-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Steakholder Theory
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan
untuk
melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder
mereka dan
melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada
stakeholder. Teori ini
menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk
disediakan informasi
tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka
(sebagai contoh
melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan
lain-lain).
Tujuan utama dari teori steakholder adalah untuk membantu
manajer korporasi
mengerti lingkungan steakholder mereka dan melakukan pengelolaan
dengan
lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan
perusahaan
mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori
stakeholder adalah
untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari
dampak
aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian
bagi stakeholder.
Dalam teori ini para stakeholder berkepentingan untuk
mempengaruhi manajemen
dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh
organisasi, karena
hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh
potensi inilah
organisasi akan dapat menciptakan value added untuk mendorong
kinerja
keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder
dalam
mengintervensi manajemen.
2.2 Agency Theory
Agency theory atau dikenal dengan teori keagenan menjelaskan
tentang dua
pelaku ekonomi yang saling bertentangan yaitu prinsipal dan
agen. Hubungan
keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal)
memerintahkan orang lain untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta
memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi
prinsipal.
Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan
mendukung
-
8
dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal.
Pertentangan terjadi
apabila agen tidak menjalankan perintah prinsipal untuk
kepentingan sendiri.
(Ichsan, 2013).
Dalam penelitian ini perusahaan Bank Umum Syariah indonesia
adalah prinsipal
sedangkan pihak manajemen adalah agen. Perusahaan yang bertindak
sebagai
prinsipal memerintahkan atau memeberi wewenang kepada pihak
manajemen atau
agen untuk menjalankan perusahaan dengan meningkatkan kinerja
keuangan
perusahaan. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan
kepemilikan
akan rentan terhadap konflik keagenan (agency conflict) yang
disebabkan karena
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang saling
bertentangan.
Untuk meminimalkan konflik antara perusahaan dan pihak
manajemen, maka
perusahaan dan manajemen melakukan kesepakatan kontrak kerja
dengan cara
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing guna mencapai
utilitas yang
diharapkan. Menyatakan bahwa dalam kesepakatan tersebut
diharapkan dapat
memaksimumkan utilitas perusahaan, dan dapat memuaskan serta
menjamin
manajemen untuk menerima rewards atas hasil pengelolaan
perusahaan.
Adapun manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak didasarkan
atas kinerja
perusahaan. Hubungan antara perusahaan dan manajemen sangat
tergantung pada
penilaian perusahaan tentang kinerja manajemen. Untuk itu,
pemilik menuntut
pengembalian atas investasi yang dipercayakan untuk dikelola
oleh manajemen.
Oleh karena itu, manajemen harus memberikan pengembalian yang
memuaskan
kepada perusahaan, karena kinerja yang baik akan berpengaruh
positif pada
perusahaan dan sebaliknya kinerja yang buruk akan berpengaruh
negatif pada
perusahaan.
2.3 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut
(Sutrisno,2009).
-
9
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan
dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai
aktivitas yang telah
dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar
(Fahmi, 2012).
Kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah
dicapai oleh
manajemen perusahaan daam menjalankan fungsinya mengelola aset
perusahaan
secara efektif dalam suatu periode tertentu. Kinerja keuangan
sangat dibutuhkan
oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana
tingkat
keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang
telah dilaksanakan
(Rudianto, 2013).
Berdasarkan penjelasan menurut para ahli yang telah dijelaskan
diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian
prestasi
perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi
kesehatan keuangan
perusahaan tersebut guna mengetahui dan mengevaluasi sampai
dimana tingkat
keberhasilan perusahaan tersebut dalam mengelola
keuangannya.
2.3.1 Tujuan Kinerja Keuangan
Tujuan kinerja keuangan menurut (Munawir, 2012) adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas memberikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban
keuangan yang harus segela diselesaikan ketika waktunya
ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas
Solvabilitas memberitahukan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan
jangka pendek ataupun jangka panjang.
-
10
3. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas ataupun profitabilitas memberitahukan kemampuan
perusahaan
untuk memperoleh laba selama periode tertentu
4. Mengetahui tingkat stabilitas
Stabilitas memberitahukan kemampuan perusahaaan untuk
melaksanakan
usaha dengan stabil yang diukur dengan pertimbangan
kemampuan
perusahaan untuk membayar hutangnya serta membayar beban bunga
atas
hutang tepat pada waktunya.
2.3.2 Analisis Rasio Keuangan
Laporan akuntansi mencerminkan keadaan yang telah terjadi dimasa
lalu, tetapi
laporan tersebut juga memberikan kita petujuk tentang hal-hal
yang sebenarnya
memiliki arti penting apa yang kemungkinan akan terjadi dimasa
depan. Rasio
profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukan
kombinasi dari
pengaruh likuiditas, manajemen aset dan rasio-rasio yang
menjelaskan apa dan
bagaimana kebijakan serta operasi perusahaan. Pengembalian atas
total aset, Rasio
laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total
aset (return on
asset). (Brigham, 2010).
ROA
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan
dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan
informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.
dengan
penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan
antara pos tersebut
dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat
memperoleh
informasi dan memberikan penilaian. Menurut (Sofyan, 2016)
-
11
2.3.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Jenis-jenis rasio keuangan menurut (Sofyan, 2016):
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas meggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
utang lancar.
Rasio lancar
2. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas,
modal, karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating
ratio.
Return on asset
Return on equity
2.4 Pengertian Modal Intelektual
Intelectual capital atau modal intelektual adalah material yang
telah disusun,
ditangkap dan digunakan untuk menghasilkan nilai aset yang lebih
tinggi.
Intelektual capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan
antara lain nilai
pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut
atau financial
capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak
akhir tahun 1980-an
nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah
bisnis yang
berdasarkan pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai
yang dilaporkan
dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan
oleh akuntan.
-
12
Secara umum modal intelektual diasumsikan bahwa peningkatan
dan
digunakannya pengetahuan dengan lebih baik akan menyebabkan
pengruh yang
bermanfaat bagi kinerja perusahaan. (Klein dan Prusak, 1997
dalam buku ulum,
2009)
Modal intelektual didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan
dalam bentuk
karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan
dapat
menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan
(Bukh, 2005
dalam Ulum, 2009)
Intellectual capital adalah pengetahuan (knowledge) dan
kemampuan (ability)
yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah
organisasi komunitas
intelektual, atau praktik profesional serta intelektual kapital
mewakili sumber
daya yang bernilai tinggi dan berkemampuan untuk bertindak yang
didasarkan
pada pengetahuan. (Moeheriono, 2012).
Dari definisi intellectual caapital yang telah dikemukakan, maka
kesimpulannya
modal intelektual merupakan modal yang berasal dari pengetahuan
dan
kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi termasuk keahlian
dan
ketrampilan karyawan didalamnya serta teknologi atau proses
pentransformasian
pengetahuan tersebut sehingga dapat berwujud aset intelektual
yang akan
membentuk modal lainnya yang bernilai tinggi yang dapat
menciptakan nilai bagi
sebuah perusahaan.
2.4.1 Kinerja Modal Intelektual
Metode Value Added Intelectual Coefficient (VAIC) dikembangkan
oleh public
pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang
value
creation coefficient dari aset berwujud dan aset tidak berwujud
yang dimiliki
perusahaan. VAIC merupakan instrumen untuk mengukur kinerja
intelectual
capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat
mungkin untuk
dilakukan karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan
keuangan
perusahaan (neraca, laba rugi).
-
13
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
value
added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk
menilai
keberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan perusahaan dalam
penciptaan
nilai value creation. VA dihitung sebagai selisih antara output
dan input. Output
(OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan
jasa yang
dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang
digunakan
dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah
bahwa beban
karyawan tidak termasuk dalam IN, karena peran aktifnya dalam
proses value
creation, intelectual potential (yang dipersentasikan dengan
beban karyawan)
tidak dihitung sebagai biaya dan tidak masuk dalam komponen IN.
Karena itu
aspek kunci dalam model publik adalah memperlakukan tenaga kerja
sebagai
entitas penciptaan nilai (value creating entity). (Ulum,
2009).
VA = OUT - IN
VAIC = VACA + VAHU + STVA
1. VACA (Value Added Capital Employed)
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan
Structural Capital
(SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE) yang
dalam
hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk Value
added
(VA) yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.
Perhitungan dari
model ini adlaah diawali dengan mengetahui nilai VA perusahaan.
VA
didapatkan dari pendapatan dikurangi beban yang dimiliki
perusahaan kecuali
beban karyawan.
Jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar dari
perusahaan yang
lain berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan
CE-nya.
Dengan demikian pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian
dari IC
perusahaan. (Public dalam Ulum, 2009).
VACA = VA/CE
-
14
2. VAHU (Value Added Human Capital)
Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC, Value Added Human
Capital
(VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana
yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC
mengindikasikan
kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai didalam perusahaan.
Human
capital dalah hal ini diukur dari beban gaji dan upah atau beban
karyawan yang
terlihat pada laporan laba rugi perusahaan. (Public dalam Ulum,
2009).
VAHU = VA/HC
3. STVA (structural capital value added)
Hubungan ketiga adalah Structural Capital Coefficient (STVA),
yang
menunjukan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan
nilai. STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah
dari VA
dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam
penciptaan nilai.
SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia
independen
terhadap value creation. Artinya semakin besar kontribusi HC
dalam value
creation capital, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam
hal tersebut.
(Public dalam Ulum, 2009)
STVA = SC/VA
2.5 Pengertian Asset Liability Management
2.5.1 Aset
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam
operasi
perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud, dan
lain-lain. (Sofyan, 2016). Pengertian aset ini secara teoritis
dikemukakan oleh
berbagai pihak sebagai berikut:
1. APB Statment (1970, hlm.132) mendefinisikan aset sebagai
kekayaan ekonomi
perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang
dinilai dan
diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
-
15
2. Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi bahwa aset adalah
kemungkinan
keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan
datang
oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian
yang sudah
berlalu.
Dari kedua definisi ini diketahui bahwa sesuatu dianggap sebagai
aset jika dimasa
yang akan datang dapat diharapkan memberikan net cash inflow
yang positif
kepada perusahaan.
2.5.2 Labilitas
Pengertian liabilitas (Sofyan, 2016)
1. Menurut APB kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu
perusahaan
yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban
disini termasuk
juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau
kewajiban.
2. Menurut FABS kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan
kekayaan
ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban
perusahaan
sekarang untuk memberikan harta atau memberikan jasa kepada
pihak lain
dimasa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau
kejadian yang
sudah terjadi.
2.5.3 Asset Liability Management
Asset liability management merupakan serangkaian tindakan dan
prosedur yang
dirancang untuk mengontrol posisi keuangan. Isu-isu keamanan dan
kesehatan
merupakan bagian penting dari devinisi ini. Namun, koperasi
kredit mengakui
perlunya pendapatan yang konsisten untuk membantu pertumbuhan
dan pelayanan
seimbang dengan faktor lain. Dengan demikian tujuan ALMA adalah
untuk
menjaga kesehatan bank yang dapat diukur dengan CAMEL (capital,
asset
quality, management, earning dan liquidity), serta melakukan
antisipasi terhadap
perubahan eksternal yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat
suku bunga serta
perubahan atas nilai tukar mata uang. Akan tetapi dalam
penelitian ini peneliti
dengan menggunakan metode capital. Selain itu ALMA dimaksudkan
agar bank
memperoleh net income yang optimal bagi bank dengan pengendalian
yang tepat
-
16
atas aktiva dan pasiva bank diharapkan bank dapat memperoleh
pendapatan dan
kegiatannya tersebut.
Asset liability management bank syariah lebih banyak bertumpu
pada kualitas dan
hal itu akan menentukan kemampuan bank untuk meningkatkan daya
tariknya
bagi nasabah untuk menginvestasikan dananya melalui bank
tersebut yang berarti
meningkatkan kualitas pengelolaan liabilitasnya. Kemampuan
manajemen untuk
melaksanakan fungsinya sebagai profesional investment manager
akan sangat
menentukan kualitas aset yang dikelolanya. Pada pengelolaan aset
dan liabilitas
untuk mengejar tingkat pertumbuhan aset maka beberapa faktor
yang harus
diperhatikan yaitu laju inflasi, tingkat pertumbuhan nasional,
kebijakan
pemerintah dalam mengendalikan perekonomian dan sumber daya
manusia
tersebut. (Muhammad, 2015).
2.5.4 Penilaian tingkat kesehatan bank
Penilaian tingkat kesehatan bank di indonesia dengan menggunakan
metode
capital. Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami
bank-bank di
negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber
dari dua hal,
yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang
kedua adalah
kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian pengawasan bank
harus yakin
bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah
maupun
kualitasnya. Selain itu para pemegang saham maupun pengurus bank
harus benar
benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.
Kecukupan modal
tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi
juga dari rasio
kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman dn lain-lain.
Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan
Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan ATMR
ini
-
17
mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva
yang bersifat
administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang
disediakan bagi pihak
ketiga. Muhammad (2009).
CAR = Modal/ATMR x 100%
Selain itu bank yang ingin mendapat keuntungan yang besar maka
bank tersebut
harus siap dengan adanya risio yang besar juga, dan sebaliknya
jika semakin kecil
keuntungan yang diharapkan maka semakin kecil juga risiko yang
dihadapi.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan bank yang dikelola
dengan dasar-
dasar syariah, baik itu berupa nilai prinsip dan konsep. Sebagai
sebuah entitas
bisnis, dalam kegiatan usahanya bank khususnya bank syariah
menghadap risiko-
risiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Rsiko ini
tidaklah bisa
selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus
mengurangi hasil
yang harus dicapai. Risiko yang dikelola dengan tepat dapat
memberikan manfaat
kepada bank dalam menghasilkan laba. (Erlina dan Ulum, 2009)
Sebagai salah satu pilar sektor keuangan dalam melaksanakan
fungsi intermediasi
dan pelayanan jasa keuangan sektor perbankan jelas sangat
memerlukan adanya
distribusi risiko yang efisien. Tingkat efisensi dalam
distribusi risiko inilah yang
nantinya menentukan alokasi sumberdaya dana didalam
perekonomian. Oleh
karena itu pelaku sektor perbankan dan bank syariah khusunya
dituntut untuk
mampu secara efektif mengelola risiko yang dihadapinya.
Manajemen risiko sangat penting bagi stabilitas perbankan, hal
ini karena bisnis
perbankan erat berhubungan dengan risiko. Dalam kegiatannya,
baik menghadapi
berbagai risiko, seperti risiko kredit (pembiayaan), risiko
pasar dan risiko
operasional. Manajemen risiko yang baik bagi bank bisa
memastikan bank akan
selamat dari kehancuran jika keadaan terburuk terjadi.
Ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko itu penting harus
diterapkan di
perbankan syariah yaitu:
-
18
1. Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari
interaksi
dengan nasabah sehingga risiko tidak mungkin tidak ada.
2. Dengan mengetahui risiko maka kita dapat mengantisipasi dan
mengambil
tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah
bermasalah.
3. Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan, yang
meruopakan
fungsi sangat penting dalam aktivitas operasionalnya.
4. Faktor sejarah krisis perbankan nasional.
Ada beberapa risiko yang harus dihadapi dalam perbankan syariah
yaitu:
1. Withdrawal risk merupakan bagian dari spektrum risiko bisnis.
Risiko ini
sebagian besar dihasilkan dari tekanan kompetitif yang dihadapi
bank
syariah dari bank konvensional sebagai counterpart-nya. Bank
syariah
dapat terkena withdrawal risk (risiko penarikan dana) disebabkan
oleh
deposan bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari
tingkat
return yang diberikan oleh rival kompetitornya.
2. Fiduciary risk sebagai risiko yang secara hukum
bertanggungjawab atas
pelanggaran kontrak investasi baik ketidaksesuaian dengan
ketentuan
syariah atau salah kelola (mismanagement) terhadap dana
investor.
3. Displaced commercial risk adalah transfer risiko yang
berhubungan
dengan simpanan kepada pemegang ekuitas. Risiko ini bisa muncul
ketika
bank berada dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun
bank
justru harus memberikan sebagian profitnya kepada deposan
akibat
rendahnya tingkat return.
-
19
2.6 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa
hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah
penulis baca
diantaranya:
No Nama Judul Lokasi Hasil
1 Ihayul Ulum
(2013)
Model
pengukuran
kinerja
intellectual
capital dengan
IB-VAIC di
Perbankan
Syariah.
Bank
Umum
Syariah
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
rumus utama untuk
mengukur kinerja IC
perbankan syariah
tidak jauh berbeda
dengan model public,
yaitu IB-VAIC = IB-
VACA + IB-VAHU
+ IB-STVA.
2 Tri
Sepdiantoro
(2013)
Pengaruh
intellectual
capital trhadap
kinerja
keuangan
perbankan
syariah di
indonesia.
Periode 2009-
2011
Bank
Umum
Syariah
(BUS)
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
secara keseluruhan
terdapat pengaruh
yang signifikan
antara intellectual
capital atau (VAIC)
dengan ROA, ROE,
dan BOPO. Namun
jika pengukuran
dilakukan terhadap
komponen-komponen
VAIC yaitu VACA,
VAHU, dan STVA,
tidak memiliki
-
20
pengaruh secara
signifikan terhadap
ROA. VACA
memiliki pengarauh
secara signifikan
terhadap ROE dan
VAHU memiliki
pengaruh secara
signifikan terhadap
BOPO.
3 Tri
Ciptaningsih
(2013)
Uji pengaruh
modal
intelektual
terhadap
kinerja
keuangan
BUMN yang
go public di
indonesia
Perusahaan
BUMN di
Indonesia
Hasil pengujian
menggunakan
multiple regression
analysis menunjukan
bahwa:
1.VAIC tidak
memiliki pengaruh
terhadap kinerja
keuangan
perusahaan.
2. HCE tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan
perusahaan.
3. SCE berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
perusahaan.
4. CEE berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
-
21
perusahaan.
5. VAIC tahun lalu
tidak berpengaruh
tidak berpengaruh
terhadap knerja
keuangan perusahaan
saat ini.
6. HCE tahun lalu
tidak berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
saat ini.
7. SCE tahun lalu
tidak berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
saat ini.
8. CEE tahun lalu
berpengaruh positif
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
saat ini.
4 Iqbal
Bukhori(2012)
Pengaruh
good
corporate
governance
dan ukuran
perusahaan
terhadap
kinerja
perusahaan.
Perusahaan
yg
terdaftar di
BEI 2010.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
mekanisme internal
corporate governance
terhadap knerja
perusahaan.
-
22
Demikian pula
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja perusahaan.
Hal ini berarti bahwa
mekanisme internal
corporate governance
dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
5 Siti Maesaroh
(2015)
Pengaruh
modal
intelektual
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Perusahaan
yang
terdaftar di
BEI.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
secara parsial modal
intelektual (VAIC)
value added human
capital (VAHU) dan
structural capital
value added (STVA)
tidak signifikan
mempengaruhi
kinerja keuangan.
6 Ayu
Wahdkorin
(2010)
Pengaruh
modal
intelektual
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
perbankan
yang
terdaftar di
BEI (2007-
2009)
Hasil penelitiannya
adalah:
1.Secara agregat,
modal intelektual
(value aded
intellectual
coefficient/VAIC
-
23
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap cost to asset
(CTA) dan tidak
berpengaruh terhadap
return on assets
(ROA).
2. Human capital
efficiency (HCE)
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap CTA dan
tidak berpengaruh
terhadap ROA.
3.Structural capital
efficiency (SCE)
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA dan CTA.
4.Capital employed
efficiency (CEE)
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA dan tidak
berpengaruh CTA.
5.Jenis bank
(GROUP) tidak
berpengaruh terhadap
ROA dan CTA.
7 Muhammad
Khairul Anam
Pengaruh
asset liability
Pt.bank
muamalat
Hasil penelitian ini
diketahui bahwa
-
24
(2009) management
terhadap
kinerja bank
tahun 2004-
2006.
indonesia
tbk dan
bank
mandiri
tbk.
tingkat likuiditas CR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas (ROA)
bank mandiri, tingkat
COR berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat profit bank
muamalat indonesia.
Tingkat likuiditas
CAR tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas (ROA)
pada bank muamalat
indonesia dan bank
mandiri. (CR, COR,
CAR) secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap
variabel dependen
(ROA), pada bank
muamalat indonesia
dan bank mandiri.
Bank muamalat lebih
baik dalam
menghasilkan profit
(ROA) dibandingkan
dengan bank mandiri.
Tabel 2.6 penelitian terdahulu.
-
25
2.7 Kerangka Berfikir
Pengaruh modal intelectual dan asset liability management
terhadap kinerja
keuangan bank muamalat dapat digambarkan dalam kerangka seperti
dibawah ini:
Bank Umum Syariah Indonesia merupakan lembaga keuangan yang
menjalankan kegiatan operasionalnya berlandaskan dengan prinsip
syariah. Dalam
perbankan kinerja keuangan sangat penting karena untuk melihat
atau menilai
baik atau buruknya bank tersebut.Modal intelektual berperan
penting dalam hal
ini karena intelektual merupakan modal yang berasal dari
pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi termasuk keahlian
dan
ketrampilan karyawan didalamnya serta teknologi atau proses
pentransformasian
pengetahuan tersebut sehingga dapat berwujud aset intelektual
yang akan
membentuk modal lainnya yang bernilai tinggi yang dapat
menciptakan nilai bagi
sebuah perusahaan. Asset liability management juga dibutuhkan
dalam
pengelolaan kinerja untuk menentukan kemampuan bank dalam
meningkatkan
daya tariknya bagi nasabah untuk menginvestasikan dananya
melalui bank
tersebut yang berarti meningkatkan kualitas pengelolaan
liabilitasnya.
Bank Umum Syariah
Indonesia
Kinerja keuangan (Y)
Modal intelektual (X1) Asset liability management
(X2)
-
26
2.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
diajukan,
berdasarkan kerangka yang dibuat, hipotesisnya adalah:
2.8.1 VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja keuangan Return On Asset (ROA)
VAIC merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intelectual
capital
perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin
untuk dilakukan
karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan
perusahaan
(neraca, laba rugi).
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
value
added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk
menilai
keberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan perusahaan
dalam
penciptaan nilai value creation. VA dihitung sebagai selisih
antara output dan
input. Output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup
seluruh
produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (IN)
mencakup seluruh
beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. (Ulum, 2009).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sepdiantoro, 2013), Hasil
penelitian
menunjukan bahwa secara keseluruhan terdapat pengaruh yang
signifikan
antara intellectual capital atau (VAIC) dengan ROA.
H1: VAIC berpengaruh signifikan terhadap return on asset
(ROA).
2.8.2 CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja keuangan Return On Asset (ROA)
Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi
menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Rasio ini
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lai) ikut
dibiayai dari dana
nodal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber diluar
bank, seperti
dana dari masyarakat, pinjaman dan lain-lain. Semakin tinggi CAR
maka semakin
-
27
baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
kredit atau
aktiva produktif yang berisiko.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Anam, 2009) memberikan
kesimpulan
bahwa tingkat likuiditas Capital adequacy ratio (CAR) tidak
berpengaruh
signifikan terhadap return on asset (ROA) pada bank
konvensional, tetapi tingkat
likuiditasCapital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan
terhadap return
on asset (ROA) pada bank syariah..
H2: CAR berpengaruh signifikan terhadap return on asset
(ROA)