Top Banner
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, ini serina terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 1991). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah: sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah: dimana seseorang mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar. B. Jenis jenis halusinasi Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi : 1. Halusinasi pendengaran (Akustik) Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-paling suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata- kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan percakapan lengkap antara
33

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files//disk1/103/jtptunimus-gdl-attinining-5120-2... · KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap

Oct 19, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 6

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

    adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar

    suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya,

    ini serina terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 1991).

    Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien

    mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca

    indra tanpa adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah:

    sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang

    benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin

    sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004).

    Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah: dimana seseorang

    mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar.

    B. Jenis jenis halusinasi

    Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi :

    1. Halusinasi pendengaran (Akustik)

    Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-paling

    suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-

    kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan percakapan lengkap antara

  • 7

    dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran

    yang mendengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh

    untuk melakukan sesuatu kadang-kadang membahayakan.

    2. Halusinasi penglihatan (visual)

    Karakteristik: Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar

    geometri, gambar kartoon, bayangan yang rumit/kompleks, bayangan bisa

    menyenangkan atau menakutkan seperti milihat monster.

    3. Halusinasi penghidu

    Karaktristik: Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau

    feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi

    penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang/dimensi.

    4. Halusinasi pendengaran

    Karakteristik: Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau

    feses.

    5. Halusinasi perabaan

    Karakteristik: Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa

    stimulus yang jelas rasa kesetrum listrik yang datang dari tanah, benda

    mati atau orang lain

    6. Halusinasi canesthetic

    Karakteristik: Merasakan fungsi tubuh seperti:aliran darah divena

    atau diarteri, perencanaan makanan atau pembentukan urine.

    7. Halusinasi klinesthetic

    Karakteristik: Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berhenti

  • 8

    C. Fase-Fase halusinasi

    1. Fase comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)

    Klien mengalami ansietas sedang dan halusinasi yang

    menyenangkan. klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,

    kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran

    yang menyenangkan, untuk meredakan ansietas. Individu mengalami

    bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran.

    Perilaku klien: Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata

    yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang

    asyik.

    2. Fase Condemning (ansietas berat halusinasi memberatkan)

    Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai

    lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya

    dengan sumber yang di persiapkan. Klien mungkin mengalami

    dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain

    psikotik ringan.

    Perilaku klien: Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom

    akibat ansietas seperti penigkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan

    darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori

    dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.

    3. Controling (ansietas berat pengalaman sensori menjadi berkuasa)

    Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

    menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien

  • 9

    mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti

    psikotik.

    Perilaku klien: Kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan lebih

    diikuti kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian

    hanya beberapa detik atau menit adanya tanda-tanda fisik. Ansietas berat:

    berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi peraturan.

    4. Conquering panik (umumnya menjadi lebur dalam halusinasi)

    Pengalaman sensori jadi mengancam jika klien mengikuti perintah

    halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada

    intervensi terapeutik psikotik berat.

    Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat

    suicida/nomicide aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti

    perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia tidak mampu

    berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak mampu berespons lebih

    dari 1 orang (Stuart dan Laraia, 2001).

    D. Rentang Respons Neurobiologis

    Respon perilaku klien dapat diidentifikasikan sepanjang rentang

    respons yang berhubungan dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat

    diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam tabel

    berikut:

  • 10

    Gambar 2.1 Rentang Respon halusinasi(Stuart dan Laraia,2005)

    Gejala psikosis dikelompokkan menjadi 5 katagori utama fungsi otak:

    kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi yang saling berhungan,

    perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada

    semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan

    keputusan dan isi pikir (waham dan pola pikir primitif). persepsi mengacu

    pada identifikasi dan interprestasi awal dari situasi stimulus berdasarkan

    informasi yang diterima melalui pancaindra. Perilaku berhubungan dengan

    masalah-masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi (Stuart,

    2002).

    Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara

    berlebihan (hiperekspresi) atau kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang

    sesuai. Individu yang mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang

    Respons adaptif.

    1. Pikiran logis

    2. persepsi akurat

    3. Emosi koasiaten

    pengalama

    4. Perilaku sesuai

    5. Hubungan sosial

    1. Pikiran kadang-

    kadang

    Menyimpang

    2. Ilusi

    3. Reaksi emosional

    ber lebihan/kurang

    4. Perilaku ganjil

    (tidak lazim)

    5. Menarik diri

    Respon maladaptife

    1. Gangguan

    pikiran/waham

    2. Haluasi

    3. Kesulitan untuk

    memproses

    emosi

    4. Ketidakteraturan

    5. Isolasi sosial

  • 11

    berhubungan dengan hipoekspresi diantaranya : tidak enak dipandang,

    membingungkan, sulit diatasi dan sulit di pahami oleh orang lain.

    Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata

    abnormal, menyeringai, langkah yang tidak normal, apraksia dan ekoprasia.

    Perubahan perilaku meliputi agresi/agitasi, perilaku stereotip, impulsif dan

    afolisi. Perilaku yang berhubungan dengan sosialisasi diantaranya menarik

    diri, harga diri rendah, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi dan perubahan

    kualitas hidup (Stuart, 2002).

    E. Etiologi

    1. Faktor Predisposisi

    Menurut Stuart dan Sundeen (1991) faktor predisposisi meliputi:

    a. Biologis

    Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis yang

    maladaptif yang baru mulai dipahami termasuk hal-hal berikut:

    Penelitian pencitraan otak yang sudah mulai menunjukkan

    keterlibatan otak yang luas dalam perkembangan skizofrenia.

    Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. hasil penelitian

    sangat menunjukkan hal-hal berikut ini:

    Dopamine neurotransmitter yang berlebihan.

    Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain.

  • 12

    Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamine keluarga

    dengan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah

    mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi pada skizofrenia.

    b. Psikologis.

    Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologi yang

    maladaptif belum didukung oleh penelitian, sayangnya teori psikologi

    terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini.

    Sehingga menimnulkan kurangnya rasa percaya diri keluarga terhadap

    kesehatan jiwa profesional.

    c. Sosial Budaya.

    Perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat

    berarti serta perilaku mengasumsi penyebab depresi terletak pada

    kurangnya keinginan positip dalam interaksi dengan lingkungan.

    d. Organik.

    Gangguan orientasi realitas muncul kelainan organik yang bisa

    disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal

    serta gangguan metabolik masuk didalamnya.

    2. Faktor Presipitasi.

    Menurut Stuart dan Sudden (1991) faktor presipitasi halusinasi adalah

    sebagai berikut:

    a. Biologis.

    Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurologis yang

    maladaptif termasuk.

  • 13

    1) Gangguan dalam peraturan umpan balik otak yang mengatur proses

    informasi.

    2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

    mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi

    rangsangan.

    b. Stres lingkungan.

    Secara biologis menerapkan ambang terhadap toleransi stres yang

    berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya

    gangguan perilaku.

    c. Pemicu Gejala.

    Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang

    maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan

    perilaku individu.

    F. Manifestasi Klinik.

    Menurut Towsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat

    ditunjukkan klien dan kondisi halusinasi berupa:

    1. Data Subyektif

    Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat gambaran

    tanpa stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus yang nyata,

    merasa makan sepatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya, takut terhadap

    suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul dan melempar barang.

  • 14

    2. Data Obyektif.

    Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan

    kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan

    yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain,

    disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi menurun,

    perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi muka tegang, muka

    merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas mandiri dan kurang

    bisa mengontrol diri, menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan.

    G. Penyebab.

    Menurut Keliat (1998) mekanisme dari klien dengan menarik diri

    yaitu: berdiam diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungan dengan

    orang lain, dia juga akan melepaskan dari perhatian orang lain, preokupasi dan

    pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan halusinasi.

    H. Akibat terjadinya masalah.

    Menurut Keliat (1998) mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan

    lingkungan yaitu klien dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita

    kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psikologi klien untuk

    melakukan perilaku maladaptif.

  • 15

    I. Mekanisme koping.

    Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi

    diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon

    neurobiologik.

    1. Retensi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

    menanggulangi ansietas, hanya mampu sedikit energi yang tertinggal

    untuk aktivitas hidup sehari-hari sehingga klien menjadi malas

    beraktivitas.

    2. Proteksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan

    tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.

    3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

    internal.

    4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

    J. Masalah Keperawatan.

    Menurut Keliat (2005) adapun masalah keperawatan yang muncul

    pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah:

    1. Perubahan persepsi sensori:halusinasi.

    2. Resiko tinggi perilaku kekerasan

    3. Isolasi sosial

    4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

  • 16

    K. Pohon Masalah.

    Resiko perilaku kekerasan

    Perubahan sensori persepsi Halusinasi

    Isolasi sosial

    Gangguan konsep diri :Harga diri rendah

    L. Diagnosa keperawatan

    1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

    2. Resiko perilaku kekerasan

    3. Isolasi sosial

    Core Problem

  • 17

    17

    M. Perencanaan Keperawatan

    No Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

    1 Perubahan persepsi

    sensori :Halusinasi

    pendengaran

    Klien dapat berinteraksi dengan

    orang lain sehingga tidak terjadi

    halusinasi

    1) Klien dapat membina

    hubungan saling percaya .

    2) Klien dapat menyebutkan

    penyebab menarik diri

    Wajah klien cerah, tersenyum, klien

    mau berkenalan, ada kontak mata,

    klien bersedia menceritakan

    perasaannya.

    Klien dapat menyebutkan menarik

    diri berasal dari diri sendiri, orang

    lain dan lingkungan.

    a) Sapa klien dengan ramah

    baik verbal maupun non

    verbal

    b) Perkenalkn diri dengan

    sopan

    c) Tanyakan nama lengkap

    klien dan nama panggilan

    kesukaan klien

    d) Jelaskan tujuan pertemuan

    e) Jujur dan menepati janji

    f) Tunjukkan rasa empati,

    menerima dan perhatian

    dasar klien.

    a) Kaji pengetahuan klien

    tentang perilaku menarik diri

    b) Beri kesempatan pada klien

    untuk mengungkapkan

  • 18

    18

    3) anfaat hubungan dengan orang

    lain dan kerugian tidak

    berhubungan dengan orang lain

    Klien dapat menyebutkan

    keuntungan berhubungan dengan

    orang lain

    perasaan menarik diri

    c) Diskusikan bersama klien

    tentang perilaku menarik

    diri, tanda-tanda serta

    penyebab yang muncul

    d) Beri pujian terhadap

    kemampuan klien dalam

    mengungkapkan

    perasaannya.

    a) Kaji pengetahuan klien

    tentang manfaat

    berhubungan dengan orang

    lain dan kerugian tidak

    berhubungan dengan orang

    lain

    b) Beri kesempatan klien untuk

    mengungkapkan perasaan

    tentang manfaat

    berhubungan dengan orang

    lain

    c) Diskusikan bersama klien

    tentang manfaat

    berhubungan dengan orang

  • 19

    19

    4) Klien melaksanakan Klien dapat mendemonstrasikan

    lain

    d) Beri reinforcement positif

    tentang kemampuan

    mengungkapkan perasaan

    tentang manfaat

    berhubungan dengan orang

    lain

    e) Beri kesempatan pada klien

    untuk mengungkapkan

    perasaan tentang kerugian

    tidak berhubungan dengan

    orang lain

    f) Diskusikan bersama klien

    tentang kerugian tidak

    berhubungan dengan orang

    lain

    g) Beri reinforcement positif

    tentang kemampuan

    mengungkapkan perasaan

    tentang kerugian tidak

    berhubungan dengan orang

    lain

    a) Kaji pengetahuan klien

  • 20

    20

    hubungan secara bertahap hubungan sosial secara bertahap

    antara klien-perawat : klien-

    perawat-perawat lain:klien-perawat-

    perawat-lain-klien-lain:klien-

    perawat-keluarga/ kelompok

    masyarakat

    tentang manfaat

    berhubungan denganorang

    lain dan kerugian tidak

    berhubungan dengan orang

    lain

    b) Mendorong dan membantu

    klien untuk berhubungan

    dengan orang lain melalui

    tahap :

    1.Klien – perawat

    2. Klien –perawat – perawat

    lain

    3.Klien – perawat – peawat

    lain – klien lain

    4.Klien – perawat –keluarga

    /kelompok masyarakat

    c) Memberi reinforcement

    terhadap keberhasilan yang

    sudah dicapai

    d) Membantu klien untuk

    mengevaluasi manfaat

    berhubungan dengan orang

    lain

    e) Mendiskusikan jadwal harian

  • 21

    21

    5) Klien dapat mengungkapkan

    perasaan dengan orang lain

    Klien dapat mengungkapkan

    perasaan berhubungan dengan orang

    lain untuk diri sendiri

    yang dapat dilakukan

    bersama klien dalam mengisi

    waktu

    f) Memotifikasi klien untuk

    mengikuti kegiatan harian

    g) Beri reinforcement positif

    tentang kemampuan

    mengungkapkan perasaan

    tentang keuntungan

    berhubungan dengan orang

    lain

    a) Mendorong klien untuk

    mengungkapkan perasaanya

    setelah berhubungan dengan

    orang lain.

    b) Mendiskusiskan bersama

    klien tentang perasaanya

    manfaat berhubungan

    dengan orang lain.

    c) Beri reinforcement positif

    tentang kemanpuan

    mengungkapkan perasaan

    tentang keuntungan

    berhubungandengan orang

  • 22

    22

    6) Klien dapat berdayakan sistem

    pendukung atau keluarga

    Keluarga dapat menjelaskan

    perasaannya, menjelaskan cara

    perawat klien menarik diri dan

    berpartisipasi dalam perawatan

    klien menarik diri

    lain.

    a) Bina hubungan saling

    percaya

    Salam dan perkenalkan diri

    sampaikan tujuan

    Eksplorasi perasaan keluarga

    b) Diskusikan dengan anggota

    keluarga yang lain tentang

    Perilaku menarik diri

    Penyebab perilaku menarik

    diri

    Akibat perilaku menarik diri

    jika perilaku menarik diri

    tidak di hadapi

    c) Mendorong anggota

    keluarga untuk memberi

    dukungan kepada klien

    untuk berkomuniksi dengan

    orang lain

    d) Anjurkan kepada keluarga

    secara rutin dan bergantian

    untuk menjenguk klien

    minimal 1x seminggu

  • 23

    23

    2 Resiko perilaku

    kekerasan

    Klien dapat mengontrol perilaku

    kekerasan

    1. Klien dapat membina

    hubungan saling percaya.

    - Ekspresi wajah

    bersahabat,menunjukkan

    rasa senang,klien mau

    menyebutkan nama, ada

    kontak mata, klien mau

    duduk berdampingan

    dengan perawat, klien mau

    mengutarakan masalah-

    masalah yang terjadi

    - Perkenalkan diri dengan

    sopan..

    e) Memberi reinforcement atas

    hal-hal yang telah dicapai

    keluarga

    Bina hubungan saling percaya

    dengan menggunakan prinsip

    komunikasi terapeutik.

    a) Sapa klien dengan

    ramah baik verbal

    maupun non verbal.

    b) Perkenalkan diri dengan

    sopan.

    c) Tanyakan nama lengkap

    klien dan nama

    panggilan kesukaan

    klien.

    d) jelaskan tujuan

    pertemuan.

    e) jujur dan menepati janji.

    f) Tunjukkan sikap

    empati,menerima klien

    apa adanya.

    g) Beri perhatian pada

  • 24

    24

    2. Klien dapat mengenal

    halusinasinya.

    a) Klien dapat menyebutkan

    stressor,frekuensi timbulnya

    halusinasi,isi,dan respon.

    b) Klien dapat mengungkapkan

    perasaan terhadap

    halusinasinya.

    klien dan perhatian

    dasar klien klien.

    a) Adanya kontak sering

    dan singkat secara

    bertahap.

    b) Observasi tingkah laku

    klien berkaitan dengan

    halusinasinya,bicara

    dan tertawa tanpa

    stimulus,memandang

    ke kiri dan kanan

    (seolah-olah ada teman

    bicara).

    c) Bantu klien mengenali

    halusinasinya.

    jika menemukan klien

    yang sedang

    halusinasi, tanyakan

    apa ada suara yang

    didengar

    Jika klien mengatakan

    ada, lanjutkan apa

    yang dikatakan

  • 25

    25

    3. Klien dapat mengontrol

    halusinasinya

    a) Klien dapat menyebutkan

    tindakan yang biasanya

    dilakukan untuk

    Katakan bahwa

    perawat percaya klien

    mendengar suara-suara

    itu namun perawat

    sendiri itu tidak

    mendengarnya (dengan

    nada sahabat tanpa

    menuduh dan

    menghakimi )

    Katakan bahwa

    perawat akan

    membantu klien.

    d) Diskusikan dengan

    klien situasi yang

    menimbulkan

    halusinasi,waktu dan

    frekuensi terjadinya

    halusinasi (pagi, siang,

    sore, malam, jika

    sendiri / jengkel / sedih

    a) Identitas bersama klien

    cara tindakan yang

    dilakukan jika terjadi

  • 26

    26

    mengendalikan halusinasinya

    b) Klien dapat menyebutkan cara

    baru

    c) Klien memilih cara mengatasi

    halusinasi seperti yang telah

    didiskusikan dengan klien

    halusinasi (tidur,

    marah, menyibukkan

    diri dan lain-lain

    b) Diskusi manfaat yang

    dilakukan klien dan

    beri pujian kepada

    klien

    c) Diskusikan cara lain

    untuk memutus atau

    mengontrol timbulnya

    halusinasi.

    Katakan “saya tidak

    mau mendengar kamu

    “ (pada saat halusinasi

    terjadi )

    Menemui orang lain

    (perawat, teman, dan

    anggota keluarga)

    Untuk bercakap-cakap

    atau

    mengatakanhlusinasi

    yang didengar

    Membuat

    jadwalkegiatan sehari-

  • 27

    27

    4. Klien dapat dukungan dari

    keluarga dalam mengontrol

    halusinasinya

    a) Klien dapat membina

    hubungan dengan perawat

    b) Keluerga dapat menyebutkan

    hari agar halusinasi

    tidak sempat muncul

    Meminta keluarga atau

    perawat menyapa jika

    tampak bicara sendiri

    d) Bantu klien memilih

    dan melatih cara

    e) memutus halusinasi

    secara bertahap

    f) Beri kesempatan untuk

    melakukan cara yang

    telah dilatih, evaluasi

    hasilnya dan beri

    pujian jika berhasil

    g) Anjurkan klien

    mengikuti terapi

    aktivitas kelompok,

    orientasi realita,

    stimulus persepsi

    a) Anjurkan klien untuk

    memberi tahu keluarga

    jika mengalami

  • 28

    28

    pengertian, tanda dan tindakan

    untuk mengendalikan

    halusinasinya

    halusinasi

    b) Diskusikan dengan

    keluarga saat

    berkunjung / pada saat

    kunjungan

    c) Gejala halusinasi yang

    dialami oleh klien

    d) Cara yang dapat

    dilakukan klien dan

    keluarga untuk

    memutuskan halusinasi

    e) Cara merawat keluarga

    yang halusinasi rumah,

    beri kegiata jangan

    biarkan sendiri, makan

    bersama, bepergian

    bersama

    f) Beri reinforcement

    waktu follow up atau

    kapan perlu mendapat

    bantuan, halusinasi

    tidak dapat terkontrol

    dan resiko mencederai

    orang lain.

  • 29

    29

    3 Kerusakan interaksi

    sosial

    5. Klien dapat memanfaatkan

    obat dengan baik

    klien dapat berhubungan dengan

    orang lain secara optimal

    a) Klien dan keluarga dapat

    menyebutkan manfaat dan

    efek samping obat

    b) Klien dapat

    mendemonstrasikan

    penggunaan obat yang benar

    c) Klien dapat informasi efek

    samping obat

    a) Diskusikan dengan

    klien dan keluarga

    tentang dosis,

    frekuensi, dan manfaat

    obat

    b) Anjurkan klien minta

    obat sendiri pada

    perawat dan merasakan

    manfaatnya

    c) Anjurkan klien bicara

    dengan dokter tentang

    manfaat, efek samping

    obat yang dirasakan

    d) Diskusikan akibat

    berhenti minum obat

    tanpa konsultasi

    e) Bantu klien

    menggunakan obat

    dengan prinsip 5 benar.

    a)Bina hubungan saling percaya

    dengan mengungkapkan prinsip

    komunikasi terapeutik

  • 30

    30

    1) Klien dapat membina

    hubungan saling percaya

    Sapa klien dengan

    ramah baik verbal

    maupun non

    verbal

    Perkenalkan diri

    dengan sopan

    Tanyakan nama

    lengkap klien dan

    nama panggilan

    yang disukai klien

    Jelaskan tujuan

    pertemuan

    Jujur dan menepati

    janji

    Tunjukkan sikap

    empati dan

    menerima klien

    apa adanya

    Beri perhatian

    pada klien dan

    perhatian

    kebutuhan dasar

    klien

  • 31

    31

    2) Klien dapat mengidentifikasi

    kemampuan dan aspek yang

    dimiliki

    3) Kien dapat menilai

    kemampuan yang digunakan

    4) Klien dapat merencanakan

    kegiatan yang sesuai dengan

    kemampuan yang dimiliki

    Klien dapat mengidentifikasikan

    kemampuan dan aspek yang positif

    keluarga,lingkungan yang dimiliki

    klien

    Klien menilai kemampuan yang

    dapat digunakan

    Klien dapat membuat rencana

    kegiatan harian

    a) Diskusikan kemampuan

    dan aspek positf yang

    dimiliki klien

    b) Setiap bertemu klien

    dihindarkan dari

    penilaian negatif

    c) Utamakan memberi

    pujian yang realistik

    Diskusikan dengan klien

    kemampuan yang masih dapat

    digunakan selama sakit

    a) Rencanakan bersama

    klien aktifitas yang dapt

    dilakukan setiap hari

    sesuai kemampuan

    Kegiatan mandiri

    Kegiatan dengan

    bantuan sebagian

    Kegiatan yang

    membutuhkan

    bantuan total

    b) Tingkatkan kegiatan

  • 32

    32

    5) Klien dapat melakukan

    kegiatan sesuai kondisi sakit

    dan kemampuannya

    6) Klien dapat memanfaatkan

    sistem pendukung yang ada

    Klien melakukan kegiatan sesuai

    kondisi sakit dan kemampuannya

    Klien dapat memanfaatkan sistem

    pendukung yang ada di keluarga

    yang sesuai dengan

    toleransi kondisi klien

    c) Beri contoh pelaksanaan

    kegiatan yang boleh

    klien lakukan

    a) Beri kesempatan pada

    klien untuk mencoba

    kegiatan yang telah

    direncanakan

    b) Beri pujian atas

    keberhasilan klien

    c) Diskusikan

    kemungkinan

    pelaksanaan di rumah

    a) Beri pendidikan

    kesehatan pada keluarga

    tentang cara merawat

    klien dengan harga diri

    rendah

    b) Bantu keluarga

    memberikan dukungan

    selama klien dirawat

  • 33

    33

    c) Bantu keluarga

    menyiapkan lingkungan

    di rumah.

  • 34

    STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

    1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

    SP1p:

    1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

    2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien.

    3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

    4. Mengidentifikasi frekwensi halisinasi pasien.

    5. mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.

    6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi.

    7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik

    8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal harian.

    SP II p:

    1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelunnya.

    2. Melatih cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain.

    3. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

    SP III p:

    1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

    2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang bisa

    dilakukan pasien ).

    3. Membimbing pasien memasukkanjadwal kegiatan harian.

    SP IV p:

    1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

  • 35

    2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat

    (prinsip 5 benar minum obat )

    3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

    Keluarga

    Sp I k:

    1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

    pasien.

    2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis

    halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya

    3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

    Sp II k :

    1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan

    halusinasi.

    2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

    halusinasi.

    Sp III k:

    1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk

    minum obat ( discharge planning )

    2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

    2. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan.

    Pasien

    SP1p:

    a. Mengidentifikasi penyebab PK

  • 36

    b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

    c. Mengidentifikasi PK yang dilakuikan

    d. Mengidentifikasi akibat PK

    e. Mengajarkan cara mengontrol PK

    f. Melatih pasien cara control PK fisik 1 ( nafas dalam )

    g. Membimbing pasien mamasukkan dalam jadwal kegiatan harian

    SP II p:

    a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

    b. Melatih pasien cara kontrol PK fisik II (memukul bantal /kasur

    /konversi energi).

    c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

    SP III p:

    a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

    b. Melatih pasien cara kontrol PK secara verbal (meminta,menolak

    dan mengungkapkan marah secara baik)

    c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

    SP IV p:

    a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

    b. Melatih pasien cara kontrol PK secara spiritual

    (berdo’a,berwudhu,sholat)

    c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

  • 37

    Sp I k:

    a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

    pasien

    b. Menjelaskan pengertian PK,tanda dan gejala,serta proses terjadinya

    PK

    c. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

    Sp II k :

    a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

    b. Melatih keluargamelakukan cara merawat langsung kepada pasien

    PK

    Sp III k:

    a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

    minum obat (discharge planning)

    b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

    3. Isolasi sosial : Menarik diri.

    Sp Ip:

    a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

    b. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain

    c. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

    d. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang

    e. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

  • 38

    Sp IIp:

    a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

    b. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih

    c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

    Sp IIIp:

    a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

    b. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok

    c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

    Sp Ik:

    a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

    pasien

    b. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi sosial yang di

    alami pasien beserta proses terjadinya

    c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

    Sp IIk:

    a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan

    isolasi sosial

    b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

    isolasi sosial

    Sp IIIk:

    a. Membantu keluarga membuat jadwal dalam aktivitas di rumah

    termasuk minum obat (discharge planning)

    b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.