5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Literasi Matematika Berkaitan dengan peringkat bahwa Negara Indonesia berdasarkan perangkingan PISA (Programme for International Student Assesment) Tahun 2015, pembelajaran matematika memerlukan analisis tentang literasi matematika yang dijadikan tolak ukur perangkingan PISA. Literasi matematika pada awalnya diungkapkan oleh NCTM (National Council of Teaching Mathematics) pada Tahun 1989. Literasi matematika selanjutnya dijadikan proyek bagi Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dirancang untuk mengevaluasi hasil pendidikan dalam hal kemampuan siswa yang berumur 15 tahun di bidang matematika, membaca, dan sains. 2.1.1 Definisi Literasi Matematika Literasi matematika mempunyai beberapa definisi termasuk definisi yang diungkapkan oleh NCTM maupun PISA. literacy berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang berarti melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya (Rahmawati, 2014). Literasi juga didefinisikan sebagai informasi yang dicetak dan ditulis sehingga berguna bagi masyarakat untuk mencapai satu tujuan dan membangun satu potensi (Ojose, 2011). Literasi matematika merupakan kemampuan individu untuk memformulasikan, mengunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai
21
Embed
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Literasi Matematikaeprints.umm.ac.id/44457/3/BAB II.pdf · 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Literasi Matematika Berkaitan dengan peringkat bahwa Negara Indonesia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Literasi Matematika
Berkaitan dengan peringkat bahwa Negara Indonesia berdasarkan
perangkingan PISA (Programme for International Student Assesment) Tahun 2015,
pembelajaran matematika memerlukan analisis tentang literasi matematika yang
dijadikan tolak ukur perangkingan PISA. Literasi matematika pada awalnya
diungkapkan oleh NCTM (National Council of Teaching Mathematics) pada Tahun
1989. Literasi matematika selanjutnya dijadikan proyek bagi Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD) yang dirancang untuk
mengevaluasi hasil pendidikan dalam hal kemampuan siswa yang berumur 15 tahun
di bidang matematika, membaca, dan sains.
2.1.1 Definisi Literasi Matematika
Literasi matematika mempunyai beberapa definisi termasuk definisi
yang diungkapkan oleh NCTM maupun PISA. literacy berasal dari bahasa Latin
littera (huruf) yang berarti melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya (Rahmawati, 2014). Literasi juga
didefinisikan sebagai informasi yang dicetak dan ditulis sehingga berguna bagi
masyarakat untuk mencapai satu tujuan dan membangun satu potensi (Ojose,
2011).
Literasi matematika merupakan kemampuan individu untuk
memformulasikan, mengunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai
6
konteks (OECD, 2014). Hal ini berarti, literasi matematika mencakup penalaran
matematis dan menggunakan matematika konsep, prosedur, fakta dan alat-alat
untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. Literasi
matematika membantu individu untuk mengakui peran matematika bahwa
matematika bermain di dunia dan untuk membuat penilaian baik didirikan dan
keputusan yang diambil dengan cara konstruksi, keterlibatan, dan refleksi siswa
(Sari, 2015). Hal ini berarti, literasi matematika berkaitan dengan proses
penyelesaian masalah matematika siswa yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Literasi Matematika
merupakan kemampuan individu dalam menggunakan dan menerapkan
matematika untuk menyelesaikan masalah yang mengacu pada konteks
matematika.
2.1.2 Domain Literasi Matematika
Kerangka kerja PISA dalam mengukur literasi matematika dibedakan
dalam tiga konstruk, yaitu konten, konteks, dan kognitif. Menurut (OECD,
2013), aspek konten terdiri atas empat domain yaitu quantity, uncertainty and
data, change and relationship, serta space and shape; aspek konteks terdiri atas
domain personal, societal, occupational, dan scientific; dan pada aspek kognitif
terdiri atas enam tingkatan mulai tingkat paling rendah sampai tingkat tertinggi
pengetahuannya (OECD, 2013).
Penjelasan kerangka kerja PISA 2012 (OECD, 2013) tentang literasi
matematika adalah sebagai berikut:
7
a. aspek konteks, literasi matematika diukur dalam konteks masalah dan
tantangan yang dihadapi dalam dunia nyata seseorang (personal) yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari individu dan keluarga;
societal yang berhubungan dengan komunitas, baik lokal, nasional
atau global di mana seorang individu menjalani kehidupannya;
occupational yang berhubungan dengan dunia kerja; dan scientific
yang berhubungan dengan penggunaan matematika dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Aspek konten, terdapat empat kategori konten matematika yang terkait
dengan masalah yang muncul. Kategori quantity merupakan
kuantifikasi atribut dari suatu objek, keterkaitan, situasi, dan entitas
yang memerlukan pemahaman atas keragaman keterwakilan dari
penguantifikasian tersebut, serta pertimbangan atas interpretasi dan
argumenargumen berbasis kuantifikasi. Kategori uncertain and data
mencakup 2 (dua) perangkat isu, yaitu bagaimana mengidentifikasi
dan meringkas makna yang melekat dalam seperangkat data yang
ditampilkan dalam cara yang berbeda; dan bagaimana memahami
dampak variabilitas yang melekat dalam sejumlah proses yang nyata.
Uncertainly adalah bagian dari prediksi ilmiah, hasil poll, ramalan
cuaca, dan model-model ekonomi. Kategori change and relationship
fokus pada hubungan-hubungan temporal dan permanen di antara
obyek dan lingkungannya, di mana perubahan terjadi dalam sistem-
sistem yang kait mengait dan elemen-elemen dalam sistem tersebut
8
saling mempengaruhi satu sama lain. Adapun kategori space and shape
mencakup rentang yang luas dari suatu fenomena yang ditemui di
manapun, seperti pola-pola, perlengkapan-perlengkapan suatu obyek,
posisi dan orientasi, representasi dari suatu obyek, pengkodean
informasi visual
c. Aspek kognitif, yaitu aspek yang berakaitan dengan bagaimana siswa
menyelesaikan permasalahan. Soal-soal PISA terdapat delapan ciri
kemampuan kognitif matematika yaitu :
1) berpikir dan bernalar
2) pengajuan dan penyelesaikan masalah
3) memberikan alasan
4) pemodelan
5) representasi, menggunakan simbol
6) komunikasi
7) penggunaan alat bantu atau media
8) operasi formal dan teknik penggunaan bahasa
Kemampuan literasi matematika tidak hanya terbatas pada kemampuan
menggunakan teknik berhitung aja tetapi juga meliputi pengetahuan yang lebih
luas. Menurut (Lange, 2006), literasi matematika meliputi Literasi Spasial,
Numerasi dan Literasi Quantitatif dimana cakupan dari ketiganya digambarkan
dalam bagan berikut:
9
Gambar 2.1 Bagan Hubungan Cakupan dari Literasi Matematika
Literasi Spasial merupakan kemampuan yang mendukung pemahaman
tentang dunia. Literasi spasial mengacu pada kesadaran kita akan ruang.
Menururt ( Lange, 2003), kemampuan ini mensyaratkan pada pemahaman
tentang sifat objek, posisi relative dan hal lain yang terkait dengan keruangan.
Selanjutnya, menurut Traffer’s (Lange, 2003) Numerasi merupakan
kemampuan untuk mengelola data dan bilangan untuk mengevaluasi
pernyataan berdasarkan kenyataan dan masalah yang meliputi proses mental
dan estimasi pada konteks nyata. Menurut (Adeyemi, 2014), Kemampuan
literasi Numerasi ini meliputi kemampuan untuk memahami, mengidentifikasi,
dan mengunakan pernyataan numeris dalam berbagai konteks. Sedangkan
Literasi Quantitatif mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami,
mengidentifikasi, dan mengunakan pernyataan kuantitatif dalam berbagai
konteks. Menurut (Adeyemi, 2014), Komponen utama dari kemampuan ini
LITERASI MATEMATIKA
LITERASI QUANTITATIF
LITERASI SPASIAL NUMERASI
RUANG DAN BANGUN BILANGAN PERUBAHAN DAN HUBUNGAN
KETIDAKPASTIAN
10
adalah kemampuan untuk mengadaptasikan pernyataan kuantitiatif dalam
konteks yang familiar .
2.1.3 Matematisasi pada PISA
Berdasar pada bahasa, kata matematisasi berasal
dari mathematisation atau mathematization yang merupakan kata benda dari
kata kerja mathematise atau mathematize yang artinya adalah
mematematikakan. Jadi, arti sederhana dari matematisasi adalah suatu proses
untuk mematematikakan suatu fenomena (Ariyadi, 2012). Mematematikakan
bisa diartikan sebagai memodelkan suatu fenomena secara matematis (dalam
arti mencari matematika yang relevan terhadap suatu fenomena) ataupun
membangun suatu konsep matematika dari suatu fenomena.
Standar proses yang dianalisis melalui literasi PISA antara lain
menganalisis, menalar, dan mengkomunikasikan ide secara efektif sehingga
kegiatan siswa yang dapat diamati yaitu merumuskan, menyelesaikan,
menginterpretasikan, dan mengevaluasi matematika dalam berbagai situasi.
Asesmen literasi terfokus pada permasalahan nyata, menerjemahkan berbagai
situasi nyata dan permasalahan untuk diselesaikan dalam kelas. Literasi
matematika secara praktik, dapat direpresntasikan melalui Gambar 2.2:
11
Gambar 2.2 Pemodelan Literasi Matematika Dalam Praktik (OECD, 2013; Stacey,
2012)
Berdasarkan Gambar 2.2, literasi matematika berperan dalam konteks
permasalahan yang muncul pada dunia nyata. Permasalahan dikategorikan
dengan dua cara, yaitu kategori konten dan kategori konteks. Kategori konteks
diidentifikasi dari asal mula permasalahan dmunculkan, yaitu dari diri sendiri,
masyarakat, dunia, atau saintifik. Kategori konten (kuantitas, ketidakpastian
data, representasi, ruang dan bentuk) diidentifikasi melalui kotak yang lebih
kecil yaitu pemikiran matematika dan aksi.
Permasalahan yang disajikan pada PISA mencakup kemampuan dasar
matematika yaitu: komunikasi, representasi, memutuskan strategi,
matematisasi, penalaran dan pemberian alasan, penggunaan symbol, aspek
bahasa, dan penggunaan alat bantu matematika. Standar Proses yang
diharapkan dari siswa melalui penyelesaian masalah antara lain merumuskan,
menyelesaikan, menginterpretasikan, dan mengevaluasi permasalahan dalam
konteks. Setiap standar proses akan diidentifikasi hasil yang diperoleh dari
siswa. Permasalahan dalam konteks tertentu akan dirumuskan menjadi
12
permasalahan matematis. Permasalahan matematika akan diselesaikan
sehingga menghasilkan hasil dalam bentuk matematika (bilangan). Hasil
matematika tersebut diinterpretasikan sesuai konteks yang dibahas. Kemudian,
hasil dalam konteks dievaluasi maknanya sesuai dengan permasalahan yang
diajukan.
2.1.4 Aspek Literasi Matematika
Aspek literasi matematis diakses menggunakan dua cara yaitu melalui
konteks dan konten matematika. Asesmen yang dilakukan oleh PISA 2015
pada asesmen proses yaitu penyelesaian masalah matematika meliputi tiga hal
yaitu:
1. Memformulasikan permasalahan secara matematika
2. Menyelesaikan permaslaahan sesuai konsep, fakta, dan prosedur
matematika
3. Menginterpretasikan, mengaplikasikan, dan mengevaluasi hasil
matematika
Asesmen PISA juga mengases kemampuan kognitif terdiri dari:
1) komunikasi
2) matematisasi
3) representasi
4) penalaran dan pemberian alasan
5) memutuskan startegi untuk menyelesaikan masalah
6) menggunakan simbol, operasi formal dan aspek kebahasaan
7) menggunakan alat bantu matematika
13
2.2 Literasi Matematika Ditinjau dari Hasil Penyelesaian Soal PISA
Domain literasi matematika yaitu analisis, penalaran, dan komunikasi yang
diakses melalui permasalahan nyata . Permasalahan nyata yang dapat dibuat
berkaitan dengan setting dunia nyata misalnya belanja, wisata, memasak, asuransi,
dan lain-lain. Kompetensi matematika sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah nyata. Kompetensi tersebut termuat pada domain literasi matematis.
Literasi matematika secara fungsional sangat penting bagi siswa untuk
mempertahankan keberhasilannya dalam menyajikan informasi dan pengetahuan
bagi masyarakat.
Penyelesaian masalah matematika didasarkan pada keterampilan yang
dipelajari dan dipraktikkan melalui berbagai macam permasalahan yan muncul
pada buku teks dan kelas. Siswa diminta mampu untuk mengaplikasikan
keterampilan membuat keputusan tentang pengetahuan apa yang sesuai, proses apa
yang akan digunakan untuk menentukan kemungkinan solusi, dan bagaimana
merefleksikan kebenaran jawaban yang ditemukan dari permasalahan nyata yang
diselesaikan.
Literasi matematis sebagai bagian dari penilaian PISA terdapat standar
penilaian tertentu. Untuk tujuan penelitian, PISA 2015 mendefinisikan literasi
matematis siswa dengan menganalisis tiga komponen yang saling terkait yaitu
proses , konten, dan konteks. Kompoen penilaian terhadap PISA 2015 pada
pokoknya sama dengan yang digunakan pada PISA 2012 (OECD, 2016).
Adapun komponen penilaian literasi matematis pada PISA 2012 adalah
sebagai berikut (Sri Wadhani dan Rumiati, 2011 : 15-18) :
14
a. Proses
Dalam studi PISA, Komponen proses diartikan sebagai langkah-langkah
seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam situasi atau konteks
tertentu dengan menggunakan matematika sebagai alat untuk menyelesaikan
masalah.
Kemampuan proses didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan (employ), merumuskan (formulate), dan menafsirkan matematika
untuk memecahkan masalah. Table 2.1 dibawah ini menunjukkan presentase
nilai untuk setiap item yang diujikan dalam komponen proses (OECD, 2015).
Tabel 2.1 Proporsi Skor Berdasarkan Item-item Matematika untuk Kategori Proses
b. Konten
Dalam studi PISA, komponen ini diartikan sebagai materi atau subjek
atau isi matematika yang dipelajari disekolah. Materi yang disampaikan dalam
komponen konten melibatkan ruang dan bentuk ( space and shape), perubahan
dan keterkaitan
( change dan relationship), ketidakpastian dan data ( uncertainty dan data), dan
kuantitas ( quality),. Table 2.2 berikut ini menunjukan presentase skor untuk
setiap materi yang diujikan dalam komponen konten (OECD, 2016).
Kategori Proses Presentase %
Merumuskan situasi matematis 25
Menggunakan konsep, fakta , prosedur, dan
penalaran dalam matematika 50
Menafsirkan, menerapkan, dan
mengevaluasi hasil dari suatu proses
matematika
25
Total 100
15
Tabel 2.2 Proporsi Skor Berdasarkan Item-item Matematika untuk Kategori Konten
Kategori Konten Presentase %
Perubahan dan keterkaitan 25
Ruang dan bentuk 25
Kuantitas 25
Ketidakpastian dan data 25
Total 100
c. Konteks
kemampuan konteks dalam studi PISA dimaknai sebagai situasi yang
tergambar dalam suatu permasalahan. Ada empat konteks yang menjadi focus
yaitu konteks pribadi (personal), pekerjaa (occupatial), sosial (social), dan
ilmiah (scientific). Table 2.3 berkut ini menunjukan presentase skor untuk setiap
item yang diujikan dalam komponen konteks (OECD, 2015).
Tabel 2.3 Proporsi Skor Berdasarkan Item-item Matematika untuk Kategori Konteks
Kategori Konteks Presentase %
Pribadi 25
Pekerjaan 25
Sosial 25
Ilmiah 25
Total 100
Berdasarkan ketiga komponen penilaian kemampuan literasi di atas,
maka soal-soal dalam PISA dibuat berdasarkan enam level atau tingkatan. Setiap
level soal-soal tersebut menggambarkan kemampuan literasi matematis yang
dicapai oleh siswa. Table 2.4 di bawah ini menjelaskan enam level kemampuan
literasi matematis siswa menurut OECD 2013.
16
Level Apa yang Dapat Siswa Lakukan
6 1) Melakukan pengonsepan, generalisasi dan menggunakan informasi
berdasarkan penelaahan dan pemodelan dalam suatu situasi yang
kompleks, dan dapat menggunakan pengetahuan diatas rata-rata.
2) Menghubungkan sumber informasi berbeda dan merepsentasi, dan
menjalankan diantara keduanya dengan fleksibel. Siswa pada tingkatan ini
memiliki kemampuan bernalar matematika yang tinggi.
3) Menerapkan pengetahuan, peguasaan dan simbol dan hubungan dari simbol
dan operasi matematika, mengembangkan strategi dan pendekatan abru
untuk menghadapi situasi baru.
4) Merefleksikan tindakan mereka dan merumuskan dan mengkomunikasikan
tindakan mereka dengan tepat dan menggambarkan sehubungan dengan
penemuan mereka, penafsiran, pendapat, dan kesesuaian dengan situasi
nyata.
5 1) Mengembangkan dan bekerja dengan model untuk situasi kompleks,
mengidentifikasi masalah, dan menetapkan asumsi.
2) Memilih, membandingkan, dan mengevaluasi dengan tepat strategi
pemecahan masalah terkait dengan permasalahn kompleks yang
berhubungan dengan model.
3) Bekerja secara strategis dengan menggunakan pemikiran dan penalaran
yang luas, serta secara tepat menghubungkan representasi symbol dan
karakteristik formal dan pengethuan yang berhubungan dengan situasi.
4) Melakukan refleksi dari pekerjaan mereka dan dapat merumuskan dan
mengkomunikasikan penafsiran dan alasan mereka.
4 1) Bekerja secara efektif dengan model dalam situasi yang konkret tetapi
kompleks yang mungkin melibatkan pembatasan untuk membuat asumsi.
2) Memilih dan menggabungkan represntasi yang berbeda, termasuk pada
simbol, menghubungkan dengan situasi nyata.
3) Menggunakan berbagai keterapmpilannya yang terbatas dan
mengemukakan alasan dengan beberapa pandangan di konteks yang jelas.
4) Memberikan penjelasan dan mengkomunikasikannya disertai argumentasi
berdasar pada interpretasi dan tindakan mereka.
3 1) Melakukan prosedur dengan jelas, termasuk prosedur yang memerlukan
keputusan secara beruntun.
2) Memecahkan masalah, dan menerapkan strategi yang sederhana.
3) Menafsirkan dan menggunakan representasi berdasar sumber informasi
yang berbeda dan mengemukakan alasannya secara langsung.
4) Mengkomunikasikann hasil interpretasi dan alasan mereka.
2 1) Menafsirkan dan mengenali situasi dengan konteks yang memerlukan
kesimpulan langsung.
2) Memilih informasi yang relevan dari sumber yang tunggal, dan