandungan dari ayat di

atas yaitu sebab orang-orang yang menghambur-

hamburkan harta secara berlebihan (boros) adalah

saudara- saudara setan. Mereka menerima godaan

manakala setan-setan memperdaya mereka agar

terjerumus dalam kerusakan dan membelanjakan

harta secara tidak benar. Kebiasaan setan adalah

selalu kufur terhadap nikmat Tuhan. Demikian

pula kawannya, akan sama seperti sifat setan.

32

Chairuman Pasribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Cet-2, Sinar

Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 36 33

Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 428

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

25

4) Baligh

Baligh menurut hukum Islam (fiqh),

dikatakan baligh (dewasa apabila telah berusia 15

tahun bagi anak laki-laki dan telah datang (haid)

bagi anak perempuan, oleh karena itu transaksi

jual beli yang dilakukan anak kecil adalah tidak

sah dengan demikian bagi anak-anak yang sudah

dapat membedakan mana yang baik dan yang

buruk, akan tetapi ia belum dewasa (belum

mencapai usia 15 tahun dan belum bermimipi

atau belum haid), menurut sebagian ulama bahwa

anak tersebut diperbolehkan untuk melakukan

perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-

barang kecil dan tidak bernilai tinggi.34

b. Syarat Yang Terkait Objek Akad (Ma’qud

‘Alaih)

Objek atau benda yang menjadi sebab

terjadinya transaksi jual beli, dalam hal ini harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Suci atau bersih barangnya

Artinya objek atau barang yang

diperjualbelikan bukanlah barang yang

dikategorikan barang yang najis atau barang yang

diharamkan oleh syara‟. Barang yang diharamkan

seperti minuman keras, dan kulit binatang yang

belum disamak (menyucikan kulit hewan).

Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah

SAW bersabda :

34

A. Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Aspek

Hukum Keluarga dan Bisnis),cet-1, Bandar Lampung, 2015, hlm.143-144

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

26

35

Artinya: “Mewartakan Qutaibah

mewartakan Laitsu dari Yazid bin Abi Habibi

dari „Atha‟ bin Abi Rabah dari Jabir bin Abdullah

RA bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW,

bersabda pada tahun kemenangan di Mekah :

“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya

mengharamkan menjual minuman yang

memabukkan (khamr), bangkai, babi dan berhala.

Lalu ada orang bertanya, “Ya, Rasulullah

bagaimana tentang lemak bangkai, karena

dipergunakan mengecat perahu-perahu supaya

tahan air, dan meminyaki kulit-kulit, dan orang-

35

Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, No.

Hadits 2015, hlm.841

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

27

orang mempergunakannya untuk penerangan

lampu? Beliau menjawab : “tidak boleh, itu

haram”. Kemudian diwaktu itu Rasulullah SAW

bersabda : Allah melaknat orang-orang Yahudi,

sesungguhnya Allah tatkala mengharamkan

lemaknya bagi mereka, mereka cairkan lemak itu

kemudian dijualnya dan mereka makan

harganya.” (HR. Bukhari)

Oleh sebab itu sebagaimana yang telah

ditegaskan dalam hadits di atas, maka objek dari

jual-beli hendaklah barang yang bersih (suci) baik

zat maupun sifatnya.

2) Dapat dimanfaatkan

Imam Syafi‟i menyatakan bahwa setiap

binatang buas yang tidak dapat diambil

manfaatnya, seperti burung rajawali, burung nasar

(burung pemakan bangkai), dan burung bughats

(sejenis burung kecil); ataupun beberapa jenis

burung yang tidak dapat diburu dan tidak dapat

dimakan dagingnya tidak boleh diperjualbelikan

dengan cara utang ataupun dengan cara lainnya.

Begitu pula dengan binatang yang tidak

bermanfaat seperti tikus kecil, tikus besar, dan

cicak, juga tidak boleh (haram) untuk

diperjualbelikan.36

Para fuqaha lainnya, seperti yang

dikemukakan Ibnu Wahb dari kalangan

Malikiyah mempunyai pendapat yang sama

dengan Imam Syafi‟i37

dengan merujuk kepada

hadits yang riwayat Jabir RA yang berbunyi :

36

Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Op.Cit, hlm. 12 37

Ibnu Rusyd, Bidayatu’l Mujatahid, Terjemah oleh M.A.

Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Juz III, Semarang: Asy-Syifa‟, 1990,

hlm. 7

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

28

38

Artinya: “Diceritakan Abdullah Bin Yusuf

mengabarkan kepada Malik, dari Bin Syihab, dari

Abu Bakar Bin Abdurrahman, dari Abi Mas‟ud

Bin Anshori RA bahwa Nabi Muhammad SAW

melarang uang hasil penjualan anjing, upah

pelacur, dan bayaran dukun.” (H.R. Bukhari

Muslim)

3) Milik Orang Yang Melakukan Akad

Maksudnya adalah bahwa orang yang

melakukan transaksi jual beli atas suatu barang

adalah pemilik sah dari barang tersebut atau

orang yang telah mendapatkan izin dari pemilik

sah nya barang tersebut. Dengan demikian, jual

beli barang oleh seseorang yang bukan pemilik

sah atau berhak berdasarkan kuasa si pemilik sah,

dipandang sebagai jual beli yang batal.

4) Dapat Diserahkan

Maksudnya adalah bawaan barang yang

ditransaksikan dapat diserahkan pada waktu akad

terjadi, tetapi hal itu tidak berarti bahwa harus

diserahkan seketika. Maksudnya adalah objek

jual beli harus dapat dihitung pada waktu

penyerahannya secara syara’ dan rasa. Oleh

karena itu, sesuatu yang tidak dapat dihitung pada

38

Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori,

Op.Cit.,No. Hadits 2097, hlm. 841

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

29

waktu penyerahannya tidak sah dijual, seperti

menjual ikan yang berada di dalam air, menjual

janin yang masih ada di dalam kandungan

induknya dan menjual burung yang sedang

terbang dan tidak diketahui kembali ketempatnya,

sekalipun itu dapat kembali pada waktu malam

pun hal itu dipandang tidak sah menurut sebagian

ulama. Rasulullah SAW telah bersabda :

39 Artinya: “Dari Abi Hurairah Nabi SAW

melarang memperjual- belikan barang yang

mengandung tipu daya.” (HR. Muslim)

5) Dapat Diketahui Barangnya

Maksudnya adalah barang yang diketahui

oleh penjual dan pembeli, yaitu mengenai bentuk,

takaran, sifat, dan kualitas barang. Apabila dalam

suatu transaksi keadaan barang dan jumlah

harganya tidak diketahui, maka perjanjian

tersebut tidak sah karena perjanjian tersebut

mengandung unsur penipuan (gharar). Oleh

karenanya, penjual harus menerangkan barang

yang hendak diperjualbelikan.

6) Barang Yang Ditransaksikan Ada Ditangan

Maksudnya adalah bahwa objek akad

harus telah wujud pada waktu akad diadakan

penjualan atas barang yang tidak berada dalam

penguasaan penjual adalah dilarang, karena ada

kemungkinan kualitas barang sudah rusak atau

tidak dapat diserahkan sebagaimana perjanjian.40

c. Syarat Yang Terkait dengan Sighat

39

Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I, Al-Qona‟ah, tt, hlm. 658 40

Chairuman Pasaribu dan Suwardi, Op.Cit, hlm. 38

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

30

Sighat dalam jual beli merupakan suatu yang

sangat penting dalam jual beli, sebab tanpa adanya

sighat (ijab dan qabul) maka jual beli tidak sah.

Sebagaimana menurut ulama Syafi‟iyah :

Artinya : “Tidak sah akad jual beli kecuali dengan

sighat (ijab-qabul) yang diucapkan.”41

Adapun syarat-syarat sighat sebagai berikut :

1) Satu sama lainnya berhubungan di suatu tempat

tanpa ada pemisahan yang merusak.

2) Ada kesepakatan ijab dengan qabul pada barang

yang saling mereka rela berupa barang yang

dijual dan harga barang. Jika sekiranya kedua

belah pihak tidak sepakat, jual beli (akad)

dinyatakan tidak sah.

3) Tidak disangkutkan dengan sesuatu urusan,

seperti perkataan saya jual jika saya jadi pergi

dan perkataan lain yang serupa.

4) Tidak berwaktu, artinya tidak boleh berjualbeli

dalam tempo waktu yang tertentu atau jual beli

yang sifatnya sementara waktu.42

Adapun jual beli yang menjadi kebiasaan,

misalnya jual beli sesuatu yang menjadi

kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan

qabul, ini adalah pendapat jumhur.43

Menurut

fatwa ulama Syafi‟iyah, jual beli barang-barang

yang kecil pun harus ijab dan qabul, tetapi

menurut Imam An-Nawawi dan ulama

Muta‟akhirin Syafi‟iyah berpendirian bahwa

boleh jual beli barang-barang yang kecil dengan

41

Abdurrahman Al-Jaziri, Op. Cit., hlm. 155 42

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa Oleh Kamaludin A.

Marzuki, Op. Cit., hlm. 50 43

Muhammad Al-Kahlani Ibn Isma‟il, Subuh Al-Salam, Juz II,

Dahlan, Bandung, hlm. 4

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

31

tidak ijab dan qabul seperti membeli sebungkus

rokok.44

2. Rukun Jual Beli

Jika suatu pekerjaan tidak dipenuhi rukun dan

syaratnya maka pekerjaan itu akan batal karena tidak

sesuai dengan ketentuan syara’.45

Dalam pekerjaan

(jual beli) juga ada rukun dan syarat yang harus

dipenuhi agar jual beli dinyatakan sah atau tidak

berdasarkan syara’. Rukun dalam jual beli antara lain

:46

1. atau dua pihak yang berakad, dalam hal

ini penjual dan pembeli.

- Penjual, yaitu pemilik harta yang menjual

barangnya, atau orang yang diberi kuasa untuk

menjual harta orang lain. Penjual haruslah cakap

dalam melakukan transaksi jual beli (mukallaf).

- Pembeli, yaitu orang yang cakap yang dapat

membelanjakan hartanya (uangnya).

2. atau objek akad adalah sesuatu yang

dijadikan akad yang terdiri dari harga dan barang

yang diperjualbelikan.

3. atau lafadz akad (ijab qabul) yaitu

persetujuan antara pihak penjual dan pihak pembeli

untuk melakukan transaksi jual beli, dimana pihak

pembeli menyerahkan uang dan pihak penjual

menyerahkan barang (serah terima), baik transaksi

menyerahkan barang lisan maupun tulisan.

Para ulama menerangkan bahwa rukun jual beli ada

3, yaitu:

a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli;

44

Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm. 71 45

Rachmat Syafe‟i, Fiqih Mu’amalah,,Pustaka Setia, Bandung 2000,

hlm. 76 46

A. Khumedi Ja‟far, Op.Cit, hlm. 141

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

32

b. Objek transaksi, yaitu harga dan barang

c. Akad (transaksi), yaitu segala tindakan yang

dilakukan oleh kedua belah pihak yang

menunjukkan mereka sedang melakukan

transaksi, baik tindakan itu berbentuk kata-kata

maupun perbuatan.47

D. Macam-Macam Jual Beli

1. Ulama Hanafiyah membagi jual beli dari segi sah dan

tidak sahnya menjadi tiga bentuk yaitu:48

a. Jual beli yang shahih

Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli

yang shahih apabila jual beli itu disyariatkan,

memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan

milik orang lain, dan tidak bergantung pada khiyar

lagi.

b. Jual beli yang batil

Jual beli dikatakan jual beli yang batil

apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak

terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan

sifatnya tidak disyari‟atkan atau barang yang dijual

adalah barang-barang yang diharamkan syara’.

Jenis-jenis jual beli yang batil antara lain :

1) Jual Beli Yang Barangnya Tidak Ada (Bai’

Ma’dum)

Bai’ ma’dum (jual beli yang barangnya

tidak ada) yang didalamnya terdapat unsur

ketidakjelasan adalah batil. Seperti menjual anak

unta yang masih dalam kandungan dan menjual

buah yang masih dipohon (belum matang), karena

Nabi SAW melarang jual beli anak ternak yang

masih dalam kandungan dan melarang pula jual

beli buah yang masih dipohon (belum matang).

47

Madani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah, Cet. Ke-2,

Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 102 48

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Gaya Media Pratama, Jakarta,

2000, hlm 121-129

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

33

2) Jual Beli Yang Barangnya Tidak Dapat

diserahkan Pada Pembeli (Bai’ Ma’jus Taslim)

Empat mazhab bersepakat menetapkan

bahwa sesungguhnya tidaklah terjadi akad jual

beli ma’juz at-tasliim ( Jual beli dimana objek

transaksinya tidak bisa diserah terimakan) ketika

berakad sekalipun harta/benda/barang tersebut

adalah miliknya sendiri, seperti

memperjualbelikan burung yang terbang dari

pemiliknya. Walaupun bisa mendatangkan barang

saat di majelis akad, tetap dianggap tidak boleh

karena ada unsur batil.

Batalnya akad dapat pula terjadi apabila

harga (barang pengganti) tidak dapat diserahkan

karena jika harga (barang pengganti) tersedia,

maka barang jualan akan menjadi hak milik.

3) Jual Beli Yang Mengandung Unsur Penipuan

(Gharar)

Menurut bahasa makna al-gharar adalah,

al-khathr (pertaruhan) dan al khida’ (penipuan).

Secara istilah adalah jual beli yang hukumnya

terbatasi. Jadi bai’ gharar adalah jual beli yang

mengandung spekulasi yang terjadi antara kedua

orang yang berakad, menyebabkan hartanya

hilang, atau jual beli sesuatu yang masih hambar,

tidak jelas wujud atau batasanya, disepakati

pelarangannya.

4) Jual Beli Benda-Benda Najis

Para Ulama bersepakat akan tidak adanya

akad jual beli bagi khamar, babi, bangkai dan

darah. Karena semuanya itu tidak mengandung

harta.

5) Jual Beli al-‘arbun

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

34

Yaitu jual beli yang bentuknya dilakukan

melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah

barang dan uangnya seharga barang diserahkan

kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli

tertarik dan setuju maka jual beli sah. Akan tetapi

apabila pembeli tidak setuju dan barang

dikembalikan, maka uang yang telah diberikan

kepada penjual, menjadi hibah bagi penjual. Hal

ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW :

49

Artinya: Dari Amr bin Syu‟aib, dari

ayahnya, dari kakeknya, ia berkata bahwa Nabi

SAW melarang jual beli dengan persekot atau

jual beli „urban. (H.R. Ahmad, Nasa‟i, Abu Daud,

dan Imam yang meriwayatkannya dalam Al

Muwatha)

Kebanyakan fuqaha melarangnya dengan

alasan bahwa jual beli termasuk bab kesamaran

dan pertaruhan, juga memakan harta orang lain

tanpa imbalan.50

6) Jual Beli Air (Bai’ Maa’)

Air sungai, air danau, air laut, dan air

yang tidak dimiliki seseorang merupakan hak

bersama umat manusia tidak boleh

diperjualbelikan.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah

SAW

49

_____,Nailul Authar, Jilid IV, Penerjemah A. Qadir Hassan,

Mu‟ammal Hamidy, dkk, PT Bina Ilmu, Surabaya,1993, hlm 1662 50

Ibnu Rusyd, Bidayatu’l Mujatahid, Terjemah oleh M.A.

Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Juz III, Asy-Syifa‟, Semarang, 1990,

hlm. 80

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

35

51

Artinya: Diceritakan Yahya bin Bakir,

menceritakan Al-Laits dari „Ukil bin Ibnu Syihab

dari Ibnu Musayyib dan Abu Salamah dari Abu

Hurairah RA berkata bahwa Rasullah SAW

bersabda: “Tidak boleh ditahan (ditolak) orang

yang meminta kelebihan air, yang akan

mengakibatkan tertolaknyakelebihan rumput.”

(H.R. Bukhari Muslim)

c. Jual Beli Fasid

Jual beli fasid adalah jual beli yang rusak dan

apabila kerusakan itu menyangkut harga barang dan

boleh diperbaiki. Jenis-jenis jual beli fasid, antara

lain:

1) Jual Beli Yang Tidak Jelas/Tidak Diketahui

Barangnya (Bai’ Majhul)

Yaitu jual beli yang barangnya secara

global tidak dapat diketahui, dengan syarat

kemajhulannya bersifat menyeluruh. Akan tetapi,

apabila kemajhulannya bersifat sedikit, maka jual

belinya sah.

2) Jual Beli Yang Tergantung Atas Suatu Syarat dan

Jual Beli Al Mudhaf (Menambahi Ijab)

51

Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori,

Op.Cit.,No. Hadits 2201, hlm. 893

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

36

Jual beli mualaq al syartin adalah jual beli

yang wujudnya tergantung pada sesuatu yang

lain, memungkinkan sekali saat ijabnya

menggunakan kata-kata ta’liq (menggantung)

misalnya: akan, jika, apabila, kapan dan lainya.

Seperti ungkapan: “Akan kujual rumah ini

apabila fulan sudah pulang dari bepergiannya

atau apabila fulan menjual rumahnya kepadaku”.

Jual beli mudhaf adalah jual beli yang

ijabnya ditambah-tambahi sampai masa yang

akan datang, misal : “Aku jual rumah ini pada

awal tahun baru segini”. Inilah kedua jual beli

yang fasid menurut Hanafiyah, keduanya batal

menurut yang lain, karena jual beli itu akad

kepemilikannya ditentukan pada waktu itu juga,

tidak menambah temponya hingga masa yang

akan datang.

3) Jual Beli Harta Yang Tidak Ada/Tidak Terlihat

Barangnya (Ba’i ‘Ainul Gho’ibah Au Ghoiru

Mari’ah)

‘Ainul ghoibah adalah harta pilihan yang

dimiliki oleh penjual, yang wujudnya nyata,

namun tidak terlihat. Hanafiyah membolehkan

walaupun tanpa diketahui sifatnya sekalipun

dengan syarat khiyar seperti jual beli barang yang

ada di dalam kotak atau tertutup dan lainya.

Apabila ketika melihat berang tersebut kemudian

membatalkan transaksi maka dibolehkan.

4) Jual Beli Bagi Orang Yang Buta (Bai’ Al ‘A’ma

Wa Syiro’uhu)

Jumhur ulama membolehkanya dalam

berakad jual beli, ijarah (sewa), rahn (gadai) dan

hibah (pemberian). Dia berhak melakukan khiyar

apabila mengetahui jenis, bau atau melalui daya

rasanya. Atau mungkin barangnya disifati seperti

sifat buah-buahan yang masih berada di pohon,

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

37

karena sifat harus menjelaskan hakikat barang

yang akan diperjual belikan, maka terjadilah

kesamaran dalam jual beli bagi orang orang yang

dapat melihat. Akan tetapi tidak ditetapkan oleh

Hanafiyah dan Malikiyah khiyar melihat bagi

penjual secara mutlaq.

Dalam keadaan buta atau melihat

Syafi‟iyah tidak memperbolehkannya (orang

buta), kecuali ia pernah melihat sesuatu sebelum

kebutaanya, barang yang tidak berubah seperti

besi dan selainya, sehingga ia dihukumi kurang

dalam mengidentifikasi dengan baik, maka

barang yang akan dijual belikan baginya

dianggap sebagai barang yang majhul.

5) Jual Beli Barang Haram (Bai’ Bi Tsaman Al

Muharom)

Khamr, babi, bangkai, dan darah adalah

fasid karena tidak mangandung manfaat secara

syar’i.

6) Jual Beli Tunai Dan Tunda (Bai’Inah wa Bai’ Al

Ajal)

Abu Hanifah, Syafi‟iyah dan Dhohiriyah

menshahihkan jual beli inah secara dahirnya,

karena terpenuhi rukunya yaitu ijab dan qobul

menurut Abu Hanifah, dan rukun-rukunnya

terpenuhi menurut yang lainya, tentunya dengan

meninggalkan urusan niat dan menyerahkanya

kepada Allah ta‟ala untuk menghukumi

pelakunya. Perlu diketahui bahwa ternyata jual

beli inah ini, menurut selain mazhab Malikiyah

disebut-sebut dengan jual beli ajal, yaitu yang

mengandung siasat menjurus kepada riba, yaitu

seseorang menjual barang dengan pembayaran

bertempo. Kemudian membelinya lagi pada saat

itu juga, Jual beli ini disebut inah karena pemilik

barang bukan menginginkan menjual barang,

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

38

tetapi yang diinginkannya adalah ‘ain (uang) atau

karena penjual kembali memiliki ‘ain (benda)

yang dia jual pada waktu itu juga. Sebaliknya si

pemilik barang menjual sesuatu barang kepada

orang lain dengan sistem tempo, kemudian

setelah itu barang tersebut dibeli lagi oleh pemilik

barang tadi dengan tunai namun dengan harga

yang lebih murah dari pada harga pertama waktu

ia jual.

7) Jual Beli Anggur Untuk DiJadikan Khamar (Bai’

Inab Liashiril Khamr

8) Dua Akad Dalam Satu Jual Beli Atau Dua Syarat

Pada Satu Jual Beli (Baiatani Fi Bai’atin Aw

Syarthani Fi Bai’in Wahid)

Jual beli dengan dua syarat. Misalnya

seperti ungkapan pedagang yang mengatakan,

“Jika tunai harganya Rp 50.000, dan jika berutang

harganya Rp 75.000”.

9) Jual Beli Yang Barang dan Sifatnya Bagian Dari

Yang Dimaksud (Bai’ul Atba Wal Aushof

Binahwi Maqsud)

Jual beli barang yang sama sekali tidak

dapat dipisahkan dari satuannya. Misalnya

membeli tanduk kerbau pada kerbau yang masih

hidup

10) Jual Beli Buah-Buahan Atau Pertanian Yang

Belum Berbuah (Ba’i At Tsamar Aw Az Zuru’

Qobla Wujudiha Aw Sholahiha)

Ulama juga bersepakat akan tidak

bolehnya jual beli buah-buahan atau hasil

pertanian yang belum di potong dari pohonnya.

2. Ulama Malikiyah, membagi jual beli dari segi terlihat

atau tidaknya barang dan kepastian akad, antara lain

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

39

1) Jual beli dilihat dari segi terlihat atau tidaknya

barang

Jual beli benda yang terlihat atau dapat

dibuktikan adalah jual beli yang pada waktu

melakukan akad jual beli benda atau barang yang

diperjual belikan ada di depan penjual dan pembeli.

Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan

boleh dilakukan, seperti membeli beras di pasar.

Bentuk jual beli yang demikian ini

diperbolehkan, sebagaimana Imam Taqiyyudin

menegaskan :

Artinya : “Apabila akad terjadi terhadap suatu

barang yang dijelaskan, maka jual beli adalah sah”.52

Bila barang yang diperjualbelikan ternyata

ada kekurangan atau cacat dan agar jual beli yang

dilakukannya itu tetap diperbolehkan, maka seorang

penjual harus menjelaskan barang yang cacat itu.

Sebagaimana yang dicontohkan Rasul SAW,

dalam sabda Beliau :

53

Artinya: “Mewartakan Ishaq menceritakan

Hibban, mewartakan Syu‟bah, telah berkata Qutadah

menceritakan dari Shaleh Abi Al-Khalil, dari

Abdillah bin Al-Harits, telah berkata aku mendengar

52

Imam Taqiyyudin Aby Bakr bin Husain, Op. Cit, hlm.141 53

Abi Abdillah Muhammad bin Isma‟il, Shahih Bukhari, Jilid II,

Syirkah Almaktabah Litabi‟i Wan Nasr, tt, hlm. 802

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

40

Hakim bin Hizam RA katanya Rasulullah SAW,

bersabda : “Dua orang yang berjualbeli khiyar

(memilih) selama keduanya belum berpisah, atau

hingga keduanya berpisah. Jika keduanya berlaku

benar, baik dalam tindakan dan ucapan atau

keterangan, maka jual-beli keduanya diberkati

(Allah). Dan jika keduanya bersikap

menyembunyikan dan dusta, keberkatan jual beli

keduanya dihapus (sirna).” (HR. Bukhari)

Jual beli benda yang tidak dapat dibuktikan

barangnya atau tidak dapat dilihat adalah jual-beli

yang dilarang oleh syara’, karena barang yang

menjadi objek belum jelas sehingga dikhawatirkan

barang tersebut diperoleh dari hasil mencuri atau

merupakan barang titipan yang akibatnya dapat

menimbulkan kerugian salah satu pihak. Sama

halnya dengan menjual bawang merah dan wortel

atau yang lainnya yang masih berada di dalam tanah

adalah batal sebab hal tersebut merupakan perbuatan

gharar.

Sebagaimana Rasul SAW, bersabda :

54

Artinya : “Mewartakan kepada kami

Muhammad bin Al-Mutsanna. Mewartakan kepada

kami Hajjaj, mewartakan kepada kami Hammad dari

Humaid, dari Anas bin Malik, bahwasannya Rasul

54

Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini, Sunan Ibnu

Majah,Diterjemahkan oleh Abdullah Shonhaji, Terjemahan Sunan Ibnu

Majah, JilidIII, CV. Asy-Syifa‟, Semarang, 1993, hlm.66

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

41

SAW melarang menjual buah sehingga nampak

buahnya, dan melarang menjual anggur sehingga

buahnya berwarna hitam dan melarang menjual biji-

bijian melainkan sesudah biji tersebut mengeras.

(HR. Ibnu Majah)

2) Jual beli dilihat dari segi kepastian akad, yaitu :

a. Jual beli tanpa khiyar

b. Jual beli khiyar

Khiyar adalah jual beli di mana para pihak

memberikan kesempatan untuk memilih. 55

Khiyar

secara syar’i adalah hak orang yang berakad

dalam membatalkan akad atau meneruskannya

karena ada sebab-sebab secara syar’i yang dapat

membatalkannya sesuai dengan kesepakatan

ketika berakad.

E. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam

Berkenaan dengan jual beli yang dilarang dalam

Islam, Wahbah al-Zuhaily meringkasnya sebagai berikut :

1. Telarang Sebab Ahliyah (Ahli Akad)

Ulama telah sepakat bahwa jual beli

dikategorikan shahih apabila dilakukan oleh orang yang

baligh, berakal, dapat memilih dan mampu ber-tasharruf

(mengelola) secara bebas dan baik. Mereka yang

dipandang tidak sah jual belinya adalah sebagai berikut:

a. Orang Gila

Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan

oleh orang yang gila tidak sah, berdasarkan

kesepakatan ulama, karena tidak memiliki sifat

ahliyah (kemampuan) dan disamakan dengannya

orang yang pingsan, mabuk, dan dibius.

b. Anak Kecil

Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli anak kecil

(belum mumayyiz) dipandang tidak sah, kecuali dalam

perkara-perkara ringan atau sepele. Menurut ulama

55

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Mu’amalat, penerjemah

Nadirsyah Hawari, Cetakan Pertama, Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 99

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

42

Syafi‟iyyah jual beli anak mumayyiz yang belum

baligh, tidak sah sebab tidak ada ahliyah (kecakapan

hukum).

Adapun menurut ulama Malikiyah, Hanafiyah,

dan Hanabilah, jual beli anak kecil dipandang sah jika

diizinkan oleh walinya. Mereka beralasan, salah satu

cara untuk melatih kedewasaan adalah dengan

memberikan keleluasaan untuk jual beli, juga

sekaligus pengamalan atas firman Allah SWT :

Artinya : “Dan ujilah anak yatim itu sampai

mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika

menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai

memelihara harta), maka serahkanlah kepada

mereka harta-hartanya...”(Q.S. Annisa : 6)56

c. Orang Buta

Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang

dilakukan orang buta sah juka diterangkan sifat

barang yang mau dibeli, karena adanya rasa rela.

Sedangkan menurut ulama Syafi‟iyah tanpa

diterangkan sifatnya dipandang batil dan tidak sah,

karena ia dianggap tidak bisa membedakan barang

yang jelek dan baik walaupun diterangkan sifatnya

tetap dipandang tidak sah.

d. Orang yang Terpaksa

Menurut ulama Hanafiyah, berdasarkan

pengkajian, jual beli yang dipaksa bersifat

menggantung dan tidak berlaku. Jika orang yang

56

Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 80

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

43

dipaksa membolehkannya setelah terlepas dari

paksaan, maka jual belinya berlaku.

e. Fudhuli

Jual beli fudhul yaitu jual beli milik orang lain

tanpa seizin pemiliknya, oleh karena itu, menurut para

ulama jual beli yang demikian dipandang tidak sah,

sebab dianggap mengambil hak orang lain (mencuri).

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa jual beli

semacam ini diperbolehkan, karena mereka

menafsirkan jual beli tersebut kepada pembelian

untuk dirinya dan bukan orang lain dan menurut

ulama yang lain mengkategorikan ini ke dalam jual

beli untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, para ulama

sepakat bahwa jual beli fudhul tidak sah

f. Jual Beli Terhadap Orang yang Terhalang (sakit,

bodoh, atau pemboros)

Maksud terhalang di sini adalah terhalang

karena kebodohan, bangkrut ataupun sakit. Jual beli

orang yang bodoh yang suka menghamburkan

hartanya, menurut pendapat ulama Malikiyah,

Hanafiyah dan pendapat paling shahih di kalangan

Hanabilah, harus ditangguhkan.

Menurut ulama Syafi‟iyah, jual beli tersebut

tidak sah sebab tidak ada ahli dan ucapannya

dipandang tidak dapat dipegang. Begitu pula

ditangguhkan jual beli orang yang sedang bangkrut

berdasarkan ketetapan hukum, menurut ulama

Malikiyah dan Hanafiyah sedangkan menurut ulama

Syafi‟iyah dan Hanabilah, jual beli tersebut tidak sah.

Menurut jumhur selain Malikiyah, jual beli

orang sakit parah yang sudah mendekati mati hanya

dibolehkan sepertiga dari hartanya (tirkah), dan bila

ingin lebih dari sepertiga, jual beli tersebut

ditangguhkan kepada izin ahli warisnya. Menurut

Ulama Malikiyah, sepertiga dari hartanya hanya

dibolehkan pada harta yang tidak bergerak seperti

rumah, tanah dll.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

44

g. Jual beli Mulja’

Jual beli Mulja’ yaitu jual beli yang dilakukan

oleh orang yang sedang dalam bahaya. Jual beli yang

demikian menurut kebanyakan ulama tidak sah,

karena dipandang tidak normal sebagaimana yang

terjadi pada umumnya.

2. Jual Beli yang Dilarang Sebab Sighat

Ulama fiqih telah sepakat atas sahnya jual beli

yang didasarkan pada keridhaan di antara pihak yang

melakukan akad, ada kesesuaian di antara ijab dan qabul,

berada disatu tempat, dan tidak terpisah oleh suatu

pemisah.

Jual beli yang tidak memenuhi ketentuan tersebut

dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang dipandang

tidak sah atau masih diperdebatkan oleh para ulama

adalah sebagai berikut :

a. Jual beli mu’athah

Jual beli mu’athah yaitu jual beli yang telah

disepakati oleh para pihak (penjual dan pembeli)

berkenaan dengan barang maupun harganya teteapi

tidak memakai ijab qabul. Jual beli seperti ini

dipandang tidak sah, karena tidak memenuhi syarat

dan rukun jual beli. Para ahli fiqih berbeda pendapat

mengenai hukum jual beli ini.57

Menurut Hanafiyah dan Hanabilah

menyatakan jual beli mu’athah sah hanya pada

dikebiasaan dalam kehidupan manusia. Sesuatu yang

menjadi kebiasaan manusia menunjukkan adanya

kerelaan didalamnya. Akan tetapi terdapat satu syarat,

yakni objek transaksi harus diketahui dan sudah

dimaklumi kedua belah pihak.

Menurut Maliki jual beli mu’athah sah jika

dilakukan dengan tindakan yang mencerminkan

kerelaan dan kesepakatan, baik atas hal-hal yang

sudah umum dalam masyarakat maupun tidak.

57

Wahbah az-Zuhaili, Op.Cit, hlm. 31

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

45

Menurut Syafi‟iyah berpendapat bahwa jual

beli mu’athah berpendapat bahwa jual beli harus

disertai ijab qabul, yakni dengan sighat lafazh, sebab

keridhaan sifat itu tersembunyi dan tidak dapat

diketahui, kecuali dengan ucapan. Mereka hanya

membolehkan jual-beli dengan isyarat, bagi orang

yang uzur (berhalangan).

b. Jual beli melalui surat atau melalui utusan

Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli melalui

surat atau utusan adalah sah. Tempat berakad adalah

sampainya surat atau utusan dari aqid pertama kepada

aqid kedua. Jika qabul melebihi tempat, akad tersebut

dipandang tidak sah, seperti surat tidak sampai

ketangan yang dimaksud.

c. Jual beli dengan isyarat atau tulisan

Kesahihan akad telah disepakati dengan

isyarat atau tulisan khususnya bagi yang uzur sebab

sama dengan ucapan. Selain itu, isyarat juga

menunjukkan apa yang ada dalam hati aqid. Apabila

isyarat tidak dapat dipahami dan tulisannya jelek

(tidak dapat dibaca), akad tidak sah.

d. Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad

Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli atas

barang yang tidak ada ditempat adalah tidak sah sebab

tidak memenuhi syarat in’iqad (terjadinya akad)

e. Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan qabul

Hal ini dipandang tidak sah menurut

kesepakatan ulama. Akan tetapi jika lebih baik,

seperti meninggikan harga, menurut ulama Hanafiyah

membolehkannya, sedangkan ulama Syafi‟iyah

menganggapnya tidak sah.58

f. Jual beli munjiz

Jual beli munjiz adalah jual beli yang dikaitkan

dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu

yang akan datang. Jual beli ini dipandang fasid

58

Ibid, hlm. 97

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

46

menurut ulama Hanafiyah dan batal menurut jumhur

ulama

g. Jual beli najasyi

Jual beli najasyi yaitu jual beli yang dilakukan

dengan menambah atau melebihi harga temannya,

dengan maksud mempengaruhi orang agar orang itu

mau membeli barang kawannya. Jual beli seperti ini

dipandang tidak sah karena akan menimbulkan

keterpaksaan (bukan kehendak sendiri)

Hal ini sesuai dengan haditst Rasulullah SAW:

59 Artinya : Diceritakan Abdullah bin Maslamah,

diceritakan Malik dari Nafi‟i dari Bin Umar RA

berkata bahwa “Rasulullah SAW telah melarang jual

beli najasyi”. (H.R. Bukhari Muslim)

h. Menawar barang yang sedang ditawar orang lain

Contoh dari perbuatan menawar barang yang

sedang ditawar orang lain adalah apabila seseorang

berkata : “Jangan terima tawaran orang itu, nanti aku

akan membeli dengan harga yang lebih tinggi”. Jual

beli seperti itu dilarang oleh agama sebab dapat

menimbulkan persaingan tidak sehat dan dapat

mendatangkan perselisihan di antara pedagang

(penjual)

Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

:

59

Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori,

Op.Cit.,No. Hadits 2011, hlm. 813

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

47

60 Artinya : Diriwayatkan Isma‟il berkata

menceritakan Malik dari Nafi‟ dari Abdullah Bin

Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak

boleh menjual untuk merusak penjualan kawannya”.

(H.R. Bukhari Muslim)

3. Terlarang Sebab Ma’qud Alaih( Barang yang

diperjualbelikan) Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang

dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang

biasa disebut mabi’ (barang jualan) dan harga.

Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli dianggap sah

apabila ma’qud alaih adalah barang yang tetap atau

bermanfaat, berbentuk, dapat diserahkan, dapat dilihat

oleh orang-orang yang akad, tidak bersangkutan dengan

milik orang lain, dan tidak ada larangan dari syara’.

Selain itu, ada beberapa masalah yang disepakati

oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan oleh ulama

yang lainnya, di antaranya berikut ini :

a. Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan

tidak ada

Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli barang

yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada adalah

tidak sah.61

b. Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan

Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan,

seperti burung yang ada di udara atau ikan yang ada di

air tidak berdasarkan ketetapan syara‟.

c. Jual beli gharar

60

Ibid.,No. Hadits 2008, hlm. 812 61

Ibid, hlm.97

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

48

Jual beli gharar yaitu jual beli barang yang

mengandung kesamaran. Menurut Sayyid Sabiq, yang

dimaksud dengan jual beli gharar ialah semua jenis

jual beli yang mengandung jahalah (kemiskinan) atau

mukhatarah (spekulasi) atau qumaar (permainan

taruhan). 62

Hukum Islam melarang jual beli seperti

ini, sebagaimana hadits Rasulullah SAW :

63 Artinya : “Mewartakan Muhammad bin Samak

dari Yazid bin Abi Ziyad dari Al-Musayyabbin Rafi‟

dari Abdullah bin Mas‟ud katanya : telah bersabda

Rasul SAW, jangan kamu beli ikan yang berada di

dalam air, karena itu adalah sesuatu yang tidak jelas.”

(HR. Ahmad)

d. Jual beli najis dan yang dihukumi najis

Barang yang dihukumkan najis dan yang

terkena najis ulama sepakat tentang larangan jual beli

barang yang najis, seperti khamar, babi, bangkai, dll.

Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang barang

yang terkena najis (al-mutanajis) yang tidak mungkin

dihilangkan, seperti minyak yang terkena bangkai

tikus. Ulama Hanafiyah membolehkannya untuk

barang yang tidak untuk dimakan, sedangkan ulama

Malikiyah membolehkannya setelah dibersihkan.

Mereka berbeda pendapat juga tentang barang yang

terkena najis atau tidak bisa dihilangkan, seperti

62

Sayyid Sabiq, Op.Cit.,hlm. 74 63

Maktabu Syamilah, Sunan Al-Kubro Lil Baihaqi, Bab Tamrin Bay‟i

Fadhlil Ma‟i Ladzi Yakunu Bil Falati Wa Yahtaju Ilaihi Yar‟i Kala‟i Tahrim

Mani Badlaihi WA Tahrimu Bay‟i Dhirobi Al-Fahli, Juz : 8, hlm.3494

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

49

kotoran kerbau, kambing, sapi, dan ayam, karena

benda-benda tersebut membawa manfaat sebagai

pupuk.

Mengingat tidak ada dalil yang jelas mengenai

hukum jual beli benda najis seperti kotoran hewan di

dalam Al-Quran. Akan tetapi, hal ini sudah dianggap

umum oleh sebagian masyarakat, misalnya saat ini

yang terjadi adalah jual beli pupuk kandang yang

tidak lain untuk menyuburkan tanaman agar

mendapatkan hasil yang maksimal.

Sebagian ulama yang berpandangan hukumnya

boleh dan ada pula yang tidak. Pendapat para fuqaha

antara lain :

1) Imam Hanafiyah mengatakan bahwa jual beli

kotoran hewan dan manusia yang murni (tanpa

dicampur dengan yang lain) adalah makruh. Akan

tetapi diperbolehkan menjual kotoran hewan

karena bisa dimanfaatkan dan untuk menyuburkan

tanaman karena kotoran hewan dianggap sesuatu

yang bernilai (maal) meskipun pada dasarnya

hukum asal kotoran hewan adalah najis.64

Sebagaimana disebutkan Imam Syamsudin

Al-Syarkhasi murid Imam Hanifah di dalam kitab

Al-Mabsuth, beliau berpendapat bahwa apabila

didalam jual beli itu terdapat manfaat untuk orang

yang berakad atas jual beli maka diperbolehkan.65

Ketentuan menurut Imam Hanifah, semua

yang bisa dimanfaatkan dan halal menurut agama

maka boleh saja menjualnya. Karena pada

dasarnya semua benda yang diciptakan untuk

kepentingan manusia.66

Dalam Kitab al-fiqh ala al-mazahib al-

Arba’ah, mazhab Hanafi menegaskan:

64

WahbahAz-Zuhaili, Op.Cit, hlm. 117

65 Syamsuddin Al-Syarkhasi, Al-Mabsuth, Juz 13, Dar Al-fikr, Beirut,

1049 H, hlm.15 66

Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, hlm. 117

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

50

67

Artinya: Diceritakan Hanafi dari Abdullah

bin Mas‟ud berkata : “Boleh menjualbelikan

minyak yang terkena najis dan memanfaatkannya

selain untuk dimakan. Sebagaimana boleh

memperjualbelikan yang tercampur dengan debu

dan memanfaatkannya dan kotoran binatang atau

pupuk meskipun dia najis barangnya. Bahwasanya

yang mereka larang adalah memperjualbelikan

bangkai, kulit bangkai sebelum disamak, babi, dan

arak. H.R Bukhari)

2) Imam Syafi‟i berpendapat bahwa benda yang

diperjuabelikan harus suci. Sehingga dalam jual

beli kotoran hewan tidak diperbolehkan karena

didalam kotoran hewan terdapat unsur-unsur najis

baik itu hewan yang boleh dimakan maupun

kotoran hewan yang haram untuk dimakan.68

Menurut Imam Syafi‟i benda-benda najis

bukan hanya tidak boleh diperjualbelikan, akan

tetapi juga tidak sah untuk diperjualbelikan untuk

diperjualbelikan. Penjualan seperti bangkai, darah,

67Abu Abdullullah Muhammad bin Ismail, bin Ibrahim bin

al-Mughirah, Al-Ja‟far, Shahih Bukhari, Juz II, Beirut Libanon,

1412, hlm. 4 68

Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyq,

Fiqih Empat Mazdhab, diterjemah oleh Abdullah Zaki Alkaf, Hasyimi,

Bandung, 2013, hlm. 207

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

51

daging babi, khamar, nanah, kotoran manusia,

kotoran hewan dan lainnya meskipun dapat

dimanfaatkan.69

Beliau mengambil dalil dari al-

mawardi

Demikian pula dalam buku Muhammad

wafa yang berjudul Bay’ Al-A’yan Al-Muharramat

Fi Al-Fiqh Al-Islami wa Al-Qanun Al-Wadhi beliau

juga mengemukakan pendapat Imam Syafi‟i,

bahwa penjualan kotoran hewan tidak bolehkan

karena termasuk najis. Sebagaimana sudah

dijelaskan sebelumnya tentang larangan Nabi

Muhammad SAW (terhadap umatnya) yang

mengharamkan penjual benda najis yang

dianalogikannya.70

Sebagimana Hadits sebagai

berikut :

71

Artinya : “Allah SWT telah melaknat

orang-orang Yahudi, lantaran telah diharamkan

lemak hewan, namun mereka memperjual-

belikannya dan memakan hasilnya”. (HR. Bukhari

dan Muslim)

Menurut beliau hadits-hadits di atas tidak

menyebutkan tentang penjualan kotoran hewan.

Imam Syafi‟i mengatakan bahwa kotoran hewan

yang dagingnya halal dimakan diqiyaskan kepada

kotoran hewan yang dagingnya haram dimakan

sebagaimana hukumnya najis menurut ijma’

(kesepakatan) para ulama maka dengan demikian

69

Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu’in, Darul Ihya‟,

Mesir, tt, hlm. 67

70 Jaih Mubarok, Fiqih Kotemporer dalam Bidang Peternakan,

Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 101 71

Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori,

Op.Cit.,No. Hadits 2125, hlm. 853

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

52

juga pada kotoran hewan yang dagingnya halal

dimakan hukumnya najis. Hal ini karena seluruh

kotoran sama-sama memiliki sifat kotor (jijik)

menurut tabiat manusia yang masih normal,

dikarenakan bau yang busuk.

Sehingga Syafi‟i tidak membolehkan semua

benda najis karena boleh tidaknya dijual suatu

barang tergantung bersihnya tidaknya barang

tersebut. Dengan demikian, semua yang bersih

artinya yang diperbolehkan oleh agama untuk

digunakan maka ia bisa dijual menurut Syafi‟i.72

3) Imam Maliki dan Hambali berpendapat menjual

sesuatu yang najis secara syariat seperti dari

kotoran hewan yang haram (tidak bisa) dimakan

dagingnya seperti anjing, babi dan lainnya. Akan

tetapi boleh menjual kotoran hewan yang halal

dimakan seperti kotoran kambing, unta, sapi, ayam

dan sejenisnya karena dapat dimanfaatkan untuk

menyuburkan tanah.73

Imam Hambali berpendapat jual beli barang

yang terkena najis seperti kotoran hewan (sebagai

pupuk) dan sejenisnya dari hewan hewan najis dan

dari hewan tidak syar’i (bangkai) tidak

diperbolehkan kecuali kotoran dari hewan yang

suci yaitu dari hewan yang dagingnya halal

dimakan.74

Dalil yang digunakan oleh Imam Maliki

berikut :

72

Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, hlm. 118 73

Ibid, hlm.208 74

Abrurrahma Al-Jaiziri, Kitab al-Fiqh Al-Mazdhab al-Ara’bah,

Darul Fikri, Damaskus, 1981, hlm.231

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

53

75 Artinya : Dari Anas bin Malik berkata: “

Kencing binatang yang dagingnya halal dimakan

dan kotorannya itu keduanya suci, kecuali kalau

binatang tersebut minum air najis, maka

kencingnya pada saat itu najis. Demikian juga

ayam yang makan barang-barang najis, maka

kotorannya pun najis”. (H.R. Bukhari)

Pendapat senada dikemukakan oleh Imam

Hambali. Sehingga hukum yang diambil dari hadits

tersebut adalah kotoran hewan yang halal dimakan

maka kotoran dan air seninya adalah suci,

terkecuali apabila hewan tersebut makan atau

minum barang-barang yang dari najis maka air seni

dan kotoran hewan yang halal dimakanpun najis.

Berdasarkan uraian beberapa pendapat di

atas, jelas bahwa masalah ini termaksud kedalam

masalah ijtihad, karena tidak adanya nash al-

Qur‟an yang menjelaskannya. Oleh karena itu

wajar saja terdapat perbedaan pendapat dikalangan

ulama tentang hukum masalah ini, ada yang

memperbolehkannya dan juga ada yang tidak

memperbolehkannya.

e. Jual Beli Anak Binatang yang Masih di Dalam

Kandungan

Jual beli seperti ini dilarang, karena barangnya

belum ada atau belum pasti dan tidak tampak. Maksud

jual beli dalam kandungan adalah jual beli anak

binatang yang masih ada dalam perut induknya.

Bentuk jual beli ini dilarang karena objeknya belum

ada dan belum tampak

Hal ini sebagaimana sabda Rasul :

75

Ibnu Hajar al-Asqalani, Taqribut Tahdzib, Juz 2, No Hadits 6685

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

54

76 Artinya: “Meriwayatkan Abdullah bin Yusuf,

mengabarkan Nafi‟ dari Abdullah Bin Umar RA

berkata bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli

anak binatang yang masih di dalam kandungan. Yaitu

penjualan yang berlaku di masa jahiliyah, seorang

membeli unta sehingga lahir yang di dalam

kandungannya kemudian sampai beranak binatang

yang telah lahir itu.” (H.R. Bukhari Muslim)

f. Jual Beli Sperma Hewan

Dalam jual beli sperma (mani) binatang,

maksudnya adalah seperti mengawinkan seekor

domba jantan dan betina, agar dapat memperoleh

keturunan. Jual beli seperti ini juga tidak

diperbolehkan, karena tidak dapat diketahui kadarnya.

Sebagaimana sabda Rasul SAW:

77 Artinya: “Dari Jabir bin Abdillah ia berkata

Rasul SAW berkata : sesungguhnya Nabi SAW telah

melarang menjual air sperma hewan pejantan.”

(HR.Muslim)

Sebagaimana dalam hadits lain :

76

Imam Abi Al-Husain Muslim bin Hajaj Al-Qusyairi Al-Naisabury,

Shahih Muslim, Dahlan Indonesia, Juz III, tt, hlm. 1514 77

Imam Muslim, Op.Cit,hlm. 684

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

55

78 Artinya:“Dari Ibnu Umar RA katanya: Nabi

SAW melarang menerima pembayaran karena

pemberian bibit jantan.” (HR. Bukhari)

g. Jual beli majhul

Jual beli majhul adalah jual beli barang yang

tidak jelas, misalnya jual beli singkong yang masih di

tanah, jual beli buah-buahan yang masih berbentuk

bunga, dan lain-lain.

Dalam kitab Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, jual beli

seperti ini dikategorikan tidak sah karena menjual

buah sebelum tampak baiknya.

Sebagaimana dengan hadits Rasulullah SAW :

79 Artinya : Diceritakan Abdullah bin Yusuf,

mengabarkan Malik dari Nafi‟ dari Abdullah Bin

Umar RA berkata : “Nabi SAW melarang menjual

78

Abi Abdillah Muhammad bin Isma‟il, Shahih Bukhari,

Diterjemahkan oleh Zainuddin Hamidy, Op. Cit., hlm. 304 79

Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori,

Op.Cit.,No. Hadits 205 , hlm. 827

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

56

buah di pohon sehingga terlihat nyata baiknya, Nabi

SAW melarang yang menjual dan yang membeli.”

(H.R. Bukhari Muslim)

h. Jual beli Muhaqallah

Yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di

ladang atau di sawah. Pada model ini terkumpul dua

hal yang terlarang, yaitu:

1) Adanya ketidakjelasan kadar pada barang yang

diperjualbelikan.

2) Padanya terdapat unsur riba karena tidak diketahui

secara pasti adanya kesamaan antara dua barang

yang diperjualbelikan.

Ketidakjelasan ini karena biji-bijian yang

masih di tangkainya tidak diketahui kadarnya

(beratnya) secara pasti dan tidak diketahui baik dan

buruknya barang tersebut. Adapun adanya unsur riba

di sini karena jual beli biji-bijian dengan biji-bijian

yang sejenis dengannya tanpa adanya takaran syar'i

yang sudah diketahui akan menyebabkan

ketidakjelasan pada sesuatu.

Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW :

80

Artinya: ”Meriwayatkan Abdullah bin Yusuf

mengabarkan Malik, dari Dawud bin Hushaini, dari

Abu Sufyan Maula bin Abu Ahmad dari Abu Sa‟id Al

80

Ibid.,No. Hadits 2050, hlm. 824

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

57

Khudri RA berkata : Rasulullah SAW melarang

muzabanah, yaitu menjual buah kurma ruthab yang

masih di atas pohon dengan tamar, juga muhaqalah

mengerjakan hasil yang tentu sepertiga, seperempat,

dan sebagainya. (H.R. Bukhari Muslim)

i. Jual Beli Mukhadharah

Yaitu menjual buah-buahan yang belum masak

(matang). Boleh menjual buah-buahan sebelum masak

dengan syarat harus dipetik untuk orang yang ingin

mengambil manfaat darinya. Apabila seseorang

membeli kurma (yang belum masak) dan sebelum

dipanen tiba-tiba kurma tersebut tertimpa musibah

sehingga memberi mudharat (ketidak manfaatan)

baginya, maka hukumnya pembeli wajib untuk tidak

menerima kurma tersebut dan boleh meminta uangnya

kembali dari penjual.

Ibnu Qayyim RA berkata dalam

kitab I'laamul Muwaqqi'iin," maksud dilarangnya jual

beli buah-buahan yang belum masak, yaitu agar tidak

terjadi kasus memakan harta pembeli tanpa hak yang

dibenarkan, karena buah-buahan tersebut kemungkian

bisa rusak. Allah telah melarangnya dan Allah pun

menguatkan tujuan dari larangan ini dengan memberi

pembelaan kepada pembeli yang barangnya rusak

karena terkena musibah setelah terjadinya jual beli

yang dibolehkan. Semuanya ini dimaksudkan agar

pembeli tidak merasa dizhalimi dan hartanya tidak

dimakan tanpa adanya hak yang dibenarkan.81

Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan

Jabir RA :

81

Ad-Duwaisy, Syaikh „Isa bin Ibrahim, Jual Beli yang Dibolehkan

dan yang Dilarang, Penerjemah : Ruslan Nurhadi, Muraja‟ah, Pustaka Ibnu

Katsir, Bogor, tt, hlm. 57-58

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

58

82

Artinya : Diriwayatkan Yahya bin Sulaiman,

diriwayatkan Ibnu Wahab mengabarkan Ibnu Juraij

dari „Ato dan Abu Zubair dari Jabir RA berkata :

“Rasulullah SAW melarang menjual buah di atas

pohon sehingga nyata baik, dan tidak boleh dijual

sesuatu pun dari buah itu kecuali dengan uang kontan

(dinar atau dirham), kecuali al-‘araya (yaitu menjual

kurma ruthab yang masih di pohon dengan kurma

tamar, dan ini diizinkan bagi orang yang berhajat

(miskin) tidak mempunyai kebun kurma jika kurang

dari lima wasaq).” (H.R. Bukhari Muslim)

j. Jual Beli Mulammasah

Yaitu jual beli secara sentuh menyentuh. Yaitu

apabila seorang pedagang berkata, “Kain mana saja

yang engkau sentuh, maka kain tersebut menjadi

milikmu dengan harga sekian. Jual beli ini tidak layak

dengan dua sebab:

1) Adanya jahalah (ketidakjelasan barang).

2) Masih tergantung dengan syarat

Syaratnya ialah seorang pedagang berkata,

"Aku jual pakaian yang engkau sentuh dari pakaian-

pakaian ini. Masuk dalam larangan ini semua barang,

maka tidak boleh membeli sesuatu dengan cara

mulammasah karena adanya dua sebab yang sudah

disebutkan tadi, baik barang tersebut berupa pakaian

atau yang lainnya

Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

82 Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, Op.Cit,

No. Hadits 2053, hlm. 825

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

59

83

Artinya: “Diceritakan Ismail berkata

diceritakan dari Muhammad bin Yahya bin Habban

dari Abu Zinad dari Amroji dari Abu Hurairah RA

berkata bahwa Rasulullah melarang cara jual beli

dengan cara menyentuh atau melempar. (H.R.

Bukhari Muslim)

k. Jual Beli Munabadzah

Yaitu jual beli secara lempar-melempar.

Apabila seseorang berkata, "kain mana saja yang

kamu lemparkan kepadaku, maka aku membayarnya

dengan harga sekian," tanpa ia melihat kepada barang

tersebut.Jual beli ini tidak sah disebabkan

dua 'illat (alasan), yaitu:

1) Adanya ketidakjelasan barang.

2) Barang yang dijual masih bergantung pada

syarat, yaitu apabila kain tersebut dilemparkan

kepadanya.

Dalam kategori ini semua jenis barang,

berdasarkan perkataan, "barang apa saja yang engkau

lemparkan kepada saya, maka saya wajib

membayarnya dengan harga sekian." Jual seperti ini

tidak boleh.

Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

83

Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, Op.Cit,

No. Hadits 2015, hlm. 759

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

60

84

Artinya : Abu Hurairah RA berkata : Nabi

SAW melarang dua macam puasa dan dua macam jual

beli. Puasa pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha,

jual beli dengan cara menyentuh dan melempar. (H.R.

Bukhari Muslim)

l. Jual Beli Mubazanah

Yaitu menjual anggur dengan anggur atau

menjual kurma dengan kurma yang masih berada di

pohon atau menjual ruthab (kurma yang masih basah)

dengan kurma yang sudah kering. Dalam jual beli ni

terdapat dua 'illat (sebab) yang mengharuskan syariat

untuk melarangnya:

1) Adanya ketidakjelasan pada barang (karena masih

berada di pohon). Juga adanya bahaya yang akan

mengancam salah satu pihak dengan kerugian.

2) Adanya unsur riba karena kurma yang masih

berada di pohon belum jelas (kadarnya, serta baik

dan buruknya), maka menjual kurma dengan

kurma yang sejenis, tentu belum memastikan

adanya tamatsul (samanya kadar antara dua

barang yang dijualbelikan), sehingga hal tersebut

akan menyebabkan terjadinya riba fadhl. Hal ini

sebagaimana hadits Rasulullah SAW :

84

Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, Op.Cit

No. Hadits 2215, hlm. 814

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

61

85

Artinya : Diceritakan Ismail diceritakan

Malik dari Nafi‟ dari Abdullah Bin Umar RA

berkata :“Rasulullah SAW melarang penjualan

muzabanah, yaitu menjual buah di pohon dengan

tamar yang jelas berat timbangannya, dan

menjual kismis dengan anggur yang masih di

pohon.” (H.R. Bukhari Muslim)

85

Ibid, , No. Hadits 2039, hlm. 820

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli fiqih asy-syirarepository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf · tentang diperbolehkannya jual beli, sebagaimana hadits ... (H.R. Al-Bazzar

62