8 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori kepatuhan ( Compliance Theory) Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di indonesia telah diatur dalam surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep- 36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory) yang dikemukakan (Saleh 2004). Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologis yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu ( Saleh dan Susilowati 2004). Menurut Tyler terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sisologi mengenai kepatuhan pada hukum, yaitu instrumenal dan normatif . perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka ( Saleh dan Susilowati 2004). Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.
22
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4674/2/BAB II.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori kepatuhan ( Compliance Theory)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori kepatuhan ( Compliance Theory)
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam
penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di indonesia telah
diatur dalam surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-
36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala.
Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory)
yang dikemukakan (Saleh 2004). Teori kepatuhan telah diteliti pada
ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologis yang
lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam
mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu ( Saleh dan
Susilowati 2004). Menurut Tyler terdapat dua perspektif dasar dalam
literatur sisologi mengenai kepatuhan pada hukum, yaitu instrumenal dan
normatif . perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh
didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap
perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku.
Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai
moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka ( Saleh dan
Susilowati 2004).
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap
sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.
9
Komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitmrent though
legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum
tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku, sedangkan komitmen
normatif melalui moralitas personal (normative commitment through
morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap
sebagai keharusan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap waktu penyampaian laporan
keuangan berkala oleh perusahaan publik kepada Bapepam di Indonesia
telah diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar
Modal, dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2,
Lampiran keputusan ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-346/BL/2011
tentang penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau
perusahaan Publik. Peraturan tersebut mengisyaratkan adanya kepatuhan
setiap perilaku individu maupun organisasi yang terlibat di pasar modal
indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan
secara tepat waktu ke bapepam. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan
mendorong perusahaan untuk berusaha menyampaikan laporan keuangan
secara tepat waktu karena selain merupakan kewajiban perusahaan untuk
menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan bermanfaat bagi
para pengguna laporan (Sulistyo 2010).
2. Teori keagenan (Agency Theory)
Pengertian akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
10
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal)
yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut,
penjelasan (Mardiasmo 2004). Teori keangenan menjelaskan hubungan
antara agen dan principal. Analoginya agen adalah manajemen
perusahaan dan pricipal adalah pemilik perusahaan, keduanya terikat
dalam sebuah kontrak. Yang mana si agen yang bertindak sebagai
pengambil keputusan menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas
tertentu bagi prinsipal, dan prisipal bertindak sebagai evaluator informasi
menutup kontrak untuk memberi imbalan pada si agen ( Hendriksen dan
Breda 2000). Kesimpulannya teori agensi adalah teori yang mencoba
menjabarkan hubungan antara agen dan prinsipal, dimana terdapat
penyerahan otorisasi dari pemilik kepada agen untuk menjalankan
aktivitas perusahaan. Fokus dari teori agensi adalah untuk menentukan
kontrak yang paling efisiensi mengenai hubungan agen prinsipal yang
terkait dengan ( Ikshan dan Suprasto 2008) :
a. Manusia (Mementingkan diri sendiri, terkait dengan rasionalitas
menolak resiko.
b. Organisasi (Konflik tujuan antar anggota organisasi)
c. Informasi (Informasi sebagai komoditas)
Dalam praktik timbul masalah (agency problem), karena ada
kesenjagan kepentingan antara para pemengang saham sebagai pemilik
perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen ( Surya
11
dan Yustiavandana 2008). Masalah ageni akan muncul karena agen dan
prinsipal memiliki tujuan yang berbeda (Ikhsan dan Suprasto 2008).
Agen berjuang untuk memaksimalkan pembayaran kontraknya yang
bergantung pada suatu tingkatan usaha tertentu yang dibutuhkan
sementara prinsipal berjuang untuk memaksimalkan pengembalian atas
penggunaan sumber dayanya yang bergantung pada pembayaran yang
terutang pada agen (Belkaoui 2007) perbedaan kepentingan umum terjadi
dalam dunia bisnis. Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan konflik
kepentingan antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan
keuangan dengan para pemakai laporan keuangan ( Halim dalam Agus
Sukonco 2013).
Konflik kepentingan secara alamiah akan terjadi dalam struktur
kepemilikan perusahaan (ownership structurec) yang terjadi dari dua
tipe, yaitu struktur kepemilikan yang tersebar (dispersed ownership)
kepada para pemengang saham publik (outside investors) dan struktur
dengan pengendalian (control) pada segelintir pemengang saham saja
(concentrated ownership) (Surya dan Yustiavandana 2008). Ketika
pemilik modal menginginkan keuntungan maksimal, maka resiko yang
akan ditanggung juga akan tinggi (High risk high return). Pihak agen
atau manajemen perusahaan tidak terlalu ingin mengambil resiko karena
jika mereka gagal mencapai target maka karir mereka akan hancur.
Pemilik modal dan agen bertindak untuk kepentingan perusahaan (Ikhsan
dan suprasto 2008). Dalam konflik kepentingan dibutuhkan pihak ketiga
12
sebagai penegah sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Auditor dianggap pantas sebagai penegah (pihak ketiga) dari
concflict of interest atas laporan keuangan. Para pengguna laporan
keuangan mengarapkan kepastian dari auditor independen bahwa laporan
keuangan bebas dari pengaruh konflik kepentingan (Halim dalam Agus
Sukonco 2013). Auditor dapat memberikan keyakinan yang memadai
kepada pihak prinsipal mengenai laporan keuangan yang dibuat oleh
pihak manajemen dengan melakukan audit atas laporan keuangan
perusahaan.
3. Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan ditambah dengan
informasi lain yang berhubungan,baik langsung maupun tidak lansung
dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, seperti
informasi tentang sumber daya perusahaan, earning, current cost,
informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian integral
(Yadiati dalam Agus Sukonco). Laporan keuangan yang lengkap terdiri
dari : Neraca, Laporan laba rugi, Perubahan ekuitas, Laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan (Suharli 2009).
Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk
memberikan informasi keuangan tentang entitas pelaporan yang berguna
bagi investor sekarang dan potensial ekuitas, debitur dan kreditur lainnya
dalam pengambilan keputusan dalam kapasitas mereka sebagai penyedia
13
modal (Kieso et al 2011). Tujuan pelaporan keuangan perusahaan akan
diterapkan untuk semua pemakai laporan keuangan perusahaan yang
dipublikasikan, tujuannya yaitu (Belkaoui dan Riahi 2006) :
a. Salah satu tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan
perusahaan adalah untuk menyediakan akuntansi melalui fungsi-
fungsi pengurusan manajemen,dan juga keberhasilannya (ataupun
kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk menghasilkan kinerja
ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam posisi
keuangan yang sehat dan kuat.
b. Tujuan pelaporan keuangan yang baik adalah untuk menyediakan
suatu informasi dalam bentuk sedemikian rupa untuk meminimalkan
ketidakpastian tentang vadilitas informasi.
c. Mempunyai cakupan yang luas untuk inovasi sehingga perbaikan
dimungkinkan.
d. Dibuat untuk diarahkan pada kebutuhan pemakai yang dapat
memahami secara lengkap serangkaian laporan keuangan.
Untuk dapat mencapai tujuan dari pelaporan keuangan, perlu
adanya aturan yang mengatur hal tersebut. IASB (International
Accounting Standard Board) menerbitkan tiga pernyataan utama yang
mengatur pelaporan keuangan dan standar akuntansu, yaitu : IFRS
(International Financial Reporting Standards), international finansial
reporting interpretation dan framework for financial reporting (Kieso et
al 2011). Framework for financial reporting mempunyai beberapa
14
karakteristik kualitatif, karakteristik kualitatif tersebut harus ada pada
laporan keuangan yang dipublikasikan kepublik. Karakteristik kualitatif
pada conseptual framework for financial reporting adalah (Kieso et al
2011) :
a. Dapat diprediksi
b. Dapat dikonfirmasi
c. Lengkap
d. Netral
e. Bebas dari keslahan
f. Dapat dibandingkan
g. Dapat diverifikasi
h. Tepat waktu
i. Dapat dimengeti
Salah satu karakteristik kualitatif diatas terdapat satu komponen
yaitu tepat waktu. Tepat waktu disini artinya informasi harus tersedia
untuk pengambilan keputusan sebelumnya informasi tersebut kehilangan
kapasitasnya untuk memepengaruhi keputusan (Kieso et al 2011)
informasi yang lama tidak dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan karena apa yang terkandung didalam informasi tersebut sudah
tidak sesuai dengan keadaan saat ini.
4. Teori ketepatan waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi
informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu, laporan keuangan
15
yang tepat waktu akan lebih berguna pada yang tidak tepat waktu.
Setelah informasi yang relevan tersedia lebih cepat, mampu
meningkatkan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan dan
kurangnya ketepatan waktu dapat mengurangi informasi dari kegunaanya
(Kieso et al 2008) . ketepatan waktu pelaporan keuangan diatur dalam
peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran keputusan Ketua Bapepam
dan LK Nomor: KEP-36/PM/2003 yang telah direvisi dengan KEP-
346/BL/2011, meyatakan bahwa setiap perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan keuangan tahunan yang harus disertai dengan
pendapat lazim dari auditor independen dan disampaikan kepada
Bapepam selambat lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) stelah
tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan (Dedik Norman 2017).
Ketepatan waktu merupakan kualitas ketersediaan informasi pada
saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi
waktu (Owusu dan Ansah 2000). Informasi harus disampaikan sesegera
mungkin agar tidak menghilangkan keakuratan informasi tersebut
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Informasi yang dimaksud merupakan laporan keuangan, hal ini sesuai
dengan tujuan laporan keuangan yang dijelaskan oleh (IAI 2007), tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Ketepatan waktu merupakan batasan
16
penting dalam pelaporan keuangan. Akumulasi, peringkasan, dan
penyajian informasi akuntansi harus disampaikan sesegara mungkin
untuk menjamin tersedianya informasi ditangan pemakai laporan
keuangan. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan
harus disajikan pada kurun waktu teratur untuk memperlihatkan
perubahan keaadan perusahaan yang memungkinkan akan mempengaruhi
prediksi dan keputusan pemakai (Hendriksen dan Breda 2000).
5. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semain tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas menunjukkan
tingkat efisiensi dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham.
Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan serta memeberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan ( Kasmir 2008). Profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang
dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan (Hapsari
dan Didin 2010). Rasio profitabilitas diantaranya :
17
a. Margin Laba (Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba per rupiah penjualan dan mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya dan
pengeluaran sehubung dengan penjualan ( Astuti 2004)
b. Pengembalian Atas Aset (Return On Asset ROA)
Rasio ini menggambarkan perputaran aset diukur dari volume
penjualan (Harahap 2010). Semakin tinggi hasil pengembalian
(laba) dari penggunaan aset perusahaan semakin efektif
perusahaan.
c. Pengembalian Atas Ekuitas (Returun On Equity ROE)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian
investasi pemengang saham dan menekankan pada hasil
pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasi (Astuti
2004). Rasio ini mengukuran tingkat efisiensi penggunaan ekuitas
sendiri dalam menghasilkan pengembalian (laba).
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
𝑅𝑂𝐸𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
18
Tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencari keuntungan
yang maksimal (profit oriented). Keuntungan yang didapatkan
perusahaan akan membuat bisnis yang mereka jalankan akan terus
berkembang. Profitabilitas yang positif akan memberikan sinyal
pengelolah perusahaan yang baik. Profitabilitas dapat digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen, apakah telah sesuai dengan target yang
ditetapkan atau belum. Rasio probitabilitas tidak hanya bermanfaat bagi
orang perusahaan tetapi juga bermanfaat bagi seluruh stakeholder.
Profitabilitas mempunyai manfaat diaantaranya (Kasmir 2008) :
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode.
b. Mengetahui perkembangan laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
d. Mengetahui tingginya laba berdih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjamin maupun modal sendiri.
6. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum (bukan
institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik (Hilmi dan
Ali 2008). Pemilik perusahaan adalah pemegang saham pengembalian
dimasa yang akan datang (Sundjaja 2010). Kepemilikan perusahaan yang
19
dimiliki publik menjadi banyak dan menyebar, maka perusahaan yang
sudah go public mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak kepada
masyarakat atas pengelolaan perusahaan. Tidak seperti kreditur, pemilik
modal sendiri (pemilik saham biasa dan saham preferen) adalah pemilik
perusahaan (Sundjaja 2010). Saham yang dimiliki oleh pihak luar
memiliki persentase kepemilikan lebih dari 50%, sehingga pemilik
perusahaan dari luar memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi
kondisi dan hasil kinerja perusahaan. Kepemilikan pihak luar akan
memepngaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan. Kepemilikan pihak
luaar akan mengubah pengelolahan perusahaan yang semula berjalan
dengan kehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan dengan