Top Banner
HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA TUNA DAKSA Leoni Dwi Andini Christiana Hari Soetjiningsih Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
39

Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

Mar 20, 2019

Download

Documents

trinhlien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA

PENDERITA TUNA DAKSA

Leoni Dwi Andini

Christiana Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada
Page 3: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada
Page 4: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA

PENDERITA TUNA DAKSA

Oleh

Leoni Dwi Andini

802008018

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal: 18 Agustus 2015

Oleh:

Pembimbing Utama

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Diketahui oleh,

Kaprogdi

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Disahkan oleh,

Dekan

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

FKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACAN

SALATIGA

2015

Page 5: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Leoni Dwi Andini

Nim : 802008018

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN

DIRI PADA PENDERITA TUNA DAKSA

Yang dibimbing oleh:

1. Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Adalah benar – benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan

orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat

atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sensiri tanpa memberikan

pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga,18 Agustus 2015

Yang memberi pernyataan

Leoni Dwi Andini

Page 6: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan dibawah ini:

Nama : Leoni Dwi Andini

Nim : 802008018

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk diberikan kepada UKSW hal bebas

royalty non-eksklusif (non-exclusive free right) atas karya ilmiah saya berjudul :

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN

DIRI PADA ANAK TUNA DAKSA

Dengan hak bebas royalty-non exclusive ini, UKSW berhak menyimpan mengalih

media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal 18 Agustus 2015

Yang menyatakan,

Leoni Dwi Andini

Mengetahui

Pembimbing Utama

Dr.Chr.Hari.S.MS.

Page 7: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA

PENDERITA TUNA DAKSA

Leoni Dwi Andini

Christiana Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

i

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara penerimaan diri dengan

penyesuaian diri pada anak tuna daksa. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan

positif antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri pada anak tuna daksa. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jumlah responden

sebanyak 30 anak. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan diri

yang berjumlah 36 item, dan skala penyesuaian diri sebanyak 22 item. Berdasarkan hasil analisis

data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,361; p=0,025 (p<0,005), sehingga hipotesis yang diajukan

diterima.

Kata kunci: penyesuaian diri, penerimaan diri, tuna daksa

Page 9: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

ii

ABSTRACT

The purpose of this study was find the relationship between self – acceptance with adjustment

self on disabled children. The hypothesis proposed by the researchers that there is a positive

relationship between self-acceptance with adjustment on disabled children. Other research

method used in this research is quantitative method with respondents as many as 30 children.

Measuring instruments used in this study were self-acceptance scale, amounting to 36 items, and

the scale of adjustment as much as 22 items. Based on the analysis of data obtained correlation

coefficient (r) 0,361; p=0,025 (p<0,005), so the hypothesis is accepted.

Keyword: adjustment, self-acceptance, disabled

Page 10: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

1

PENDAHULUAN

Anak berasal dari kata adolescene yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai

kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa anak ditandai dengan adanya

perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis dan sosial. Tugas-tugas yang harus

dipenuhi oleh anakakan membentuk suatu perubahan dalam diri anak, baik secara fisik maupun

psikologis (Hurlock, 2008). Reaksi anak terhadap perkembangan fisik dipengaruhi oleh

llingkungan dan kepribadiannya, serta interpretasi terhadap lingkungan (Monks, 2010).

Anak pada umumnya memiliki harapan, cita-cita, dan keinginan yang ingin diraih.

Harapan tersebut akan hilang apabila anak mengalami atau menghadapi masalah atau cobaan

yang dapat membuat hidupnya berubah dari kondisi semula. Setiap orang ingin dilahirkan dalam

keadaan yang sempurna dan normal, akan tetapi tidak semua orang mendapatkan kesempurnaan

yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik yang tidak dapat dihindari seperti kecacatan

atau kelainan.

Mereka yang memiliki kecacatan fisik, biasanya disebut tuna daksa. Tuna daksa sendiri

dibagi menjadi 2 kelompok besar oleh Dierektorat Pendidikan Luar Biasa, yaitu kelainan pada

sistem selebral (Celebral system), dan kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal

System). Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada penggolongan anak tuna daksa

yang mengalami kelainan pada anggota tubuh , antara lain: kaki, tangan dan sendi, kemudian

tulang belakang (Mangungsong, 1998). Tuna daksa jenis ini dibagi menjadi dua, yaitu : (1)

poliomylitis biasanya penderita polio mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil

dan tenaganya lemah., dan (2) Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot

yang sifatnya progresif, semakin hari semakin parah.

Page 11: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

2

Pada dasarnya setiap manusia memiliki aspek fisik dan psikis. Aspek fisik pada penderita

Musculus Skeletal system memiliki keterbatasan atau ketidaksempurnaan. Kondisi tersebut

menyebabkan ruang gerak kehidupan penderita Musculus Skeletal system juga akan terbatas.

Menurut Piaget (dalam Somantri, 2006), anak tersebut tidak mampu memperoleh skema baru

dalam berpartisipasi dengan suatu laju perkembangan yang normal. Hal ini menyebabkan

kesenjangan antara anak-anak normal dan anak-anak tuna daksa musculus skeletal system

menjadi lebih jelas dengan bertambahnya besar anak tersebut. Kesenjangan ini akan lebih

Nampak pada masa anak dimana anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan

baik fisik maupun psikis.

Undang-undang Indonesia No. 4 tahun 1997 tentang penyandang Cacat, pasal 1 ayat 1

menjelaskan bahwa penyandang cacat adalah dimana setiap orang memiliki kelaina fisik dan /

atau mental yang dapat menggangu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

melakukan kegiatan secara layak, yang diantar lain : penyandang cacat fisik, penyandang cacat

mental, dan penyandang cacat fisik dan mental (Karyanta) .

Ikraputra (2002) mengungkapakan kata “cacat” secara tidak langsung menunjukkan suatu

diskriminasi yang tanpa disadari telah mempengaruhi sikap masyarakat sehingga timbul

perlakuan yang berbeda terhadap mereka yang cacat.Ketua panitia Hari Penyandang Cacat 2005,

Sakaril mengungkapkan bahwa,penyandang cacat mengahadapi banyak kendala, misalnya ada

diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat, adanya keterbatasan akses untuk fasilitas umum

dan kesempatan bekerja bagi mereka.

Akibat seringnya kendala yang penyandang tuna daksa dihadapi, maka mereka berfikir

bahwa mereka berbeda dengan orang yang normal. Pandangan seperti ini dapat mempengaruhi

pandangan individu tuna daksa tentang keberadaan pada dirinya, sehingga membuat para

Page 12: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

3

penyandang tuna daksa tersebut merasa kurang bisa berfikir positif tentang keberadaannya,

sehingga akan mempengaruhi pula penerimaan diri individu tersebut terhadap keberadaannya.

Keterbatasan yang dimiliki serta anggapan negative dan perlakuan buruk yang diterima

dari masyarakat dapat menjadikan tuna daksa semakin rendah diridan menarik diri dari

lingkungan, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka benar-benar menjadi orang yang tidak

berfungsi secara sosial dan tidak dapat merawat diri sendiri. Hal-hal ini yang pada akhirnya

mempengaruhi penilaian mereka mengenai kualitas hidup yang dimiliki.

Peneliti menjumpai fenomena yang terjadi, adanya gangguan yang dimilki oleh seorang

anak yang mengalami gangguan fisik atau tuna daksa yang tidak diterima oleh orang tua,

keluarga, dan bahkan lingkungan sekitarnya sehingga membuat seorang yang mengalami tuna

daksa ini kurang mampu bahkan tidak mampu menerima dirinya dengan keadaan yang tidak

sempurna.

Menurut hasil wawancara penulis terhadap dua orang ibu yang mempunyai anak tuna

daksa di SLB Wahid Hasyim Bringin, menunjukan bahwa penerimaan diri anak kurang maka

anak tersebut juga mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dirinya dimana dia berada, mereka

merasa kurang percaya diri dengan keadaannya, kurang bisa menerima kritikan dan saran dari

orang lain, dan merasa bahwa dirinya selalu berbeda dengan orang lain.

Manusia dengan latar belakang apapun seharusnya bisa menerima dengan baik apapun

keadaan dirinya, karena apapu yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan bagaimanapun

keadaanya (Khoiri, 2012). Mampu menerima dirinya dengan mampu menerima pujian, kritikan,

dan hidup sebagaimana orang lain maka mereka yang mengalami tuna daksa juga tidak akan

merasa bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.

Page 13: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

4

Menurut salah seorang guru di SLB Wahid Hasyim Bringin, penerimaan diri seseorang

yang mengalami tuna daksa memang masih rendah. Karena kurangnya dukungan dari orang tua,

keluarga, dan lingkungan sekitar, bahkan terkadang mereka memaksakan anaknya untuk tidak

bergaul atau tidak memberikan penjelasan pada anak sehingga anak juga kurang mampu

menerima keadaanya. Ada juga yang orang tuanya merasa mau apabila memiliki anak yang tidak

sempurna seperti dirinya sehingga membuat sang anak hanya bisa terdiam tanpa ingin

menunjukan hal positif yang ada pada dirinya.

Mempunyai kecacatan fisik bila tidak disikapi dengan baik maka akan menimbulkan

kecemasan, kebingungan, bahkan mengalami stress dalam diri seseorang yang mengalami tuna

daksa. Belajar menerima keadaan, dalam hal ini menerima keadaan fisik yang tidak sempurna

seringkali seseorang cenderung melihat suatu peristiwa dari sisi negatife dan jarang sekali orang

melihat dari sisi positif. Ada 2 faktor yang mempengaruhi dalam proses penerimaan diri, yaitu :

(1) faktor keluarga yaitu adanya hubungan yang relative harmonis keluarga dan (2) faktor

lingkungan sosial yaitu didalam lingkungan sosial mengembangkan sikap perhatian, dukungan,

penerimaan, dan sikap empatik pada sesama manusia.

Wardhani(2012) menemukan terdapat hubungan yang sangat tinggi antara penerimaan

diri dengan penyesuaian diri terhadap anak yang mengalami cacat fisik (tuna daksa). Hal ini

menyatakan bahwa anak yang mengalami cacat fisik dapat menerima diri dan dapat

menyesuaiakan diri sehingga dapat perilaku yang matang nantinya akan dapat lebih mudah

menerima keadaannya.

Seseorang akan lebih sulit dalam penerimaan diri dalam menerima keadaanya yang

mengalami kekurangan, misalnya Musculus sceletal system, yaitu kecacatan yang ditunjukan

dengan keterbatatasan fungsi intelektual dan perilaku selama masa perkembangan atau sebelum

Page 14: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

5

usia 18 Tahun. Penerimaan ditandai dengan sikap positif, adanya pengakuan atau penghargaan

terhadap nilai-nilai individu tetapi menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya (Chaplin,

2000).

Penerimaan diri disini dimaksudkan adalah menerima dirinya dengan keterbatasan yang

diberi oleh Tuhan. Biasanya seseorang akan merasa sedih, kecewa, dan marah terhadap kondisi

yang serba terbatas pada dirinya. Ini membuat penerimaan diri pada penderita tuna daksa ini

semakin menjurus ke pemikiran negative pada dirinya sehingga membuat rasa percaya dirinya

berkurang dan akan berpengaruh pada punyesuaian diri untuk mampu bersosialisasi dan

berkomunikasi terhadap duania luar. Orang yang memiliki kecacatan fisik cenderung

mempunyai rasa malu, minder, serta kecemasaan terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya.

Bahkan terkadang seseorang yang mengalami cacat fisik ini enggan untuk bersosialisasi.

Sheerer (Cronbach,1954) mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah sikap untuk

menilai diri sendiri dan keadaanya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya

termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya. Aspek-aspek penerimaan diri

menurut Supratiknya (dalam Rahmawati) dan Sheerer (dalam Cronbach, 1954), meliputi

pembukaan diri, percaya kemampuan diri, kesehatan psikologis, orientasi keluar, bertanggung

jawab, berpendirian, dan menyadari keterbatasan.

Hurlock menyatakan bahwa penerimaan diri adalah suatu kesadaran individu tentang

karakteristik diri dan kemauan untuk hidup dengan keadaan dirinya. Ketika individu dapat

menerima dirinya akan terbentuk sikap yang positif terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan, sehingga individu mampu melihat keadaan yang dialaminya secara rasional,

tidak mudah putus asa atau menghindar dari keadaan yang dialami secara rasional, tidak mudah

Page 15: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

6

putus asa atau menghindar dari keadaan yang tidak menyenangkan tetapi akan mencari jalan

keluar atas permaslahan yang dihadapi.

Penyesuaian diri menurut Schneiders (1964) merupakan satu proses yang mencakup

respon-respon mental dan gtingkah laku,yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi

kebutuhan,ketegangan,konflik,dan frustasi yang dialami didalam dirinya.

Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septian Agung

(2005),menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif yang berarti antara penerimaan diri

dan penyesuaian diri. Adanya penerimaan tersebut mempengaruhi seseorang yang mengalami

tuna daksa untuk menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan luar. Semakin rendah rasa

penerimaan diri makan akan semakin rendah pula rasa untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan luar.

Dan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Renaldhi Ardian Putra juga

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara penerimaan diri dan penyesuaian diri pada

penderita tuna daksa.Dimana saat seseorang tidak ada dukungan untuk dapat memberi pengertian

tentang keadaan dirinya maka seseorang yang mengalami tuna daksa merasa stress dan membuat

penyesuaian dirinya terganggu.

Peneliti mengambil subjek anak yang mengalami cacat fisik atau Ketuna daksaan karena

pada penelitian sebelumnya beberapa peneliti lebih mengarah terhadap anak yang cacat mental,

sehingga peneliti tertarik mengambil dengan subjek lain.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas dalam latar belakang penelitian, maka

perumuan masalah adalah apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri

pada anak yang mengalami tuna daksa.

Page 16: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

7

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang penerimaan diri

dengan penyesuaian diri anak yang mengalami tuna daksa. Diharapkan dapat membantu anak

yang mengalami tuna daksa supaya dapat menerima keadaannya dan dapat menyesuaikan dirinya

agar mampu menyingkirkan pikiran negative tentang keadaannya.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian yaitu “Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri pada

penderita tuna daksa?”

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran ada tidaknya hubungan antara

penerimaan diri dengan penyesuaian diri pada penderita tuna daksa.

Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan

antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri penderita tuna daksa.

Manfaat Praktis

►Bagi pembaca : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan wacana agar lebih

menghargai orang-orang yang berada disekitarnya yang tidak sempurna dan menambah

pengetahuan agar dapat membatu sesamanya yang memilki tubuh yang kurang sempurna agar

dapat menerima dirinya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Page 17: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

8

►Bagi peneliti :Manfaat bagi peneliti selanjutnya, adalah untuk bahan pertimbangan

untuk penelitian selanjutnya agar dapat dikembangkan semakin dalam.

TINJAUAN PUSTAKA

Penerimaan diri

Santrock (2008) menyatakan bahwa penerimaan diri sebagai salah satu kesadaran untuk

menerima diri sendiri dengan apa adanya. Sheerer (Cronbach (1954), dalam Nurul „Azizah)

mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah sikap untuk menilai diri dan keadaannya secara

objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-

kelemahannya.

Penerimaan diri ini bukan berarti seseorang menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa

berusaha mengembangkan diri dengan lebih baik. Individu yang menerima diri berarti individu

tersebut telah mengenali apa dan bagaimana dirinya serta mempunyai motivasi untuk

mengembangkan diri kea rah yang lebih baik lagi untuk menjalani kehidupan (Ridha, 2012).

Penerimaan diri yang positif banyak dipengaruhi oleh rasa bangga terhadap kelebihan-kelebihan

yang dimiliki. Sedangkan penerimaan diri yang negative terjadi jika hanya memikirkan

kekurangan-kekurangannya saja tanpa memikirkan kelebihan atau potensi yang dimilikinya.

Penerimaan diri memegang peranan penting dalam menemukan dan mengarahkan

seluruh perilaku, maka sedapat mungkin individu harus mempunyai penerimaan diri yang positif

( Rakhmat,2001). Salah satu factor keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan ditentukan oleh kesanggupan individu dalam menerima keadaan dirinya sendiri.

Seorang individu dengan penerimaan diri yang baik akan menangkal emosi yang muncul karena

dapat menerima diri dengan apa adanya.

Page 18: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

9

Anak tuna daksa yang memiliki penerimaan diri yang rendah cenderung akan merasa

tidak puas dengan dirinya sendiri, yang disebabkan oleh munculnya pikiran-pikiran negative

terhadap kondisi fisik yang dimiliki anak tuna daksa saat itu. Sebaliknya anak tuna daksa yang

mempunyai penerimaan diri yang tinggi akan lebih mudah memahami realitas yang ada pada

dirinya, yang disebabkan oleh anak tuna daksa dapat menerima kekurangan dan kelebihan serta

mampu memahami dan kemudian mengembangkannya. Anak tuna daksa yang mampu menerima

dirinya dapat membuka diri dan berusaha menjalin hubungan sosial, sebab dengan penerimaan

dirinya atas kelebihan serta kekurangannya anak tuna daksa memiliki kemampuan serta

kemampuan untuk menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya serta menjalin hubungan

antar pribadi.

Anak tuna fisik yang memiliki penerimaan diri yang baik akan memiliki keaktifan yang

akan mendorong anak tuna fisik untuk mudah bergaul dengan orang lain maupun dengan

lingkungannya, serta aktif dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat sehingga

penyesuaian diri pada individu tersebut akan menjadi tinggi.

Jenis variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah selfacceptance (penerimaan

diri) milik Sheerer yang kemudian dimodifikasi oleh Berger. Definisi penerimaan diri menurut

Sheerer yang kemudian dimodifikasi Berger adalah sebagai berikut yaitu yang pertama nilai-nilai

dan standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar, keyakinan dalam menjalani hidup,

bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, mampu menerima kritik dan saran seobjektif

mungkin, tidak menyalahkan diri atas perasaannya terhadap orang lain, menganggap dirinya

sama dengan orang lain, tidak ingin orang lain menolaknya dalam kondisi apapun, tidak

menganggap dirinya berbeda dari orang lain, dan tidak mau atau rendah diri (Denmark, 1973).

Page 19: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

10

Skala penerimaan diri yang telah diadaptasi Berger (dalam Denmark,1973) terdiri dari

9 karakter, yaitu:

1. Nilai-nilai dan standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar

2. Keyakinan dalam menjalani hidup

3. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan

4. Mampu menerima kritik dan saran seobjektif mungkin

5. Tidak menyalahkan diri atas perasaannya terhadap orang lain

6. Menganggap dirinya sama dengan orang lain

7. Tidak ingin orang lain menolaknya dalam kondisi apapun

8. Tidak menganggap dirinya berbeda dari orang lain

9. Tidak mau atau rendah diri.

Penyesuaian diri

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal

adjustment. Schneiders mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang

mencakup respon-respon mental dan tingkah laku,yang merupakan usaha individu agar berhasil

mengatasi kebutuhan,ketegangan,konflik,dan frustasi yang dialami didalam dirinya.

Menurut Patil (2014) penyesuaian diri adalah suatu proses untuk memenuhi kebutuhan

internal dan eksternal individu yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang

mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Lazarus (dalam Gunarsa,

2006) lebih spesifik mengartikan penyesuaian diri sebagai usaha individu dalam memenuhi

tuntutan lingkungan fisik dan sosialnya. Seorang Individu tidak mampu memenuhi maka akan

menimbulkan perasaan tidak tenang dan menimbulkan gangguan keseimbangan, sebaliknya jika

Page 20: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

11

individu tidak mampu memenuhi maka akan menimbulkan perasaan tidak tenang dan

menimbulkan gangguan keseimbangan, sebaliknya jika individu berhasil menyesuaikan diri

sesuai dengan tuntutan lingkungan psikologis maka akan menimbulkan perasaan puas, superior

dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Usaha tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara

tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Schneiders juga mengatakan

bahwa orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya,belajar untuk bereaksi pada

dirinya dan lingkungan dengan cara yang matang,bermanfaat,efisien,dan memuaskan,serta dapat

menyelesaikan konflik,frustasi,maupun kesulitan pribadi dan social tanpa mengalami gangguan

tingkah laku.

Ada beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyesuaikan diri

adalah sebagai berikut :

1.Peer Relation

Factor ini mengacu pada upaya individu untuk menyesuaikan diri dan bekerja sama

dengan orang lain

2.Dependency

Faktor ini mengacu pada upaya kurangnya individu untuk dapat berfikir dan mengerjakan

sendiri tanpa meminta tolong orang lain.

3.Hostility

Faktor ini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk mengendalikan keinginannya

jika tidak terpenuhi.

4.Productivity

Page 21: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

12

Faktor ini mengacu pada kemempuan individu untuk sungguh-sungguh mengerjakan

tugas dan kewajiban yang diberikan.

5.Withdrawal

Faktor ini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk melakukan sesuatu dengan

sigap dan tidak duduk termenung tanpa melakukan sesuatu.

Menurut Schneiders (dalam Desmita,2009) ada 4 aspek kepribadian dalam penyesuaian

diri yang sehat antara lain :

1. Kematangan emosional

2. Kematangan intelektual

3. Kematangan social

4. Tanggung jawab

Menurut uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penyesuaian diri dalam individu

meliputi beberapa sikap pribadi individu seperti adanya penerimaan diri pada dirinya,mempunyai

perasaan atau efeksi yang harmonis dan seimbang,memiliki kepribadian matang dan

terintegrasi,dapat mengendalikan emosi,berpegang teguh pada pendirian,berfikir menggunakan

rasio,punya spontanitas yang bagus dalam mengungkapkan perasaan.

Tuna daksa

Pengertian Anak Tunadaksa Secara etimologis, gambaran seseorang yang

diidentifikasikan mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan

Page 22: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

13

mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebgai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang

salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu

mengalami penurunan.Secara definitif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa)

adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan

oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal,akibat

luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna (Suroyo, 1977). Sehingga untuk kepentingan

pembelajarannya perlu layanan khusus. (Kneedler, 1984) Tunadaksa adalah anak yang

mengalami kelainan atau cacat yan menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa

sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.Jika mereka mengalami gangguan gerakan

karena kelayuhan pada fungsi syaraf otak disebut dengan cerebral palsy (CP).

Penderita Tunadaksa bisa dilihat dari segi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi

fungsi fisik, tunadaksa diarahkan sebagai seseorang yang kesehatannya mengalaami masalah

sehingga menghasilkan kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk

meningkatkan fungsinya diberlakukan program layanan khusus. Istilah kelai knan fisik (physical

disability) sebenarnya tidak digunakan, namun kenyataannya definisi-definisi tersebut digunakan

dalam penerapan IDEA. Istilah yang digunakan dalam undang-undang itu adalah kelainan

ortopedi (orthopedic impairment)dan kelainan kesehatan lain (other health impairment).

Isilah ini didefinisikan sebagai berikut dalam Federal Register kelainan ortopedi

berartisuatu keadaan penurunan fungsi ortopedik yang mempunyai efek merugikan pada prestasi

pembelajaran anak. Istilah ini meliputi gangguan yang disebabkan kelaianan bawaan (misalnya

berkaki pengkar, hilang salah satu anggota tubuh).Kelaianan / gangguan yang disebabkan oleh

penyakit (misalnya poliomyelitis, TBC tulangdll), dan kelainan oleh penyebab lain (misalnya

cerebral palsy, amputasi, patah tulangatau terbakar yang menyebabkan kontraktur).Kelainan

Page 23: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

14

kesehatan lain berarti memiliki keterbatan kesehatan, vitalitas ataukewaspadaan yang disebabkan

oleh masalah - masalah kesehatan yang akut misalnya penyakit jantung, tuberculosis, reumatik,

radang ginjal, keracunan tubuh, leukemia ataudiabetes yang mengaakibatkan merugikan pada

prestasi pendidikan (federalregister, 1990).

Secara umum karakteristik kelainan anak yang dikatagorikan sebagai penyandang

tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi anak tunadaksa ortopedi (orthopedicallyhandicapped)

dan anak tunadaksa syaraf (neurogically handicapped) (Hallahan danKauffman, 1991).

Menyimak keadaan yang nampak pada tunadaksa ortopedi dan tunadaksa syaraf tidak terdapat

perbedaan yang mencolok, sebab secara fisik kedua jenis anak tunadaksamemiliki kesamaan,

terutama pada fungsi analogi anggota tubuh untuk melakukan mobilitas. Namun apabila

dicermati secara seksama sumber ketidakmampuan untuk memanfaatkan fungsi tubuhnya untuk

beraktifitas atau mobilitas akan Nampak perbedaannya. Jenis pengelompokan anak tunadaksa

ada dua katagori cacat tubuh, yaitu cacat tubuh karena penyakit polio dan cacat tubuhkarena

kerusakan otak sehingga mengakibatkan ketidakmampuan gerak (cerebral palsy).Dilihat dari

pergerakan otot -otot penyandang cerebral dikelompokkan menjadilima jenis yaitu spastic,

athetoid, ataxia, termor dan rigid.

1. Spastic.

Anak yang menglami spastic ini menunjukkan kekejangan pada otot - ototnya,yang

disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diammisalnya

waktu tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan

marah atau dalam keadaan tenang.

2. Athetoid

Page 24: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

15

Anak yang mengalami athetoid, tidak mengalami kekejangan atau kekakuan.Otot -

ototnya dapat bergerak dengan mudah, malah sering terjadi gerakan – gerakanyang tidak

terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Hal ini sangat mengganggu

danmerepotkan anak itu sendiri. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir

danmata.

3. Tremor

Anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan - gerakan kecil yang berulang.

Sering dijumpai anak yang salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak.

4. Rigid

Anak cerebral palsy jenis ini mengalami kekakuan otot – otot. Gerakan - gerakannya

sangat lambat dan kasar. Kondisi - kondisi anak seperti itu jelas memberi dampak pada

aktifitas pada hidupnya.

Hubungan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu meleburkan diri dalam lingkungan

yang dihadapinya (Walgito, 2003), definisi lain menurut Schneiders (2008) individu dikatakan

tidak mampu menyesuaikan diri apabila perasaan sedih, rasa kecewa, atau rasa putus asa

berkembang dan mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologi serta psikologinya. Individu menjadi

tidak mampu menggunakan pikiran dan sikap dengan baik, sehingga tidak mampu mengatasi

tekanan-tekanan yang muncul dengan cara yang baik.

Menurut Putra (2014) dalam wawancaranya dengan Psikolog di Balai Besar Rehabilitasi

Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta, menunjukkan bahwa terdapat beberapamasalah

yang ditimbulkan karena hambatan penyesuaian diri misalnya: merasa dikucilkan dalam

pergaulan, tidak aktif dalam kegiatan, kurang inisiatif, prestasi belajar menurun, mengalami

Page 25: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

16

kejenuhan, kurang percaya diri dengan bentuk tubuh, tidak dapat berbicara dalam diskusi, malu

dengan lawan jenis, tidak ada orang yang memperhatikan, sering merasa minder, tidak bahagia,

serta tidak memiliki teman akrab. Kondisi tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa

individu tersebut kurang bisa menerima keadaan cacat tubuh yang dialami.

Penerimaan diri adalah sikap untuk menilai diri dan keadaannya secara objektif,

menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-

kelemahannya.Penyesuaian diri adalah penyesuaian diri merupakan suatu proses mental dan

tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang

berasal dari dalam diri sendiri,yang dapat diterima oleh lingkungannya.

Seseorang yang mampu menerima dirinya dengan baik maka akan meningkat pula rasa

percaya diri dalam diri seseorang,maka dengan rasa mampu menerima dirinya sendiri itu

seseorang yang mengalami tuna daksa selain mampu memunculkan rasa percaya diri juga dapat

menyesuaikan diri untuk menghadapi keadaan sekitarnya. Namun jika seorang tuna daksa

tersebut tidak mampu menerima dirinya sendiri dengan keadaanya maka orang tersebut juga

tidak memiliki rasa kepercayaan diri dan me ngakibatkan tidak mampu menyesuaikan dirinya

untuk menghadapi sekitarnya.

Maka dari itu penerimaan diri akan berhubungan dengan penyesuaian diri pada seseorang

yang menderita tuna daksa.

HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan

signifikan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri pada penderita tuna daksa. Semakin

tinggi penerimaan diri, maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.

Page 26: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

17

METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang digunakan, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerimaan diri, sedangkan

variabel terikat adalah penyesuaian diri.

Definisi Operasional

1. Penerimaan Diri : kemampuann menerima apapun keadaan yang dimilikinya.

2. Penyesuaian Diri : respon-respon mental dan tingkah laku,yang merupakan usaha

individu agar berhasil mengatasi kebutuhan,ketegangan,konflik,dan frustasi yang dialami

didalam dirinya.

Partisipan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang bersekolah di SLB Wahid

Hasyim (SD, SMP, SMA) yang berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini, partisipan yang

digunakan adalah semua anak yang menderita tuna daksa dengan usia sekolah yang bersekolah

di SLB ABCD Wahid Hasyim berjumlah 30 orang, yang semuanya duduk di bangku SD-SMA.

Dikarenakan sekolah tersebut tidak menggolongkan antara tingkat tuna daksa ringan, sedang,

dan berat maka dalam penelitian tidak ada pembagian anak dengan tuna daksa ringan, sedang

dan berat.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan

skala sebagai alat ukur. Populasi dalam penelitian ini adalah murid tuna daksa di Sekolah Luar

Biasa Wahid Hasyim yang berjumlah 50 orang, dengan sampel sebanyak 30 orang. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria: (a) cacat

Page 27: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

18

dengan kekurangan kondisi fisik (tuna daksa); (b) siswa sedang dalam usia wajib belajar 12

tahun (SD, SMP, SMA).

Dikarenakan sekolah tidak menggolongkan antara tingkat tuna daksa ringan, sedang, dan

berat maka dalam penelitian tidak ada pembagian anak dengan tuna daksa ringan, sedang dan

berat.dalam penelitian iniadalah dengan menggunakan teknikanalisis korelasi.

Alat Ukur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat ukur berupa skala penerimaan diri

Sheerer yang diadaptasi Berger (Denmark, 1973), sedangkan skala penyesuaian diri dibuat

sendiri oleh peneliti. Namun didasarkan pada aspek yang diambil dari teori yang dikemukakan

oleh Schneider. Jumlah item yang diuji dalam skala penerimaan diri, peneliti menggunakan skala

Sheerer yang dimodifikasi oleh Berger. Jumlah item dalam skala penerimaan diri sebanyak 36

item dan yang sudah diuji menjadi 19 item dengan daya diskriminasi bergerak antara 0,382-

0,781 dengan alpha cronbach‟s sebesar 0,887. Sedangkan skala penyesuaian diri dari 22 item

menjadi 7 item dengan daya diskriminasi dari 0,332 sampai dengan 0,524. Salah satu contoh

item skala penerimaan diri yang diambil dari item nomor 1 sebagai berikut: jika ada yang

mendukung, saya berani untuk melakukan sesuatu. Sedangkan salah satu contoh item skala

penyesuaian diri yang diambil dari item nomor 1 sebagai berikut : saya tetap tegar walau sering

dihina oleh orang lain atas kekurangan pada diri saya.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4Agustus 2015.Jumlah skala psikologi yang disebar

sebanyak 30 buah skala psikologi yang dibagikan pada penderita tuna daksa.30 responden

merupakan jumlah keseluruhan anak yang menderita tuna daksa yang bersekolah di SLB Wahid

Page 28: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

19

Hasyim, yang berada pada tingkat SD-SMA. Sebelumnya, terlebih dahulu peneliti

memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan peneliti

melakukan penelitian kepada siswa tuna daksa dan meminta partisipasi siswa penderita tuna

daksa tersebut untuk berperan serta dalam penelitian ini dengan mengisi skala yang disebarkan

kepada mereka. Selama pengisian skala, subjek diperkenankan bertanya jika ada materi yang

terdapat di dalam skala dianggap sulit dipahami atau tidak jelas.Selama pengisian skala, peneliti

berada di dalam ruangan untuk memberikan penjelasan jika terdapat persoalan yang tidak

dimengerti subjek.Setelah pengisian skala selesai, skala langsung diberikan kepada peneliti dan

peneliti langsung mengecek skala yang telah diisi subjek.Selama pelaksanaan penelitian, subjek-

subjek dapat bekerjasama dengan baik meskipun ada beberapa subjek yang meminta bantuan

peneliti untuk menjelaskan semua materi di dalam skala psikologi dari awal hingga akhir.Pada

penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai yaitu subjek yang digunakan untuk try out

digunakan sekaligus untuk penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah

menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

Teknik Analisis Data

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan signifikan antara penerimaan

diri dengan penyesuaian diri pada penderita tuna daksa. Analisis data dilakukan dengan bantuan

program bantu computer SPSS 16.0 for windows

Page 29: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

20

Hasil Penelitian

Analisis deskriptif hasil pengukuran penyesuaian diri dan penerimaan diri

Tabel 4.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Penerimaan Diri

No. Interval Kategori Mean N Persentase

1. x ≥ 89 Tinggi

75.20

4 13,33%

2. 62 ≤ x < 89 Sedang 24 80%

3. x < 62 Rendah 2 6,67%

Jumlah 30 100%

SD = 13,84 Min = 44 Max = 110

Keterangan: X = penerimaan diri

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa 4 subjek memiliki skor penerimaan diri

berada pada kategori tinggi dengan persentase 13,33%, 24 subjek memiliki skor penerimaan diri

yang berada pada kategori sedang dengan persentase 80%, dan 2 subjek yang berada pada

kategori rendah dengan persentase 6,67%. Berdasarkan rata-rata sebesar 75.20, dapat dikatakan

bahwa rata-rata penerimaan diri berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek

bergerak dari skor minimum 44 sampai dengan skor maksimum sebesar 110 dengan standard

deviasi 13.84.

Page 30: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

21

Tabel 4.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Penyesuaian Diri

No. Interval Kategori Mean N Persentase

1. x ≥ 63 Tinggi

55.76

3 10%

2. 48 ≤ x < 63 Sedang 25 83.33%

3. x < 48 Rendah 2 6,67%

Jumlah 30 100%

SD = 7.26 Min = 45 Max = 75

Keterangan: X = penyesuaian diri

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa 3 subjek memiliki skor penyesuaian

diri yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 10%, 25 subjek memiliki skor

penyesuaian diri yang berada pada kategori sedang dengan persentase 83.33%, dan 2 subjek

yang berada pada kategori rendah dengan persentase 6,67%. Berdasarkan rata-rata sebesar 55.76,

dapat dikatakan bahwa rata-rata penerimaan diri berada pada kategori sedang. Skor yang

diperoleh subjek bergerak dari skor minimum 45 sampai dengan skor maksimum sebesar 75

dengan standard deviasi 7,26.

Uji Asumsi

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebaran data penelitian variabel

penerimaan diri dan penyesuaian diri mengikuti sebaran distribusi normal atau tidak normal.

Page 31: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

22

Tabel 4.3

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

Kolmogorov-Smirnov Z –

Penerimaan Diri

.415

Asymp. Sig. (2-tailed) .995

Kolmogorov-Smirnov Z –

Penyesuaian Diri

.546

Asymp. Sig. (2-tailed) .927

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas pada variabel penerimaan diri diperoleh nilai

Kolmogorov-Smirnov Z = 0.415; signifikansi = 0.995 (p> 0.05). Sedangkan hasil uji normalitas

pada variabel penyesuaian diri diperoleh nilai Berdasarkan hasil tersebut Kolmogorov-Smirnov

Z = 0.546; signifikansi = 0.927 (p> 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data

variabel penerimaan diri dan variabel penyesuaian diri memenuhi distribusi normal. Berdasarkan

data tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek dapat mewakili populasinya.

Page 32: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

23

Tabel 4.4

Uji Linieritas

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Penerimaan_Diri

Source Type III Sum

of Squares

Df Mean

Square

F Sig.

Corrected

Model

2405.967a 17 141.527 .539 .881

Intercept 146415.002 1 146415.002 557.978 .000

Penyesuaian_di

ri

2405.967 17 141.527 .539 .881

Error 3148.833 12 262.403

Total 175206.000 30

Corrected Total 5554.800 29

a. R Squared = .433 (Adjusted R Squared = -.370)

Berdasarkan data dalam table tersebut dihasilkan nilai Fbeda linieritas = 557.978 dengan

signifikansi (p) = 0.000 (p < 0,000). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel penerimaan diri

mempunyai hubungan yang searah (positif) dengan variabel penyesuaian diri.

Page 33: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

24

Uji Hipotesis

Analisis data untuk uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment dari

Pearson.

Tabel 4.3

Uji Korelasi

Correlations

Penyesuaian_diri Penerimaan_Diri

Penyesuaian_diri

Pearson Correlation 1 .361*

Sig. (1-tailed) .025

N 30 30

Penerimaan_Diri

Pearson Correlation .361* 1

Sig. (1-tailed) .025

N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan tabel tersebut dihasilkan nilai korelasi (r) = 0.361 dengan signifikansi (p) =

0.025 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif

antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri anak tuna daksa di SLB Wahid Hasyim Bringin.

Dengan hasil ini, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, yaitu ada hubungan yang

positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri anak tuna daksa.

Page 34: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

25

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Wardhani(2012) yang

menemukan bahwa terdapat hubungan yang sangat tinggi antara penerimaan diri dengan

penyesuaian diri terhadap anak yang mengalami cacat fisik (tuna daksa). Penelitian yang

dilakukan oleh Agung Septian (2005) juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif

yang berarti antara penerimaan diri dan penyesuaian diri.

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa seorang anak dengan tuna

daksa jika memiliki penerimaan diri yang positif akan menaikkan penyesuaian diri dalam diri

sendiri. Sehingga anak tuna daksa yang memiliki penerimaan diri yang positif akan lebih bisa

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan bisa menerima diri apa adanya, tidak merasa berbeda

dengan anak-anak lainnya.

Hal ini disebabkan oleh anak tuna daksa yang mempunyai penerimaan diri yang baik

akan lebih mudah memahami realitas yang ada pada dirinya, yang disebabkan oleh anak tuna

daksa dapat menerima kekurangan dan kelebihan yang dmilikinya serta mampu

mengembangkannya. Anak tuna daksa seperti ini akan mampu membuka diri terhadap jejaring

sosial, sebab mereka memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial dengan lingkungan

sekitar.

Hubungan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri sesuai dengan pendapat yang

dilakukan oleh Cathoun dan Acocella (dalam Carson, 2006) bahwa penerimaan diri merupakan

asset pribadi yang sangat berharga, oleh karena itu penerimaan diri akan membantu dalam hal

penyesuaian diri sehingga seimbang dan terintegritas. Diperkuat oleh pendapat Sari (2002) yang

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah penerimaan diri,yaitu

individu yang memiliki penerimaan diri yang tinggi akan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi

Page 35: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

26

pula dalam memandang dan memahami keadaan dirinya, sehingga akan menimbulkan perasaan,

memiliki kepercayaan serta rasa aman di dalam diri jika seseorang dapat diterima dalam

lingkungannya. Hal ini menjelaskan apabila anak tuna daksa dapat menerima kenyataan-

kenyataan yang dirasakan pada setiap keaadaan, maka anak tuna daksa tersebut

dapatmemberikan kesempatan pada dirisendiri untuk menyadari sepenuhnyaserta menyadari

pilihan dan tindakanyang diambil, sehingga anaktunadaksa tidak terhambat atau tidak

merasakesulitan dalam hal penyesuaian diri.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa penerimaan diri dengan segala aspek yang

terkandung di dalamnya memang memberikan kontribusi untuk penyesuaian diri pada anak tuna

daksa, meskipun penyesuaian diri anak tuna daksa tidak hanya dipengaruhi oleh variabel

tersebut. Penerimaan diri memberikan kontribusi positif terhadap penyesuaian diri, yang artinya

semakin tinggi penerimaan diri maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri, sebaliknya

semakin rendah penerimaan diri maka akan semakin rendah pula penyesuaian diri. Sehingga hal

tersebut mencerminkan bahwa memiliki penerimaan diri yang tinggi menjadi salah satu hal yang

dapat memunculkan perilaku penyesuaian diri yang tinggi pada anak tuna daksa.

Sesuai yangdikemukakan oleh Sheerer (dalamSambu, 2011) anak tuna daksa yang

mampu menerima diri adalah anak yang bisa mempunyai perasaan sederajat,percaya kemampuan

sendiri,bertanggungjawab, berorientasi keluar,berpendirian, menyadari keterbatasan,dan

menerima sifat kemanusiaan. Perasaan sederajat adalah individu menganggap bahwa dirinya

berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain. Percaya terhadap kemampuan diri

adalah individu yang memiliki kemampuan untuk menghadapi kehidupan terlihat dari sikap

individu yang percaya diri, mengembangkan sikap baiknya dan menghindari sikap buruknya,

serta puas menjadi dirisendiri. Bertanggung jawab adalah individu yang mampu bertanggung

Page 36: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

27

jawab terhadap perilakunya. Orientasi keluar diri adalah individu yang senang dan tidak malu

untuk mengaktualisasikan diri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, koefisien

korelasi antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri dari anak yang menderita tuna daksa di

SLB Wahid Hasyim terdapat hubungan positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan

penyesuaian diri pada anak yang mengalami tuna daksa

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti member saran sebagai

berikut :

1. Bagi anak yang menderita tuna daksa

Diharapkan dapat meningkatkan sikap menerima keadaan dirinya sendIrI bagaimanapun

keadaannya, sebab seseorang yang mampu untuk menerima keadaan dirinya apa adanya

akan mampu pula untuk menyesuaiakan dirinya pada lingkungan

2.Bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan, mencari factor-faktor lain yang

mempengaruhi penyesuaian diri

b. Peneliti yang berikutnya diharapkan untuk lebih spesifik dalam memilih subjek anak

tuna daksa

Page 37: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

28

DAFTAR PUSTAKA

Machdan, D. M., dkk (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasaan menghadapi

dunia kerja pada tunadaksa di UPT rehabilitasu sosial cacat tubuh pasuruan.Jurnal

Psikologi Universitas Gunadarma

Putri, G. G., dkk (2013). Perbedaan self-acceptance (penerimaan diri) pada anak panti asuhan

Ani, N. S.(2014). Dinamika penyesuaian diri penyadnag disabilitas ditempat kerja.Jurnal

Komunikasi Dakwah Universitas Islam Negeri Kartasura

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak (vol 11). Jakarta : Erlangga

Sarwono, S. (2003). Psikologi kepribadian. Jakarta : UMM Persada

Wibowo, M. A. (n.d). penerimaan diri pada individu yang mengalami prekognisi. Jakarta:

Universitas Gunadarma

Hendriati, A. (1990). Psikologi perkembangan. Jakarta : Adita

Renaldhi, A. P. (2014). Hubungan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri pada tuna

daksa. Jurnal Psikologi Muhamadiyah

Dahlia, N. P. S (2012). Hubungan antara bodu image dan self-esteem pada dewasa awal tuna

daksa. Jurnal ilmiah mahasiswa universitas Surabaya I(1)

Denmark, K. L. (1973). Self-Acceptance and Leader Effectiveness. Journal Extensions. Texas

A&M University

Arif K., N. (n.d). Self-esteem pada penyandang tuna daksa. Surakarta: ProgramStudiPsikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Armatas, V. (2009). Mental retardation: definitions, etiology, epidemiology

anddiagnosis.Journal of Sport and Health Research. 1(2):112-122

Arikunto S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, edisi revisi IV.

Jakarta:PTRineka Cipta

Azwar, S. (1997).Metode penelitian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2012).Penyusunan skala psikologi, Edisi Kedua.Yogyakarta : PustakaPelajar

Azwar, S. (2012).Reliabilitas dan validitas, Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cozby, Paul C. (2009). Methods in behavioral research, Edisi 9. Yogyakarta: PustakaPelajar

Page 38: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

29

Cutrona, C. E., & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationship andAdaptation to

stress.Advances in personal relationship, 1(37-67)

Denmark, Kenneth L. (1973). “Self-Acceptance and Leader Effectiveness”. Journal Extensions.

Texas A & M University

Fausiah, Fitri., Widury, Julianti. (2005). Psikologi abnormal : klinis dewasa. Jakarta:UI-Press

Handayani, M.M., dkk. (1998). Efektifitas pelatihan pengenalan diri terhadappeningkatan

penerimaan diri dan harga diri. Jurnal psikologi, No. 2, hal 47-55

Hendriani, W., dkk. (2006). Penerimaan keluarga terhadap individu yang

mengalamiketerbelakanganmental. INSAN, 8(2)

Hendrianti, A. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengankonsep diri

dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjangrentang kehidupan,

edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentangkehidupan.

In R. M. Sijabat (Ed.). Jakarta: Erlangga.

Kartono, K. (1990). Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung: MandarMaju

Machdan, D. M., dkk. (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasanmenghadapi

dunia kerja pada tunadaksa di UPT rehabilitasi sosial cacat tubuhPasuruan. Jurnal

psikologi klinis dan kesehatan mental, 1(2)

Moningsih, Indah. (n.d). Penerimaan orangtua pada anak mental retardation. Skripsi(tidak

diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadarma

Notosoedirdjo, M. dan Latipun. (2001). Kesehatan mental :konsep dan penerapan,

EdisiKetiga.Malang : UMM Press

Putri, Getrudis G., dkk. (2013). Perbedaan self-acceptance (penerimaan diri) pada anakpanti

asuhan ditinjau dari segi usia

Rachmayanti, S., Anita Z. (n.d). Penerimaan diri orangtua terhadap anak autism danperanannya

dalam terapi autism. Jakarta: Fakultas Psikologi UniversitasGunadarma

Rahmawati, N. A., dkk. (n.d). Hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosialdengan stres

pada ibu yang memiliki anak autis di SLB Autis di Surakarta.Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Suryabrata, S. (2000).Pengembangan alat ukur psikologis, edisi pertama. Yogyakarta:ANDI

Page 39: Hubungan Penerimaan Diri dengan Penyesuaian diri pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9323/2/T1_802008018_Full... · Kelainan pada sistem otot dan rangka didasarkan pada

30

Suryabrata, S. (2005).Pengembangan alat ukur psikologis, edisi 3. Yogyakarta: ANDI

Wardhani, Mira K., dkk. (2012). Hubungan antara “personal adjustment” denganpenerimaan

terhadap anak berkebutuhan khusus pada ibu yang memiliki anakberkebutuhan khusus di

rsud x. Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, danHumaniora. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Islam Bandung

Wibowo, M. A. (n.d). Penerimaan diri pada individu yang mengalami prekognisi.

Jakarta:Universitas Gunadarma