Top Banner
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway (dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, 2005), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Lauster (1978) mengatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan menjadi pribadi yang optimis. Orang yang percaya diri akan mampu menghargai orang lain karena percaya bahwa orang lain juga mempunyai kemampuan seperti dirinya. Sedangkan individu yang kurang percaya diri akan mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, kurang bertanggung jawab, selalu membandingkan dirinya dan pesimis. Lauster menambah difinisi kepercayaan diri sebagai keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

Nov 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kepercayaan Diri

2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri

serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak

terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut

Thantaway (dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, 2005), percaya diri

adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat

pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak

percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya,

karena itu sering menutup diri.

Lauster (1978) mengatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri

yang tinggi akan menjadi pribadi yang optimis. Orang yang percaya diri akan mampu

menghargai orang lain karena percaya bahwa orang lain juga mempunyai

kemampuan seperti dirinya. Sedangkan individu yang kurang percaya diri akan

mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, kurang

bertanggung jawab, selalu membandingkan dirinya dan pesimis.

Lauster menambah difinisi kepercayaan diri sebagai keyakinan akan

kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

10

(Kristanti, 2005). Hal ini dapat berarti bahwa jika kepercayaan diri yang dimiliki oleh

individu tersebut merupakan kepercayaan diri yang positif dan baik maka individu

tersebut akan merasa yakin dengan kemampuan dirnya sendiri, sehingga tidak

memerlukan bantuan dari orang lain dan tidak terpengaruh oleh orang lain dalam

setiap tindakan yang dilakukannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.2 Ciri-ciri Yang Memiliki Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (1978) ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang

positif antara lain adalah :

1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif tentang dirinya bahwa

mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

2) Optimis, yaitu sikap seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi

segala hal tentang diri, harapan dan kemenangan.

3) Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala

sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi

atau menurut dirinya sendiri.

4) Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu

yang telah menjadi konsekuensinya.

5) Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu

kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai

dengan kenyataan.

Menurut Lauster (1978) seseorang yang mempunyai kepercayaan diri positif

dapat digambarkan dari empat aspek, yaitu :

a. Cinta diri

Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta ini bukanlah sesuatu

yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan prilaku seseorang

untuk memelihara diri sendiri.

b. Pemahaman diri

Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan

prilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana

pendapat orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan kompetisi atau

kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

11

atau rasa hormat orang lain, berani menerima dan menghadapi penolakan orang

lain yaitu berani menjadi diri sendiri.

c. Tujuan hidup yang jelas

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan mempunyai

pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan mengetahui hasil

apa yang dapat diharapkannya, tidak terdorong untuk menunjukan sikap

konformis dan diterima oleh orang lain atau kelompok, memiliki harapan yang

realistis terhadap diri sendiri sehingga ketika harapan tersebut tidak terwujud

seseorang tetap mampu melihat sisi positif dari dirinya dan situasi yang terjadi.

d. Berpikir positif

Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan, karena mampu melihat

kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus,

mempunyai pengendalian diri yang baik, memiliki internal locus of control

(memandang keberhasilan atau kegagalan, dari usaha diri sendiri dan tidak mudah

menyerah pada nasib atau kedaan, serta tidak menggantungkan atau mengharap

bantuan dari orang lain), mempunyai cara pandang terhadap diri sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menekankan bahawa ciri-ciri

seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yaitu seperti ciri-ciri kepercayaan diri

dikemukakan oleh Lauster (1978) antara lain keyakinan, optimis, obyektif,

bertanggung jawab, rasional dan realistis.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Menurut Tursan Hakim (2002) Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan

sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri, dengan menerima secara

apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses

belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya . Rasa percaya diri tidak muncul

begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga

terjadilah pembentukan rasa percaya diri.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

12

Menurut Hakim (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu :

a. Faktor internal

Perasaan dari dalam diri, merupakan cara individu memandang dan menilai

dirinya sendiri, terdiri dari :

1) Keadaan fisik

Keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri.

Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan

perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, karena merasa ada yang kurang

didalam dirinya dan membandingkannya dengan orang lain. Keadaan ini yang

membuat individu merasa kurang percaya diri.

2) Konsep diri

Konsep diri adalah gagasan tentang dirinya sendiri. Seorang yang

mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep negatif, sebaliknya

bila seseorang percaya diri maka akan mempunyai konsep diri yang positif.

3) Usia

Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang seiring dengan

berjalannya waktu. Seorang remaja yang mempunyai rasa kurang percaya diri

dikarenakan permasalahan tentang konsep diri pada masa kanak-kanak kurang

dapat terselesaikan.

4) Harga diri

Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri,

individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan menilai pribadinya

secara rasional yang benar bagi dirinya dan mudah mengadakan hubungan

dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan

memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya dan mudah

menerima orang lain.

5) Pengalaman hidup

Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Pengalaman hidup

yang kurang baik pada masa kanak-kanak akan berdampak pada masa

pertumbuhan selanjutnya.

6) Kegagalan dan kesuksesan

Keberhasilan yang dicapai akan membawa seseorang kepada

kegembiraan dan juga membuat pandangan yang positif, sehingga dapat

menimbulkan kepercayaan diri disetiap permasalahan yang dihadapi dan

dapat dianalisis dengan baik.

7) Peran lingkungan keluarga terhadap terbentuknya kepercayaan diri

Jika fungsi keluarga berjalan lancar dan baik , maka besar

kemungkinan individu dalam keluarga tersebut mempunyai kepercayaan diri

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

13

yang baik. Karena keluarga adalah pondasi dalam membentuk karakter

individu.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan persepsi dan reaksi lingkungan terhadap diri kita.

Faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan diri individu, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony

(1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah

cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai,

sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi

mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan

mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya

dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

2) Pekerjaan

Rogers (dalam Kusuma, 2005) mengemukakan bahwasanya bekerja

dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan

melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa

bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

3) Lingkungan dan pengalaman hidup

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota

kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan

percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin

bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin mantap

kepercayaan dirinya (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan kepercayaan diri

juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam

perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan

pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa

kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995).

4) Dukungan sosial

Menurut Loekmono (1983) bahwa rasa percaya diri dipengaruhi dalam

hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting, lingkungan dan

kehidupan sehari-hari. Natawidjaja (dalam Kusumawati, 2008) untuk

meningkatkan kepercayaan diri remaja membutuhkan pihak lain yang dapat

dipercaya untuk mendorong keberaniaanya dalam mengambil keputusannya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

14

2.1.3 Proses Pembentukan Kepercayaan Diri

Percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu

didalam pribadi seseorang sehingga terjadilah pembentukan percaya diri, secara garis

besar terbentuknya percaya diri yang kuat oleh Thursan Hakim (2002) melalui proses

sebagai berikut :

a. Terbentuknya kepribadian yang baik yang sesuai dengan proses perkembangan

yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Ketika seseorang mendapatkan

dukungan sosial sejak awal dari orang-orang terdekatnya, maka akan membuat

individu tahu bahwa ia mempunyai kelebihan dalam dirinya.

b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimiliknya melahirkan

keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan

kelebihannya. Dengan dukungan sosial dari orang-orang terdekat, maka akan

semakin menguatkan keyakinan individu bahwa dirinya memiliki kelebihan untuk

dapat melakukan segala sesuatu

c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang

dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.

Meskipun seseorang tahu bahwa dirinya mempunyai kekurangan, namun apabila

orang-orang didekatnya tetap memberikan dukungan maka hal ini akan

menimbulkan reaksi positif dalam dirinya. Sehingga menjadi individu yang tidak

rendah diri.

d. Pengalaman didalam menggali berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan

segala kelebihan yang dimilkinya. Jika seseorang mempunyai banyak pengalaman

didalam kehidupannya dan disertai dengan dukungan dari orang-orang terdekat

disekelilingnya serta dapat menggunakan segala kelebihan yang ada dalam

dirinya, maka akan membuat seseorang percaya diri dalam melakukan segala

aspek dalam kehidupannya.

2.2. Kematangan Emosi

2.2.1 Pengertian Kematangan Emosi

Menurut Caplin (1995) kematangan emosi adalah suatu keadaan tercapainya

tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosi. Orang yang telah matang emosinya

mampu menahan atau mengontrol yang timbul secara baik yaitu pada situasi sosial.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

15

Kematangan emosi dapat dimengerti dengan mengetahui pengertian emosi dan

kematangan, kemudian diakhiri dengan penjelasan kematangan emosi sebagai satu

kesatuan. Istilah kematangan menunjukkan kesiapan yang terbentuk dari

pertumbuhan dan perkembangan (Hurlock, 2004).

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kematangan

emosi adalah kemampuan individu untuk dapat mengendalikan atau mengekspresikan

perasaannya secara tepat berdasarkan kesadaran yang mendalam dalam berbagai

macam situasi.

2.2.2 Ciri-ciri Individu Yang Telah Matang Emosinya

Hurlock (2004) mengungkapkan tentang ciri-ciri individu yang memiliki

kematangan emosi antara lain adalah :

a. Adanya kontrol sosial. Individu yang masak emosinya akan berusaha untuk

mengontrol dan mengendalikan emosi sehingga tingkah lakunya dapat diterima

oleh masyarakat.

b. Self-knowledge yang matang emosinya akan mempelajari control yang diperlukan

untuk memuaskan kebutuhannya.

c. Penggunaan mental-kritis. Individu yang matang emosinya akan menilai secara

kritis sebelum merespon emosinya.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang telah mencapai kematangan

emosi adalah individu yang dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya dengan

bail, maupun menahan diri, mempelajari kontrol emosi dengan baik sehingga control

emosi tersebut dapat disetujui secara sosial serta individu akan menilai secara kritis

permasalahan yang ada sebelum merespon emosinya.

2.2.3 Aspek-aspek Terjadinya Kematangan Emosi

Menurut Walgito (1984) aspek-aspek kematangan emosi terdiri dari :

a. Dapat menerima baik keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa

adanya sesuai dengan keadaan objektifnya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

16

b. Pada umumnya tidak bersifat implusif. Individu akan merspon stimulus dengan

berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan tanggapan terhadap

stimulus.

c. Dapat mengontrol emosi dan dapat mengontrol ekspresi dengan baik walaupun

individu dalam keadaan marah tetapi kemarahan itu tidak ditampakkan keluar dan

individu dapat mengatur kapan kemarahan itu dapat dimanifestasikan.

d. Dapat berpikir secara objektif sehingga individu yang telah matang emosinya akan

bersifat sabar, penuh pengertian, dan mempunyai toleransi yang baik.

e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat beridiri sendiri, tidak mudah

mengalami tekanan menghadapi masalahnya dengan penuh pengertian.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek

kematangan emosi meliputi : Penerimaan diri dan orang lain, tidak bersikap implusif,

dapat mengontrol emosinya serta mengontrol ekspresi emosinya, berpikir objektif dan

mempunyai tanggung jawab.

2.2.4 Karakteristik Kematangan Emosi Remaja

Hurlock (2004) mengemukakan tiga karakteristik dari kematangan emosi, antara

lain:

a. Kontrol emosi

Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu

menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan

cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri yang bisa

diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol

ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari

energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara

sosial.

b. Pemahaman diri

Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu

emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami

emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui

penyebab dari emosi yang dihadapi individu tersebut.

c. Pengunaan fungsi kritis mental

Individu mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi

secara emosional, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi

tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti

anak-anak atau individu yang tidak matang.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

17

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik remaja yang

telah mencapai kematangan emosi adalah individu yang memiliki kemampuan dalam

mengendalikan diri saat emosi sedang memuncak dengan memperhatikan situasi,

waktu, dan cara yang dapat diterima; individu dapat memahami apa yang sedang

dirasakan dan mengetahui sebab dari emosi yang sedang dihadapi; dan individu

mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan

mempertimbangkan pendapat orang lain dan dampaknya serta mampu

mempertahankan pendapat ketika berbeda dengan orang lain.

2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

Menurut Hurlock (2004), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematangan

emosi pada individu antara lain adalah :

a. Usia

Semakin bertambah usia inidvidu, diharapkan emosinya akan lebih matang

dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu

semakin baik dalam kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan

mengontrol emosinya secara lebih stabil dan matang secara emosi.

b. Perubahan fisik dan kelenjar

Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya

perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan bahwa remaja adalah

periode badai dan tekanan, emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan

kelenjar.

2.2.6 Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kepercayaan diri

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap

kemampuan pada diri sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif

maupun negative yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan

untuk kebahagiannya sendiri. Patriani (2006) menyatakan bahwa remaja memiliki

permasalahan hidup yang sangat kompleks diantaranya permasalahan keluarga,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

18

permasalahan seputar interaksi sosial, dan pada akhirnya terjerumus kedalam perilaku

menyimpang seperti tawuran, narkoba, serta seks bebas. Hal ini disebabkan karena

remaja memiliki kurangnya rasa percaya diri untuk memulai proses interaksi sosial

dalam kehidupan sehari-hari.

Frida (dalam Cakradhita, 2007) menyatakan bahwa perasaan tidak percaya diri

dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, kematangan emosi, pengalaman masa lalu,

dan penerimaan diri. Lebih jelasnya lagi, Goleman (dalam Cakradhita, 2007)

menambahkan bahwa perasaan tidak percaya diri juga disebabkan oleh kurangnya

penanaman nilai-nilai kecerdasan emosional seperti dalam hal pengelolaan emosi.

Emosi yang memainkan peran sentral dalam kehidupan individu, seseorang

diharapkan memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi untuk menjalani hidup

yang efektif. Hal tersebut membenarkan bahwa perilaku kita terus dipengaruhi oleh

tingkat kematangan emosi yang kita miliki. Terutama remaja yang cenderung sangat

emosional dalam menjalin hubungan sosial. Dalam pandangan ini, perlu dilakukan

usaha untuk mengetahui dampak kematangan emosi remaja dan percaya diri (Pastey

dan Aminbavhi, 2006).

Perubahan fisik yang terjadi juga dapat mengakibatkan ketegangan emosi yang

tinggi pada remaja. Perubahan yang terjadi tersebut dapat menimbulkan konflik

sendiri pada diri remaja. Dimana bahaya psikologis utama dari masa transisi ini

berkisar di sekitar kegagalan dalam melaksanakan penyesuaian kearah kematangan,

yang merupakan tugas perkembangan terpenting dalam masa remaja (Hurlock, 1999).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

19

Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa

remaja tidak ”meledakkan” emosinya di harapan orang lain melainkan menunggu

saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara

yang lebih dapat diterima, individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu

sebelum bereaksi secara emosional (Hurlock, 1999).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utami (2008) mengenai

Hubungan Kepercayaan Diri dan Kematangan Emosi Dengan Kompetensi Sosial

Remaja di Pondok Pesantren dengan melibatkan 60 sampel penelitian. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dan

kematangan emosi dengan kompetensi sosial dengan skor r = 0,732 dengan p = 0,000.

Selain itu Utomo (2007) juga melakukan penelitian tentang korelasi antara

Kematangan Emosi dan Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Diri pada remaja awal

di SMK PGRI 3 Kediri terhadap 60 siswa kelas X Jurusan Akuntansi dan Penjualan.

Hasil penelitian ini bahwa ada hubungan antara kematangan emosi dan kepercayaan

diri dengan penyesuaian diri pada remaja awal di SMK PGRI 3 Kediri skor koefisien

determinasi R = 0,464.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 ......dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya

20

2.2.7 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori diatas, hipotesis yang di ajukan

dalam penelitian ini antara lain adalah :

Hi : “Ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kepercayaan

diri pada siswa SMA Kanisius Bhakti Awam Ambarawa”