BAB IIISI
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan memepengaruhi individu
dalam berhbungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen,
1995).
Burns (1993) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa
yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri
kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Konsep diriadalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan
lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu
(Mulyana, 2000:7).
Konsep diriberkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman
dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang
berarti bagi individu lansia/lingkungan dan dapat beraktualissasi,
sehingga individu lansia menyadari potensi dirinya. Gangguan konsep
diri pada lansia adalah suatu kondisi dimana individu lansia
mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan
dirinya sendiri yang negatif.B. RENTANG RESPONS KONSEP DIRI
1. Aktualisasi diriadalah pernyataan diri tentang konsep diri
yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
2. Konsep diri positifapabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari halhal positif
maupun yang negatif dari dirinya
3. Harga diri rendahadalah individu cenderung untuk menilai
dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
4. Identitas kacauadalah kegagalan individu mengintegrasikan
aspekaspek identitas masa kanakkanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasiadalah perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.C.
MACAM-MACAM KONSEP DIRI LANSIA
1. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah pandangan individu terhadap tubuhnya baik
dalam hal bentuk, ukuran, fungsi, dan potensi yang dimiliki (Stuart
& Laraia, 2001). Gambaran diri atau citra tubuh adalah sikap
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu (Stuart and Sundeen , 1991).Gambaran diri (Body Image)
berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan
yang realistis terhadap dirinya manerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas
dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).Citra tubuh juga
dipengaruhi oleh persepsi orang lain terhadap tubuh individu.
Seiring dengan pertambahan usia dan proses penuaan, lansia
mengalami perubahan bentuk tubuh, penurunan fungsi tubuh, dan
adanya penyakit yang diderita. Hal tersebut merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri pada lansia. Pada
lansia, terjadi perubahan biologis seperti kulit tipis, keriput,
kering, adanya uban, gigi keropos, penglihatan dan pendengaran
berkurang, mudah merasa lelah dan lamban, terjadinya osteoporosis
akibat penurunan kadar kalsium, kifosis, atrofi otot, menopouse,
dan perburukan penyakit akibat gaya hidup seperti jantung,
diabetes, dan hipertensi. Selain itu, terjadi pula perubahan
kemampuan kognitif seperti mudah lupa karena ingatan tidak
berfungsi dengan baik, kesulitan menerima hal baru, disorientasi
umum, tempat, dan waktu terutama pada lansia yang memiliki penyakit
dimensia dan alzheimer. Namun, umumnya lansia akan melakukan
penyesuaian agar dapat siap menerima masa usia lanjutnya tetapi
terkadang proses penyesuaian cenderung negatif sehingga hal
tersebut menjadi ancaman terhadap citra tubuhnya sehingga mereka
mengalami penurunan kepercayaan diri dan menuju pada harga diri
rendah yang berhubungan dengan gangguan konsep dirinya. (Delaune
& Ladner, 2002)2. Harga Diri
Harga diri adalah penilian individu terhadap pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa berharga dirinya berdasarkan perilaku
dan ideal diri yang dimiliki (Stuart & Laraia, 2001). Harga
diri bersifat positif apabila seseorang merasa mampu, berguna, dan
kompeten. Harga diri yang negatif apabila seseorang memiliki
penilaian negatif terhadap dirinya seperti tidak mampu, gagal, dan
tidak ada kepercayaan diri (Rosenberg 1965; Potter dan Perry,
2010). Namun, pada lansia biasanya mereka mengalami penurunan harga
diri dari saat dewasa akibat perubahan fungsi biologis dan
psikososial. Sehingga, beberapa faktor seperti adanya penyakit,
ketergantungan, dan respon lingkungan dapat mempengaruhi harga diri
lansia. Penyakit kronis seperti diabetes, jantung, dan stroke
terkadang membuat lansia merasa tidak mampu dan tidak berdaya untuk
melakukan aktivitas bahkan terkadang kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya secara mandiri sehingga perlu dibantu secara
parsial bahakan total. Hal ini menimbulkan penurunan harga diri dan
nilai diri akibat ketidakberdayaan dan ketergantungan yang tinggi.
Sehingga, lansia perlu didorong untuk dapat mandiri melakukan
aktivitas jika memungkingkan seperti makan, mandi, berdandan,
berpakaian, penggunaan toilet, mobilisasi sesuai dengan
kapasitasnya agar dapat meningkatkan rasa berharga dan otonomi bagi
dirinya. Selain itu, respon lingkungan yang tidak diharapkan
seperti berkurangnya interaksi sosial terhadap keluarga, tetangga,
dll dan merasa dijauhi akibat penurunan daya ingat, perasaan,
kecerdasan, dan motivasi dapat menurunkan harga diri lansia dan
dapat berujung pada stress depresi.3. Ideal Diri
Ideal diri merupakan persepsi seseorang tentang bagaimana ia
berperilaku berdasarkan standar, nilai dan norma, serta tujuan yang
ingin dicapai (Stuart & Laraia, 2001). Ideal diri sangat
berkaitan dengan harga diri. Lansia yang memiliki konsep diri yang
mendekati ideal dirinya akan memiliki harga diri yang tinggi dan
sebaliknya. Ideal diri yang dimiliki saat lansia berbeda dengan
saat dewasa. Lansia mulai mengerti bahwa potensi yang dimilikinya
sudah terbatas akibat penuaan, kemunduran fisik maupun psikologis
sehingga tidak banyak tujuan dan keinginan yang tinggi. Hal
tersebut mempengaruhi ideal diri seorang lansia. Saat dewasa,
mereka masih produktif dan masih dapat menghasilkan uang dengan
bekerja, namun saat lansia, mereka mulai beradaptasi dan menerima
untuk tidak bekerja namun beralih menemukan cara untuk
mempertahankan kualitas hidup hingga end of life misalnya dengan
tetap bersosialisasi dengan lingkungan, mengikuti kegiatan rekreasi
yang bermanfaat, melakukan hobi, meningkatkan hubungan dengan
keluarga, serta meningkatkan spiritualitas. Melalui ideal diri yang
realistis dapat meningkatkan harga diri seseorang4. Identitas
Diri
Identitas diri adalah kesadaran atas keunikan diri berdasarkan
penilaian dan observasi diri (Potter dan Perry, 2010). Pada lansia,
identitas diri dipengaruhi oleh faktor nilai dan budaya. Melalui
hubungan sosial, keluarga, dan pengalaman budaya lansia dapat
mengenal identitasnya dengan berbagi pengalaman dengan teman
sekelompoknya. Namun terkadang, gangguan persepsi sensori akibat
penyakit seperti dimensia dapat mempengaruhi identitas diri
seseorang dimana lansia dimensia terkadang lupa dan sulit untuk
mengingat sesuatu bahkan tentang dirinya dan lingkungannya,
mengalami gangguan penilaian, perubahan kepribadian, gangguan
persepsi, dan komunikasi sehingga dapat mempengaruhi konsep
dirinya. 5. Penampilan Peran
Penampilan peran adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi
individu dalam lingkungan sosial (Craven & Hirnle, 2000).
Seiring dengan perjalanan usia terjadi perubahan peran yang dialami
seorang lansia atau adanya transisi peran. Contohnya, lansia akan
menarik diri dari peran sebelumnya dan berganti ke aktivitas yang
lebih introspektif dan fokus pada diri. Misalnya peran sebagai
pekerja menjadi pensiun, berkurangnya peran dalam keluarga saat
anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan
memulai kehidupan yang baru bersama keluarga yang baru, kehilangan
peran sebagai duda/janda karena ditinggal wafat oleh pasangan
hidup. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi yang baik terhadap
transisi peran yang terjadi agar tidak mengganggu konsep diri dan
menimbulkan masalah psikososial.
D. CIRI-CIRI KONSEP DIRI YANG POSITIF1. Ciri-ciri konsep diri
yang positif
a. Mempunyai penerimaan diri yang baik.
b. Mengenal dirinya sendiri dengan baik.
c. Dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang nyata tentang
dirinya.
d. Mampu menghargai dirinya sendiri.
e. Mampu menerima dan memberikan pujian secara wajar.
f. Mau memperbaiki diri kearah yang lebih baik.
g. Mampu menempatkan diri di dalam lingkungan.
2. Ciri-ciri konsep diri yang negatif
a. Peka terhadap kritik.
b. Responsif terhadap pujian.
c. Hiperkritis; individu selalu mengeluh, mencela dan meremehkan
apapun dan siapapun.
d. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain.
e. Pesimis terhadap kompetisi (dalam kehidupan).
f. Tidak dapat menerima kekurangan dirinya.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
1. Penampilan diri2. Hubungan keluarga; sikap keluarga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri individu. Dukungan
dan kritikan menjadi masukan berharga dalam penilaian individu
terhadap dirinya.
3. Kreatifitas; kreatifitas dan kemampuan dalam menyelesaikan
tugas- tugas dapat menambah rasa percaya diri
4. Lingkungan
5. Reaksi orang lain terhadap dirinya
6. Usia
7. Jenis kelamin; sumber konsep diri laki-laki dari keberhasilan
pekerjaan, sedangkan sumber konsep diri perempuan dari keberhasilan
dalam menunjukkan citra kewanitaannya.F. GANGGUAN KONSEP DIRI1.
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh
pada lansia yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk,
struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh. Pada lansia perubahan citra tubuh pasti akan terjadi.
Perubahan-perubahan tersebut merupakan stressor bagi tiap
orang.
Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh.
Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
Keterbatasan gerak, makan dan melakukan kegiatan. Makna dan objek
yang sering kontak, penampilan dan berubah.
Tanda dan gejala gangguan citra diri :
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan
terjadic. Menolak penjelasan perubahan tubuhd. Persepsi negatif
pada tubuhe. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilangf.
Mengungkapkan keputusasaang. Mengungkapkan ketakutan2. Gangguan
Harga Diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri yang disebut sebagai
harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya
harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi.
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pengukuran
pubis, pemasangan kateter pemeriksaan perincal)
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.3) Perlakuan petugas
kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.b.
Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat klien lansia mempunyai cara berpikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Tanda dan gejala yang dapat dikaji:
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
akibat tindakan terhadap penyakit.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahgunakan/mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak
mampu saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.4) Gangguan hubungan
sosial, seperti menarik diri. Klien lansia tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.5) Percaya diri kurang. Klien
lansia sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang
rendah disertai harapan yang suram mungkin klien lansia ingin
mengakhiri kehidupan.3. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar
dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas
dan cenderung menuntut. pada lansia sering terjadi gangguan ideal
diri karena lansia merasa ideal dirinya sukar dicapai karena
keterbatasan yang dialami pada lansia dan selalu menuntut ideal
dirinya.Tanda dan gejala yang dapat dikaji:a. Mengungkapkan
keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa
menggendong cucu saya lagi karena sendi saya sakit.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya
pasti bisa sembuh pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelah
sehat saya akan jalan-jalan, padahal penyakitnya membatasi gerak
dia.
4. Gangguan Peran
Gangguan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus
hubungan kerja. Pada lansia yang mengalami gangguan peran ia merasa
gagal karena ditinggal anaknya setelah menikah. Perannya sebagai
orang tua dianggapnya gagal ia merasa anaknya tidak mau mengurus
orangtuanya dan merasa anaknya menjauh darinya, hilangnya peran
sebagai pekerja, perubahan peran karena penyakit.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji:a. Mengingkari
ketidakmampuan menjalankan peran
b. Ketidakpuasan peranc. Kegagalan menjalankan peran yang barud.
Ketegangan menjalankan peran yang baru
e. Kurang tanggung jawab
f. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa5. Gangguan Identitas
DiriGangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang
diri sendiri. Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. Lansia juga dapat
mengalami gangguan identitas karena biasanya pada lansia sulit
untuk mengambil keputusan sendiri dan ragu dalam mengambil
keputusan sehingga biasanya keputusan diserahkan pada anaknya.Tanda
dan gejala yang dapat di kaji:a. Tidak ada percaya diri
b. Sukar mengambil keputusan
c. Ketergantungan
d. Masalah dalam hubungan interpersonal
e. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan
f. Projeksi (menyalahkan orang lain).
F. Faktor Resiko Penyimpangan Konsep Diri1. Personal Identity
Disturbancea. Perubahan perkembangan
b. Trauma
c. Ketidaksesuaian Gender
d. Ketidaksesuaian kebudayaan
2.Body Image Disturbance
a. Kehilangan salah satu fungsi tubuh
b. Kecacatan
c. Perubahan perkembangan
3.Self Esteem Dusturbance
a. Hubungan interpersonal yang tidak sehat
b. Gagal mencapai perkembangan yang penting
c. Gagal mencpaai tujuan hidup
d. Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentue. Perasaan tidak
berdayaf. Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentug. Perasaan
tidak berdaya4.Altered Role Peformance
a. Kehilangan nilai peranb. Dua harapan peranc. Konflik perand.
Ketidakmampuan menemukan peran yang diinginkanG. Asuhan Keperawatan
Gangguan Konsep Diri pada Lansia
Pengkajian
1.Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang
objektif dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam
pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah,
keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
b. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.c. Faktor yang
mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur
sosial.2. Stresor Pencetus
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga
jenis transisi peran :
1) Transisi peran perkembangan
2) Transisi peran situasi3) Transisi peran sehat
/sakit3.Sumber-sumber koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping,
meliputi :
a. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
b. Hobby dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawan diri
e. Pekerjaan atau posisi
f. Bakat Tertentu
g. Kecerdasan
h. Imajinasi dan creativitas
i. Hubungan interpersonal
4. Mekanisme Doping
a. Pertahanan koping dalam jangka pendek
b. Pertahanan koping jangka panjang
c. Mekanisme pertahanan ego
d. Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka
orang tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor
yang dikaji :
1. Identitas
Dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain :
Karakteristik dan kekuatan
2. Body Image
Dapatkah anda mejelaskan keadaan tubuh anda kepada saya
Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda
Apakah ada bagian dari tubuh anda, yang ingin anda rubah3. Self
esteemDapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas
Ingin jadi siapakh anda
Siapa dan apa yang menjadi harapan anda
Apakah harapan itu realistis ?
Siginifikan : Apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai
dan tidak dihargai ?
Siapakah yang paling penting bagi anda
Competence : Apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam
mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup anda ?
Virtue : Pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan
hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang dianut.
Power : Pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang
terjadi dalam hidup anda. Apa yang kamu rasakan
4. Role Performance
Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan
segala sesutu sesuai peran anda ? Apakah peran saat ini membuat
anda puas Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan adanya isolasi sosial
berupa menarik diri dari lingkungan.
4. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri
rendah.
1. IntervensiMekanisme Kopinga. Jangka Pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan, nonton TV
2) Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara: kompetisi
olahraga
4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara:
(penyalahgunaan obat-obatan)
b. Jangka Panjang :
1) Menutup identitas: terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,
aspirasi atau potensi diri sendiri
2) Identitas negatif: Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat
2. Implementasi
1) Diagnosa keperawatan : perubahan penampilan peran berhubungan
dengan harga diri rendah.Tujuan umum:Klien dapat menunjukkan peran
sesuai dengan tanggungjawabnya.Tujuan khusus:a. Klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat
b. Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.c. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.d. Klien
dapt menetapkan (merncankan) kegiatan sesuai yang dimilkie. Klien
melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuanf.
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan1. Bina hubungan saling percaya.a. Salam
terapeutikb.Perkenalkan diric. Jelaskan tujuan interaksid. Ciptakan
lingkungan yang tenang.e. Buat kontrak yang jelas (apa yang
dilakukan /bicarakan, waktu)
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan (apa yang
dilakukan/bicarakan, waktu)a. Sediakan waktu untuk mengungkapakan
tentang penyakit yang dideritab. Katakana pada klien bertambah satu
orang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.c. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimilki pasien. Dapat dimulai bagian tubuh yang masih berfungsi
dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif
(keluarga lingkungan) dimilki klien. Jika klien tidak mampu
mengidentifikasi maka dinilai oleh perawat memberi reinforcement
terhadap aspek poasitif klien.d. Setiap bertemu klien, hindarkan
memberi penilain negative.utamakan memberikan pujian realistis.e.
Diskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selamam sakit. Misalnya: penampilan klien dalam self care latihan
dan ambulasi serta aspek asuhan terkait denga gangguan fisik yang
dialami oleh klien.f. Diskusikan pada kemampuan yang dapat
dilanjutkan pengguanannya setelah pulang sesuai dengan kondisi
pasien.g. Rencanakan bersama oleh aktifitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan bantuan
sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.h. Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan toleransi klien.i. Berikan pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien harga diri
rendah.j. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Hasil yang diharapkana. Klien menungkapkan perasaanya terhadap
penyakit yang diderita.b. Klien menyebutkan aspek dan kemampuan
dirinya (fisik, intelektual, system pendukung)c. Klien berperan
serta dalam perawtrn dirinya.
d. Percaya diri klien dengan mentpkan keinnginan atau tujuan
yang realistis.
2) Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuhTujuan umum:Klien menunjukkan
peningkatan harga diri.Tujuan khusus:a. Klien dapat menigkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya.b. Klien mengidentifikasi
perubahan citra tubuh.Klien dapat menilai kemampuan dan aspek
positif yang dimilki.c. Klien dapat menerima realita perubahan
struktur, bebntuk atau fungsi tubuh.d. Klien dapat menyusun
cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.e. Klien dapat
melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
Tindakan keperawatan1. Bina hubungan perawat yang terapeutik1)
Salam terapeutik2) Komunikasi terbuka, jujur dan empati3) Sediakan
waktu untuk mendengarkan klien. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan klien terhadap perubahan tubuh.4) Lakukan kontrak untuk
program arahan keperawatan/pendapatan kesehatan, dukungan dan
konseling.2. Diskusikan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh3.
Observasi ekpresi klien pada saat berbicara.4. Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yamng dimilki (tubuh, intelektual, keluarga) oleh
klien diluar perubahan yang terjadi.5. Beri pujian terhadap aspek
yang positif dan kemampuan yang masih dimilki klien.6. Dorong klien
untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap.7. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan
masalah gangguan citra tubuh.8. Tingkatkan dukungan keluarga
terutama pasangan.9. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet)
sebagai sumber informasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh.10. Dorong klien
memilih cara yang sesuai bagi klien.11. Bantu klien melakukan cara
yang dipilih12. Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh.
Misalnya protesa untuk bagian tubuh bertemu tongkat.13. Rehabilitas
bertahap bagi klienHasil yang harapkan1. Klien dapat menerapkan
perubahan2. Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang
terjadi.3. Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan
digunakan.Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah untukmenentukan efektivitas asuhan keperawatan
untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap prosedur
kesehatan yang telah diberikan ( Nursalam; 2009). Pernyataan
evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh
intervensi yang direncanakan pada status kesehatan
klien.Langkah-langkah evaluasi adalah:a) Menentukan kriteria,
standar dan pertanyaan evaluasi
b) Mengumpulkan data baru tentang klien
c) Menafsirkan data baru
d) Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
e) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
f) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
BAB III
PENUTUPA. KesimpulanGangguan konsep diri merupakan
kertidamampuan diri sendiri untuk mengetahui dirinya sendiri
mengenai ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang dapat
mempengaruhi hubungan individu dengan dirinya sendiri dan dengan
orang lain. Gangguan konsep diri terjadi karena penanaman konsep
diri yang negatif pada individu dan dapat juga dipengaruhi oleh
kondisi serta usia seseorang. Seseorang yang mengalami gangguan
konsep diri pada usia muda disebabkan karena konsep dirinya yang
negatif sehingga menyebabkan seseorang dikatakan gangguan jiwa.
Gangguan konsep diri juga dapat terjadi pada lansia karena
faktor usia serta proses penuaan yang terjadi. Pada lansia hampir
semua konsep dirinya mengalami gangguan, dari fisik sudah mulai
berubah yang awalnya kulitnya mulus kini menjadi keriput, merasa
sudah tidak dapat mengambil keputusan sendiri sehingga butuh
bantuan anaknya, mulai kehilangan identitas dirinya karena
mengalami pensiun. Kurangnya kesadaran akan proses menua akan lebih
mamperburuk lansia dengan gangguan konsep diri.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia, penting bagi
perawat untuk terlebih dahulu membina hubungn saling percaya
sehingga dapat memudahkan perawat untuk melakukan pengkajian
sehingga data yang diperoleh menjadi lengkap. DAFTAR PUSTAKA1.
Craven, R. F & Hirnle, C.J. (2000). Fundamental of Nursing :
Human Health and Function. 3rd Ed. Philadelphia : Lipincott.
2. Delaune, S.C & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of
Nursing: Standard & Practice. 2nd Ed. USA : Delmar Thomson
Learning.3. Potter and Perry. (2010). Fundamental of Nursing. 7th
Ed. Elsevier : Singapore
4. Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2001). Principles and
Practice of Psychiatric Nursing. 8th Ed. St.Louies, Missouri :
Elsevier Mosby.