4 BAB II KEGAGALAN KONSTRUKSI 2.1 Deskripsi Singkat Dalam pertemuan ini akan dipelajari materi kegagalan yang terjadi pada konstruksi. Materi dalam bab ini antra diambil dari makalah dengan judul Latar Belakang dan Kriteria dalam Menentukan “Tolok Ukur” Kegagalan Bangunan (Steffie Tumilar-HAKI, Jakarta, Mei 2006), http://wwwjalanjembatan.blogspot.com/2009/04/ penyebab- indikator-kegagalan-bangunan.html untuk kegagalan pada bangunan jalan dan jembatan, http://edypatrawijaya.blogspot.com/2010/07/kegagalan- struktur-bangunan-gedung.html untuk kegagalan pada bangunan gedung. Pada akhir materi diberikan contoh laporan identifikasi kegagalan konstruksi pada pasar X yang terjadi pada masa pelaksanaan. 2.2 Sub Kompetensi Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian kegagalan konstruksi, contoh- contoh kegagalan konstruksi, penyebab dan cara penanganannya. 2.3 Materi Belajar 2.3.1 Pendahuluan. Dengan dikeluarkannya UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
KEGAGALAN KONSTRUKSI
2.1 Deskripsi Singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari materi kegagalan yang terjadi pada
konstruksi. Materi dalam bab ini antra diambil dari makalah dengan judul Latar
Belakang dan Kriteria dalam Menentukan “Tolok Ukur” Kegagalan Bangunan (Steffie
Tumilar-HAKI, Jakarta, Mei 2006), http://wwwjalanjembatan.blogspot.com/2009/04/
penyebab-indikator-kegagalan-bangunan.html untuk kegagalan pada bangunan jalan
dan jembatan, http://edypatrawijaya.blogspot.com/2010/07/kegagalan-struktur-
bangunan-gedung.html untuk kegagalan pada bangunan gedung. Pada akhir materi
diberikan contoh laporan identifikasi kegagalan konstruksi pada pasar X yang terjadi
pada masa pelaksanaan.
2.2 Sub Kompetensi
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengertian kegagalan konstruksi, contoh-contoh kegagalan konstruksi, penyebab dan
cara penanganannya.
2.3 Materi Belajar
2.3.1 Pendahuluan.
Dengan dikeluarkannya UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa Konstruksi, Peraturan
Pemerintah No.29 Tahun 2000, maka timbul berbagai komentar dari berbagai
Asosiasi Profesi terutama perihal definisi dari “Kegagalan Bangunan” (“Building
Failure”) serta penerapan dari Undang-Undang tersebut. Dampak ini melanda
pengguna Jasa Konstruksi dan pihak Asuransi, karena definisi yang ditentukan
dalam Undang-Undang tersebut spektrumnya sangat luas sehingga sulit untuk
diterapkan.
Sejak tahun 2000 telah dilakukan pembahasan mengenai “Kegagalan
Bangunan” khususnya perihal definisinya dengan berbagai Asosiasi Profesi dan pihak
Sekber Jasa Asuransi, dan HAKI (Himpunan Akhli Konstruksi Indonesia)
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tetapi setelah berlangsung sekian lama,
baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami:
Amblas, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah
daripada elevasi rencana.
Patah, yaitu kondisi dimana tidak ada kesatuan antara tiang dan poor
bangunan bawah yang mengakibatkan tiang pancang tidak berfungsi, atau
tiang pancang beton mengalami retak struktural.
b) Bangunan Atas
Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis bangunan
atas yaitu:
Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya dan
kedalaman retak yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping akan
secara langsung mengurangi kekuatan struktur juga akan memberikan peluang
udara dan air yang akan mengakibatkan terjadinya korosi yang pada akhirnya
juga mengurangi kekuatan struktrur. Maka oleh karena itu lebar maksimum
dan kedalaman retak harus dibatasi. Besarnya kedalaman maksimum retak
yang diizinkan adalah proporsional dengan tebal struktur itu sendiri.
Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuatan struktur
juga mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya lendutan
maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang
bersangkutan.
Getaran/ Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin maupun
pergerakan lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi persyaratan baik
dari segi stabilitas struktur maupun dari dari kenyamanan sipengendara.
Besarnya amplitudo getaran maksimum yang diizinkan adalah proporsional
dengan bentang jembatan yang bersangkutan.
Kerusakan Lantai Kendaraan
Kerusakan lantai kendaran berupa retak, terkelupas dan atau pecah akan
berpengaruh secara langsung terhadap riding quality lantai kendaraan yang
menyebabkan kenyaman sipengendara akan berkurang. Maka. luas kerusakan
19
dibatasi tidak boleh melebihi angka yang dipersyaratkan yaitu persentase luas
yang rusak terhadap suatu luas segmen yang ditinjau.
Tumpuan (Bearing)
Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan mempengaruhi sistem
pendukungan tumpuan terhadap beban yang pada akhirnya sistem distribusi
beban berubah. Oleh sebab itu tingkat kerusakan tumpuan ini harus dibatasi
sehinga tidak sampai merubah sistem pembebanan original. Besarnya tingkat
kerusakan maksimum yang diizinkan tergantung dari jenis tumpuan itu
sendiri.
Expansion Joint
Kerusakan expansion joint yang berupa robek atau terkelupasnya joint
sealantnya tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan struktur. Namun akan
sangat berbahaya jika lubang yang yang terjadi cukup besar yang dapat
mengakibatkan bahaya bagi kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Oleh karena itu tingkat kerusakan expansion joint ini harus sedemikian rupa
sehingga tidak membahayakan kepada pengendara kendaraan.
7) Acuan Standar
Standar yang dipergunakan adalah standar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
Republik Indonesia yang sudah mendapat status “Standar Nasional Indonesia”
(SNI), Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan Standar standar yang
telah dikeluarkan oleh Dit.Jen. Prasarana Wilaya (Dit.Jen. Binamarga) yang masih
dalam proses menuju RSNI dan SNI. Khusus untuk pekerjaan Jalan dan Jembatan,
SNI maupun RSNI yang sudah ada sebagian besar merujuk kepada Standar-
standar yang sudah dikenal secara internasional (world wide) mis. AASHTO,
ASTM , BS, NAASRA dll. Standar standar tersebut dapat berupa “Metoda”, “Tata
Cara” dan “Spesifikasi”.
8) Parameter Yang Diukur dan Persyaratannya
Persyaratan (spesifikasi) yang diperlukan oleh parameter-parameter dari elemen
elemen yang potensial terhadap kegagalan bangunan dapat bersifat sangat relatif,
untuk jalan tergantung dari kecepatan rencana dan volume kendaraan yang lewat
(LHR) yang akan menentukan kelas jalan tersebut, dan untuk jembatan tergantung
20
dari jenis dan tipe jembatan, dimana jenis dan tipe ini dapat dipengaruhi oleh
panjang bentang jembatan tersebut.
Persyaratan dalam bentuk nilai nominal parameter parameter dari Elemen Elemen
Bangunan Jalan dan Jembatan yang potensial memberi kontribusi terhadap
Kegagalan Bangunan beserta Acuan Standar sedang dalam proses penyusunan.
2.3.4 Contoh Kasus
Berikut disajikan contoh laporan identifikasi kegagalan konstruksi pada pasar
X yang terjadi pada masa pelaksanaan.
1) Ringkasan Eksekutif
Keruntuhan pada sebagian Struktur Beton Lantai 2 Proyek Pembangunan dan Rehabilitasi Pasar X terjadi pada tanggal 13 Oktober 2009 sekitar pukul 13.00 WITA pada saat terjadi hujan deras dan angin kencang.
Keruntuhan pada area lantai 2 yang dibatasi as D,G, 5 dan 9 merupakan keruntuhan akibat efek domino yang diawali runtuhnya balok as F7-F8 pada tengah bentang.
Keruntuhan diduga karena lemahnya aksi komposit beton dan besi tulangan serta detailing penulangan yang salah pada sebagian elemen struktur. Lemahnya aksi komposit diduga karena rendahnya mutu beton yang diakibatkan keluarnya air semen.
Rencana tindakan yang harus segera dilakukan adalah pekerjaan perkuatan sementara, pekerjaan pembongkaran dan pembersihan, pekerjaan perkuatan struktur yang terkena efek keruntuhan, pekerjaan ulang (rework) struktur yang mengalami keruntuhan dan pekerjaan perbaikan dan perkuatan pada beberapa elemen struktur beton yang tidak memenuhi persyaratan.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah selimut beton. Karena lokasi Pasar X berdekatan dengan lingkungan laut maka perlu ada jaminan agar tidak terjadai korosi pada besi tulangan, karena hal ini sangat mempengaruhi terhadap kekuatan struktur beton.
Identifikasi lebih lanjut terhadap kelayakan struktur beton perlu dilakukan oleh kontraktor dan pihak-pihak yang terkait. Karena Pasar X merupakan bangunan publik maka perbaikan dan perkuatan perlu dilakukan secara teliti dan sesuai dengan Standar yang ada sehingga Pasar X dapat berfungsi sesuai dengan umur rencana.
Memenuhi permintaan pelaksana Proyek Pembangunan dan Rehabilitasi Pasar X, maka dilakukan kegiatan kajian teknis sehubungan dengan terjadinya keruntuhan pada sebagian Struktur Beton Lantai 2 Proyek Pembangunan dan Rehabilitasi Pasar X. Kegiatan dilakukan tanggal 14 Oktober 2009 s/d 16 Oktober 2009.
3) Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk kajian teknis ini adalah dengan melakukan rekonstruksi pada keruntuhan yang terjadi berdasarkan data-data yang ada dan kondisi lapangan.
Dalam rangka kajian teknis tersebut telah dilakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
a) Review dokumen kontrak : gambar rencana dan dokumen pelaksanaan lapangan
b) Survey kondisi struktur beton (balok, plat dan kolom) yang runtuh dan yang masih berdiri, yang terdiri dari: Pengamatan secara visual Uji hammer test
c) Wawancara dengan pelaksana lapangan dan pihak-pihak terkait
4) Output yang diharapkan
Output yang diharapkan dari kajian teknis adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui pola keruntuhan yang terjadi
b) Mengidentifikasikan faktor penyebab keruntuhan
c) Usulan perbaikan (remedial work) bagian struktur beton yang runtuh, perkuatan struktur yang terkena efek keruntuhan serta perbaikan dan perkuatan pada beberapa elemen struktur beton yang tidak memenuhi persyaratan.
5) Hasil Kajiana) Kronologi Kejadian
Pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2009, telah terjadi keruntuhan pada Struktur Beton Lantai 2 pada area yang dibatasi as D, G, 5 dan 9, sebagaimana Gambar 2.1. Keruntuhan terjadi sekitar pukul 13.00 WITA pada saat terjadi hujan deras dan angin kencang. Pada saat kejadian umur beton telah mencapai 21 hari, sehingga telah dilakukan perancah dan bekisting.
Balok as F7-F8 runtuh pada tengah bentang
aArah runtuh kolom F8 Arah runtuh kolom E8
Kolom F8 roboh kearah kolom G92
3
4
5
6
7
8
9
10
A B C D E F G H I J
RENCANA BALOK LT. 1 SKALA 1 :
300
1
Skala
No. Gambar1 :
50
Disetujui oleh :
Diperiksa oleh :
Disiapkan oleh :
NAMA GAMBAR
PEKERJAAN
Pejabat Pembuat Komitmen
Kepala Kantor Pengelolaan Pasar dan Kebersihan
Drs. AKHMAD SYARWANINIP. 380 053
532
Drs. AHMAD FARHAN, MsiNIP. 170 012
790
PERENCANAAN TEKNISPEMBANGUNAN DAN
REHABILITASIPASAR X
SUPRAYITNO, STKetua
Tim
BERSUJUD
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
50/7030/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
50/70
30/45
30/4
0
30/4
030
/40
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
50/70
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
030/
40
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0 50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/7
0
50/7
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0 50/70
30/45
30/4
030
/40
30/4
0
50/70
50/7
0
50/7
0
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
0
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/7
050
/70
50/70
50/70
50/7
0
50/7
0
50/70
50/70
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
5
30/4515
/60
15/60
30/4
530
/45 15/
60
15/60
15/60
15/6
015
/60
15/6
0
30/4530/45
30/4530/4530/45
30/4530/4530/45
30/45
30/45
30/45
30/4
530
/45
30/4
530
/45
30/4
5
30/4
5
30/4
530
/45
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/45
30/45
30/45
30/45
30/4
5
30/45
30/45 30/4
530/45
15/4
0
15/4
015
/40
15/4
0
15/40
15/40
15/40
15/40
30/4
5
30/4
530
/45
30/4
530
/45
30/4
5
15/6
015
/60
15/60
15/60
30/4
5
30/4
530
/45
30/4
5
30/4
530
/45
30/4530/4530/45
30/4530/4530/45
30/4530/4530/45
30/4530/4530/45
15/6
015
/60
15/6
015
/60
15/60
15/60
15/60
15/60
15/60
15/60
15/6
015
/60
31
RENCANA BALOK LT.1
30/40
30/4030/4
030/4030/4
530/45
30/40
30/40
30/45
30/45
30/4
0
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
50/70
30/45
30/4
0
30/4
030
/40
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
50/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
0
50/7
0
50/70
30/4
5
15/6
0
15/60
30/4
5
30/4
5
30/45
30/45
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/45
30/45 30/4
5
30/45
15/4
0
15/4
0
15/40
15/40
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/45
30/4515
/60
15/60
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
15/40 15/
4015/40
22
Gambar 2.1 Area Keruntuhan pada Lantai 2
b) Pola KeruntuhanKeruntuhan pada area yang dibatasi as D,G, 5 dan 9 merupakan keruntuhan akibat efek domino, dengan dugaan urutan sebagai berikut:1. Balok as F7-F8 runtuh pada tengah bentang2. Kolom F8 roboh ke arah kolom G9 (adanya bukaan pada plat as F, G, 8
dan 9 menyebabkan kolom cenderung bergerak ke arah G9)3. Robohnya kolom F8 menyebabkan balok F8-E8 putus4. Putusnya balok F8-E8 diikuti runtuhnya kolom E8 ke arah kolom D95. Selanjutnya diikuti runtuhnya balok dan plat lainnya seluas area yang
dibatasi D, G, 5 dan 9 sebagai efek domino
Sketsa dugaan urutan keruntuhan sebagaimana Gambar 2.2 berikut
23
Gambar 2.2 Sketsa Dugaan Urutan Keruntuhan
c) Identifikasi Faktor Penyebab
Berdasarkan pola keruntuhan yang terjadi, maka dapat dikemukakan dugaan faktor-faktor penyebab keruntuhan sebagai berikut:
No Effect /Akibat
Cause/Penyebab Keterangan
24
1 Balok as F7-F8 runtuh pada tengah bentang
Aksi komposit beton dan besi tulangan tidak bekerja optimal, karena mutu beton rendah
Detail sambungan tulangan lentur lapangan tidak memenuhi persyaratan
Gambar Detail Sambungan Tulangan Lapangan pada Balok
F7-F8
2 Kolom F8 roboh ke arah kolom G9
Aksi komposit beton dan besi tulangan tidak bekerja optimal , karena mutu beton rendah.
Detail sambungan antar kolom lemah
Gambar Detail Sambungan antar Kolom yang Lemah
3 Balok as F8-E8 runtuh
Aksi komposit beton dan besi tulangan tidak bekerja optimal, karena mutu beton rendah
Detail sambungan tulangan lentur lapangan tidak memenuhi
25
persyaratan Gambar Balok as F8-E8 Runtuh
4 Kolom E8 roboh ke arah kolom D9
Aksi komposit beton dan besi tulangan tidak bekerja optimal , karena mutu beton rendah.
Detail sambungan antar kolom lemah
Gambar Kolom E8 Roboh ke Arah Kolom D9
4 Runtuhnya balok dan plat lainnya seluas area yang dibatasi as D, G, 5 dan 9 sebagai efek domino
Aksi komposit beton dan besi tulangan tidak bekerja optimal, karena mutu beton rendah
Detail penulangan plat tidak memenuhi persayaratan
Gambar Efek Domino terhadap Bagian Struktur Lainnya
Secara garis besar dugaan penyebab utama keruntuhan adalah mutu beton yang rendah dan pendetailan penulangan yang salah khususnya pada area keruntuhan. Hasil Hammer Test sebagaimana terlampir.
Rendahnya mutu beton pada area keruntuhan kemungkinan disebabkan keluarnya sebagian air semen. Pengecoran pada area yang runtuh dilakukan pada tanggal 18 September 2009 selesai jam 1 malam, sekitar jam 10 tanggal 19 September 2009 terjadi hujan.
d) Proposal Rencana Tindakan (Action Plan) Penanganan Keruntuhan
26
Proposal rencana tindakan penanganan keruntuhan terdiri dari:
1. Pekerjaan perkuatan sementara
2. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan
3. Pekerjaan perkuatan struktur yang terkena efek keruntuhan
4. Pekerjaan ulang (rework) struktur yang mengalami keruntuhan
5. Pekerjaan perbaikan pada elemen struktur beton yang tidak memenuhi persyaratan.
Pekerjaan perkuatan sementara
Pekerjaan perkuatan sementara perlu segera dilakukan dengan tujuan untuk melokalisir keruntuhan agar tidak berlanjut ke bagian struktur lainnya. Perkuatan sementara dilakukan dengan memasang perancah pada balok-balok utama dan bagian struktur yang terpengaruh akibat keruntuhan. Dengan adanya perkuatan sementara diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman.
Gambar 2.3 Sisa Reruntuhan yang Perlu Segera Perkuatan Sementara Sebelum Pembongkaran
30/4
5
30/4
5
30/4
530/45
30/45
30/45
30/45
30/4
5
30/45
30/4530/45
30/45
15/4
0
15/4
015
/40
15/4
0
15/ 4015/ 40
15/ 40 15/ 40
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
530
/45
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
15/6
015
/60
15/6
015
/60
15/ 60
15/ 60
15/ 60
15/ 60
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/ 45 30/ 45
30/ 45 30/ 45
30/ 45 30/ 4530/ 45 30/ 45 30/ 45 30/45 30/45
30/ 45 30/45 30/4530/ 4530/ 4530/ 4530/ 4530/ 45
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/70
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
030
/40
30/4
0
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
0
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/7
050
/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/ 7050/ 70
50/7
050
/70
50/7
0
50/ 70
50/ 70
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
5
30/45
15/6
0
15/ 60
30/4
5
30/4
5
15/ 60
15/ 60
15/ 60
15/6
015
/60
15/6
0
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/4
5
30/4
5
30/4
530
/45
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
30/4
5
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
030
/40
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
50/ 70
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 7050/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
50/ 70
30/ 45
30/4
0
30/4
0
30/4
0
30/4
0
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A B C D E F G H I J
RENCANA BALOK LT. 2SKALA 1 : 300
1
30/ 45
30/ 4530/ 45 30/ 45
30/ 45 30/ 45
15/ 4015/ 40
15/ 40
15/ 4015/ 40 15/ 40
Area yang harus dibongkar
27
Gambar 2.4 Balok 50/70 Lantai 1 yang retak akibat keruntuhan (perlu segera perkuatan sementara sebelum remedial work)
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan dilakukan menggunakan dua metode, yaitu secara manual dan menggunakan mobile crane. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan secara manual dilakukan pada bagian-bagian reruntuhan yang bisa dilakukan secara manual dan sambil menunggu mobilisasi mobile crane.
Pekerjaan pembongkaran dilakukan pada lantai 2 yang mengalami keruntuhan yaitu pada area yang dibatasi as D, G, 6 dan 9.
Gambar 2.5 Area Lantai 2 yang Perlu Dibongkar sebelum Rework
Retak
28
Pekerjaan perkuatan struktur yang terkena efek keruntuhan
Akibat runtuhnya sebagian struktur pada lantai 2, menyebabkan beberapa balok pada lantai 1 mengalami retak.
Gambar 2.6 Balok Anak 30/45 Lantai 1, Retak pada Tumpuan
Gambar 2.7 Balok Anak 30/45 Lantai , Retak pada Lapangan
Gambar 2.8 Balok Induk 50/70 Lantai 1, Retak pada lapangan
29
Alternatif perkuatan yang bisa digunakan antara lain dengan menambah plat baja pada bagian yang retak (bonded steel plate) sebagaimana sketsa Gambar. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk menentukan solusi yang optimal.
Gambar 2.9 Alternatif Metode Perbaikan Balok Beton yang Retak
Pekerjaan ulang (rework) struktur yang mengalami keruntuhan
Pekerjaan ulang dilakukan pada lantai 2 yang mengalami keruntuhan yaitu pada area yang dibatasi as D, G, 6 dan 9, yaitu terdiri dari pekerjaan ulang balok, kolom dan pelat yang runtuh. Dalam pekerjaan ulang perlu diperhatikan pekerjaan detailing penulangan dan kontrol kualitas pekerjaan beton.
Contoh pendetailan tulangan yang salah dijumpai pada tulangan tumpuan plat.
Gambar 2.10 .Detail Penulangan Pelat yang Salah, Tulangan Tumpuan di atas Seharusnya Ada
Retak
30
Gambar 2.11 Sketsa Penulangan Plat Terpasang
Gambar 2.12 Sketsa Penulangan plat yang seharusnya
Pekerjaan perbaikan pada elemen struktur beton yang tidak memenuhi persyaratan
Disamping pekerjaan ulang pada struktur yang mengalami keruntuhan, perlu dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap beberapa elemen struktur beton yang tidak memenuhi persyaratan, antara lain:
Terdapat beberapa struktur balok dan plat yang tidak kedap air
Gambar 2.13 Balok dan Plat Beton Tidak Kedap Air
Tulangan tumpuan tidak terpasang
31
Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena lokasi proyek berdekatan dengan laut yang sangat rawan terhadap korosi besi tulangan.
Terdapat beberapa balok dengan selimut beton belum memenuhi persyaratan
Gambar 2.14. Penutup Beton Balok Tidak Ada
Gambar 2.15 Selimut Beton Balok Lantai 1 Spailling, sebagai Efek keruntuhan Lantai 2
Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena lokasi proyek berdekatan dengan laut yang sangat rawan terhadap korosi besi tulangan.
Beton spailling
32
Perbaikan dilakukan dengan penambahan penutup beton sesuai persyaratan.
Balok pada tangga tidak kontinyu
Gambar 2.16 Sambungan Balok Tangga Seharusnya Menerus
Perbaikan dilakukan dengan penambahan kolom pedestal yang menumpu balok yang tidak kontinyu.
Diduga terdapat detail penulangan yang salah pada beberapa elemen struktur beton, antara lain tidak terpasangnya tulangan tumpuan plat dan detail sambungan tulangan utama balok. Untuk itu perlu dilakukan investigasi lebih lanjut, untuk memastikan dugaan tersebut. Jika dugaan tersebut benar maka perlu dilakukan perbaikan dengan penambahan tulangan tumpuan plat dan perkuatan pada balok menggunakan steel plate.
Gambar 2.17 Usulan Rencana Perbaikan Plat yang Belum Terpasang Tulangan Tumpuan
2. Pasang tulangan tumpuan, cor kembali 1.
Dibongkar
Balok tidak kontiyu
33
Gambar 2.18 Usulan Rencana Perbaikan Balok dengan Detail Sambungan yang Salah
2.4 Pertanyaan
1) Dari siklus hidup sebuah proyek, jelaskan peluang terjadinya kegagalan
konstruksi!
2) Jelaskan penyebab terjadinya kegagalan konstruksi pada setiap tahap siklus
sebuah proyek!
3) Bagaimana cara meminimalkan peluang terjadinya kegagalan konstruksi pada
setiap tahap siklus sebuah proyek?
2.5 Tugas
1) Buatlah makalah tentang cacat dan kegagalan pada beton bertulang beserta cara
penanganannya
2) Buatlah makalah tentang cacat dan kegagalan konstruksi yang terjadi pada