Page 1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Masalah Ekstrakurikuler
1. Pengertian Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Quran.
a. Pengertian Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler di sini merupakan tambahan pelajaran yang
diadakan pada lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan setelah
jam pelajaran, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan prestasi
anak didik.1
b. Pengertian Al-Quran
Quran menurut bahasa berarti “bacaan”. Di dalam Al-Quran sendiri
ada pemakaian kata “Quran” dalam arti demikian sebagaimana tersebut
dalam Al-Quran Surat Al-Qiyaamah ayat 17 dan 18 sebagai berikut:
: {١٨- ١٧}القيامة
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkan Al-Quran (di dadamu) dan (menetapkan) bacaan (pada lidahmu) itu. (Karena itu), Jika Kami telah selesai membacakannya, hendaklah kamui ikuti bacaannya.”
Definisi Al-Quran ialah: “Kalam Alloh S.W.T yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad S.A.W
dan membacanya merupakan ibadat.”2
1 Dep. Dik. Bud, GBPP dan Kurikulum SMP, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta,
1994/1995, hal. 12
2 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta, 1989, hal. 16
Page 2
Adapun ekstrakurikuler yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah
Terpadu Al-Mabrur Tawangsari adalah:
1. Baca tulis Al-Quran.
2. Pidato dalam bahasa Inggris, bahsa Arab, bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia.
3. Komputer.
B. Masalah Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, prestasi belajar adalah suatu
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran yang lazim ditunjukkan dengan nilai atau angka.3
Pernyataan di atas memberi gambaran bahwa prestasi belajar
mempunyai arti penguasaan pengetahuan yang ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru.
Dalam dunia pendidikan prestasi merupakan tolok ukur keberhasilan
dalam pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai salah satu
pertimbangan anak tersebut naik atau tidak, lulus ataupun tidak lulus.
Tentang prestasi belajar ini banyak dibicarakan para ahli saebagai
berikut : Sutratinah Tirtonegoro, mengemukakan “prestasi belajar merupakan
hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
3 Wojowasito, Kamus Umum Inggris Indonesia, Jakarta, 1971, hal. 355
Page 3
kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada
periode tertentu”.4
Jelas bahwa prestasi tentunya menghasilkan perubahan-perubahan baik
secara individu maupun sosial. Perubahan-perubahan tersebut menurut
Winarno Surahmad terperinci dalam bidang-bidang sebagai berikut:
a. Tingkah laku
b. Sistem nilai
c. Perbendaharaan konsep
d. Kekayaan informasi.5
Jadi yang dimaksud perubahan-perubahan di dalam individu yang
belajar yaitu:
a. Perubahan tingkah laku, baik perubahan beberapa aspek maupun pada
keseluruhan aspekkepribadian, misalnya dari kurang terampil menjadi
terampil, dari salah menjadi benar.
b. Perubahan kualitas, dengan proses belajar maka terjadilah perubahan
kualitas pada diri yang belajar.
c. Perubahan-perubahan itu berjalan fase demi fase berlangsung secara
kontinyu dan terjadilah pada tiap usia dari tahun ke tahun.
2. Pengertian Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian belajar, diantaranya:
4 Sutratinah, Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Pendidikannya, PT Bina Aksara, Jakarta,
1984, hal. 42.
5 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, CV Tarsito, Bandung, 1982, hal. 34
Page 4
a. Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, ia mengatakan tentang belajar
sebagai berikut:
ر�ب� �ج��� �ي د�ه� و�ل ل� و�ح��� �ع�م��� �ي �ه�ام�ه� ل �ل �ذ� و�إ � م�ي �ال �م� ه�و� ح�ث$ الت �ع�ل ��لت ا
ا و�س��* و.ا م�ح�س� �م�� و� ن �م�� �ن ة2 و�ي �ن��� د� م�ع�ي و�ا ئ�� �ح�ص�ل� ع�ل�ى ف��� �ى ي ح�ت
.ا �ق�ي �خ�ال .ا و�أ �ي �د�ب ب
Artinya : “Belajar adalah memberikan dorongan kepada murid dan
mengilhaminya, agar ia mau berbuat dengan sendirinya dan
mau mencoba sendiri, sehingga menghasilkan beberapa
faedah tertentu serta berkembang perasaan, jasmani dan
akhlaknya.”6
b. Menurut H.M. Arifin M.Ed.
“Belajar adalah suatu kegiatan anak didik di dalam menerima,
menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang telah disajikan
oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan
pelajaran yang telah disajikan”.7
c. Menurut teori tradisional, ”belajar adalah menambah dan mengumpulkan
sejumlah pengetahuan”8
d. Menurut pendapat modern mengatakan : “Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman”.9
e. Ahli-ahli Psikologi Gestalt
6 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Majid, At Tarbiyah Waturuqut Tadris, Juz 1, Darul Ma’arif,
Cairo, 1979, hal. 176.
7 H.M. Arifin M.Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga dan
Sekolah, Bulan Bintang, Jakarta, 1986, hal. 172
8 S. Nasution, Azaz-azaz Kurikulum, Jemars, Bandung, 1986 hal. 71
Page 5
“Learning is an effort a change behavior so that a new ability will be
achieved”.
Artinya : “Belajar adalah suatu usaha untuk merubah tingkah laku
sehingga diperoleh kecakapan baru”. 10
Menurut pendapat Gestalt yang dikutipoelh Saring Marsudi
menyatakan, “belajar adalah perubahan suatu usaha untuk merubah
tingkah laku sehingga memperoleh kecakapan baru”.11
Dari definisi di atas maka belajar mempunyai unsur sebagai berikut:
1) Belajar adalah kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan tingkah laku
pada seseorang.
2) Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang atau
melalui latihan sehingga memperoleh kecakapan baru.
3) Belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dan
bertahap.
4) Belajar merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar.
Berdasarkan definisi di atas, maka penulis berpendapat bahwa
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dilakukan dengan
sadar melalui tahapan yangterus-menerus dan bertahap ssehingga
diperoleh kecakapan baru.
9 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung,
1989, hal. 5
10 Rubino Rubiyanto, Penerapan Teori-teori Belajar, FKIP UMS, Surakarta, 1985, hal. 2
11 Saring Marsudi, Psicologi Belajar, Bintang Putra, 1982, hal. 2
Page 6
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan dan kegagalan siswa tidak
dapat dilihat dari satu faktor saja, tetapi perlu memandang dari berbagai
faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar
banyak sekali macamnya. Meskipun demikian menurut Winarno Surahmad
dapat dikelompokkan dalam enam macam yaitu:
a. Cara mengajar guru
b. Kemampuan hereditet.
c. Kesehatan fisik dan psikis anak.
d. Sikap terhadap guru, mata pelajaran yang bersangkutan, kesadaran akan
kemajuan.
e. Sistem ulangan.
f. Faktor umum.12
Untuk lebih jelasnya, maka penulis akan uraikan satu persatu
a. Cara mengajar guru
Metode penyampaian bahan pelajaran besar sekali pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar anak. Dalam masalah metode ini termasuk di
dalamnya gaya mengajar dalam pengajaran, bentuk pelajaran, alat-alat
yang dipergunakan, cara menyadarkan akan arti dan manfaat bahan
pelajaran itu dan bagaimana menghubungkan dengan kehidupan sehari-
hari dan lain sebagainya.
12 Winarno Surahmad, op Cit, hal. 42
Page 7
b. Kemampuan hereditet atau keturunan.
Setiap orang berbeda satu dengan lainnya, ini berarti masing-masing
orang mempunyai potensi kemampuan sendiri-sendiri. Secara ideal jika
kemampuan hereditet ini agak kurang, dapat di kompensir dengan
memperbanyak latihan-latihan tetapi dalam batas-batas tertentu, hereditet
hampir-hampir menentukan sekali.
c. Kesehatan fisik dan psikis anak.
Jika seseorang yang belajar, kesehatan jasmaninya kurang baik, misalnya
sedang sakit, pusing, flu, dan lain-lain pasti konsentrasi pikirannya akan
berkurang dan ini akan menurunkan hasil belajarnya pula.
Apablia sakitnya parah seperti menderita typus, disentri dan lain
sebagainya maka konsentrasi pikirannya tidak bisa bertindak secara baik.
Jadi jelaslah bahwa kesehatan fisik dan psikis akan besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar.
d. Sikapnya terhadap guru, mata pelajaran yang bersangkutan, kesadaran
akan kemajuan.
Anak yang memiliki minat dan motive terhadap sesuatu bidang pelajaran
hasilnya akan lain dengan kalau yang bersangkutan tidak mempunyai
minat dan motive. Kemampuan dan minat serta motive anak ini dapat
dikembangkan melalui proses belajar, dengan cara didasarkan arti
pentingnya bahan pelajaran itu. Jika usaha guru menyadarkan atau
merangsang anak itu berhasil, maka hasil belajarnya akan lebih baik dari
Page 8
sebelumnya.
e. Sistem ulangan
Ulangan atau evaluasi adalah soal. pokok dalam proses belajar anak.
Dalam sistem ini yaitu PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional) diharapkan evaluasi itu diadakan sedikit demi sedikit yaitu
tiap MPS ( Model Satuan Pelajaran) dan hasilnya untuk menentukan dan
menambah bahan baru atau tidak. Siapa yang harus meremidiasi secara
bimbingan khusus maupun umum dan tes sumatif. Jadi sebaiknya ulangan
atau evaluasi sedikit demi sedikit dan diakhiri secara keseluruhan bahan
pelajaran.
f. Faktor umum
Anak remaja kemampuan mengingat secara mekanis clan berfikir
mekanis lebih besar dari pada orang lanjut usianya. Sebaliknya pada
orang yang berusia lanjut atau dewasa, kemampuan berfikir logis lebih
besar dari pada anak muda. Dengan demikian guru dalam mengetrapkan
dan melayani anak didiknya sesuai dengan unsur-unsur. Jadi janganlah
anak didik dituntut diluar kemampuan pada umumnya.
Sedang Sumadi Suryobroto mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
a. Bahan atau hal yang dipelajari.
b. Faktor-faktor lingkungan.
c. Faktor-faktor instrumental.
d. Kondisi individual pelajar.13
13 Sumadi Suryabrata, Methodologi Penelitian, CV. Rajawali, Jakarta, 1983, hal. 8
Page 9
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini
a. Bahan atau hal yang dipelajari
Cara mempelajari suatu mata pelajaran yang satu berbeda dengan yang
lain. Belajar matematika berbeda dengan ketrampilan, dan juga dalam
mempelajari pelajaran agama. inilah yang dinamakan strategi belajar.
Disamping itu taraf kesulitan dan luasnya materi juga mempengarhi
prestasi belajar.
b. Faktor-faktor lingkungan.
Yang termasuk faktor lingkungan di dini adalah lingkungan yang dapat
mendorong prestasi belajar siswa, baik lingkungan alam atau lingkungan
sosial. Misalnya suhu udara yang sejuk (dan tidak panas, situasi/ruangan
yang tenang dan tidak gaduh, dapat mendukung proses belajar mengajar.
c. Faktor Instrumental
Yang termasuk faktor instrumen adalah buku, laboratorium, alat
praktikum, maupun perangkat kurikulum. yang semua itu apabila
difungsikan secara maksimal akan berpengaruh dalam mencapai
keberhasilan belajar.
d. Kondisi individual siswa
Kondisi siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu kondisi fisiologis dan
kondisi psikologis:
1) Kondisi fisiologis adalah kondisi yang berupa fisik yang dimiliki oleh
siswa. Tubuh yang sehat, segar, sert mata yang tidak mengalami
gangguan dapat mendukung dan meningkatkan aktifitas belajar siswa.
Page 10
2) Kondisi psikologis atau kejiwaan, antara lain
a) Minat adalah suatu rasa lebih suka pada suatu aktivitas tanpa da
yang menyuruh.
b) Kecerdasan, adalah suatu olah piker untuk menemukan atau
memecahkan berbagai persoalan, siswa yang cerdas adalah siswa
yang ingatannya kuat, banyak jalan pikirannya untuk dapat
memecahkan problem dan analisanya tepat.
c) Bakat, adalah suatu kemampuan yang sifatnya potensial. Bakat
adalah pembawaan sejak lahir, maka apabila siswa mampu
memilih sekolah sesuai dengan bakatnya, maka akan berhasil
dengan baik.
d) Motivasi adalah kondisi sesorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dibagi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsic yang
berasal dari dalam diri siswa, seperti kemauan untuk belajar, dan
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar, misalnya
dorongan dari orang tua, ingin menjadi juara, ingin mendapat
hadiah dan lain-lain. Namun demikian dorongan yang paling baik
apabila dorongan itu berasal dari diri siswa sendiri.
4. Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Prestasi belajar bidang studi perididikan agama Islam adalah hasil
belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Sesuai dengan yang telah disebutkan dimuka bahwa prestasi belajar adalah
suatu penguasaan, pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh
Page 11
mata pelajaran yang lazim ditujukan dengan nilai atau angka yang diberikan
olch guru, berarti seolah-olah prestasi belajar itu hanya diambil dari nilai
kognitif saja. Sedang di dalam Pendidikan Agama Islam mengacu kepada
keberhasilan thema sentral pendidikan agama yaitu. artinya siswa yang telah
menamatkan sekolahnva di sekolah dasar diharapkan siswa tersebut rajin
beribadah, berakhlak yang mulia, dan dapat membaca Al-Quran.
Oleh karena itu prestasi pada pendidikan Agama Islam akan ditujukan
selain dari nilai kognitif juga harus diambil dari nilai ketrampilan pelaksanaan
ibadah dan membaca Al Qur'an.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum mengetahui pendidikan agama islam terlebih dahulu
penulis kemukakan beberapa dafinisi pendidikan agama Islam, antara lain.
Menurut Martimer J. Adler, dikutip dari Arifin M. Ed. Bahwa :
"Pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia
(bakat dan kemampuan yang diperoleh ) yang dapat dipengaruhi oleh
pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
melalui sarana secara artistic (secara seni) dibuat dan dipakai oleh
siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan."14
Mari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur
dalam pendidikan yaitu:
14 Martmar J. Adler, Philosophies of Education, p. 209, dikutip dari M. Arifin, M.Ed, Filsafat
Pendidikan Islam, Bina Aksara, Jakarta, hal. 11
Page 12
a. Si terdidik, anak didik, manusia
b. Pengarah yang disengaja (usaha yang bertanggung jawab)
c. Pengaruh lingkungan (hubungan dengan alam)
d. Adanva cara, sarana dan tujuan uan yang diharapkan.
Sedangkan menurut Mustofa Al Ghulayani mengemukakan bahwa
"Pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia kedalam jiwa anak
dengan cara memberi petunjuk dan nasehat sehingga berakhlak mulia dan
mewujudkan dalam hidupnya".15
Menurut Syekh Mustafa Al Ghulayani dalamkitab "Idhaatun Naasyiin”
menyebutkan :
�ن� �ي ئ �اش��� و�س� الن �ف��� �ة� ف�ى ن ل �لف�اض��� �ق2 ا �خ�ال �ال� ر�س� ا ة� ه�ى� غ��� �ي��� ب �ر� الت
ات� �ك��� �ة* م�ن� م�ل �ل �ع� م�ك �ص�ب �ى ت �ح�ة� ح�ت �ص�ي اد� و�الن ش� �ر� �إل �م�اء� ا �ه�اب ق�ي و�س�
ل� �ع�م��� ة� و�ح�ب$ ال ر� �غ�ي��� �ة� و� ال �ل ي �ف�ض��� ا ال �ه��� ا ت ر� �م��� �و�ن* ث �ك �م� ت �ف�س� ث الن
�و�ط�ن� �ف�ع� ال �ن ل
Artinya : “Pendidikan ialah menanamkan akhlak yang utama dalam jiwa
anak (pemuda) dengan menyiram air petunjuk dan nasehat,
hingga ia memiliki jiwa yang baik kemudian terbentuk buah
atau hasilnya yang utama dan kebaikan, cinta tanah air.”16
Maka dapat penulis simpulkan pendidikan Islam adalah : usaha-usaha
mempengaruhi anak didik secara bertanggung jawab baik dengan cara
membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk dan menciptakan
lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
15 Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Diktatik Metodik, CV. Toha Putra, Semarang, 1992, hal. 14
16 Syekh Musthofa Al Ghulayani, Idhaatun Naasyiin, Cet. Ke. 6, 1367 H/1949 M.
Page 13
2. Faktor-faktor Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam, perlu diperhatikan
adanya unsur-unsur pendidikan yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya
pendidikan agama Islam tersebut.
Unsur-unsur pendidikan tersebut ada lima macam, dimana unsur-unsur
yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat, kelima unsur
tersebut ialah:
a. Tujuan
b. Pendidik
c. Peserta didik
d. Alat pendidikan
e. Lingkungan.17
Menurut Dra. H. Zuhairini unsur-unsur pendidikan tersebut juga ada
lima macam, kelima macam tersebut ialah:
a. Anak didik
b. Pendidik
c. Tujuan pendidikan
d. Milliu atau lingkungan.18
Untuk memperjelas hal tersebut penulis menerangkan satu persatu
sebagai berikut:
a. Anak didik
Anak didik adalah merupakan salah satu unsur pendidikan yang
paling penting, karena dengan adanya unsur-unsur yang baik maka 17 Sumadi Suryabrata, Op Cit., hal. 18
18 Zuhairini dkk., Op Cit., hal. 26
Page 14
pendidikan akan dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu unsur-
unsur anak didik tidak dapat diganti dengan unsur lainnya.
b. Pendidik
Pendidik adalah merupakan unsur pendidikan yang sangat penting
pula, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam
pembentukan pribadi anak didiknya, terutama dalam pendidikan agama
Islam, beliau mempunyai pertanggungjawaban yang lebih berat bila
dibandingkan dengan pendidik-pendidik umum. Karena selain
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai
dengan ajaran islam, beliau juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
Pendidik merupakan pencipta hubungan yang baik terhadap anak
didiknya, maka hubungan guru dengan murid mempunyai tiga fungsi
sosial yaitu:
1) Fungsi komunikator, guru sebagai sumber penyediaan informasi
kemudian menyaring dan mengolahnya agar dapat sesuai bagi
penerima informasi itu.
2) Fungsi innovator, dalam usaha berperan pada proses perubahan sosial,
maka seseorang pendidik harus berorientasi masa depan. Dengan
demikian dituntut kreatifitas dan kreatif terhadap informasi.
3) Fungsi emansipator, artinya berusaha mengatur orang-orang baik
secara individual maupun kelompok kepda tingkat perkembangan
kepribadian yang lebih tinggi dari keadaan sebelumnya dengan jalan
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
Page 15
sikap.
c. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah merupakan faktor yang sangat penting,
karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan. Demikian
pula halnya dalam pendidikan maka tujuan pendidikan agama itu hendak
dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.
Adapun rumusan formal dari tujuan pendidikan secara hierarkis
adalah sebagai berikut:
1) Tujuan Nasional
2) Tujuan Institusional
3) Tujuan Kurikuler
4) Tujuan Instruksional.19
d. Alat pendidikan
Yang dimaksud alat adalah “segala sesuatu yang digunakan dalam
usaha untuk mencapai tujuan”. 20
Adapun yang dimaksud alat pendidikan adalah segala sesuatu yang
dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan
demikian yang dimaksud alat pendidikan agama ialah “segala sesuatu
yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan agama”.21
e. Lingkungan
19 Zuhairini dkk, Op. Cit., hal. 38
20 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT Al Ma’arif, Bandung, hal. 19
21 Zuhairini dkk, Op. Cit., hal. 47
Page 16
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
berhasil atau tidaknya pendidikan agama. Karena perkembangan jiwa
anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya, lingkungan
dapat memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap pertumbuhan
jiwanya, sikapnya, akhlaknya, maupun dalam peranan agamanya.
Pengaruh tersebut terutama datang dari teman-temannya yang
sebayadan masyarakat sekitar. Sehubungan dengan hal itu Prof. Muhtar
Yahya dalam bukunya yang berjudul Fannut T Tarbiyah menyatakan:
“Saling meniru diantara anak dengan temannya sangat cepat dan
sangat kuat. Pengaruh kawan adalah sangat abesar terhadap akal dan
akhlaknya, sehingga dengan demikian kita dapat memastikan hari
depan anak adalah tergantung kepada keadaan masyarakat di mana
anak itu bergaul. Anak yang hidupnya diantara tetangga-tetangga yang
baik akan menjadi baiklah ia. Sebaliknya anak yang hidup diantara
orang-orang yang buruk akhlaknya, akan menjadi buruklah ia”.22
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa lingkungan hidup anak itu akan memberikan pengaruh
yang besar terhadap pembentukan akhlak dan pembentukan pribadinya.
Begitu sebaliknya lingkungan bisa berpengaruh negatif, jika
keadaan sekitar banyak perbuatan yang tidak baik atau bahkan banyak
perbuatan tercela, keadaan seperti ini akan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan jiwa anak, terutama jiwa keagamaan karena kurang
mendapatkan pembinaan dari lingkungan. Karena itu, berhasil dan
22 Ibid, hal. 53
Page 17
tidaknya pendidikan agama di sekolah juga banyak ditentukan oleh
keadaan lingkungan dari anak-anak itu berada.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan pengertian pendidikan agama islam yang telah diuraikan di
muka bahwa pendidikan agama Islam mempunyai tujuan antara lain:
a. Menanamkan akhlak yang mulia, yakni meliputi segala tingkah laku dari
keseluruhan tubuh dan perangai manusia. Karena tingkah laku itu sendiri
merupakan pokok ajaran akhlak seperti sabda Nabi Muhammad SAW
sebagai berikut:
��ق� �خ�ال �أل �ار�م� ا �م�م� م�ك �ت أل �ت� �ع�ث �م�ا ب �ن )رواه بجارى و مسلم (ا
Artinya : ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”
(H.R Bukhari dan Muslim).23
b. Terampil beramal untuk dunianya dan untuk akhiratnya, yakni untuk
menempuh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kehidupan di
dunia dan di akhirat saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya,
karena bekerja yang sungguh-sungguh untuk dunianya itu berhasil akan
memberi kekuatan dan ketenangan dalam beribadah atau beramal untuk
akhiratnya.
Juga ditegaskan dalam firman Allah SWT:
{٧٧}القصص : ..........
23 Salim Bahreisy, Riyaaduh Shalihin, PT. Al Ma’arif, Bandung, hal. 198
Page 18
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu.”24
c. Agar memiliki jiwa yang baik, maka membiasakan yang baik-baik dan
bermanfaat.
d. Berilmu baik ilmu pengetahuan maupun ilmu keterampilan.
Maka secara singkat pendidikan agama Islam bertujuan membentuk
manusia yang berakhlak mulia, terampil beramal untuk dunia dan akhiratnya,
membiasakan berbuat baik dan yang bermanfaat serta mempunyai ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat M. Athiyah Al Abrarsyi tentang
tujuan pendidikan Islam antara lain:
a. Jiwa pendidikan Islam adalah budi pekerti.
b. Memperhatikan agama sekaligus dunia.
c. Memperhatikan segi-segi manfaat.
d. Mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu itu saja.
e. Pendidikan kejuruan dan pertukangan untuk mencari rezeki.25
Bidang studi pendidikan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan pada tiap sekolah sejak dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Oleh karena itu pendidikan agama Islam merupakan salah
24 Soenarjo, Op. Cit., hal 623
25 Athiyah Al Abrarsy, Ruhut Tarbiyyah wa Ta’lim Babil Halaby wa Syirkah, t,th, hal 5
Page 19
satu mata pelajaran di sekolah maka mata pelajaran pendidikan agama Islam
ini juga dilengkapi adanya kurikulum, sumber, alat, media pelajaran, metode
maupun alat test.
Pendidikan agama Islam pada sekolah dasar bertujuan memberikan
kemampuan dasar kepada peserta didik tentang agama Islam, untuk
mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang
beriman bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia, sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara serta untuk mengikuti sekolah lanjutan
tingkat pertama.26
Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani yang dikutip
Achadi mengatakan tentang tujuan pendidikan agama Islam mempunyai ciri:
a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
b. Sifat keseluruhan yang mencakup aspek pribadi da aspek
kemasyarakatan.
c. Seifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara
unsur-unsur dan cara pelaksanaan.
d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan.27
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Adapun Pendidikan agama Islam berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan
Yang dimaksud pengembangan adalah meningkatkan keimanan dan
ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang ditanamkan di
lingkungan keluarga,
26 Departemen P dan K, Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah, Aditya Media, 1992, hal. 60
27 Achadi, Islam sebagai paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, 1992, hal.60
Page 20
b. Penyaluran
Pendidikan agama Islam berfungsi untuk menyalurkan siswa yang ingin
mendalami pengetahuan agama Islam agar berkembang pada dirinya
secara optimal rasa pengabdiannya kepada Allah SWT.
c. Perbaikan
Pendidikan agama Islam diarahkan kepada perbaikan atau untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan, keurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dang
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pencegahan
Pencegahan yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya
atau dari budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat
perkembangan dirinya menuju manusia seutuhnya.
e. Penyesuaian
Pendidikan agama Islam diajarkan agar siswa mampu lebih cepat
mengadakan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungannya, dengan
pendidikannya dan kemudian mampu menyelaraskan dirinya sesuai ajaran
agama Islam.
f. Sumber Nilai
Di dalam melakukan bimbingan hendaknya selalu berpedoman kepada
fungsi, tujuan dan ajaran agama Islam.
Berdasarkan dari uraian tentang pendidikan agama Islam di atas
dapatlah diambil beberapa pengertian yang sangat mendasar antara lain :
Page 21
a. Bahwa Isalam adalah satu-satunya agama yang diakui dan diterima oleh
Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Ali Imran : 19
yaitu :
Artinya : “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam”. 28
b. Berarti siapa yang tidak mau menerima Islam sebagai agamanya maka
ditolak (tidak diakui sebagai hamba Allah) karena tentang hal ini Allah
telah menyatakan dalam firmanNya dalam Q.S. Ali Imran : 85 yang
berbunyi :
Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat Termasuk orang-
orang yang rugi”.29
c. Agama Islam adalah agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan
bagi umat seluruh alam. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Al
Anbiya : 107 yang berbunyi:
28 Soenarjo, Op. Cit, hal. 78
29 Ibid, hal. 85
Page 22
Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”30
d. Agama juga memerintahkan agar umat manusia senantiasa untuk taat dan
mengabdi semata-mata kepada Allah. Allah memerintahkan dengan
firmanNya dalam Q.S. Al Bayinah : 5 yang berbunyi:
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus”.31
e. Allah dengan agama Islam mengajarkan kepada manusia apa yang belum
diketahui.
D. Hubungan Ekstrakurikuler Baca tulis Al-Quran dengan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan setelah subjek didik
mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan
pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu
itu berada.
Berdasarkan pengalaman sejarah hidup manusia begitu pula dalam
pengalaman aktivitas pendidikan dari masa ke masa belum pernah tercapai
sepenuhnya baik secara individual maupun secara sosial. Apabila yang disebut
kebahagiaan dunia dan akhirat, tidak mungkin dapat dan diketahui tingkat
30 Ibid, hal. 50831 Ibid, hal. 1084
Page 23
pencapaiannya secara empirik. Barangkali kecuali Nabi dan Rosul. Namun tujuan
tersebut merupakan suatu pendidikan dan suatu yang dapat diaykini sebagai suatu
yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadi
aktivitas pendidikan yang lebih bermakna.
Secara umum faktor kesulitan belajar bisa bersumber dari dalam diri siswa
sendiri baik secara fisik maupun psikis, dan bisa dari luar dirinya seperti faktor
keluarga, guru, lingkungan sosial, materi, dan lain-lain. Agar semua siswa sapat
berhasil dalam belajarnya maka tidaklah berlebihan jka lembaga sekolah tempat
siswa belajar diadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menunjang pelajaran yang
dalam hal ini pendidikan agama Islam. Jika kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
dengan baik dan sistematis niscaya akan berpengaruh positif terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kegiatan ekstrakurikuler Baca Tulis Al-
Quran berfungsi dalam menunjang prestasi anak khususnya dalam hal prestasi
pendidikan agama Islam. Kegiatan ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Quran sangat
membatu siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat mencapai prestasi secara
optimal. Ekstrakurikuler dapat dijadikan salah satu motivasi dalam mengejar
prestasi belajar yang positif, serta dapat meringankan beban siswa dalam
menghadapi kesulitan belajarnya pada masa pelajaran di sekolah.
Apabila siswa aktif dalam mengikuti aktifitas ekstrakurikuler maka akan
membantu sekali dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal, karena materi,
metode maupun sistem yang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler tidak
jauh beda dengan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah secara formal.